Upload
suma-rustian
View
1.380
Download
28
Embed Size (px)
Citation preview
Keterampilan Generik
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh: Tim Mahasiswa Peneliti Jurusan Pendidikan Fisika UPI
(Suma Rustian)
A. Latar Belakang
Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia terdapat berbagai macam
disiplin ilmu. Salah satunya adalah ilmu fisika yang dipelajari sejak tingkat
dasar dan tingkat menengah. Fisika juga dikenal sebagai mata pelajaran yang
tergolong sulit. Tapi pernahkah kita bertanya-tanya mengapa fisika tercantum
sebagai salah satu mata pelajaran di kurikulum tersebut?
Jawaban yang lazim diberikan adalah karena fisika mempelajari gejala-
gejala alam yang berguna bagi para lulusan sekolah dasar, sekolah menengah,
dan beberapa perguruan tinggi. Tidak mempedulikan apakah nantinya mereka
akan berprofesi sebagai pedagang, dokter, politikus, pengusaha, dan lain
sebagainya.
Jika jawabanya seperti itu tentunya ilmu fisika yang dipelajari lebih
bersifat informasi/pengetahuan. Topik yang diajarkanya mungkin terbatas
pada hal-hal yang berkaitan dengan karir yang akan diembanya saja. Jika
semuanya dipelajari, tidak mungkin akan dicerna dengan baik, meskipun
mereka yang berkecimpung dalam ilmu fisika itu sendiri.
Penelitian menunjukan bahwa 50% mahasiswa jurusan fisika yang telah
lulus, baik dari ITB maupun ITS bekerja di bidang-bidang lain diluar fisika.
Ada yang disektor pertambangan, bidang computer, pengusaha, atau bahkan
bekerja di sector perbankan (Brotosiswojo, 2004).
Jika mereka sukses di bidangnya, tentu bukan semata-mata karena
pengetahuan fisika yang telah mereka dapat tetapi ada unsure-unsur lain yang
ikut menunjang kesuksesan mereka. Unsur apakah itu? Lebih jauh lagi
dipertanyakan apakah hal ini hanya terjadi di Indonesia?
Jika kita lihat mengenai materi pendidikan di negara lain seperti Amerika
Serikat, Australia, atau Inggris, pada umumnya jenjang pertama pendidikan
1
Keterampilan Generik
tinggi belum menjurus pada keahlian tertentu. Tiga tahun pertama ada yang
disebut dengan Bachelor of Art atau Bachelor of Science. Program-program
yang menuju profesi-profesi tertentu seperti bidang kedokteran atau bidang
hokum biasanya diberikan pada jenjang berikutnya. Pada program Bachelor of
Science tersedia mata pelajaran fisika yang cakupannya mirip dengan yang
dipelajari mahasiswa strata-1 jurusan fisika ITB. Jadi kemampuan dasar (basic
science) yang diberikan oleh mata pelajaran fisika itu benar-benar sesuatu
yang sifatnya dasar bagi banyak profesi lainya.
Menghadapi tantangan masa depan dimana yang berkualitas saja yang bisa
bertahan dengan persediaan lapangan pekerjaan yang berubah tak menentu,
beberapa pakar menyarankan agar pendidikan formal seperti tahap awal
perguruan tinggi lebih dititik beratkan pada apa yang disebut dengan
transferable skills. Transferable skills adalah kumpulan kemahiran yang
meskipun mungkin diajarkan lewat suatu disiplin ilmu tertentu tetapi dapat
dengan mudah dapat digunakan untuk mempelajari ilmu lainya. Contohnya
adalah kemahiran berkomunikasi. Kemahiran berkomunikasi mungkin
dipelajari ketika seseorang belajar di bidang hokum atau bahasa, namun bila ia
mempelajari ilmu lain seperti ilmu ekonomi tentunya kemahiran tersebut tetap
dibutuhkan. Istilah lain yang digunakan untuk menyebutkan kemahiran
tersebut adalah generik skills atau kemahiran generik.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai kemahiran generik yang dapat
dicapai dalam pembelajaran fisika.
B. Rumusan masalah
Kemampuan apa saja yang termasuk dalam keterampilan generik?
Bagaimana karakteristik model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan generik?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini ditujukan untuk mengetahui:
Kemampuan yang termasuk dalam keterampilan generik.
Karakteristik model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
generik
2
Keterampilan Generik
BAB II
ISI
A. Pengertian Kemahiran Generik Sains
Kemahiran generik sains ialah kemampuan dasar (generik) yang dapat
ditumbuhkan ketika peserta didik menjalani proses belajar ilmu fisika yang
bermanfaat sebagai bekal meniti karir dalam bidang yang lebih luas
(Brotosiswojo, 2004).
Ahli lain mengemukakan gagasannya mengenai keterampilan generik.
Hager et al. (Beckett, 2004) menyatakan bahwa istilah keterampilan generik
digunakan secara luas mengacu pada kualitas dan kapabilitas yang meliputi
keterampilan berpikir seperti penalaran logis dan analitis, pemecahan
masalah, dan keingintahuan intelektual; keterampilan berkomunikasi yang
efektif, keterampilan bekerjasama, dan kemampuan mengidentifikasi,
mengakses dan mengatur pengetahuan dan informasi; sifat-sifat personal
seperti imajinasi, rigiditas kreativitas dan intelektual, dan nilai-nilai seperti
etika, kegigihan, integritas, dan toleransi. Sementara itu Drury (Rahman et
al., 2007) menganggap bahwa keterampilan atau kemampuan generik
merupakan keterampilan yang dapat diterapkan pada beragam bidang studi
dan untuk memperolehnya diperlukan waktu yang relatif lama.
Berdasarkan pandangan para ahli diatas maka dapat saya simpulkan
bahwa keterampilan atau kemampuan generik adalah kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuhkan lewat pembelajaran fisika yang
berguna untuk menghadapi permasalahan di bidang ilmu pengetahuan lain
selain bidang fisika.
3
Keterampilan Generik
B. Kemahiran Generik yang dapat dilatihkan lewat pembelajaran fisika
1. Pengamatan
a. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung adalah mengamati objek yang diamati secara
langsung. Aspek pendidikan penting yang diperoleh dari melakukan
pengamatan langsung adalah bersikap jujur terhadap hasil pengamatan kita.
Aspek lainnya adalah kesadaran akan batas-batas ketelitian yang dapat
diwujudkan. Contoh:
Mengukur dampak percepatan gravitasi Bumi pada posisi benda saat
demi saat, misal di laboratorium fisika dasar, seperti alat atwood.
Melihat dua sinar putih yang dilewatkan sebuah prisma mengahsilkan
uraian warna-warna pelangi.
b. Pengamatan Tak Langsung
Keterbatasan indra kita menyebabkan banyak gejala dan perilaku alam
tidak dapat diamati secara langsung dan hanya dapat diketahui melalui
pengukuran dengan menggunakan suatu alat tertentu. Contoh:
Pada pokok bahasan listrik, pokok bahasan ini merupakan salah satu
objek alam yang ada tetapi tidak dapat dilihat, didengar, atau dicium
baunya sehingga pengukuran-pengukuranya dilakukan melakukan
menggunakan alat seperti voltmeter, amperemeter, test-pen dan lain-
lainnya.
Pokok bahasan fisika modern, topik-topik dalam fisika modern penuh
dengan objek-objek yang tidak dapat dilihat mata, seperti molekul
atom, proton, elektron, dan sebagainya. Sebaiknya para pengajar fisika
4
Keterampilan Generik
berkata jujur bahwa sesungguhnya mereka belum pernah melihat
objek-objek di atas.
Pada gambar sinar-X yang digunakan untuk ‘ mengamati’ struktur
kristal.
Spektroskopi absorbsi/ emisi. Dari garis-garis absorbsi/ emisi yang
tampak pada spectrometer tadi dapat menark kesimpulan tentang jenis
atom yang terdapat pada gas yang menjadi objek pengamatan
meskipun pada pengamatan semacam ini tidak terlihat hubungan
antara apa yang ditangkap oleh indera kita dengan objek pengamatan,
tetapi kesimpulannya bisa dipercaya dan bisa diuji kebenarannya
lewat cara-cara lain.
Mengukur percepatan gravitasi Bumi dengan mengamati frekuensi
ayunan, sehinga didapat frekuensi ayunan dengan percepatan
gravitasi.
2. Pemahaman Tentang Skala Besaran (Sense of Scale)
Ilmu fisika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki cakupan paling
luas. Dalam skala ruang ukuran, objek yang digarap terentang dari yang
sangat besar (jagat raya), sampai yang sangat kecil (elektron). Sel hidup itu
sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Molekul jauh lebih
kecil lagi, hanya dengan mikroskop elektron kita dapat melihatnya,
sedangkan elektron lebih kecil lagi. Bila kita ingin menyusun elektron
sepanjang garis lurus dengan panjang satu meter, berapa elektron yang kita
perlukan? Begitu pula berapa batang meteran kayu yang harus dijajarkan
untuk memenuhi jarak antara Bumi dengan salah satu bintang terdekat Alfa-
Centauri yang letaknya kira-kira empat tahun cahaya dari Bumi. Ilmu fisika
juga membahas ukuran skala waktu yang sangat kecil seperti waktu paro
dari pasangan positron-elektron. Padahal, mata kita hanya bisa membedakan
signal yang muncul kira-kira 1/30 detik. Jadi, meskipun ada ribuan proses
rekombinasi positron-elektron yang terjadi dalam 1/30 detik, kita
mengatakan hanya ada satu rekombinasi saja, sebab yang lain tidak
5
Keterampilan Generik
terdeteksi oleh indera penglihatan kita. Mengacu pada contoh-contoh di
atas, maka perlu ditanamkan sense of scale.
Sense of scale dalam jumlah benda juga perlu ditanamkan pada
pengajaran fisika. Barangkali namanya sense of number. Kalau
dibandingkan kira-kira jumlah:
Penduduk Indonesia 200.000.000
Penduduk Dunia 3.000.000.000
Molekul dalam zat padat 1 cm3
100.000.000.000.000.000.000.000
Berapa jumlah komputer yang dipakai untuk menampung data seluruh
penduduk Indonesia dibandingkan dengan jumlah komputer yang
diperlukan untuk membuat sensus molekul yang ada dalam 1 cm3 bahan
padat?
Karena banyak pembahasan ilmu fisika dilukiskan dalam ungkapan
tulisan atau rumus, maka tanpa kesadaran tentang sense of scales bahasan
itu akan kurang dipahami makna konkretnya dalam alam ini.
3. Bahasa Simbolik
Banyak perilaku alam, khususnya perilaku yang dapat diungkapkan
secara kuantitatif, yang tidak dapat diungkapkan dengan “bahasa”
komunikasi sehari-hari. Sifat kuantitatif tersebut menyebabkan adanya
keperluan untuk menggunakan bahasa yang kuantitatif juga. Dalam
matematika ada aljabar sederhana yang dapat digunakan untuk misalnya
melukiskan perbesaran ata pengecilan benda dalam topik optika geometri.
6
Keterampilan Generik
Tetapi gerak benda secara mekanika misalnya, hanya dapat diungkapkan
dalam bentuk persamaan differential. Demikian juga halnya dengan
elektrodinamika atau termodinamika. Bakan dalam pembahasan tentang
benda-benda dalam skala subatomic saat ini belum ada alternative lain,
selain mekanika kuantum yang abstrak itu sebagai “bahasa” ungkapannya.
Harus diakui bahwa tidak semua orang dapat dilatih untuk fasih dalam
bahasa simbolik ini. Lazimnya disediakan matakuliah yang namanya fisika-
matematik untuk melatih kefasihan penggunaan bahasa simbolik.
Sayangnya seringkali perwujudanya tidak jauh berbeda dengan kuliah
kalkulus yang sifatnya umum karena “kalkulus” di fisika yang dimaksudkan
sebagai bahasa atau alat untuk mengungkapkan sejumlah hukum atau gejala
alam, maka sebaiknya cara mengajarkannya selalu dikaitkan dengan topik
peristiwa, aturan, atau gejala alam yang ingin diahasakan. Kesederhanaan
serta makna dar ungkapan-ungkapan simbolik itu dalam kaitan denan gejala
atau peristiwa alam yang ingin dibahasakan perlu memperoleh prioritas.
Pengertian “integral” sebagai penjumlahan atau “diferensial” sebagai
selisih interval kecil, perlu diungkapkan data-data riil integrasi numeric
maupun diferensial numeric dengan menggunakan computer atau
kalkulatorbisa diterapkan untuk membantu maknanya dalam melikiskan
gejala alam yang teramati secara konkrit.
Namun yang perlu dicegah adalah kebiasaan menuliskan “bahasa
simbolik” yang sesungguhnya belum diketahui maknanya, sehingga hanya
akan mengelabui dirinya sendiri.
4. Kerangka logika taat azas (logical self consistency) dari hukum alam
Matematika sebagai “bahasa” yang sangat cermat memiliki sifat yang
memudahkan kita menguji ketaat-azasan (self consistency)
7
Keterampilan Generik
Ada keyakinan dalam ilmu fisika, berdasarkan pengalaman yang cukup
panjang, bahwa aturan alam memiliki sifat taat-asas secara logika (logically
self-consistent).
Kasus sederhana yang dapat ditampilkan sebagai contohnya adalah
hukum alam tentang listrik dan magnet. Secara empiric ditemukan hukum
coulomb, hukum ampere, dan hukum faraday. Jika ketiga hukum tadi
dirangkum dalam suatu kesatuandengan unkapan matematika, maka ada
semaam “keganjilan” dari segi ketaat-azasanya secara logika. Hal itu
membuat James Clark Maxwell meramalkan bahwa mash ada satu aturan
lagi yang belum ditemukan, kalau keseluruhanya harus taat-azas secara
logika. Ternyata apa yang diramal Maxwell bena. Artinya, kemudian
ditemukan lewat pengamatan bahwa memang ada hukum alam semacam itu.
Kasus lain lagi sebagai contoh adalah “keganjilan” adalah hukum-
hukum mekanika newton dengan elektrodinamika Maxwell.
Elektrodinamika meramalkan bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik
tidak akan terpengaruh oleh gerak sumber maupun pengamatnya, sedangkan
mekanika Newton memperbolehkan kecepatan objek bertambah atau
berkurang sesuai dengan gerak sumber ataupun pengamat. “keganjilan”
itulah yang kemudian melahirkan teori relatifitas Einstein. Mekanika
Newton harus dikoreksi agar keduanya taat-azas secara logika.
5. Inferensi Logika (Logical Inference)
Keyakinan akan peran logika dalam pengendalian hukum-hukum alam
menyebabkan matematika menjadi “bahasa” hukum alam yang sangat
ampuh. Dari sebuah aturan yang diungkapkan dalam matematika, kita dapat
menggali konsekuensi-konsekuensi logis yang dilahirkan semata-mata lewat
inferensi logika. Tanpa melihat bagaimana sesungguhnya makna
konkretnya, langkah semacam itu sering dilakukan dalam ilmu fisika.
Inferensi merupakan kemampuan generik yang ditujukan untuk membuat
8
Keterampilan Generik
suatu generalisasi atau mengambil suatu kesimpulan. Kesimpulan yang
ditarik dapat berupa penjelasan atau interpretasi dari hasil suatu observasi
atau suatu kajian atau berupa kesimpulan terhadap persoalan baru sebagai
akibat logis dari kesimpulan-kesimpulan atau teori-teori yang ada, tanpa
melihat bagaimana makna konkret sesungguhnya.
Ibaratnya seorang masinis kereta api yang memasuki terowongan yang
gelap dan panjang, dia tidak kenal sekelilingnya, tetapi ada keyakinan,
selama dia melewati rel yang tersedia, maka suatu saat dia akan melihat
alam terbuka kembali.
Contoh yang menarik adalah matarantai inferensi logika yang sangat
panjangdari teori relativitas Einstein, yang membahas kecepatan cahaya,
sampai pada kesimpulan bahwa ada ekivalensi antara massa benda dan
energi dengan hubungan E=mc2. Hasil inferensi logika itu bukan isapan
jempol atau ilusi belaka, karena percobaan konkret dalam ala mini ternyata
menunjukan kebanaran kesimpulan dari inferensi logika tadi.
Banyak contoh inferensi logika lain pada ilmu fisika yang menyajikan
kesimpulan yang ternyata benar-benar ada dialam ini. Positron diramlakan
lebih dahulu dari hasil inferensi logika sebelum ditemuakan eksistensinya.
Begitu pula dengan neutrino.
6. Hukum Sebab Akibat (Causality)
Seringkali ada kerancuan dalam menyimpulkan aturan yang akan kita
anggap sebagai hukum alam. Misalkan kita mengadakan sensus
(pengamatan) terhadap objek yang memang kebetulan berupa orang. Dua
diantara sekian banyak fakta yang diamati adalah: pertama, apakah orang
tersebut sering menonton televisi; kedua, apakah objek yang diamati itu
menderita penyakit jantung. Hasil sensus itu menunjukan bahwa bagian
terbesar yang sering nonton TV ternyata juga punya penyakit jantung.
Bolehkah kita mengambil kesimpulan bahwa orang-orang itu menderita
9
Keterampilan Generik
penyakit jantung karena sering menonton TV? Kesimpulan semacam itu
tidak dapat dikatakan sebagai hukum sebab-akibat (sebab = sering nonton
TV; akibat = punya penyakit jantung). Alasannya, hasil sensus tersebut juga
dapat ditafsirkan sebagai : orang-orang itu sering nonton TV karena mereka
menderita penyakit jantung (sebab = punya penyakit jantung, akibat =
sering nonton TV). Pasti banyak yang tidak setuju dengan kesimpulan yang
kedua ini.
Hukum Faraday, yang juga disimpulkan dari pengamatan empiric,
menyatakan bahea jika ada kumparan yang melingkari medan magnet, maka
pada kumparan tersebut akan timbul arus listrik jika medan magnetnya
diubah. Besarnya arus listrik yang timbul sebanding dengan cepatnya
perubahan medan magnet itu. Untuk sampai pada kesimpulan itu, yang
dilakukan adalah dengan secara sadar dan dengan variasi yang berbeda-beda
kita mengubah kuat perubahan medan magnet itu dan kemudian mengukur
besar arus yang terjadi. Pengamatan pada kumparan selalu menunjukkan
bahwa arus listrik yang timbul tepat seperti yang dilukiskan oleh aturan
tersebut. Jadi, sebuag aturan dapat dinyatakan sebagai hukum sebab-akibat
apabila ada “reproducibility” dari akibat sebagai fungsi dari penyebabnya,
yang dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja.
Sebagian besar dari aturan fisika yang disebut “hukum” adalah hukum
sebab-akibat seperti yang diungkapkan itu. Kasus nonton TV dengan
penyakit jantung lazimnya dinamakan “korelasi”. Pada bagian-bagian
tertentu dari ilmu fisika juga dikenal dengan istilah “korelasi” antara gejala
alam, tetapi itu tidak disimpulkan sebagai sebab-akibat.
Sebab akibat banyak terkait dalam proses-proses biologi sehinga
kemampuan generik ini penting dilatihkan untuk pemahaman biologi. Sebab
dapat diartikan sebagai hal yang mengakibatkan sesuatu sedangkan akibat
adalah hasil dari sesuatu peristiwa atau perbuatan.
10
Keterampilan Generik
7. Pemodelan Matematika
Kemampuan generik ini meliputi kemampuan membuat grafik atau
kemampuan mengubah grafik ke dalam bentuk kata-kata, kemampuan
membuat tabel dan menyusun data kedalam tabel atau menguraikan data
dari tabel ke dalam bentuk kata-kata, kemampuan membuat gambar atau
diagram alir tentang suatu prosedur misalnya prosedur praktikum.
Rumus-rumus yang melukiskan hukum-hukum alam dalam fisika
adalah buatan manusia yang ingin melukiskan gejala dan perangai alam
tersebut, baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif, jadi jika kita dapat
menyebutnya sebebagai “model” yang ungkapannya menggunakan “bahasa”
metematika. Karena pada hakikatnya ungkapan itu adalah “model” maka
dalam fisika kita juga mengenal model alternative (tidak harus hanya satu
model)
Untuk mekanika klasik kita kenal cara penungkapan yang paling tua,
yaitu modelnya Pak Newton. Tetapi mekanika yang sma juga dapat
diungkap dalam bentuk alternative lain, yaitu modelnya Pak Hamilton.
Kadang-kadang terasa bahwa pelajatan fisika terlalu diwarnai oleh sifat
“doktriner”: beginilah aturannya, pahami, titik. Sebaiknya koita
mengajarkan fisika juga secara jujur, model yang kita ajarkan jangan selalu
hanya satu. Jika memang ada cara lain berikan alternative itu. Biasanya
masing-masing alternative punya kelebihan dan kekurangannya. Dengan
sajian alternative kita akan dapat memahami maknanya lebih dalam lagi.
Mekanika kuantum, juga punya tiga macam alternative; pertama yang
paling popular disebut mekanika gelombang (Schrodinger), yang kedua
mekanika matriks (Heisenberg) dan yang ketiga adalah model Path Integral
(Fenyman).
11
Keterampilan Generik
Latihan pemodelan matematik gejala-gejala alam juga dapat diajarkan
dengan membuat objek-objek yang sederhana, seperti Peluruhan Badan
Radioaktif, Penurunan Suhu Secangkir Kopi Panas, dsb. Dengan peralatan
computer saat ini proses pemodelan ini dapat diajarkan dengan cara yang
lebih mudah dan menarik, karena memberi kebebasan bagi mahasiswa
untuk bereksprimen dengan model-model yang dikarangnya sendiri. Dengan
cara ini dapat dididikkan sikap “berpikir alternative” (tidak bersikeras
dengan satu macam cara mendekati sebuah permasalahan.
8. Membangun Konsep
Tidak semua gejala alam dapat dipahami dengan menggunakan bahasa
sehari-hari. Kadang-kadang kita harus membangun sebuag konsep atau
pengertian baru yang tidak ada padanannya dengan pengertian-pengertian
yang sudah ada. Pada waktu kita belajar listrik dan magnet kita temui
interaksi antara dua benda yang tidak saling bersinggungan. Agar kita dapat
“memahami” maknanya maka dibuatlah sebuah konsep yang kita namakan
medan (medan listrik, medan magnet, kemudian juga medan gravitasi).
Konsep baru tadi bukanlah semata-mata hanya cara pandang yang baru,
tetapi juga punya manfaat. Seandainya hukum Coulomb , Ampere, dan
Faraday tidak diungkap dengan menggunakan konsep medan, mungkin
Maxwell tidak akan menemukan hukum elektrodinamika yang keempat,
yang tercetus dari gagasan untuk membuat seluruh aturan elektrodinamika
itu menjadi aturan yang secara logika taat-azas. Tanpa ungkapan dengan
vektor medan, sifat tidak taat-azas tidak mudah dapat dilihat.
Contoh lain adalah konsep entropi yang kita jumpai pada
termodinamika. Konsep tersebut awalnya dibuat untuk membuat besaran
yang bersifat sebagai diferensial. Transaksi kalor saja tidak akan
membentuk diferensial dalam arti integralnya hanya bergantung pada nilai
awal dan nilai akhir, bukan tergantung pada “pilihan jalan” yang ditempuh
12
Keterampilan Generik
dari nilai awal ke nilai akhir. Diferensial itu terjadi jika transaksi kalor itu
nilainya dibagi oleh nilai suhu absolute T. di sisi lain kemudian kita jumpai
bahwa fungsi yang dibangun dari diferential semacam itu yang dinamakan
entropi, dalam kenyataannya melukiskan derajat ketidakteraturan dari sistem
yang kita bahas.
Istilah energi awalnya juga bukan istilah sehari-hari. Dari aturan
mekanikanya Newton, yang bertolak dari pengertian gaya, kemudian
dibangun konsep energi sebagai ukuran sebuah potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk melakukan suatu kerja atau usaha sewaktu-waktu
diperlukan. Sekarang istilah itu sudah memasyarakat dan diartikan sebagai
komoditi yang dapat diperdagangkan.
Salah satu tugas yang tidak mudah dalam mengajarkan fisika adalah
menanmkan konsep-konsep tersebut ke benak mereka yang belajar agar
dipahami benar maknanya. Sebab dalam pembahasan fisika selanjutnya
konsep-konsep itu akan dipakai dan kadang-kadang dijadikan variable-
variabel yang ikut berperan.
Barangkali masih ada kemahiran generik lainnya jika kita menggali
lebih dalam lagi. Ulasan ini sekedar untuk menggugah kita akan adanya
dimensi lain dalam proses pembelajaran ilmu fisika yang di masa lalu jarang
disentuh.
Kesadaran seperti itu akan berguna ketika kita merancang proses
pembelajaran. Focus pemikiran hendaknya tidak hanya dicurahkan pada
topik pengetahuan fisika, melainkan juga kepada sasaran kemahiran generik
yang ingin dilatihkan kepada mereka yang diminta untuk belajar fisika.
Dalam sebuah skripsi berjudul “Penerapan kemahiran generik oleh
pensyarah dalam pengajaran matapelajaran pendidikan dan komputer” oleh
Maryam Syahirah binti Idris, Universiti Teknologi Malaysia menyatakan bahwa
terdapat tujuh kemahiran generik yaitu kemahiran berkomunikasi, pemikiran
13
Keterampilan Generik
kritis dan kemahiran menyelesaikan masalah, kemahiran kerja berpasukan,
pembelajaran berterusan dan pengurusan tujuan, kemahiran keusahawanan, etika
dan integriti serta kemahiran kepimpinan dan proaktif merupakan tujuh
kemahiran generik yang harus diterapkan di kalangan siswa dalam Atribut
Graduan UTM 2007.
1. Kemahiran berkomunikasi meliputi komunikasi yang berkesan dalam
Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris dalam konteks yang berbeda dan dengan
peserta komunikasi yang berbeda. Kemahiran insaniah yang harus siswa kuasai
dalam kemahiran berkomunikasi ialah kebebasan menyampaikan ide dengan jelas,
berkesan dan dengan penuh keyakinan, secara lisan dan tulisan, kebebasan
mengamalkan kemahiran mendengar yang aktif dan kebebasan mengemukakan
pendapat secara jelas dengan penuh keyakinan.
2. Pemikiran kritis dan kemahiran menyelesaikan masalah juga mencakup
kebebasan berpikir secara kritis, kreatif, inovatif, analisis, serta kebebasan
mengaplikasikan pemahaman dan pengetahuan kepada masalah baru dan berbeda.
Siswa perlu menguasai kebebasan mengenal pasti dan menganalisis masalah
dalam situasi kompleks dan samar, serta kebebasan mengembangkan dan
memperbaiki kemahiran berpikir seperti menjelaskan, menganalisis dan menilai
perbincangan, kebebasan mencari ide dan mencari penyelesaian alternative dan
banyak lagi.
3. Kemahiran kerja berpasukan amat penting karena setiap hari kita
berurusan dengan orang lain di sekitar kita maka kita harus memahirkan diri
bagaimana untuk bekerja dengan orang lain dengan sebaik mungkin (Ahmad
Fadzli Yusof, 2004). Kemahiran kerja berpasukan meliputi kebebasan untuk
bekerjasama dengan orang lain dari berbagai latar belakang sosiobudaya untuk
mencapai tujuan yang sama. Antara aspek kemahiran berpasukan yang perlu
dikuasai oleh para siswa ialah kebebasan membina hubungan baik, berinteraksi
dengan orang lain dan bekerja secara efektif bersama mereka untuk mencapai
objektif yang sama, kebebasan memahami dan mengambil peranan bersilih ganti
antara ketua kumpulan dan ahli kumpulan dan kebebasan mengenali dan hormat
14
Keterampilan Generik
menghormati sikap, kelakuan dan kepercayaan orang lain.
4. Pembelajaran berterusan meliputi usaha belajar mandiri dalam
pemerolehan kemahiran dan pengetahuan baru. Kemahiran insaniah yang perlu di
kuasai siswa dalam pembelajaran berterusan ini ialah kebebasan mencari dan
mengurus tujuan yang relevan daripada berbagai sumber dan kebebasan menerima
ide baru dan berupaya untuk pembelajaran autonomi.
5. Kemahiran keusahawanan merupakan kemahiran yang penting dimiliki
oleh para siswa dalam era persaingan global berasaskan pengetahuan dan ekonomi
masa kini. Kemahiran keusahawanan meliputi usaha untuk menebak peluang dan
membangunkan kesadaran tentang risiko (risk awareness), kreativitas dan inovasi
dalam aktivitas berkaitan perdagangan dan pekerjaan. Siswa haruslah mempunyai
kebebasan untuk mengenal peluang perdagangan.
6. Begitu juga dengan etika dan integrity meliputi kebebasan untuk
mengamalkan standar moral yang tinggi dalam amalan profesional dan interaksi
sosial. Antara aspek yang harus dipenuhi oleh siswa dalam etika dan integritas ini
ialah kebebasan memahami kesan ekonomi, alam sekitar dan sosiobudaya dalam
amalan profesional dan kebebasan menganalisis dan membuat keputusan dalam
penyelesaian masalah berkaitan etika.
7. Tidak lupa juga kemahiran kepimpinan dan proaktif dimana meliputi usaha
untuk mengamalkan ciri kepimpinan dalam berbagai aktivitas. Siswa haruslah
mempunyai pengetahuan tentang teori asas kepimpinan dan berkebebasan untuk
memimpin proyek.
15
Keterampilan Generik
Bab III
ANALISIS
A. Delapan aktivitas mendasar yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
Berdasarkan temuan penelitiannya, Woods et al., (Kamsah, 2004)
menyarankan delapan aktivitas mendasar yang dapat dilakukan pada berbagai
pembelajaran, sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang diharapkan dapat
berkembang pada diri siswa, memasukkannya ke dalam silabus
pembelajaran dan mengkomunikasikannya kepada siswa. Yakinkan bahwa
siswa memahami relevansi keterampilan-keterampilan tersebut dengan
kesuksesan mereka di masa yang akan datang.
2. Gunakan riset, bukan intuisi personal, untuk mengidentifikasi
keterampilan-keterampilan target.
3. Mengeksplisitkan perilaku implisit yang diasosiasikan dengan kesuksesan
mengaplikasikan keterampilan-keterampilan.
4. Memberikan praktek ekstensif untuk penerapan keterampilan-
keterampilan, menggunakan aktivitas-aktivitas terstruktur secara teliti, dan
memberikan dorongan umpan balik konstruktif terhadap usaha siswa
dengan menggunakan bukti berdasarkan target.
5. Melakukan monitoring. Monitoring merupakan proses metakognitif
menjaga sesuatu tetap di tempatnya, mengatur, dan mengontrol proses
mental, mempertimbangkan masa lalu, yang sedang terjadi, dan
merencanakan tindakan mental.
16
Keterampilan Generik
6. Melakukan refleksi. Refleksi merupakan proses metakognitif untuk
mengetahui tindakan di masa lalu. Mengkomunikasikan masing-masing
masalah yang siswa pecahkan, atau tugas kelompok yang mereka
selesaikan, meminta mereka secara periodik melakukan refleksi
bagaimana cara mereka menyelesaikan tugas.
7. Mengkategorikan proses, tidak hanya produk. Pada beberapa tugas,
mengkategorikan proses pemecahan masalah, atau proses prapenulisan.
Mengkategorikan refleksi, menggunakan keterampilan-keterampilan
target.
8. Menggunakan asesmen standar dan daftar umpan balik.
B. Karakteristik Model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan generik
Untuk mengembangkan pembelajaran yang berorientasi keterampilan
generik, Hartono, (Admin 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran harus
memiliki karakteristik-karakteristik:
(1) mengkondisikan siswa untuk aktif berpikir,
(2) terjadi layanan bimbingan individual,
(3) memanfaatkan keunggulan komputer.
Contoh model pembelajarannya seperti: model pembelajaran berbasis
media interaktif, model pembelajaran berbasis web, dan model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
B.1. Contoh RPP yang dapat melatih kemampuan generik
RENCANA PEMBELAJARAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
Sekolah : SMU
17
Keterampilan Generik
Kelas : II
Alokasi waktu : 2X 45 menit
Indikator Materi Pelajaran Kegiatan Pembelajaranwa
ktu
Setelah
melakukan
eksperimen,
siswa dapat
menguraika
n gaya pada
sistem
koordinat
kartesian
untuk benda
dalam
keadaan
setimbang.
Setelah
melakukan
eksperimen,
siswa dapat
menggunak
an syarat
keseimbang
an untuk
gaya yang
bekerja
pada benda
dan
Gaya pada sistem
keseimbangan dapat
diuraikan berdasarkan
komponen paada sumbu
X dan komponen pada
sumbu Y diman gaya itu
bekerja. Persyaratan
keseimbangan dalam
bentuk formula
dinyatakan dengan:
∑F=0
Bila sistem dalam keadaan seimbang berlaku
Pendahuluan
Apersepsi : Siswa
menjawab pertanyaan guru
mengenai pengertian
keseimbangan
Motivasi
Guru membangkitkat Tanya
jawab dengan siswa tentang
gejala tentang
keseimbangan dalam
kehidupan sehari-hari,
dengan menanyakan pada
siswa bagaimana
menghitung besar gaya dan
tegangan tali pada sistem
keseimbangan (dalam hal
ini dicontohkan pada papan
reklame yang dipajang di
depan toko)
Kegiatan inti
Tahap I Dihadapkan pada
4’
6’
15’
18
y
T1 T2
x
W
Keterampilan Generik
tegangan
tali. Siswa
dapat
menggamba
rkan vector
gaya pada
sistem
keseimbang
an dengan
menggunak
an katrol
Massa tali dan katrol diabaikan, gaya gesekan antara tali dengn katrol diabaikan
masalah
Guru memancing siswa
dengan masalah yang akan
dijadikan landasan untuk
memulai pelajaran
keseimbangan benda tegar
dengan mengajukan
pertanyaan mengenai sistem
keseimbangan pada benda
yang terdapat dengan
kehidupan sehari-hari
dengan pertanyaan :
Dengan memperlihatkan
gambar yang digantung
pada dinding, guru
menanyakan bagaimana
cara menghitung besar
gaya yang bekerja pada
sistem keseimbangan.
Bagaimana menghitung
tegangan tali pada sistem
keseimbangan
Tahap II Pengumpulan
data untuk verifikasi.
Guru meminta siswa
mengajukan pertanyaan
dalam rangka
mengumpulkan data
terhadap masalah yang
15’
19
Keterampilan Generik
diajukan guru.
Pertanyaan siswa hanya
akan dijawab oleh guru
dengan “ya” atau “tidak”
Siswa diminta untuk
menjawab sementara
(hipotesis) dari masalah
yang diajukan guru.
Diharapkan siswa dapat
mengemukakan
pendapatnya
Tahap III Mengumpulkan
data melalui eksperimen
Guru meminta siswa untuk
melakukan eksperimen
dengan menggunakan LKS
yang telah disiapkan. Siswa
melakukan kajian literature
untuk menjawap
permasalahan yang
diberikan dan dilanjutkan
dengan :
Menyiapkan bahan dan
alat
Melakukan kegiatan
sesuai prosedur
20’
20
Keterampilan Generik
Membuat kesimpulan
Guru mengarahkan siswa
dalam bekerja
Tahap IV Merumuskan
penjelasan
Guru memberikan waktu
kepada siswa untuk
melakukan diskusi
kelompok. Siswa
melakukan diskusi
kelompok.
Mengambil intisari
informasi dari
pengumpulan data untuk
menemukan besarnya
gaya yang bekerja pada
keseimbangan.
Menggambarkan diagram
bebas untuk sistem
keseimbangan
Mengkombinasikan
penemuan dari inkuiri ke
dalam suatu penjelasan,
pernyataan atau prinsip
yang lebih formal dari
sistem keseimbangan
Dari hasil pengamatan
dalam LKS guru
memberikan pertanyaan
15’
21
Keterampilan Generik
yang mengarah pada
kesimpulan.
Tahap V. Analisis dari
proses inkuiri
Guru memberikan
dorongan pada siswa
merefleksikan
pemahaman
keseimbangan pada
benda.
Guru mengidentifikasi
dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan
untuk memperoleh
penjelasan tentang gaya
pada sistem
keseimbangan
Penilaian proses
Penutup
Siswa bersama-sama
dengan guru mengulang
kembali konsep-konsep
yang telah dipelajari.
15’
10’
Tabel B.1. Aspek kemampuan generik yang dapat dilatih lewat
pembelajaran fisika pada setiap indikator
Indikator Kegiatan PembelajaranKemampuan
Generik yang
dilatih
22
Keterampilan Generik
Setelah
melakukan
eksperimen,
siswa dapat
menguraika
n gaya pada
sistem
koordinat
kartesian
untuk benda
dalam
keadaan
setimbang.
Setelah
melakukan
eksperimen,
siswa dapat
menggunak
an syarat
keseimbang
an untuk
gaya yang
bekerja
pada benda
dan
tegangan
tali. Siswa
dapat
menggamba
rkan vector
gaya pada
Pendahuluan
Apersepsi : Siswa menjawab pertanyaan
guru mengenai pengertian
keseimbangan
Motivasi
Guru membangkitkat Tanya jawab
dengan siswa tentang gejala tentang
keseimbangan dalam kehidupan sehari-
hari, dengan menanyakan pada siswa
bagaimana menghitung besar gaya dan
tegangan tali pada sistem keseimbangan
(dalam hal ini dicontohkan pada papan
reklame yang dipajang di depan toko)
Kegiatan inti
Tahap I Dihadapkan pada masalah
Guru memancing siswa dengan masalah
yang akan dijadikan landasan untuk
memulai pelajaran keseimbangan benda
tegar dengan mengajukan pertanyaan
mengenai sistem keseimbangan pada
benda yang terdapat dengan kehidupan
sehari-hari dengan pertanyaan :
Dengan memperlihatkan gambar yang
digantung pada dinding, guru
menanyakan bagaimana cara
menghitung besar gaya yang bekerja
Kemahiran keusahaan
Pemikiran kritis Menyelesikan
masalah
Kemahiran keusahaan
Pemikiran kritis Menyelesikan
masalah Kemahiran kerja
berpasukan
Emodelan
matematika
Kerangka logika
taat asas
Pengamatan
langsung
Pemodelan
matematika
Berpikir kritis
Hokum sebab
akibat
Kemahiran
menyelesaikan
masalah
Kemahiran
23
Keterampilan Generik
sistem
keseimbang
an dengan
menggunak
an katrol
pada sistem keseimbangan.
Bagaimana menghitung tegangan tali
pada sistem keseimbangan
Tahap II Pengumpulan data untuk
verifikasi.
Guru meminta siswa mengajukan
pertanyaan dalam rangka
mengumpulkan data terhadap
masalah yang diajukan guru.
Pertanyaan siswa hanya akan dijawab
oleh guru dengan “ya” atau “tidak”
Siswa diminta untuk menjawab
sementara (hipotesis) dari masalah
yang diajukan guru. Diharapkan
siswa dapat mengemukakan
pendapatnya
Tahap III Mengumpulkan data
melalui eksperimen
Guru meminta siswa untuk melakukan
eksperimen dengan menggunakan LKS
yang telah disiapkan. Siswa melakukan
kajian literature untuk menjawap
permasalahan yang diberikan dan
dilanjutkan dengan :
Menyiapkan bahan dan alat
Melakukan kegiatan sesuai prosedur
Membuat kesimpulan
Guru mengarahkan siswa dalam
berkomunikasi
Kemahiran
berpikir kritis
Kemahiran
mnyelesikan
masalah
Kemahiran
berkomunikasi
Hokum sebab
akibat
Inferensi logika
Pengamatan
lansung
Kemahiran kerja
berpasukan
Membangun
konsep
Kemahiran
menyelesaikan
masalah
24
Keterampilan Generik
bekerja
Tahap IV Merumuskan penjelasan
Guru memberikan waktu kepada siswa
untuk melakukan diskusi kelompok.
Siswa melakukan diskusi kelompok.
Mengambil intisari informasi dari
pengumpulan data untuk menemukan
besarnya gaya yang bekerja pada
keseimbangan. Menggambarkan
diagram bebas untuk sistem
keseimbangan
Mengkombinasikan penemuan dari
inkuiri ke dalam suatu penjelasan,
pernyataan atau prinsip yang lebih
formal dari sistem keseimbangan
Dari hasil pengamatan dalam LKS
guru memberikan pertanyaan yang
mengarah pada kesimpulan.
Tahap V. Analisis dari proses
inkuiri
Guru memberikan dorongan pada
siswa merefleksikan pemahaman
keseimbangan pada benda.
Guru mengidentifikasi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan
untuk memperoleh penjelasan tentang
gaya pada sistem keseimbangan
Penilaian proses
Penutup
Kemahiran kerja
berpasukan
Pemikiran kritis
Inferensi logika
Etika dan
integrity
Kemahiran
mengemukakan
pendapat
Etika dan
integrity
Bahasa simbolik
Pembelajaran
berteusan
Kemahiran
25
Keterampilan Generik
Siswa bersama-sama dengan guru
mengulang kembali konsep-konsep
yang telah dipelajari.
berpikir kritis
B.2. Contoh lembar kerja siswa
Lembar Kerja Siswa
GAYA PADA SISTEM KESEIMBANGAN
I. Tujuan
Menyelidiki gaya yang bekerja pada tali
II. Permasalahan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui sistem keseimbangan dengan
menggunakan tali, seperti tali pada gantungan bola lampu, lukisan yang
digantungkan dengan tali pada dinding. Gaya-gaya apa saja yang bekerja
pada bola lampu. Berapa besar gaya tegangan tali pada sistem tersebut
Bagaimana cara menggambarkan diagram bebas dari sustu sistem
keseimbangan, seperti gantungan bola lampu dan lukisan tersebut.
III. Alat dan Bahan
1. Batang statif pendek
2. Batang ststif panjang
3. Dasar statif balok pendukung kaki ststif, puli 50mm
4. Poros penghubung pendek dengan jumlah masing-masing 2
26
Keterampilan Generik
5. Tali nylon secukupnya
6. Beban 50 gram 10 buah
7. Neraca pegas 3 buah
IV. Kegiatan
Sebelum melakukan percobaan pastikan semua alat dalam keadaan baik.
Lakukan kegiatan berikut ini:
1. Rangkailah alat seperti pada gambar berikut ini :
2. Gantungkan sebuah beban 50 gram dengan menggunakan sebuah tali yang
dikaitkan pada statif.
3. Amati beban yang tergantung pada benda, bagaimana keadaan sistem….
4. Berapa angka yang ditunjukan oleh neraaca pegas :…N.
5. Angka yang ditunjukan oleh neraca pegas disebut….
27
Neraca pegasStatif
Beban
Dasar Statif
Keterampilan Generik
6. Berapa berat beban….
7. Bagaimana hubungan besarnya gaya yang ditunjukan oleh neraca pegas
dengan berat benda yang anda dapatkan. Jelaskan!
8. Gambarkan vector gaya dalam diagram bebas yang bekerja pada benda.
9. berapakah jumlah reultan gaya yang bekerja pada benda….
10. Apa yang bisa anda simpulkan untuk benda dalam keadaan seimbang
Hasil ini merupakan syarat benda dikatakan seimbang
Kesimpulan
1. Gaya-gaya yang bekrja pada benda terdiri dari gaya… dan gaya…
2. Keseimbangan pada benda terjadi jika….
3. Buatlah formula untuk syrat keseimbangan pada benda :
a. Dua dimensi
b. Tiga dimensi
B.3. Contoh Instrumen untuk mengukur keterampilan generik
1. Diketahui timbangan seperti gambar di bawah ini. Anggap batang dan
kabel tidak bermassa dan sistem dalam keadaan setimbang static. Hitung
m1 dan m2 (skor 3)
28
Gambar : Vektor gaya dan Diagram Bebas
Keterampilan Generik
2. Sebuah lukisan bermassa 0,60 kg digantungkan oleh sebuah kawat ringan
yang dihubungkan kedua titik pojok atas lukisan membentuk sudut 30
derajat terhadap horizontal, Tentukanlah : (skor 3)
a. Komponen vertical tegangan tali
b. Besar tegangan tali (T) (percepatan gravitasi :10 m/s2)
3. Tentukan besar dan letak titik tangkap resultan gaya dari titik B sehingga
sistem dalam keadaan seimbang (skor 3)
29
T T
5 N
AB C
2 N8 N
5m 5m
0,27kg
0,30kg
m1m2
Keterampilan Generik
4. Tiga partikel ditempatkan pada sistem koordinay katesius sebagai berikut.
Partikel A dengan massa 3 kg di (0,2), B dengan massa 4 kg di (0,1) dan
C dengan massa 5 kg di (4,6). Semua jarak diukur dalam meter. (skor 3)
a. Gambarkan pada koordinat kartesian, ketiga partikel tersebut
b. Tentukan letak titik berat ketiga partikel tersebut
5. Pada batang AD bekerja empat buah gaya sejajar, masing-masing 16 N
dan F2 = F4 = 24 N seperti tampak pada gambar. (skor 3)
a. Tentukan besar momen kopel pada batang AD!
b. Tentukan arah perputaranya!
Tabel B.4. Indikator keterampilan generik pada instrumen
Definisi
konsep
Indikator penguasaan
konsep
Indikator keterampilan
generik
Nomor
soal
Ukuran
efektifitas
suatu gaya
dalam
Siswa dapat
mendefinisikan
momen gaya
Siswa dapat
Bahasa simbolik
Pemodelan matematik
No. 1,2
30
F3
F2
F1
F4
2m 2m
2mA B
C D
Keterampilan Generik
menghasilkan
rotasi benda
mengelilingi
sumbu
putarnya
menjelaskan factor-
faktor yang
mempengaruhi
momen gaya
Pasangan dua
buah gaya
yang sejajar
dan sama
besar
Siswa dapat
menentukan besarnya
suatu kopel yang
bekerja pada benda
Siswa dapat
menentukan titik
tangkap gaya resultan
Pengamatan tak
langsung
No.3
Keseimbangan
benda tegar
dipenuhi bila
resultan gaya
dan resultan
momen gaya
sama dengan
nol
Siswa dapat
menentukan syarat
keseimbangan benda
tegar
Siswa dapat
menerapkan syarat
keseimbangan benda
tegar dalam
kehidupan sehari-hari
Membangun konsep No.2
Titik berat
benda
merupakan
titik dimana
berat total
sebuah benda
bekerja
Siswa dapat
menentukan titik berat
benda untuk benda
yang berbentuk pelat
tipis
Siswa dapat
menentukan titik berat
benda melalui sistem
koordinat kartesian
Pengamatan langsung
Pemodelan matematika
No.4
31
Keterampilan Generik
Siswa dapat
menerapkan konsep
titik berat benda untuk
menentukan letak titik
berat suatu sistem
Perubahan
posisi titik
berat akibat
benda
diberikan gaya
luar
Siswa dapat
membedakan 3
stabilitas
kesetimbangan
Hubungan sebab akibat No.5
32
Keterampilan Generik
BAB IV
KOMENTAR
Pembelajaran fisika memang tidak menjawab semua kebutuhan manusia
akan keterampilan-ketermpilan yang dibutuhkan manusia dalam mengarungi
kehidupan. Oleh karena itu ada baiknya bila seorang guru sains (fisika)
mengetahui dan merancang pembelajaran yang berorientasi pada kemahiran
generik yang bisa dicapai dalam pembelajaran fisika. Makalah ini telah membahas
beberapa hal-hal yang dibutuhkan terkait untuk mengembangkan keterampilan
generik seperti karakteristik model yang mendukung peningkatan keterampilan
generik, contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan contoh
instrument yang dapat mengukur keterampilan generik. Setelah membaca makalah
ini diharapkan seorang guru dapat menyampaikan pelajaran fisika yang
sesungguhnya. Dengan begitu mereka (siswa) dapat memiliki sebagian
keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi masa depanya walaupun
nantinya mereka tidak akan bersentuhan langsung dengan bidang fisika.
A. Kelebihan kemampuan generik
Keterampilan generik dapat diaplikasikan pada bidang ilmu pengetahuan
lain selain ilmu fisika
Keterampilan generik dapat dicapai hanya dengan mempelajari fisika
33
Keterampilan Generik
B. Kelemaham kemampuan generik
Kemampuan generik tidak bisa dicapai dengan mudah oleh anak-anak
yang memiliki keterbatasan kemampuan
Kemampuan generik hanya bisa dikembangkan melalui model-model
pembelajaran tertentu saja.
Keterampilan generik hanya bisa dicapai melalui pembelajaran fisika
secara utuh
Guru harus mampu menyajikan semua pokok bahasan fisika sesuai dengan
metode yang tepat dan bervariasi.
Dalam mengukur keterampilan generik, diperlukan instrument khusus
34
Keterampilan Generik
DAFTAR PUSTAKA
Assumpta, M. (2004). Benedictus Suprapto Brotosiswojo. Catatan 70 Tahun.
Bandung: Sangkris
Darmadi, I.W. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains terhadap Calon Guru Pada Materi Thermodinamika. Tesis Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung, Tidak diterbitkan
Gunawan. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interktif untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan berpikir kritis calon guru pada materi elastisitas. Tesis Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung, Tidak diterbitkan
Marhendri. (2007). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada materi keseimbangan benda tegar untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA. Tesis Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung, Tidak diterbitkan
Syahirah binti Idris, M. (2009) Penerapan kemahiran generik oleh pensyarah dalam pengajaran matapelajaran pendidikan dan komputer. Skripsi Sarjana Universiti Teknologi Malaysia. (Online), Tersedia: http://pdf-search-engine.com/keterampilan-generik-sains-pdf.html[9 Desember 2009]
Admin, Keterampilan Generik Sains. (Online), Tersedia:http://fisika21.wordpress .com/2009/11/15/keterampilan-generik-sains/[9 Desember 2009]
35
Keterampilan Generik
36