13
THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1261 MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA GURU BIOLOGI Eka Fitriah Jurusan Tadris IPA Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon E-mail : [email protected] ABSTRAK Pembelajaran di perguruan tinggi merupakan suatu proses perubahan tingkah laku mahasiswa melalui interaksi dengan lingkungannya. Mahasiswa harus memiliki kemandirian dalam belajar. Model Research Based Learning dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan, karena melalui model ini mahasiswa dapat melakukan eksplorasi, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan ragam etnozoologi pada penerapan model RBL, mengkaji efektivitas penerapan model RBL etnozoologi, mengkaji peningkatan KGS dan sikap ilmiah, serta mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model RBL. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian one group pretest postest design. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ragam etnozoologi yang dipilih oleh mahasiswa dalam proyek penelitiannya memenuhi tiga kelompok, yaitu hewan sebagai bahan pangan, budidaya, obat-obatan; hewan yang menjadi simbol, mitos, agama, seni budaya; serta hewan yang menjadi ornament dan dekorasi. Terdapat peningkatan nilai pretest ke postest dengan N-Gain rata-rata 0,56 kriteria sedang, dari hasil uji t diperoleh p value 0,000, jika p value < 0,005, dapat disimpulkan bahwa model RBL efektif diterapkan pada pembelajaran, N-Gain tertinggi pada indikator KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori sedang, sedangkan N gain KGS yang terendah pada indikator membagun konsep sebesar 0,31 kategori sedang, persentase peningkatan sikap ilmiah sebesar 84,80 %, dan mahasiswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model RBL dengan kategori kuat sebesar 62% dan kategori sangat kuat sebesar 38%. Kata Kunci : Model Research Based Learning, Etnozoology, Keterampilan Generik Sains, Sikap Ilmiah A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hakekat pendidikan menurut UNESCO mengintegrasikan empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together (Delors, 1996). Pembelajaran di perguruan tinggi merupakan suatu proses perubahan tingkah laku mahasiswa melalui interaksi dengan lingkungannya. Mahasiswa harus memiliki kemandirian dalam belajar. Selama ini dalam kegiatan belajar mengajar ketergantungan mahasiswa terhadap informasi yang diberikan oleh dosen masih mendominasi. Proses pembelajaran diharapkan dapat dilakukan dengan berpusat pada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya, melatih keterampilannya dan dapat berubah sikapnya sehingga lebih tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan oleh dosen. Mahasiswa calon guru biologi harus memiliki kemampuan menjadi fasilitator yang baik dalam proses pembelajaran. Mahasiswa harus mampu menemukan sendiri pengetahuannya dan mentransformasikan informasi kompleks dengan memecahkan masalah serta menemukan segala sesuatu untuk dirinya (Trianto, 2007). Untuk itu, mahasiswa harus mampu menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya dengan tanggung jawab dalam

MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

  • Upload
    lynga

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1261

MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS

DAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA GURU BIOLOGI

Eka Fitriah

Jurusan Tadris IPA Biologi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Syekh Nurjati Cirebon

E-mail : [email protected]

ABSTRAK Pembelajaran di perguruan tinggi merupakan suatu proses perubahan tingkah laku mahasiswa

melalui interaksi dengan lingkungannya. Mahasiswa harus memiliki kemandirian dalam

belajar. Model Research Based Learning dapat dijadikan salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat diterapkan, karena melalui model ini mahasiswa dapat melakukan

eksplorasi, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar.

Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan ragam etnozoologi pada penerapan model RBL,

mengkaji efektivitas penerapan model RBL etnozoologi, mengkaji peningkatan KGS dan sikap

ilmiah, serta mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap model RBL. Jenis penelitian adalah

penelitian kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian one group pretest

postest design. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ragam etnozoologi yang

dipilih oleh mahasiswa dalam proyek penelitiannya memenuhi tiga kelompok, yaitu hewan

sebagai bahan pangan, budidaya, obat-obatan; hewan yang menjadi simbol, mitos, agama, seni

budaya; serta hewan yang menjadi ornament dan dekorasi. Terdapat peningkatan nilai pretest

ke postest dengan N-Gain rata-rata 0,56 kriteria sedang, dari hasil uji t diperoleh p value

0,000, jika p value < 0,005, dapat disimpulkan bahwa model RBL efektif diterapkan pada

pembelajaran, N-Gain tertinggi pada indikator KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori

sedang, sedangkan N gain KGS yang terendah pada indikator membagun konsep sebesar 0,31

kategori sedang, persentase peningkatan sikap ilmiah sebesar 84,80 %, dan mahasiswa

memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model RBL dengan kategori kuat sebesar

62% dan kategori sangat kuat sebesar 38%.

Kata Kunci : Model Research Based Learning, Etnozoology, Keterampilan Generik Sains,

Sikap Ilmiah

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hakekat pendidikan menurut

UNESCO mengintegrasikan empat pilar

pendidikan, yaitu learning to know,

learning to do, learning to be and

learning to live together (Delors, 1996).

Pembelajaran di perguruan tinggi

merupakan suatu proses perubahan

tingkah laku mahasiswa melalui interaksi

dengan lingkungannya. Mahasiswa harus

memiliki kemandirian dalam belajar.

Selama ini dalam kegiatan belajar

mengajar ketergantungan mahasiswa

terhadap informasi yang diberikan oleh

dosen masih mendominasi. Proses

pembelajaran diharapkan dapat dilakukan

dengan berpusat pada mahasiswa

sehingga mahasiswa dapat

mengembangkan kemampuan

berpikirnya, melatih keterampilannya dan

dapat berubah sikapnya sehingga lebih

tanggungjawab terhadap tugas yang

diberikan oleh dosen.

Mahasiswa calon guru biologi

harus memiliki kemampuan menjadi

fasilitator yang baik dalam proses

pembelajaran. Mahasiswa harus mampu

menemukan sendiri pengetahuannya dan

mentransformasikan informasi kompleks

dengan memecahkan masalah serta

menemukan segala sesuatu untuk dirinya

(Trianto, 2007). Untuk itu, mahasiswa

harus mampu menemukan dan

membangun sendiri pengetahuannya

dengan tanggung jawab dalam

Page 2: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1262

merencanakan dan melakukan kegiatan-

kegiatan yang mendorong kearah belajar.

Undang – undang Republik

Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang

sistem Pendidikan Nasional pada Bab X

pasal 36 ayat (3) butir c menyatakan

bahwa, kurikulum disusun dengan

memperhatikan keragaman potensi

daerah dan lingkungan. Menurut Subagja

(2006) dalam belajar sains, lingkungan

sekitar dapat dijadikan laboratorium

sehingga menjadikan pembelajaran tidak

tekstual tetapi kontekstual.

Pembelajaran harus kontekstual

sehingga membantu mahasiswa

menemukan sendiri makna dalam

pelajaran mereka dengan cara

menghubungkan materi akademik dengan

konteks kehidupan keseharian mereka.

Selain itu, mahasiswa harus dilatih untuk

dapat melakukan penelitian yang terkait

dengan materi dan konsep yang sedang

dipelajarinya agar mendapatkan

pemahaman yang lebih komprehensif.

Model Research based learning

(RBL) atau pembelajaran berbasis riset

merupakan salah satu pendekatan student

center yang mengintegrasikan riset dalam

kegiatan pembelajaran, sehingga

pembelajaran lebih bermakna. Model

RBL dapat dijadikan salah satu alternatif

model yang dapat diterapkan pada

pembelajaran, karena melalui model ini

mahasiswa dapat melakukan eksplorasi,

interpretasi, dan sintesis informasi untuk

memperoleh berbagai hasil belajar

(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).

Etnozoologi merupakan bagian

dari etnobiologi yang mengkaji hubungan

(interrelationship) yang ada pada masa

lampau dan masa kini antara masyarakat

dengan hewan yang ada disekitarnya.

Mata kuliah zoologi vertebrata

mempelajari berbagai macam hewan

bertulang belakang yang ada di sekitar

kehidupan mahasiswa, sehingga

memungkinkan untuk diterapkan

pembelajaran yang dikaitkan dengan

fenomena dalam kehidupan sehari-hari.

Perkuliahan zoologi vertebrata dapat

memanfaatkan lingkungan disekitar

mahasiswa, misalnya lingkungan

kampus, pasar tradisional, supermarket,

pasar burung, pasar ikan hias, pet shop,

Tempat Pelelangan Ikan (TPI),

peternakan dan kebun binatang. Tiap

daerah tempat tinggal mahasiswa

memiliki budaya dan keunggulan lokal

yang berbeda-beda serta kekhasan

sendiri-sendiri.

Cirebon merupakan salah satu

wilayah bagian dari provinsi Jawa Barat

yang terletak pada di daerah pantai Utara

Jawa memiliki potensi lokal yang sangat

banyak dan beragam. Hal tersebut dapat

dieksplorasi dan dapat dijadikan sebagai

salah satu sumber belajar bagi

mahasiswa. Potensi-potensi lokal di

wilayah Cirebon, antara lain komoditi

sumberdaya perikanan dan peternakan

yang melimpah, adanya keunggulan lokal

seperti batik, lukisan kaca, aneka kuliner

yang khas, beberapa keraton (Kanoman,

Kasepuhan dan Kacirebonan) serta nilai-

nilai kearifan lokal dan budaya lokal di

Cirebon masih dijunjung tinggi oleh

masyarakat dapat digunakan sebagai

sumber belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka

perlu diterapkan pembelajaran yang

dikaitkan dengan potensi lokal serta

dapat memberikan bekal learning how to

learn sekaligus learning how to unlearn,

tidak hanya belajar teori, tetapi juga

mempraktekkannya untuk memecahkan

problema kehidupan sehari-hari pada

mahasiswa. Oleh karena itu, melalui

penerapan model RBL etnozoologi

diharapkan dapat meningkatkan

keterampilan generik sains dan sikap

ilmiah mahasiswa calon guru biologi.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam

penelitian ini, adalah :

a. Bagaimanakah ragam etnozoologi

yang dijadikan bahan kajian dalam

penerapan model RBL ?

b. Bagaimanakah efektivitas penerapan

Model RBL etnozoologi pada

pembelajaran zoologi vertebrata ?

Page 3: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1263

c. Bagaimanakah peningkatan

keterampilan generik sains

mahasiswa calon guru biologi setelah

diterapkan model RBL etnozoologi ?

d. Bagaimanakah peningkatan sikap

ilmiah mahasiswa calon guru biologi

setelah diterapkan Model RBL

etnozoologi ?

e. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa

terhadap penerapan model RBL

Etnozoologi?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk :

a. mendeskripsikan ragam etnozoologi

yang dikaji pada penerapan model

RBL etnozoologi

b. mengkaji efektivitas penerapan

Model RBL etnozoologi pada

pembelajaran zoologi vertebrata.

c. mengkaji peningkatan keterampilan

generik sains mahasiswa calon guru

biologi setelah diterapkan Model

RBL etnozoologi

d. mengkaji peningkatan sikap ilmiah

mahasiswa calon guru biologi setelah

diterapkan Model RBL etnozoologi.

e. Mengetahui tanggapan mahasiswa

terhadap penerapan model RBL.

B. KAJIAN LITERATUR DAN

HIPOTESIS

1. Model Research Based Learning (RBL)

Model Research Based learning

merupakan model yang dikembangkan

oleh Griffith University (2008).

Pembelajaran berbasis riset didasari

filosofi konstruktivisme yang mencakup

empat aspek, yaitu : pembelajaran yang

membangun pemahaman mahasiswa,

pembelajaran dengan mengembangkan

prior knowledge, pembelajaran yang

merupakan proses interaksi sosial dan

pembelajaran bermakna yang dicapai

melalui pengalaman nyata.

Riset merupakan sarana penting

untuk meningkatkan mutu pembelajaan.

Komponen riset terdiri dari latar belakang,

prosedur,pelaksanaan, hasil riset dan

pembahasan serta publikasi riset.

Kesemuanya memberi makna penting yang

dapat dilihat dari berbagai sudut pandang;

formulasi permasalahan, penyelesaian

permasalahan dan mengkomunikasikan

manfaat penelitian. RBL merupakan salah

satu model pembelajaran yang

menggunakan authentic learning, problem

solving, cooperative learning, contextual

learning serta inquiry discovery learning

yang didasarkan pada filosofi

konstruktivisme. (Clark, 1997).

Model RBL atau PBR

(Pembelajaran Berbasis Riset) merupakan

salah satu model yang mengintegrasikan

riset dalam proses pembelajaran. Model ini

memberikan peluang dan kesempatan

kepada mahasiswa untuk mencari

informasi, menyusun hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis

data,membuat kesimpulan dan laporan

hasil penelitian. Dalam aktivitas ini

berlaku pembelajaran dengan pendekatan

learning by doing. Oleh karena itu RBL

membuka peluang bagi pengembangan

metode pembelajaran, antara lain :

a. Pembaharuan pembelajaran (pengayaan

kurikulum) dengan mengintegrasikan

hasil riset

b. Partisipasi aktif mahasiswa dalam

pelaksanaan riset

c. Pembelajaran menggunakan instrument

riset

d. Pengembangan konteks riset secara

inklusif (mahasiswa mempelajari

prosedur dan hasil riset untuk

memahami seluk beluk sintesis)

Research Based Learning atau

Pembelajaran Berbasis Riset bertujuan untuk

menciptakan proses pembelajaranyang

mengarah pada aktifitas analisis, sintesis dan

evaluasi serta meningkatkan kemampuan

peserta didik dan dosen dalam hal asimilasi

dan aplikasi pengetahuan (Pusdik UGM,

2009).

Secara umum tujuan terlaksananya PBR

sebagai berikut : Meningkatkan

kebermaknaan mata kuliah agar lebih bersifat

kontekstual melalui pemaparan hasil-hasil

penelitian; Memperkuat kemampuan berpikir

peserta didik sebagai peneliti; Melengkapi

pembelajaran melalui internalisasi nilai

Page 4: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1264

penelitian, praktik, dan etika penelitian

dengan cara melibatkan penelitian;

Meningkatkan mutu penelitian di Perguruan

Tinggi dan melibatkan peserta didik dalam

kegiatan penelitian; Meningkatkan

pemahaman mahasiswa tentang

perkembangan suatu ilmu melalui penelitian

yang berkelanjutan; Meningkatkan

pemahaman tentang peran penelitian dalam

inovasi sehingga mendorong mahasiswa untuk

selalu berpikir kreatif di masa datang;

Meningkatkan kualitas dan kemutakhiran

pembelajaran secara umum (Pusdik UGM,

2009).

2. Etnobiologi dan etnozoologi

Etnobiologi berasal dari kata Etnologi

yaitu ilmu yang mempelajari tentang etnis,

suku, atau masyarakat lokal serta budaya yang

ada pada masyarakat tersebut, dan Biologi

yaitu studi tentang hidup dan organisme

hidup. Etnobiologi diartikan sebagai studi

ilmiah pada dinamika hubungan diantara

masyarakat, biota, dan lingkungan yang telah

ada sejak dulu dan hingga sekarang. Selain

itu, Etnobiologi merupakan studi tentang

bagaimana interaksi masyarakat tertentu

(etnis) pada seluruh aspek lingkungan alami

(Anderson, 2011).

Menurut Anderson (2011), terdapat

beberapa subdisiplin ilmu dari etnobiologi,

antara lain:

1. Etnobotani, yaitu studi ilmiah yang

mengkaji hubungan antara masyarakat

dengan tanaman. Dalam hal ini, peneliti

menggali informasi tentang bagaimana

masyarakat memanfaatkan tanaman

tertentu, apakah untuk pengobatan, ritual

adat, pakaian, alat rumah tangga dan

sebagainya.

2. Etnozoologi, yaitu studi ilmiah yang

mengkaji interrelationship yang ada pada

masa lampau dan masa kini antara

masyarakat dengan hewan yang ada

disekitarnya.

3. Etnoekologi, yaitu studi ilmiah yang

mengkaji cara (metode) beberapa

kelompok masyarakat pada lokasi atau

daerah yang berbeda dalam memahamai

ekosistem di sekitar tempat tinggalnya

(bagaimana pemahaman terhadap

lingkungan tempat tinggalnya, dan

bagaimana interaksi yang terjadi antara

masyarakat terhadap lingkungan tempat

tinggalnya; pemanfaatan, pengelolaan

dan pelestarian lingkungan)

4. Etnolikenologi, yaitu studi ilmiah yang

mengkaji interaksi yang terjadi pada

liken dengan masyarakat tertentu (etnis)

baik pada masa lampau maupun masa

kini.

5. Etnomikologi, yaitu studi ilmiah yang

mengkaji interaksi yang terjadi pada

kelompok jamur dengan masyarakat

tertentu (etnis) di masa lampau dan masa

kini.

Interaksi yang dikaji dalam

etnobiologi merupakan interaksi baik

pemanfaatan, pengelolaan maupun upaya

pelestarian yang dilakukan masyarakat

tertentu (etnis). Biasanya pada kajian

interaksi akan berhubungan dengan adat

istiadat, mitos dan budaya yang telah

tertanam pada masyarakat lokal tertentu

(etnis). Tujuan dari kegiatan melakukan

studi etnobiologi ini adalah menggali

informasi dan kekayaan intelektual

masyarakat lokal (etnis) yang memiliki

makna dan kearifan lokal yang

bermanfaat dalam menjaga

keseimbangan alam dan upaya

konservasi lingkungan, serta kehidupan

manusia (Alves, 2012).

Menurut Alves (2012) ragam

etnozoologi dibagi menjadi delapan

kelompok berdasarkan hubungan antara

kebudayaan manusia dengan hewan-

hewan di lingkungannya.

Pengelompokan peran hewan tersebut

antara lain sebagai : bahan

pangan/kuliner; bahan obat-obatan;

peliharaan; simbol/ mitos/ agama/ seni

budaya; ornament /dekorasi / peralatan;

domestikasi; pemanfaatan tenaga

(misalnya untuk transportasi); hewan

koleksi (misalnya kebun binatang).

3. Keterampilan Generik Sains Keterampilan generik merupakan

kemampuan intelektual hasil perpaduan

atau interaksi kompleks antara

Page 5: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1265

pengetahuan dan keterampilan.

Keterampilan generik adalah strategi

kognitif yang dapat berkaitan dengan

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor

yang dapat dipelajari dan tertinggal dalam

diri siswa. Sehingga keterampilan generik

dapat diterapkan pada berbagai bidang

(Brotosiswoyo, 2011).

Keterampilan generik juga sebagai

kemampuan dan atribut untuk hidup dan

bekerja. Keterampilan generik dapat

digunakan untuk semua jenis pekerjaan,

termasuk kompetensi dasar atau

kemampuan kunci yang mencakup

kemampuan kognitif, personal, dan

interpersonal yang berhubungan dengan

kepegawaian. Keterampilan generik sangat

berguna untuk melanjutkan pendidikan dan

kesuksesan karier.

Menurut Gagne dalam Brotosiswoyo

(2011) jenis utama dari keterampilan

generik adalah keterampilan berpikir,

strategi pembelajaran, dan keterampilan

metakognitif. Sedikitnya ada tiga bagian

utama keterampilan generik. Komponen

yang paling lazim adalah prosedur, prinsip,

dan mengingat. Adapun indikator

Keterampilan Generik Sains meliputi:

1) Pengamatan langsung

Pengamatan langsung Sains merupakan

ilmu tentang fenomena dan perilaku alam

sepanjang masih dapat diamati oleh

manusia. Hal ini menuntut adanya

kemampuan adanya kemampuan manusia

untuk melakukan pengamatan langsung

dan mencari keterkaitan-keterkaitan sebab

akibat dari pengamatan tersebut.

2) Pengamatan tidak langsung

Dalam pengamatan tak langsung, alat

indera yang digunakan manusia memiliki

keterbatasan. Untuk mengamati

keterbatasan tersebut manusia melengkapi

diri dengan berbagai peralatan. Beberapa

gejala alam lain juga terlalu berbahaya jika

kontak langsung dengan tubuh manusia

Cara ini dikenal dengan pengamatan tak

langsung.

3) Kesadaran tentang skala besaran (sense

of scala)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan

maka seseorang yang belajar sains akan

memiliki kesadaran akan skala besaran

dari berbagai obyek yang dipelajarinya

4) Bahasa simbolik

Untuk memperjelas gejala alam yang

dipelajari oleh setiap rumpun ilmu

diperlukan bahasa simbolik, agar terjadi

komunikasi dalam bidang ilmu tersebut.

5) Kerangka logika taat azas dari hukum

alam. Pada pengamatan panjang tentang

gejala alam yang dijelaskan melalui

banyak hukum-hukum, orang akan

menyadari keganjilan dari sifat taat

asasnya secara logika. Untuk membuat

hubungan hukum-hukum itu agar taat

asas, maka perlu ditemukan teori baru

yang menunjukkan kerangka logika taat

asas.

6) Inferensi atau konsistensi logika

Logika sangat berperan dalam

melahirkan hukum-hukum sains. Banyak

fakta yang tak dapat diamati langsung

dapat ditemukan melalui inferensia

logika dari konsekuensi-konsekuensi

logis hasil pemikiran dalam belajar sains

7) Hukum sebab akibat

Rangkaian hubungan antara berbagai

faktor dari gejala yang diamati diyakini

sains selalu membentuk hubungan yang

dikenal sebagai hukum sebab akibat.

8) Pemodelan matematis

Untuk menjelaskan hubungan-hubungan

yang diamati diperlukan bantuan

pemodelan matematik agar dapat

diprediksikan dengan tepat bagaimana

kecendrungan hubungan atau perubahan

suatu fenomena alam.

9) Membangun konsep

Tidak semua fenomena alam dapat

dipahami dengan bahasa sehari-hari,

karena itu diperlukan bahasa khusus ini

yang dapat disebut konsep. diuji

keterapannya.

10) Abstraksi

Terdapat beberapa materi kimia yang

bersifat abstrak, sehingga perlu

menggambarkan atau menganalogikan

konsep atau peristiwa yang abstrak ke

dalam bentuk kehidupan nyata sehari-

hari. Seperti dengan membuat visual

animasi-animasi dari peristiwa

Page 6: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1266

mikroskopik yang bersifat abstrak

tersebut

4. Sikap Ilmiah

Karhami (2005), menyatakan bahwa

sikap juga merupakan suatu

kecenderungan untuk bertindak (tendency

to behave). Wilayah attitude mencakup

juga wilayah kognitif, anak dapat

membatasi atau mempermudah untuk

menerapkan suatu keterampilan dan

pengetahuan yang dikuasainya.

Menurut Iskandar (2004) Sikap

adalah sebuah trait yang selain aktif

mempelajarinya, tetapi telah ditampilkan

dengan perubahan tingkah laku yang

sesuai. Biasanya sikap memerlukan

bakat, minat, dan aktif yang merubah

perilaku. Sikap pada umumnya

merupakan hasil dari learning dan praktis

dan pula hasil dari perpaduan berbagai

trait dan ability.

Sikap ilmiah mempunyai arti yang

luas yaitu sikap-sikap yang harus dimilki

oleh seorang saintis yang terdiri dari

berbagai macam jenisnya ,mulai dari

objektif, jujur, toleransi, bertanggung

jawab, cermat bekerja, disiplin, rasa ingin

tahu, peduli lingkungan dan terbuka

dalam mengumpulkan data. Sikap ilmiah

tidak hanya berguna didalam suatu

organisasi akan tetapi juga dalam

kehidupan masyarakat, juga dapat

membentuk kepribadian baik dari

seseorang.

Sikap ilmiah dalam pembelajaran

Sains sering dikaitkan dengan sikap

terhadap Sains. Keduanya saling

berbubungan dan keduanya

mempengaruhi perbuatan. Pada tingkat

sekolah dasar sikap ilmiah difokuskan

pada ketekunan, keterbukaan, kesediaan

mempertimbangkan bukti, dan kesediaan

membedakan fakta dengan pendapat

(Kartiasa, 1980). Penilaian hasil belajar

Sains dianggap lengkap jika mencakup

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sikap merupakan tingkah laku yang

bersifat umum yang menyebar tipis

diseluruh hal yang dilakukan siswa.

Tetapi sikap juga merupakan salah satu

yang berpengaruh pada hasil belajar

siswa.

Sikap ilmiah dibedakan dari sekedar

sikap terhadap Sains, karena sikap

terhadap Sains hanya terfokus pada

apakah siswa suka atau tidak suka

terhadap pembelajaran Sains. Tentu saja

sikap positif terhadap pembelajaran Sains

akan memberikan kontribusi tinggi dalam

pembentukan sikap ilmiah siswa tetapi

masih ada faktor lain yang memberikan

kontribusi yang cukup berarti.

Menurut Harlen (1996), ada empat

jenis sikap yang perlu mendapat

perhatian dalam pengembangan sikap

ilmiah siswa: (1) sikap terhadap tugas

yang diberikan, (2) sikap terhadap diri

mereka sebagai siswa, (3) sikap terhadap

ilmu pengetahuan, khususnya Sains, dan

(4) sikap terhadap obyek dan kejadian di

lingkungan sekitar. Keempat sikap ini

akan membentuk sikap ilmiah yang

mempengaruhi keinginan seseorang

untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu,

dan cara seseorang merespon kepada

orang lain, obyek, atau peristiwa.

Pengukuran sikap ilmiah dapat

didasarkan pada pengelompokkan sikap

sebagai dimensi sikap selanjutnya

dikembangkan indicator-indikator sikap

untuk setiap dimensi sehingga

memudahkan menyusun butir instrumen

sikap ilmiah.

5. Penelitian yang relevan

Penelitian Umar, dkk (2011), tentang

Pengembangan pembelajaran Berbasis

Riset (PBR) di Program studi Fisika

FMIPA Universitas Negeri Gorontalo

dengan tujuan untuk menemukan model

pembelajaran berbasis riset di prodi

pendidikan fisika, mengimplementasikan

pembelajaran berbasis riset, mendapatkan

gambaran hasil pembelajaran berbasis

riset di prodi pendidikan fisika. Hasil

penelitian menunjukkan salah satu

pengembangan pembelajaran ke model

pembelajaran berbasis riset adalah

pembelajaran dengan langkah-langkah

pada kegiatan inti pembelajaran, sebagai

berikut : memberikan pokok materi yang

sedang dipelajari, menunjukkan hasil

Page 7: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1267

penelitian dosen yang terkait dengan

materi yang dibahas,membagi kelompok

mahasiswa untuk berdiskusi,memberikan

penugasan kepada mahasiswa dalam

bentuk diskusi dalam kelompok-

kelompok dan menganalisis hasil

penelitian serta bersama dosen membuat

kesimpulan. Pembelajaran berbasis riset

efektif meningkatkan prose pembelajaran

dan meningkatkan hasil belajar

mahasiswa.

Penelitian Jumrodah (2010), tentang

Upaya meningkatkan Pemahaman

Konsep dan Keterampilan generik Sains

Melalui kegitan Praktikum Zoologi

Vertebrata pada Mahasiswa Biologi

STAIN Palangkaraya. Tujuan penelitian

yaitu untuk mengetahui pemahaman

konsep mahasiswa setelah diterapkan

pembelajaran praktikum dan untuk

mengetahui peningkatan Keterampilan

generik sains mahasiswa setelah

diterapka praktikum zoologi vertebrata.

Hasil penelitian menunjukkan

peningkatan pemahaman konsep ditlihat

dari N-Gain sebesar 0,51 kategori sedang

dan terdapat peningkatan KGS sebesar

0,57 dengan kategori sedang.

Suryawati, dkk (2012), meneliti

tentang Pengembangan Pembelajaran

Kontekstual RANGKA (Rumuskan,

Amati, Nyatakan, Gabungkan, Amalkan)

Berbasis Pendidikan Karakter pada mata

pelajaran Biologi kelas XI SMA.

Parameter untuk sikap ilmiah yang terdiri

atas 5 indikator yaitu rasa ingin tahu,

jujur, disiplin, tanggung jawab dan

komunikatif. Keterampilan berpikir kritis

terdiri atas 5 indikator yaitu

menganalisis, merumuskan masalah,

mengumpulkan data, memecahkan

masalah dan menilai. Hasil penelitian

menunjukkan rata-rata sikap ilmiah siswa

mengalami peningkatan yaitu 70.05

(awal), dan 83.73 (akhir). Rata-rata

keterampilan berpikir kritis 63.85 (awal),

dan 74,10 (akhir). Penelitian telah

dihasilkan prototype bahan ajar,

instrumen penilaian sikap ilmiah dan

keterampilan berfikir kritis, untuk

selanjutnya akan direvisi dan

dikembangkan. Pengembangan

pembelajaran kontekstual RANGKA

berpotensi untuk meningkatkan sikap

ilmiah dan keterampilan berfikir kritis

siswa dalam pembelajaran Biologi di

SMA.

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini, adalah :

Penerapan Model Research Base

Learning (RBL) Etnozoologi efektif

untuk meningkatkan Keterampilan

Generik Sains dan Sikap Ilmiah

Mahasiswa Calon Guru Biologi.

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif dengan metode

penelitian kuasi eksperimen. Desain

penelitian menggunakan pretest

postest experiment group design.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa

Pendidikan IPA Biologi semester IV

yang sedang menempuh mata kuliah

zoologi vertebrata dan Praktikum

terdiri dari empat Rombel. Populasi

sebanyak 146 mahasiswa. Sampel

penelitian diambil secara Cluster

Random sampling sebanyak 40 orang.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Jurusan

Pendidikan IPA Biologi IAIN Syekh

Nurjati Cirebon. Waktu penelitian

bulan akhir April - Juni 2016.

4. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian,

sebagai berikut :

1. Tes untuk mengukur

Keterampilan Generik Sains

2. Lembar observasi proses dan

produk portofolio

3. Lembar observasi untuk

mengetahui sikap ilmiah

mahasiswa

4. Angket tanggapan mahasiswa

calon guru terhadap model

pembelajaran yang diterapkan.

Page 8: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1268

5. Teknik Analisis Data

Uji Validitas

a). Validitas isi

Untuk instrumen yang

berbentuk tes, maka pengujian

validitas isi dapat dilakukan

dengan membandingkan antara

isi instrumen dengan materi

pelajaran yang telah diajarkan

(Sugiyono, 2003).

b). Validitas tiap butir soal

Untuk menguji validitas

digunakan korelasi product

moment untuk instrumen yang

berupa angket karena skor yang

digunakan berkisar 1-4,

sedangkan tes hasil belajar

digunakan korelasi point biserial

karena skor 1 dan 0 saja.

Adapun korelasi Pearson yang

dikenal dengan rumus korelasi

product moment.

Uji reliabilitas

Sebuah tes dikatakan reliabel

apabila tes tersebut dapat

menunjukkan hasil yang relatif

atau ajeg, jika tes tersebut

digunakan pada kesempatan yang

lain. Rumus yang digunakan

pada penelitian ini adalah

Sperman Brown

Taraf kesukaran soal

Ditinjau dari segi tingkat

kesukaran, soal yang baik adalah

yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sulit Bilangan yang

menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal disebut

dengan indeks kesukaran dan

diberi lambang P (Proporsi).

Besarnya indek kesukaran antara

0,00 sampai 1,00

Analisis data Tes Keterampilan

Generik Sains

Analisis data pada penelitian ini

menggunakan program Microsoft

Excell 2007 dan SPSS release 23.

N-Gain Skor

Data primer hasil tes siswa

sebelum dan sesudah perlakuan

penerapan model pembelajaran

dianalisis dengan cara

membandingkan skor pretes dan

postes. Peningkatan yang terjadi

sebelum dan sesudah pembelajaran

dihitung dengan rumus g faktor

(N-gain) :

Uji Hipotesis

Uji hipotesis dengan uji t (t-

test) untuk mengetahui efektivitas

model pembelajaran yang

diterapkan. Analisis data uji

hipotesis ini menggunakan

program Microsoft Excell 2007

dan SPSS release 23

Analisis Lembar Observasi Sikap

ilmiah dan Angket tanggapan

mahasiswa

Lembar observasi Sikap ilmiah dan

angket tanggapan mahasiswa dianalisis

secara deskriptif kuantitaif dengan

menghitung persentase skoring dari

penyataan yang terdapat pada angket

dan dari pengamatan pada saat

pembelajaran.

C. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini didahului dengan studi

pendahuluan berupa studi pustaka dan

studi empirik. Studi pustaka meliputi

kajian terhadap hasil-hasil penelitian

yang berkaitan dengan penelitian. Studi

empirik meliputi kajian kondisi awal

terhadap subjek penelitian melalui

observasi. Selanjutnya dilakukan analisis

kebutuhan objek studi dan dilakukan

penyusunan instrumen penelitian.

Selanjutnya rancangan instrumen dan

perangkat diterapkan dalam pembelajaran

zoologi vertebrata.

pretestskormaksimumskor

pretestskorposttestskorg

Page 9: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1269

1`. Ragam etnozoologi yang dijadikan

bahan kajian dalam penerapan model

Research Base Learning (RBL)

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan pada pembelajaran

zoologi vertebrata dengan menerapkan

model RBL Etnozoologi, dari penugasan

penelitian proyek etnozoologi yang

dilakukan oleh mahasiswa Jurusan

Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh

Nurjati Cirebon, Sub Filum Vertebrata

yang meliputi lima Clasis Pisces,

Amphibi, Reptilia, Aves dan Mamalia,

hanya classis amphibia yang tidak dipilih

oleh mahasiswa sebagai bahan penelitian

proyek etnozoologi.

Kegiatan proyek penelitian

etnozoologi yang telah dilakukan oleh

mahasiswa meliputi wilayah Cirebon,

Kuningan, Majalengka dan Indramayu.

Dalam pemilihan budaya daerah yang

diteliti, mahasiswa disarankan memilih

etnozoologi yang khas pada daerahnya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat

diketahui bahwa dari delapan

pengelompokan peran hewan tersebut,

budaya daerah yang dipilih oleh para

mahasiswa dalam proyek etnozoologi

memenuhi tiga kelompok yang sesuai

yaitu

1) hewan sebagai bahan pangan/kuliner,

budidaya, obat-obatan,

2) hewan yang menjadi simbol,mitos,

agama, seni budaya

3) hewan yang menjadi ornamen,

dekorasi, peralatan

Berdasarkan hasil penugasan proyek

penelitian etnozoologi diperoleh 32

laporan yang telah dikumpulkan

mahasiswa. Ragam etnozoologi yang

menjadi objek amatan, antara lain :

1. Hewan yang dijadikan bahan

makanan dan budidaya yamg terdapat

di Cirebon, Majalengka, Kuningan

dan Indramayu, antara lain : Ikan lele

sangkuriang, Nila, Gurame, Sidat,

Burung Merpati, Burung Puyuh,

Ayam Ras, Bebek, Kambing, Domba,

dan Sapi. Hewan sebagai obat salah

satunya Biawak yang dibuat sate

biawak terdapat di Indramayu dapat

dijadikan alternatif pengobatan.

2. Hewan yang menjadi simbol, mitos,

agama, seni budaya dan konservasi,

antara lain : Monyet ekor panjang

yang berada di kawasan konservasi

situs plangon dan kalijaga, Macan

Prabu siliwangi sebagai simbol

Kodim Cirebon, Kereta Singa Barong

di Kasepuhan merupakan simbol

Perpaduan budaya Cina, Arab dan

Cirebon dengan simbol hewan Gajah,

Naga dan Garuda, Ikan Dewa di

Cibulan, Kuda Windu Kuningan,

Mitos Buaya Putih di Indramayu,

Konservasi Kura-Kura Belawa di

Desa Belawa Kabupaten Cirebon,

Kepala Kerbau sebagai sesajen pada

saat Nadran di Losari kabupaten

Cirebon

3. hewan yang menjadi ornamen,

dekorasi, peralatan, antara lain :

Ornamen singa di keraton Kasepuhan,

ornamen patung gajah di keraton

Gebang, Burung merak, ayam,

cendrawasih pada corak batik

Cirebon, kulit sapi dan kambing

dibuat peralatan musik gendang dan

rebana.

2. Efektivitas penerapan Model RBL

etnozoologi pada pembelajaran zoologi

vertebrata

Penerapan Model RBL dalam

pembelajaran zoologi vertebrata pada

penelitian ini, dilaksanakan dalam

delapan kali pertemuan tatap muka (teori

dan praktikum). Dalam pengambilan data

penelitian, yang meliputi pengamatan

keterampilan generik sains dan sikap

ilmiah mahasiswa, peneliti dibantu oleh

tiga orang observer. Pengambilan data

penelitian dimulai dengan melakukan

pretest untuk mengetahui kondisi awal

keterampilan generik sains mahasiswa

calon guru biologi, kemudian setelah

penerapan model pembelajaran, maka

dilakukan postest.

Rekapitutulasi hasil nilai pretest, postest,

N-gain yang terendah, tertinggi dan rata-

Page 10: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1270

rata. Data rekapitulasi dapat dilihat pada

tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Pretest,

Postest dan N-gain

No. Nilai Tertinggi Terendah Rata-

Rata

1 Pretest 75 35 42,50

2 Postest 95 52 76,35

3 N-gain 0,86 0,24 0,56

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa

terdapat peningkatan antara nilai pretest dan

postest. Berdasarkan hasil perhitungan N-gain

diperoleh hasil N-Gain rata-rata sebesar 0,56

termasuk kriteria sedang

Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai p

untuk semua KGS sebesar 0,000, nilai p lebih

kecil dari α, sehingga hal ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara pretes dan postes untuk masing-masing

indikator KGS. Berdasarkan data N gain yang

tersaji pada tabel, maka dapat terlihat nilai N-

Gain yang paling tinggi pada indikator KGS

inferensia logika sebesar 0,5 kategori gain

sedang, sedangkan N gain Indikator KGS

yang terendah pada indikator membagun

konsep sebesar 0,31.

3. Sikap ilmiah mahasiswa calon guru biologi

setelah diterapkan Model RBL etnozoologi

Sikap ilmiah yang diamati pada empat

kali pertemuan dalam pembelajaran zoology

vertebrata, meliputi 10 indikator, yaitu rasa

ingin tahu, jujur, disiplin, Tanggungjawab,

bekerjasama, santun, teliti, tekun,terbuka dan

percaya diri.

Terdapat peningkatan sikap ilmiah

mahasiswa calon guru pada tiap indikator di

setiap pertemuan, dengan persentase terendah

sebesar 52,00% pada pertemuan pertama

pada indikator rasa ingin tahu, dan persentase

tertinggi sebesar 84,80 % pada indikator

tanggungjawab pada pertemuan keempat.

4. Tanggapan mahasiswa terhadap

penerapan model RBL Etnozoologi

Tanggapan mahasiswa terhadap

penerapan model pembelajaran sangat penting

untuk diketahui, karena melalui tanggapan

mahasiswa sebagai pembelajar, maka akan

diketahui apakah model tersebut ditanggapi

positif atau negatif oleh mahasiswa. Angket

tersebut terdiri dari 15 item pernyataan. Hasil

angket tanggapa siswa terlihat pada gambar 1

berikut ini.

Gambar 1. Grafik Tanggapan

mahasiwa terhadap penerapan model

RBL

Berdasarkan gambar 1, berdasarkan

angket tanggapan yang diberikan kepada

mahasiswa yang terdiri dari 15 item

pernyataan, mahasiswa memberikan

tanggapan yang positif terhadap

penerapan model Research Based

Learning (RBL). Tanggapan Mahasiswa

terhadap penerapan Model RBL masuk

kategori kuat sebesar 62 % dan kategori

kuat sebesar 38%.

b. Pembahasan

Kegiatan penugasan proyek

penelitian etnozoologi yang bersifat

mandiri merupakan bentuk pembelajaran

kontekstual yang memberikan

kesempatan kepada mahasiswa untuk

mempertajam kesadaran mereka akan

lingkungan sekitar (Jhonson, 2010). Dari

hasil penelitian yang diperoleh dapat

diketahui bahwa standar kompetensi

yang diharapkan agar mahasiswa mampu

mengaplikasikan prinsip-prinsip

pengklasifikasian makhluk hidup

berdasarkan ilmu taksonomi untuk

mempelajari keanekaragaman dan peran

keanekaragaman hayati bagi kehidupan

sudah dapat dilaksanakan. Terkait dengan

ragam budaya masyarakat, fauna dapat

dipelajari dalam tiga ragam etnozoologi,

yaitu bahan pangan,

62%

38%

0% Angket

Kuat Sangat Kuat Lemah Sangat Lemah

Page 11: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1271

simbol/mitos/agama/seni/budaya, dan

ornamen/dekorasi/peralatan.

Hasil Penelitian menunjukkan

bahwa model pembelajaran RBL berbasis

etnozoologi efektif dalam meningkatkan

Keterampilan generik Sains (KGS)

dengan rerata N-Gain sebesar 0,56

dengan kategori Gain Sedang. Efektifitas

Model RBL Etnozoologi dalam

meningkatkan Keterampilan Generik

Sains (KGS) mahasiswa disebabakan

antara lain : adanya kegiatan praktikum

pengamatan spesies-spesies hewan

Vertebrata dari lima classis semua

dilakukan dengan baik untuk mengamati

morfologi dan anatomi dari hewan

vertebrata dan proyek penelitian

Etnozoologi dengan melakukan observasi

dan wawancara ke lokasi-lokasi seperti

pasar hewan, peternakan, perikanan

budidaya, kawasan keraton, petilasan,

kawasan konservasi yang dijasikan objek

wisata serta wisata batik unuk melihat

keanekaragaman hewan vertebrata.

Penugasan proyek penelitian

etnozoologi diharapkan mahasiswa

memiliki hasil belajar sains berupa

kemampuan berpikir dan bertindak

berdasarkan pengetahuan sains yang

dimilikinya, keterampilan memecahkan

masalah, serta meningkatkan kemampuan

generik sains. Sesuai dengan pendapat

Brotosiswoyo (2000) yang menyatakan

bahwa Kemampuan generik sains

merupakan kemampuan yang dapat

digunakan untuk mempelajari berbagai

konsep dan menyelesaikan masalah

dalam sains. Kemampuan generik sains

merupakan keterampilan dasar yang

harus dimiliki oleh seorang guru yang

dapat diterapkan dalam berbagai bidang

(Gibb, 2002). Bila kemampuan ini sudah

dimiliki oleh mahasiswa calon guru

biologi dan sering diterapkan dalam

pemecahan masalah

Dapat dilihat bahwa terdapat

peningkatan sikap ilmiah mahasiswa calon

guru pada tiap indikator di tiap pertemuan,

dengan persentase terendah sebesar

52,00% pada pertemuan pertama pada

indikator rasa ingin tahu, dan persentase

tertinggi sebesar 84,80 % pada indikator

tanggungjawab pada pertemuan keempat.

Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa

mahasiswa calon guru awalnya pada

pertemuan pertama belum menunjukkan

antusiame terhadap pembelajaran dan juga

penugasan proyek yang diberikan, namun

pada pertemuan yang berikutnya,

mahasiswa mulai tertarik adan antusias

serta bekerjasama secara baik dalam

merancang kegiatan praktikum dan proyek

penelitian, kemudian melakukan observasi

dengan baik dan mampu membuat laporan

hasil penelitian. Penugasan proyek

penelitian dapat diselesaikana tepat waktu

dengan hasil yang baik.

Berdasarkan hasil angket tanggapan

mahasiswa setelah penerapan model

Research Based Learning (RBL) pada

pembelajaran Zoologi Vertebrata,

diperoleh hasil dengan kriteria kuat

sebanyak 32 % dan sangat kuat sebanyak

64 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa

mahasiswa memberikan tanggapan yang

positif terhadap model RBL etnozoologi

yang telah diterapkan.

Rekomendasi berdasarkan hasil

penelitian ini adalah kegiatan penelitian

proyek etnozoologi yang dikaitkan dengan

hewan veertebrata dapat diterapkan dalam

pembelajaran zoologi vertebrata karena

merupakan pembelajaran kontekstual yang

efektif. Dari hasil penelitian yang

diperoleh dapat diketahui bahwa standar

kompetensi yang diharapkan agar

mahasiswa mampu mengaplikasikan

prinsip-prinsip pengklasifikasian makhluk

hidup berdasarkan taksonomi untuk

mempelajari keanekaragaman dan peran

keanekaragaman hewan vertebrata bagi

kehidupan sudah dapat dilaksanakan,

pengamatan morfologi, anatomi dan

peranan hewan vertebrata bagi kehidupan.

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka

dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut :

1. Dari delapan pengelompokan peran hewan

vertebrata, ragam etnozoologi yang dipilih

oleh para mahasiswa dalam proyek

penelitian etnozoologi memenuhi tiga

D. KESIMPULAN

Page 12: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1272

kelompok yang sesuai, yaitu hewan

sebagai bahan pangan, kuliner, budidaya,

obat-obatan; hewan yang menjadi simbol,

mitos, agama, seni budaya, hewan yang

menjadi ornament, dekorasi, peralatan.

2. Terdapat peningkatan nilai pretest ke

postest dengan N-Gain rata-rata 0,56

kriteria sedang, dari hasil uji t diperoleh p

value 0,000, jika p value < 0,005 maka

model pembelajaran RBL efektif

diterapkan pada pembelajaran zoology

vertebrata

3. Terdapat peningkatan Keterampilan

Generik sains Mahasiswa calon guru

biologi untuk setiap indikator KGS, nilai

N-Gain yang paling tinggi pada indikator

KGS inferensia logika sebesar 0,5 kategori

gain sedang, sedangkan N gain dari

Indikator KGS yang terendah pada

indikator membagun konsep sebesar 0,31.

4. Terdapat peningkatan sikap ilmiah pada

tiap pertemuan terendah sebesar 52,00%,

dan persentase tertinggi sebesar 84,80 %.

Buku :

Alves. 2012. Relationships between Fauna

and People and The Role of

Ethnozoology in Animal

Conservation. Ethnobio Conserv 1:2

Anderson E.N. 2011. Ethnobiology:

overview of a growing field. In

Anderson EN,Pearsall D, Hunn E,

Turner N (eds) Ethnobiology. Wiley-

Blackwell, New Jersey.

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Baer, J. 1993. Creativity and Divergent

Thinking: A Task Spesific Approach.

London: Lawrence Elbaum

Associates Publishe

Barrett, T., and Mac Labhrain, I. 2005. Hand

book of Inquiry and Problem Based

Learning: Designing a Hybrid

Problem Based Learning (PBL)

course: A Case Study of First Year

Computer Science in NUI May Noth.

Galwa: Celt, Released under Creative

Commons Licence.

Clark BR. 1997. The Modern Integration

Research Activities with Teaching and

Learning. J.Higher Educ.68 :241-255.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar.

Jakarta : Erlangga

Fisher, R. (1995). Teaching Children to

Think. London: Stanley Thornes Ltd.

Griffith Institute For Higher Education.

2008. Research Based learning :

Startegies for Successfully linking

teaching and research. University of

Griffith

Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar.

Jakarta : Bumi aksara

Hardy, T.C. 2003. Contextual Teaching in

Science. Class Middle School 7th.

Grade Life Science, 1-8.

Joice, Bruce; Well, Marsha and Calhoun,

Emily,Models of Teaching,Pearson.

Boston: Prantica Hall, 2000.

Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and

Learning. California: Corwin Press,

Inc.

Keith Sawyer. 2006. The Cambridge

Handbook of The Learning Sciences

:Kolodner Janet L. (Case Base

Reasoning). Cambridge University

Press: New York.

Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of

Thinking A Frame Work for

Curriculum and Instruction. Virginia:

Assosiation for Supervision and

Curriculum Development.

Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of

Thinking A Frame Work for

Curriculum and Instruction. Virginia:

Assosiation for Supervision and

Curriculum Development.

Rustaman,Y.N. et.al. 2005. Strategi Belajar

Mengajar Biologi. Common

TextBook JICA Edisi Revisi.

Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi

FPMSAINS UPI.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan

5. Tanggapan mahasiswa terhadap penerapan

model RBL masuk kategori kuat sebesar

62% dan kategori kuat sebesar 38%, hal

tersebut menunujukkan bahwa mahasiswa

memberikan tanggapan positif terhadap

penerapan model RBL Etnozoologi.

E. DAFTAR PUSTAKA

Page 13: MODEL RESEARCH BASED LEARNING ETNOZOOLOGI …lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/234-Eka-Fitriah1261-1273.pdf · UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN SIKAP ILMIAH

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1273

Kuantitatif, R&D. Bandung : CV.

Alfabeta.

Teaching with Technology Initiative. 2003.

Teaching and Learning Strategies,

Inquiry-based Learning

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka.

Jurnal

Brotosiswoyo. 2011. Hakekat Pembelajaran

MIPA dan Kiat Pembelajaran Kimia

di Perguruan Tinggi.Jakarta :PAU-

PPAI

Djohar Maknun. 2012. Keterampilan

Essensial Dan kompetensi Motorik

Laboratorium mahasiswa Calon Guru

Biologi Dalam Kegiatan Praktikum

Ekologi. Jurnal Pendidikan Sains

Scientiae Educatia Vol. 1 No. 1.

Cirebon : IAIN Syekh Nurjati

Gott and Dugan. 1996. Practical work: Its

Role in the Understanding of

Evidence in Science. Journal Science

Education, 791-806.

Keefer, R. 1999. Criteria for Designing

Inquiry Activities that Are Effective

for Teaching and Learning Science

Concepts. Journal College Science

Teacher. Januari: 159-165

Liex. E. M. 1999. A Comparative Study of

Learning in Lecture vs. Problem-

Based Format.Australian Journal of

Educational Technology.

"http://www.udel. edu/pbl/ cte/ spr96-

nutr.html" (21 Maret 2009).

Meltzer. 2002. The Relationship between

Mathematics Preparaton and

Conception Learning Gain in Physics

: a Possible Hidden Variable in

Diagnostic Pretest Scores.Am.J.Phys.

70 (2) 1259-1267 (online). Tersedia :

http//www.physics.lastate.

edu/per/does/addendum on_normali

zedgain.pdf. Diakses tanggal 24 Juni

2015.

Sarwi, Rusilowati dan Khanafiyah. 2012.

Implementasi Model Eksperimen

Gelombang Open Inquiry Untuk

Mengembangkan Keterampilan

Berpikir Kritis Mahasiswa Fisika.

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia

ISSN 1693-1246. Semarang :

UNNES

Yuyun M. 2012. Pembelajaran Pendidikan

Lingkungan Hidup Dengan Problem

Base Learning (PBL) Dapat

menumbuhkan Kemampuan Kerja

Ilmiah Pada Siswa Sekolah

Adiwiyata. Jurnal Pendidikan Sains

Scientiae Educatia Vol. 1 No. 1.

Cirebon : IAIN Syekh Nurjati.