Upload
lynga
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1261
MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS
DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA GURU BIOLOGI
Eka Fitriah
Jurusan Tadris IPA Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
E-mail : [email protected]
ABSTRAK Pembelajaran di perguruan tinggi merupakan suatu proses perubahan tingkah laku mahasiswa
melalui interaksi dengan lingkungannya. Mahasiswa harus memiliki kemandirian dalam
belajar. Model Research Based Learning dapat dijadikan salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat diterapkan, karena melalui model ini mahasiswa dapat melakukan
eksplorasi, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar.
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan ragam etnozoologi pada penerapan model RBL,
mengkaji efektivitas penerapan model RBL etnozoologi, mengkaji peningkatan KGS dan sikap
ilmiah, serta mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model RBL. Jenis penelitian adalah
penelitian kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian one group pretest
postest design. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ragam etnozoologi yang
dipilih oleh mahasiswa dalam proyek penelitiannya memenuhi tiga kelompok, yaitu hewan
sebagai bahan pangan, budidaya, obat-obatan; hewan yang menjadi simbol, mitos, agama, seni
budaya; serta hewan yang menjadi ornament dan dekorasi. Terdapat peningkatan nilai pretest
ke postest dengan N-Gain rata-rata 0,56 kriteria sedang, dari hasil uji t diperoleh p value
0,000, jika p value < 0,005, dapat disimpulkan bahwa model RBL efektif diterapkan pada
pembelajaran, N-Gain tertinggi pada indikator KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori
sedang, sedangkan N gain KGS yang terendah pada indikator membagun konsep sebesar 0,31
kategori sedang, persentase peningkatan sikap ilmiah sebesar 84,80 %, dan mahasiswa
memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model RBL dengan kategori kuat sebesar
62% dan kategori sangat kuat sebesar 38%.
Kata Kunci : Model Research Based Learning, Etnozoology, Keterampilan Generik Sains,
Sikap Ilmiah
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hakekat pendidikan menurut
UNESCO mengintegrasikan empat pilar
pendidikan, yaitu learning to know,
learning to do, learning to be and
learning to live together (Delors, 1996).
Pembelajaran di perguruan tinggi
merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku mahasiswa melalui interaksi
dengan lingkungannya. Mahasiswa harus
memiliki kemandirian dalam belajar.
Selama ini dalam kegiatan belajar
mengajar ketergantungan mahasiswa
terhadap informasi yang diberikan oleh
dosen masih mendominasi. Proses
pembelajaran diharapkan dapat dilakukan
dengan berpusat pada mahasiswa
sehingga mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan
berpikirnya, melatih keterampilannya dan
dapat berubah sikapnya sehingga lebih
tanggungjawab terhadap tugas yang
diberikan oleh dosen.
Mahasiswa calon guru biologi
harus memiliki kemampuan menjadi
fasilitator yang baik dalam proses
pembelajaran. Mahasiswa harus mampu
menemukan sendiri pengetahuannya dan
mentransformasikan informasi kompleks
dengan memecahkan masalah serta
menemukan segala sesuatu untuk dirinya
(Trianto, 2007). Untuk itu, mahasiswa
harus mampu menemukan dan
membangun sendiri pengetahuannya
dengan tanggung jawab dalam
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1262
merencanakan dan melakukan kegiatan-
kegiatan yang mendorong kearah belajar.
Undang – undang Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional pada Bab X
pasal 36 ayat (3) butir c menyatakan
bahwa, kurikulum disusun dengan
memperhatikan keragaman potensi
daerah dan lingkungan. Menurut Subagja
(2006) dalam belajar sains, lingkungan
sekitar dapat dijadikan laboratorium
sehingga menjadikan pembelajaran tidak
tekstual tetapi kontekstual.
Pembelajaran harus kontekstual
sehingga membantu mahasiswa
menemukan sendiri makna dalam
pelajaran mereka dengan cara
menghubungkan materi akademik dengan
konteks kehidupan keseharian mereka.
Selain itu, mahasiswa harus dilatih untuk
dapat melakukan penelitian yang terkait
dengan materi dan konsep yang sedang
dipelajarinya agar mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif.
Model Research based learning
(RBL) atau pembelajaran berbasis riset
merupakan salah satu pendekatan student
center yang mengintegrasikan riset dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga
pembelajaran lebih bermakna. Model
RBL dapat dijadikan salah satu alternatif
model yang dapat diterapkan pada
pembelajaran, karena melalui model ini
mahasiswa dapat melakukan eksplorasi,
interpretasi, dan sintesis informasi untuk
memperoleh berbagai hasil belajar
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Etnozoologi merupakan bagian
dari etnobiologi yang mengkaji hubungan
(interrelationship) yang ada pada masa
lampau dan masa kini antara masyarakat
dengan hewan yang ada disekitarnya.
Mata kuliah zoologi vertebrata
mempelajari berbagai macam hewan
bertulang belakang yang ada di sekitar
kehidupan mahasiswa, sehingga
memungkinkan untuk diterapkan
pembelajaran yang dikaitkan dengan
fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
Perkuliahan zoologi vertebrata dapat
memanfaatkan lingkungan disekitar
mahasiswa, misalnya lingkungan
kampus, pasar tradisional, supermarket,
pasar burung, pasar ikan hias, pet shop,
Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
peternakan dan kebun binatang. Tiap
daerah tempat tinggal mahasiswa
memiliki budaya dan keunggulan lokal
yang berbeda-beda serta kekhasan
sendiri-sendiri.
Cirebon merupakan salah satu
wilayah bagian dari provinsi Jawa Barat
yang terletak pada di daerah pantai Utara
Jawa memiliki potensi lokal yang sangat
banyak dan beragam. Hal tersebut dapat
dieksplorasi dan dapat dijadikan sebagai
salah satu sumber belajar bagi
mahasiswa. Potensi-potensi lokal di
wilayah Cirebon, antara lain komoditi
sumberdaya perikanan dan peternakan
yang melimpah, adanya keunggulan lokal
seperti batik, lukisan kaca, aneka kuliner
yang khas, beberapa keraton (Kanoman,
Kasepuhan dan Kacirebonan) serta nilai-
nilai kearifan lokal dan budaya lokal di
Cirebon masih dijunjung tinggi oleh
masyarakat dapat digunakan sebagai
sumber belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
perlu diterapkan pembelajaran yang
dikaitkan dengan potensi lokal serta
dapat memberikan bekal learning how to
learn sekaligus learning how to unlearn,
tidak hanya belajar teori, tetapi juga
mempraktekkannya untuk memecahkan
problema kehidupan sehari-hari pada
mahasiswa. Oleh karena itu, melalui
penerapan model RBL etnozoologi
diharapkan dapat meningkatkan
keterampilan generik sains dan sikap
ilmiah mahasiswa calon guru biologi.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam
penelitian ini, adalah :
a. Bagaimanakah ragam etnozoologi
yang dijadikan bahan kajian dalam
penerapan model RBL ?
b. Bagaimanakah efektivitas penerapan
Model RBL etnozoologi pada
pembelajaran zoologi vertebrata ?
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1263
c. Bagaimanakah peningkatan
keterampilan generik sains
mahasiswa calon guru biologi setelah
diterapkan model RBL etnozoologi ?
d. Bagaimanakah peningkatan sikap
ilmiah mahasiswa calon guru biologi
setelah diterapkan Model RBL
etnozoologi ?
e. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa
terhadap penerapan model RBL
Etnozoologi?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk :
a. mendeskripsikan ragam etnozoologi
yang dikaji pada penerapan model
RBL etnozoologi
b. mengkaji efektivitas penerapan
Model RBL etnozoologi pada
pembelajaran zoologi vertebrata.
c. mengkaji peningkatan keterampilan
generik sains mahasiswa calon guru
biologi setelah diterapkan Model
RBL etnozoologi
d. mengkaji peningkatan sikap ilmiah
mahasiswa calon guru biologi setelah
diterapkan Model RBL etnozoologi.
e. Mengetahui tanggapan mahasiswa
terhadap penerapan model RBL.
B. KAJIAN LITERATUR DAN
HIPOTESIS
1. Model Research Based Learning (RBL)
Model Research Based learning
merupakan model yang dikembangkan
oleh Griffith University (2008).
Pembelajaran berbasis riset didasari
filosofi konstruktivisme yang mencakup
empat aspek, yaitu : pembelajaran yang
membangun pemahaman mahasiswa,
pembelajaran dengan mengembangkan
prior knowledge, pembelajaran yang
merupakan proses interaksi sosial dan
pembelajaran bermakna yang dicapai
melalui pengalaman nyata.
Riset merupakan sarana penting
untuk meningkatkan mutu pembelajaan.
Komponen riset terdiri dari latar belakang,
prosedur,pelaksanaan, hasil riset dan
pembahasan serta publikasi riset.
Kesemuanya memberi makna penting yang
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang;
formulasi permasalahan, penyelesaian
permasalahan dan mengkomunikasikan
manfaat penelitian. RBL merupakan salah
satu model pembelajaran yang
menggunakan authentic learning, problem
solving, cooperative learning, contextual
learning serta inquiry discovery learning
yang didasarkan pada filosofi
konstruktivisme. (Clark, 1997).
Model RBL atau PBR
(Pembelajaran Berbasis Riset) merupakan
salah satu model yang mengintegrasikan
riset dalam proses pembelajaran. Model ini
memberikan peluang dan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mencari
informasi, menyusun hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis
data,membuat kesimpulan dan laporan
hasil penelitian. Dalam aktivitas ini
berlaku pembelajaran dengan pendekatan
learning by doing. Oleh karena itu RBL
membuka peluang bagi pengembangan
metode pembelajaran, antara lain :
a. Pembaharuan pembelajaran (pengayaan
kurikulum) dengan mengintegrasikan
hasil riset
b. Partisipasi aktif mahasiswa dalam
pelaksanaan riset
c. Pembelajaran menggunakan instrument
riset
d. Pengembangan konteks riset secara
inklusif (mahasiswa mempelajari
prosedur dan hasil riset untuk
memahami seluk beluk sintesis)
Research Based Learning atau
Pembelajaran Berbasis Riset bertujuan untuk
menciptakan proses pembelajaranyang
mengarah pada aktifitas analisis, sintesis dan
evaluasi serta meningkatkan kemampuan
peserta didik dan dosen dalam hal asimilasi
dan aplikasi pengetahuan (Pusdik UGM,
2009).
Secara umum tujuan terlaksananya PBR
sebagai berikut : Meningkatkan
kebermaknaan mata kuliah agar lebih bersifat
kontekstual melalui pemaparan hasil-hasil
penelitian; Memperkuat kemampuan berpikir
peserta didik sebagai peneliti; Melengkapi
pembelajaran melalui internalisasi nilai
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1264
penelitian, praktik, dan etika penelitian
dengan cara melibatkan penelitian;
Meningkatkan mutu penelitian di Perguruan
Tinggi dan melibatkan peserta didik dalam
kegiatan penelitian; Meningkatkan
pemahaman mahasiswa tentang
perkembangan suatu ilmu melalui penelitian
yang berkelanjutan; Meningkatkan
pemahaman tentang peran penelitian dalam
inovasi sehingga mendorong mahasiswa untuk
selalu berpikir kreatif di masa datang;
Meningkatkan kualitas dan kemutakhiran
pembelajaran secara umum (Pusdik UGM,
2009).
2. Etnobiologi dan etnozoologi
Etnobiologi berasal dari kata Etnologi
yaitu ilmu yang mempelajari tentang etnis,
suku, atau masyarakat lokal serta budaya yang
ada pada masyarakat tersebut, dan Biologi
yaitu studi tentang hidup dan organisme
hidup. Etnobiologi diartikan sebagai studi
ilmiah pada dinamika hubungan diantara
masyarakat, biota, dan lingkungan yang telah
ada sejak dulu dan hingga sekarang. Selain
itu, Etnobiologi merupakan studi tentang
bagaimana interaksi masyarakat tertentu
(etnis) pada seluruh aspek lingkungan alami
(Anderson, 2011).
Menurut Anderson (2011), terdapat
beberapa subdisiplin ilmu dari etnobiologi,
antara lain:
1. Etnobotani, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji hubungan antara masyarakat
dengan tanaman. Dalam hal ini, peneliti
menggali informasi tentang bagaimana
masyarakat memanfaatkan tanaman
tertentu, apakah untuk pengobatan, ritual
adat, pakaian, alat rumah tangga dan
sebagainya.
2. Etnozoologi, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji interrelationship yang ada pada
masa lampau dan masa kini antara
masyarakat dengan hewan yang ada
disekitarnya.
3. Etnoekologi, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji cara (metode) beberapa
kelompok masyarakat pada lokasi atau
daerah yang berbeda dalam memahamai
ekosistem di sekitar tempat tinggalnya
(bagaimana pemahaman terhadap
lingkungan tempat tinggalnya, dan
bagaimana interaksi yang terjadi antara
masyarakat terhadap lingkungan tempat
tinggalnya; pemanfaatan, pengelolaan
dan pelestarian lingkungan)
4. Etnolikenologi, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji interaksi yang terjadi pada
liken dengan masyarakat tertentu (etnis)
baik pada masa lampau maupun masa
kini.
5. Etnomikologi, yaitu studi ilmiah yang
mengkaji interaksi yang terjadi pada
kelompok jamur dengan masyarakat
tertentu (etnis) di masa lampau dan masa
kini.
Interaksi yang dikaji dalam
etnobiologi merupakan interaksi baik
pemanfaatan, pengelolaan maupun upaya
pelestarian yang dilakukan masyarakat
tertentu (etnis). Biasanya pada kajian
interaksi akan berhubungan dengan adat
istiadat, mitos dan budaya yang telah
tertanam pada masyarakat lokal tertentu
(etnis). Tujuan dari kegiatan melakukan
studi etnobiologi ini adalah menggali
informasi dan kekayaan intelektual
masyarakat lokal (etnis) yang memiliki
makna dan kearifan lokal yang
bermanfaat dalam menjaga
keseimbangan alam dan upaya
konservasi lingkungan, serta kehidupan
manusia (Alves, 2012).
Menurut Alves (2012) ragam
etnozoologi dibagi menjadi delapan
kelompok berdasarkan hubungan antara
kebudayaan manusia dengan hewan-
hewan di lingkungannya.
Pengelompokan peran hewan tersebut
antara lain sebagai : bahan
pangan/kuliner; bahan obat-obatan;
peliharaan; simbol/ mitos/ agama/ seni
budaya; ornament /dekorasi / peralatan;
domestikasi; pemanfaatan tenaga
(misalnya untuk transportasi); hewan
koleksi (misalnya kebun binatang).
3. Keterampilan Generik Sains Keterampilan generik merupakan
kemampuan intelektual hasil perpaduan
atau interaksi kompleks antara
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1265
pengetahuan dan keterampilan.
Keterampilan generik adalah strategi
kognitif yang dapat berkaitan dengan
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor
yang dapat dipelajari dan tertinggal dalam
diri siswa. Sehingga keterampilan generik
dapat diterapkan pada berbagai bidang
(Brotosiswoyo, 2011).
Keterampilan generik juga sebagai
kemampuan dan atribut untuk hidup dan
bekerja. Keterampilan generik dapat
digunakan untuk semua jenis pekerjaan,
termasuk kompetensi dasar atau
kemampuan kunci yang mencakup
kemampuan kognitif, personal, dan
interpersonal yang berhubungan dengan
kepegawaian. Keterampilan generik sangat
berguna untuk melanjutkan pendidikan dan
kesuksesan karier.
Menurut Gagne dalam Brotosiswoyo
(2011) jenis utama dari keterampilan
generik adalah keterampilan berpikir,
strategi pembelajaran, dan keterampilan
metakognitif. Sedikitnya ada tiga bagian
utama keterampilan generik. Komponen
yang paling lazim adalah prosedur, prinsip,
dan mengingat. Adapun indikator
Keterampilan Generik Sains meliputi:
1) Pengamatan langsung
Pengamatan langsung Sains merupakan
ilmu tentang fenomena dan perilaku alam
sepanjang masih dapat diamati oleh
manusia. Hal ini menuntut adanya
kemampuan adanya kemampuan manusia
untuk melakukan pengamatan langsung
dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab
akibat dari pengamatan tersebut.
2) Pengamatan tidak langsung
Dalam pengamatan tak langsung, alat
indera yang digunakan manusia memiliki
keterbatasan. Untuk mengamati
keterbatasan tersebut manusia melengkapi
diri dengan berbagai peralatan. Beberapa
gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika
kontak langsung dengan tubuh manusia
Cara ini dikenal dengan pengamatan tak
langsung.
3) Kesadaran tentang skala besaran (sense
of scala)
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
maka seseorang yang belajar sains akan
memiliki kesadaran akan skala besaran
dari berbagai obyek yang dipelajarinya
4) Bahasa simbolik
Untuk memperjelas gejala alam yang
dipelajari oleh setiap rumpun ilmu
diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi
komunikasi dalam bidang ilmu tersebut.
5) Kerangka logika taat azas dari hukum
alam. Pada pengamatan panjang tentang
gejala alam yang dijelaskan melalui
banyak hukum-hukum, orang akan
menyadari keganjilan dari sifat taat
asasnya secara logika. Untuk membuat
hubungan hukum-hukum itu agar taat
asas, maka perlu ditemukan teori baru
yang menunjukkan kerangka logika taat
asas.
6) Inferensi atau konsistensi logika
Logika sangat berperan dalam
melahirkan hukum-hukum sains. Banyak
fakta yang tak dapat diamati langsung
dapat ditemukan melalui inferensia
logika dari konsekuensi-konsekuensi
logis hasil pemikiran dalam belajar sains
7) Hukum sebab akibat
Rangkaian hubungan antara berbagai
faktor dari gejala yang diamati diyakini
sains selalu membentuk hubungan yang
dikenal sebagai hukum sebab akibat.
8) Pemodelan matematis
Untuk menjelaskan hubungan-hubungan
yang diamati diperlukan bantuan
pemodelan matematik agar dapat
diprediksikan dengan tepat bagaimana
kecendrungan hubungan atau perubahan
suatu fenomena alam.
9) Membangun konsep
Tidak semua fenomena alam dapat
dipahami dengan bahasa sehari-hari,
karena itu diperlukan bahasa khusus ini
yang dapat disebut konsep. diuji
keterapannya.
10) Abstraksi
Terdapat beberapa materi kimia yang
bersifat abstrak, sehingga perlu
menggambarkan atau menganalogikan
konsep atau peristiwa yang abstrak ke
dalam bentuk kehidupan nyata sehari-
hari. Seperti dengan membuat visual
animasi-animasi dari peristiwa
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1266
mikroskopik yang bersifat abstrak
tersebut
4. Sikap Ilmiah
Karhami (2005), menyatakan bahwa
sikap juga merupakan suatu
kecenderungan untuk bertindak (tendency
to behave). Wilayah attitude mencakup
juga wilayah kognitif, anak dapat
membatasi atau mempermudah untuk
menerapkan suatu keterampilan dan
pengetahuan yang dikuasainya.
Menurut Iskandar (2004) Sikap
adalah sebuah trait yang selain aktif
mempelajarinya, tetapi telah ditampilkan
dengan perubahan tingkah laku yang
sesuai. Biasanya sikap memerlukan
bakat, minat, dan aktif yang merubah
perilaku. Sikap pada umumnya
merupakan hasil dari learning dan praktis
dan pula hasil dari perpaduan berbagai
trait dan ability.
Sikap ilmiah mempunyai arti yang
luas yaitu sikap-sikap yang harus dimilki
oleh seorang saintis yang terdiri dari
berbagai macam jenisnya ,mulai dari
objektif, jujur, toleransi, bertanggung
jawab, cermat bekerja, disiplin, rasa ingin
tahu, peduli lingkungan dan terbuka
dalam mengumpulkan data. Sikap ilmiah
tidak hanya berguna didalam suatu
organisasi akan tetapi juga dalam
kehidupan masyarakat, juga dapat
membentuk kepribadian baik dari
seseorang.
Sikap ilmiah dalam pembelajaran
Sains sering dikaitkan dengan sikap
terhadap Sains. Keduanya saling
berbubungan dan keduanya
mempengaruhi perbuatan. Pada tingkat
sekolah dasar sikap ilmiah difokuskan
pada ketekunan, keterbukaan, kesediaan
mempertimbangkan bukti, dan kesediaan
membedakan fakta dengan pendapat
(Kartiasa, 1980). Penilaian hasil belajar
Sains dianggap lengkap jika mencakup
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sikap merupakan tingkah laku yang
bersifat umum yang menyebar tipis
diseluruh hal yang dilakukan siswa.
Tetapi sikap juga merupakan salah satu
yang berpengaruh pada hasil belajar
siswa.
Sikap ilmiah dibedakan dari sekedar
sikap terhadap Sains, karena sikap
terhadap Sains hanya terfokus pada
apakah siswa suka atau tidak suka
terhadap pembelajaran Sains. Tentu saja
sikap positif terhadap pembelajaran Sains
akan memberikan kontribusi tinggi dalam
pembentukan sikap ilmiah siswa tetapi
masih ada faktor lain yang memberikan
kontribusi yang cukup berarti.
Menurut Harlen (1996), ada empat
jenis sikap yang perlu mendapat
perhatian dalam pengembangan sikap
ilmiah siswa: (1) sikap terhadap tugas
yang diberikan, (2) sikap terhadap diri
mereka sebagai siswa, (3) sikap terhadap
ilmu pengetahuan, khususnya Sains, dan
(4) sikap terhadap obyek dan kejadian di
lingkungan sekitar. Keempat sikap ini
akan membentuk sikap ilmiah yang
mempengaruhi keinginan seseorang
untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu,
dan cara seseorang merespon kepada
orang lain, obyek, atau peristiwa.
Pengukuran sikap ilmiah dapat
didasarkan pada pengelompokkan sikap
sebagai dimensi sikap selanjutnya
dikembangkan indicator-indikator sikap
untuk setiap dimensi sehingga
memudahkan menyusun butir instrumen
sikap ilmiah.
5. Penelitian yang relevan
Penelitian Umar, dkk (2011), tentang
Pengembangan pembelajaran Berbasis
Riset (PBR) di Program studi Fisika
FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
dengan tujuan untuk menemukan model
pembelajaran berbasis riset di prodi
pendidikan fisika, mengimplementasikan
pembelajaran berbasis riset, mendapatkan
gambaran hasil pembelajaran berbasis
riset di prodi pendidikan fisika. Hasil
penelitian menunjukkan salah satu
pengembangan pembelajaran ke model
pembelajaran berbasis riset adalah
pembelajaran dengan langkah-langkah
pada kegiatan inti pembelajaran, sebagai
berikut : memberikan pokok materi yang
sedang dipelajari, menunjukkan hasil
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1267
penelitian dosen yang terkait dengan
materi yang dibahas,membagi kelompok
mahasiswa untuk berdiskusi,memberikan
penugasan kepada mahasiswa dalam
bentuk diskusi dalam kelompok-
kelompok dan menganalisis hasil
penelitian serta bersama dosen membuat
kesimpulan. Pembelajaran berbasis riset
efektif meningkatkan prose pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar
mahasiswa.
Penelitian Jumrodah (2010), tentang
Upaya meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Keterampilan generik Sains
Melalui kegitan Praktikum Zoologi
Vertebrata pada Mahasiswa Biologi
STAIN Palangkaraya. Tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui pemahaman
konsep mahasiswa setelah diterapkan
pembelajaran praktikum dan untuk
mengetahui peningkatan Keterampilan
generik sains mahasiswa setelah
diterapka praktikum zoologi vertebrata.
Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan pemahaman konsep ditlihat
dari N-Gain sebesar 0,51 kategori sedang
dan terdapat peningkatan KGS sebesar
0,57 dengan kategori sedang.
Suryawati, dkk (2012), meneliti
tentang Pengembangan Pembelajaran
Kontekstual RANGKA (Rumuskan,
Amati, Nyatakan, Gabungkan, Amalkan)
Berbasis Pendidikan Karakter pada mata
pelajaran Biologi kelas XI SMA.
Parameter untuk sikap ilmiah yang terdiri
atas 5 indikator yaitu rasa ingin tahu,
jujur, disiplin, tanggung jawab dan
komunikatif. Keterampilan berpikir kritis
terdiri atas 5 indikator yaitu
menganalisis, merumuskan masalah,
mengumpulkan data, memecahkan
masalah dan menilai. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata sikap ilmiah siswa
mengalami peningkatan yaitu 70.05
(awal), dan 83.73 (akhir). Rata-rata
keterampilan berpikir kritis 63.85 (awal),
dan 74,10 (akhir). Penelitian telah
dihasilkan prototype bahan ajar,
instrumen penilaian sikap ilmiah dan
keterampilan berfikir kritis, untuk
selanjutnya akan direvisi dan
dikembangkan. Pengembangan
pembelajaran kontekstual RANGKA
berpotensi untuk meningkatkan sikap
ilmiah dan keterampilan berfikir kritis
siswa dalam pembelajaran Biologi di
SMA.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini, adalah :
Penerapan Model Research Base
Learning (RBL) Etnozoologi efektif
untuk meningkatkan Keterampilan
Generik Sains dan Sikap Ilmiah
Mahasiswa Calon Guru Biologi.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan metode
penelitian kuasi eksperimen. Desain
penelitian menggunakan pretest
postest experiment group design.
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah mahasiswa
Pendidikan IPA Biologi semester IV
yang sedang menempuh mata kuliah
zoologi vertebrata dan Praktikum
terdiri dari empat Rombel. Populasi
sebanyak 146 mahasiswa. Sampel
penelitian diambil secara Cluster
Random sampling sebanyak 40 orang.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Jurusan
Pendidikan IPA Biologi IAIN Syekh
Nurjati Cirebon. Waktu penelitian
bulan akhir April - Juni 2016.
4. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian,
sebagai berikut :
1. Tes untuk mengukur
Keterampilan Generik Sains
2. Lembar observasi proses dan
produk portofolio
3. Lembar observasi untuk
mengetahui sikap ilmiah
mahasiswa
4. Angket tanggapan mahasiswa
calon guru terhadap model
pembelajaran yang diterapkan.
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1268
5. Teknik Analisis Data
Uji Validitas
a). Validitas isi
Untuk instrumen yang
berbentuk tes, maka pengujian
validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara
isi instrumen dengan materi
pelajaran yang telah diajarkan
(Sugiyono, 2003).
b). Validitas tiap butir soal
Untuk menguji validitas
digunakan korelasi product
moment untuk instrumen yang
berupa angket karena skor yang
digunakan berkisar 1-4,
sedangkan tes hasil belajar
digunakan korelasi point biserial
karena skor 1 dan 0 saja.
Adapun korelasi Pearson yang
dikenal dengan rumus korelasi
product moment.
Uji reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel
apabila tes tersebut dapat
menunjukkan hasil yang relatif
atau ajeg, jika tes tersebut
digunakan pada kesempatan yang
lain. Rumus yang digunakan
pada penelitian ini adalah
Sperman Brown
Taraf kesukaran soal
Ditinjau dari segi tingkat
kesukaran, soal yang baik adalah
yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit Bilangan yang
menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal disebut
dengan indeks kesukaran dan
diberi lambang P (Proporsi).
Besarnya indek kesukaran antara
0,00 sampai 1,00
Analisis data Tes Keterampilan
Generik Sains
Analisis data pada penelitian ini
menggunakan program Microsoft
Excell 2007 dan SPSS release 23.
N-Gain Skor
Data primer hasil tes siswa
sebelum dan sesudah perlakuan
penerapan model pembelajaran
dianalisis dengan cara
membandingkan skor pretes dan
postes. Peningkatan yang terjadi
sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g faktor
(N-gain) :
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan uji t (t-
test) untuk mengetahui efektivitas
model pembelajaran yang
diterapkan. Analisis data uji
hipotesis ini menggunakan
program Microsoft Excell 2007
dan SPSS release 23
Analisis Lembar Observasi Sikap
ilmiah dan Angket tanggapan
mahasiswa
Lembar observasi Sikap ilmiah dan
angket tanggapan mahasiswa dianalisis
secara deskriptif kuantitaif dengan
menghitung persentase skoring dari
penyataan yang terdapat pada angket
dan dari pengamatan pada saat
pembelajaran.
C. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini didahului dengan studi
pendahuluan berupa studi pustaka dan
studi empirik. Studi pustaka meliputi
kajian terhadap hasil-hasil penelitian
yang berkaitan dengan penelitian. Studi
empirik meliputi kajian kondisi awal
terhadap subjek penelitian melalui
observasi. Selanjutnya dilakukan analisis
kebutuhan objek studi dan dilakukan
penyusunan instrumen penelitian.
Selanjutnya rancangan instrumen dan
perangkat diterapkan dalam pembelajaran
zoologi vertebrata.
pretestskormaksimumskor
pretestskorposttestskorg
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1269
1`. Ragam etnozoologi yang dijadikan
bahan kajian dalam penerapan model
Research Base Learning (RBL)
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan pada pembelajaran
zoologi vertebrata dengan menerapkan
model RBL Etnozoologi, dari penugasan
penelitian proyek etnozoologi yang
dilakukan oleh mahasiswa Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh
Nurjati Cirebon, Sub Filum Vertebrata
yang meliputi lima Clasis Pisces,
Amphibi, Reptilia, Aves dan Mamalia,
hanya classis amphibia yang tidak dipilih
oleh mahasiswa sebagai bahan penelitian
proyek etnozoologi.
Kegiatan proyek penelitian
etnozoologi yang telah dilakukan oleh
mahasiswa meliputi wilayah Cirebon,
Kuningan, Majalengka dan Indramayu.
Dalam pemilihan budaya daerah yang
diteliti, mahasiswa disarankan memilih
etnozoologi yang khas pada daerahnya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa dari delapan
pengelompokan peran hewan tersebut,
budaya daerah yang dipilih oleh para
mahasiswa dalam proyek etnozoologi
memenuhi tiga kelompok yang sesuai
yaitu
1) hewan sebagai bahan pangan/kuliner,
budidaya, obat-obatan,
2) hewan yang menjadi simbol,mitos,
agama, seni budaya
3) hewan yang menjadi ornamen,
dekorasi, peralatan
Berdasarkan hasil penugasan proyek
penelitian etnozoologi diperoleh 32
laporan yang telah dikumpulkan
mahasiswa. Ragam etnozoologi yang
menjadi objek amatan, antara lain :
1. Hewan yang dijadikan bahan
makanan dan budidaya yamg terdapat
di Cirebon, Majalengka, Kuningan
dan Indramayu, antara lain : Ikan lele
sangkuriang, Nila, Gurame, Sidat,
Burung Merpati, Burung Puyuh,
Ayam Ras, Bebek, Kambing, Domba,
dan Sapi. Hewan sebagai obat salah
satunya Biawak yang dibuat sate
biawak terdapat di Indramayu dapat
dijadikan alternatif pengobatan.
2. Hewan yang menjadi simbol, mitos,
agama, seni budaya dan konservasi,
antara lain : Monyet ekor panjang
yang berada di kawasan konservasi
situs plangon dan kalijaga, Macan
Prabu siliwangi sebagai simbol
Kodim Cirebon, Kereta Singa Barong
di Kasepuhan merupakan simbol
Perpaduan budaya Cina, Arab dan
Cirebon dengan simbol hewan Gajah,
Naga dan Garuda, Ikan Dewa di
Cibulan, Kuda Windu Kuningan,
Mitos Buaya Putih di Indramayu,
Konservasi Kura-Kura Belawa di
Desa Belawa Kabupaten Cirebon,
Kepala Kerbau sebagai sesajen pada
saat Nadran di Losari kabupaten
Cirebon
3. hewan yang menjadi ornamen,
dekorasi, peralatan, antara lain :
Ornamen singa di keraton Kasepuhan,
ornamen patung gajah di keraton
Gebang, Burung merak, ayam,
cendrawasih pada corak batik
Cirebon, kulit sapi dan kambing
dibuat peralatan musik gendang dan
rebana.
2. Efektivitas penerapan Model RBL
etnozoologi pada pembelajaran zoologi
vertebrata
Penerapan Model RBL dalam
pembelajaran zoologi vertebrata pada
penelitian ini, dilaksanakan dalam
delapan kali pertemuan tatap muka (teori
dan praktikum). Dalam pengambilan data
penelitian, yang meliputi pengamatan
keterampilan generik sains dan sikap
ilmiah mahasiswa, peneliti dibantu oleh
tiga orang observer. Pengambilan data
penelitian dimulai dengan melakukan
pretest untuk mengetahui kondisi awal
keterampilan generik sains mahasiswa
calon guru biologi, kemudian setelah
penerapan model pembelajaran, maka
dilakukan postest.
Rekapitutulasi hasil nilai pretest, postest,
N-gain yang terendah, tertinggi dan rata-
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1270
rata. Data rekapitulasi dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Pretest,
Postest dan N-gain
No. Nilai Tertinggi Terendah Rata-
Rata
1 Pretest 75 35 42,50
2 Postest 95 52 76,35
3 N-gain 0,86 0,24 0,56
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
terdapat peningkatan antara nilai pretest dan
postest. Berdasarkan hasil perhitungan N-gain
diperoleh hasil N-Gain rata-rata sebesar 0,56
termasuk kriteria sedang
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p
untuk semua KGS sebesar 0,000, nilai p lebih
kecil dari α, sehingga hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara pretes dan postes untuk masing-masing
indikator KGS. Berdasarkan data N gain yang
tersaji pada tabel, maka dapat terlihat nilai N-
Gain yang paling tinggi pada indikator KGS
inferensia logika sebesar 0,5 kategori gain
sedang, sedangkan N gain Indikator KGS
yang terendah pada indikator membagun
konsep sebesar 0,31.
3. Sikap ilmiah mahasiswa calon guru biologi
setelah diterapkan Model RBL etnozoologi
Sikap ilmiah yang diamati pada empat
kali pertemuan dalam pembelajaran zoology
vertebrata, meliputi 10 indikator, yaitu rasa
ingin tahu, jujur, disiplin, Tanggungjawab,
bekerjasama, santun, teliti, tekun,terbuka dan
percaya diri.
Terdapat peningkatan sikap ilmiah
mahasiswa calon guru pada tiap indikator di
setiap pertemuan, dengan persentase terendah
sebesar 52,00% pada pertemuan pertama
pada indikator rasa ingin tahu, dan persentase
tertinggi sebesar 84,80 % pada indikator
tanggungjawab pada pertemuan keempat.
4. Tanggapan mahasiswa terhadap
penerapan model RBL Etnozoologi
Tanggapan mahasiswa terhadap
penerapan model pembelajaran sangat penting
untuk diketahui, karena melalui tanggapan
mahasiswa sebagai pembelajar, maka akan
diketahui apakah model tersebut ditanggapi
positif atau negatif oleh mahasiswa. Angket
tersebut terdiri dari 15 item pernyataan. Hasil
angket tanggapa siswa terlihat pada gambar 1
berikut ini.
Gambar 1. Grafik Tanggapan
mahasiwa terhadap penerapan model
RBL
Berdasarkan gambar 1, berdasarkan
angket tanggapan yang diberikan kepada
mahasiswa yang terdiri dari 15 item
pernyataan, mahasiswa memberikan
tanggapan yang positif terhadap
penerapan model Research Based
Learning (RBL). Tanggapan Mahasiswa
terhadap penerapan Model RBL masuk
kategori kuat sebesar 62 % dan kategori
kuat sebesar 38%.
b. Pembahasan
Kegiatan penugasan proyek
penelitian etnozoologi yang bersifat
mandiri merupakan bentuk pembelajaran
kontekstual yang memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk
mempertajam kesadaran mereka akan
lingkungan sekitar (Jhonson, 2010). Dari
hasil penelitian yang diperoleh dapat
diketahui bahwa standar kompetensi
yang diharapkan agar mahasiswa mampu
mengaplikasikan prinsip-prinsip
pengklasifikasian makhluk hidup
berdasarkan ilmu taksonomi untuk
mempelajari keanekaragaman dan peran
keanekaragaman hayati bagi kehidupan
sudah dapat dilaksanakan. Terkait dengan
ragam budaya masyarakat, fauna dapat
dipelajari dalam tiga ragam etnozoologi,
yaitu bahan pangan,
62%
38%
0% Angket
Kuat Sangat Kuat Lemah Sangat Lemah
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1271
simbol/mitos/agama/seni/budaya, dan
ornamen/dekorasi/peralatan.
Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran RBL berbasis
etnozoologi efektif dalam meningkatkan
Keterampilan generik Sains (KGS)
dengan rerata N-Gain sebesar 0,56
dengan kategori Gain Sedang. Efektifitas
Model RBL Etnozoologi dalam
meningkatkan Keterampilan Generik
Sains (KGS) mahasiswa disebabakan
antara lain : adanya kegiatan praktikum
pengamatan spesies-spesies hewan
Vertebrata dari lima classis semua
dilakukan dengan baik untuk mengamati
morfologi dan anatomi dari hewan
vertebrata dan proyek penelitian
Etnozoologi dengan melakukan observasi
dan wawancara ke lokasi-lokasi seperti
pasar hewan, peternakan, perikanan
budidaya, kawasan keraton, petilasan,
kawasan konservasi yang dijasikan objek
wisata serta wisata batik unuk melihat
keanekaragaman hewan vertebrata.
Penugasan proyek penelitian
etnozoologi diharapkan mahasiswa
memiliki hasil belajar sains berupa
kemampuan berpikir dan bertindak
berdasarkan pengetahuan sains yang
dimilikinya, keterampilan memecahkan
masalah, serta meningkatkan kemampuan
generik sains. Sesuai dengan pendapat
Brotosiswoyo (2000) yang menyatakan
bahwa Kemampuan generik sains
merupakan kemampuan yang dapat
digunakan untuk mempelajari berbagai
konsep dan menyelesaikan masalah
dalam sains. Kemampuan generik sains
merupakan keterampilan dasar yang
harus dimiliki oleh seorang guru yang
dapat diterapkan dalam berbagai bidang
(Gibb, 2002). Bila kemampuan ini sudah
dimiliki oleh mahasiswa calon guru
biologi dan sering diterapkan dalam
pemecahan masalah
Dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan sikap ilmiah mahasiswa calon
guru pada tiap indikator di tiap pertemuan,
dengan persentase terendah sebesar
52,00% pada pertemuan pertama pada
indikator rasa ingin tahu, dan persentase
tertinggi sebesar 84,80 % pada indikator
tanggungjawab pada pertemuan keempat.
Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa
mahasiswa calon guru awalnya pada
pertemuan pertama belum menunjukkan
antusiame terhadap pembelajaran dan juga
penugasan proyek yang diberikan, namun
pada pertemuan yang berikutnya,
mahasiswa mulai tertarik adan antusias
serta bekerjasama secara baik dalam
merancang kegiatan praktikum dan proyek
penelitian, kemudian melakukan observasi
dengan baik dan mampu membuat laporan
hasil penelitian. Penugasan proyek
penelitian dapat diselesaikana tepat waktu
dengan hasil yang baik.
Berdasarkan hasil angket tanggapan
mahasiswa setelah penerapan model
Research Based Learning (RBL) pada
pembelajaran Zoologi Vertebrata,
diperoleh hasil dengan kriteria kuat
sebanyak 32 % dan sangat kuat sebanyak
64 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa memberikan tanggapan yang
positif terhadap model RBL etnozoologi
yang telah diterapkan.
Rekomendasi berdasarkan hasil
penelitian ini adalah kegiatan penelitian
proyek etnozoologi yang dikaitkan dengan
hewan veertebrata dapat diterapkan dalam
pembelajaran zoologi vertebrata karena
merupakan pembelajaran kontekstual yang
efektif. Dari hasil penelitian yang
diperoleh dapat diketahui bahwa standar
kompetensi yang diharapkan agar
mahasiswa mampu mengaplikasikan
prinsip-prinsip pengklasifikasian makhluk
hidup berdasarkan taksonomi untuk
mempelajari keanekaragaman dan peran
keanekaragaman hewan vertebrata bagi
kehidupan sudah dapat dilaksanakan,
pengamatan morfologi, anatomi dan
peranan hewan vertebrata bagi kehidupan.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka
dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :
1. Dari delapan pengelompokan peran hewan
vertebrata, ragam etnozoologi yang dipilih
oleh para mahasiswa dalam proyek
penelitian etnozoologi memenuhi tiga
D. KESIMPULAN
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1272
kelompok yang sesuai, yaitu hewan
sebagai bahan pangan, kuliner, budidaya,
obat-obatan; hewan yang menjadi simbol,
mitos, agama, seni budaya, hewan yang
menjadi ornament, dekorasi, peralatan.
2. Terdapat peningkatan nilai pretest ke
postest dengan N-Gain rata-rata 0,56
kriteria sedang, dari hasil uji t diperoleh p
value 0,000, jika p value < 0,005 maka
model pembelajaran RBL efektif
diterapkan pada pembelajaran zoology
vertebrata
3. Terdapat peningkatan Keterampilan
Generik sains Mahasiswa calon guru
biologi untuk setiap indikator KGS, nilai
N-Gain yang paling tinggi pada indikator
KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori
gain sedang, sedangkan N gain dari
Indikator KGS yang terendah pada
indikator membagun konsep sebesar 0,31.
4. Terdapat peningkatan sikap ilmiah pada
tiap pertemuan terendah sebesar 52,00%,
dan persentase tertinggi sebesar 84,80 %.
Buku :
Alves. 2012. Relationships between Fauna
and People and The Role of
Ethnozoology in Animal
Conservation. Ethnobio Conserv 1:2
Anderson E.N. 2011. Ethnobiology:
overview of a growing field. In
Anderson EN,Pearsall D, Hunn E,
Turner N (eds) Ethnobiology. Wiley-
Blackwell, New Jersey.
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Baer, J. 1993. Creativity and Divergent
Thinking: A Task Spesific Approach.
London: Lawrence Elbaum
Associates Publishe
Barrett, T., and Mac Labhrain, I. 2005. Hand
book of Inquiry and Problem Based
Learning: Designing a Hybrid
Problem Based Learning (PBL)
course: A Case Study of First Year
Computer Science in NUI May Noth.
Galwa: Celt, Released under Creative
Commons Licence.
Clark BR. 1997. The Modern Integration
Research Activities with Teaching and
Learning. J.Higher Educ.68 :241-255.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar.
Jakarta : Erlangga
Fisher, R. (1995). Teaching Children to
Think. London: Stanley Thornes Ltd.
Griffith Institute For Higher Education.
2008. Research Based learning :
Startegies for Successfully linking
teaching and research. University of
Griffith
Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta : Bumi aksara
Hardy, T.C. 2003. Contextual Teaching in
Science. Class Middle School 7th.
Grade Life Science, 1-8.
Joice, Bruce; Well, Marsha and Calhoun,
Emily,Models of Teaching,Pearson.
Boston: Prantica Hall, 2000.
Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and
Learning. California: Corwin Press,
Inc.
Keith Sawyer. 2006. The Cambridge
Handbook of The Learning Sciences
:Kolodner Janet L. (Case Base
Reasoning). Cambridge University
Press: New York.
Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of
Thinking A Frame Work for
Curriculum and Instruction. Virginia:
Assosiation for Supervision and
Curriculum Development.
Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of
Thinking A Frame Work for
Curriculum and Instruction. Virginia:
Assosiation for Supervision and
Curriculum Development.
Rustaman,Y.N. et.al. 2005. Strategi Belajar
Mengajar Biologi. Common
TextBook JICA Edisi Revisi.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi
FPMSAINS UPI.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan
5. Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan
model RBL masuk kategori kuat sebesar
62% dan kategori kuat sebesar 38%, hal
tersebut menunujukkan bahwa mahasiswa
memberikan tanggapan positif terhadap
penerapan model RBL Etnozoologi.
E. DAFTAR PUSTAKA
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1273
Kuantitatif, R&D. Bandung : CV.
Alfabeta.
Teaching with Technology Initiative. 2003.
Teaching and Learning Strategies,
Inquiry-based Learning
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Jurnal
Brotosiswoyo. 2011. Hakekat Pembelajaran
MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia
di Perguruan Tinggi.Jakarta :PAU-
PPAI
Djohar Maknun. 2012. Keterampilan
Essensial Dan kompetensi Motorik
Laboratorium mahasiswa Calon Guru
Biologi Dalam Kegiatan Praktikum
Ekologi. Jurnal Pendidikan Sains
Scientiae Educatia Vol. 1 No. 1.
Cirebon : IAIN Syekh Nurjati
Gott and Dugan. 1996. Practical work: Its
Role in the Understanding of
Evidence in Science. Journal Science
Education, 791-806.
Keefer, R. 1999. Criteria for Designing
Inquiry Activities that Are Effective
for Teaching and Learning Science
Concepts. Journal College Science
Teacher. Januari: 159-165
Liex. E. M. 1999. A Comparative Study of
Learning in Lecture vs. Problem-
Based Format.Australian Journal of
Educational Technology.
"http://www.udel. edu/pbl/ cte/ spr96-
nutr.html" (21 Maret 2009).
Meltzer. 2002. The Relationship between
Mathematics Preparaton and
Conception Learning Gain in Physics
: a Possible Hidden Variable in
Diagnostic Pretest Scores.Am.J.Phys.
70 (2) 1259-1267 (online). Tersedia :
http//www.physics.lastate.
edu/per/does/addendum on_normali
zedgain.pdf. Diakses tanggal 24 Juni
2015.
Sarwi, Rusilowati dan Khanafiyah. 2012.
Implementasi Model Eksperimen
Gelombang Open Inquiry Untuk
Mengembangkan Keterampilan
Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
ISSN 1693-1246. Semarang :
UNNES
Yuyun M. 2012. Pembelajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup Dengan Problem
Base Learning (PBL) Dapat
menumbuhkan Kemampuan Kerja
Ilmiah Pada Siswa Sekolah
Adiwiyata. Jurnal Pendidikan Sains
Scientiae Educatia Vol. 1 No. 1.
Cirebon : IAIN Syekh Nurjati.