22
TUGAS MAKALAH KIMIA ANALITIK TITRASI ARGENTOMETRI OLEH KELOMPOK 2 DEWI JULIANTI (1201473) WIDYA ASTUTI (1201474) YUSMITA(1201480) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG ~ 1 ~

Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

TUGAS MAKALAH KIMIA ANALITIK

TITRASI ARGENTOMETRI

OLEH

KELOMPOK 2

DEWI JULIANTI (1201473)

WIDYA ASTUTI (1201474)

YUSMITA(1201480)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

~ 1 ~

Page 2: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb,

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya.

Berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat

beriring salam penulis persembahkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa umatnya dari alam kejahiliahan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Didorong oleh semua itulah penulis dapat menyelesaikanmakalah ini yang berjudul “Titrasi

Argentometri”.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan

dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

membangun untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang. Selanjutnya penulis berharap

makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Amin.

Padang, Oktober 2013

Penulis

~ 2 ~

Page 3: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..

C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………

A. Pengertian Argentometri…………………………………………………………

B. Prinsip Argentometri……………………………………………………………..

C. Kurva Argentometri…………………………………………………………….

D. Indikator yang digunakan dalam Titrasi Argentometri…………………………

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………....

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………...

B. Saran ……………………………………………………………………………

4

4

4

4

5

5

5

6

9

14

14

15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 16

BAB I

PENDAHULUAN

~ 3 ~

Page 4: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

A. Latar Belakang Masalah

Analisa titrimetri atau analisa volumetri adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan

suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya

secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara

kuantitatif.

Dalam percobaan di laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan

dengan titrasi. Titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan

menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan

berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalamnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan titrasi Argentometri?

2. Apa prinsip dari titrasi Argentometri?

3. Bagaimana bentuk kurva titrasi Argentometri?

4. Bagaimana kerja Indikator dalam titrasi Argentometri?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengetahui pengertian dari Argentometri

2. Agar dapat mengetahui prinsip-prinsip dari Argentometri

3. Agar dapat memahami kurva dalam Argentometri

4. Agar dapat memahami cara kerja indikator-indikator dalam Argentometri

BAB II

PEMBAHASAN

~ 4 ~

Page 5: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

A. Pengertian Argentometri

Titrimetri adalah kelompok metode analisis yang didasarkan pada penentuan kuantitas

dari reagen (yang konsentrasinya diketahui) yang dibutuhkan untuk bereaksi sepenuhnya dengan

analit.

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan pasti yang

digunakan dalam analisis titrimetri . Sedangkan titrasi adalah proses di mana larutan standar

ditambahkan ke suatu larutan analit sampai analit bereaksi sempurna dengan larutan standar .

Dalam titrimetri dikenal istilah Titrasi pengendapan, yaitu titrasi yang melibatkan pembentukan

endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit.

Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi

pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut

sebagai Argentometri (latin, argentum : perak) yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion

halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Titrasi

argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat

dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent

seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO4

3- .

B. Prinsip Argentometri

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara

titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana

ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah

larut AgCl.

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi

dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan

indikator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir

titrasi dapat diamati

C. Kurva Argentometri

Kurva titrasi pengendapan yang melibatkan ion perak

~ 5 ~

Page 6: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

Metode yang paling umum untuk menentukan konsentrasi ion halida dalam suatu larutan

adalah titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Hasil reaksinya adalah padatan perak halida.

Kurva titrasi untuk metode ini biasanya terdiri dari PAg versus volume perak nitrat yang

ditambahkan. Untuk membuat kurva titrasi, ada tiga jenis perhitungan yang diperlukan, yang

masing-masing sesuai dengan tahapan yang berbeda dalam reaksi: (I) sebelum titik ekuivalen,

(2) titik ekuivalen. dan (3) setelah titik ekuivalen.

Contoh:

Tunjukkan perhitungan yang diperlukan untuk menperoleh kurva titrasi 50,00 mL NaCI 0,0500

M dengan 0,1000 M AgN03 (untuk AgCI, Ksp = 1.82 X 10 - 10).

dengan reaksi:

Ag + (aq) + CI-(aq) AgCI (s)

(1) Data titik praekuivalen

konsentrasi alatis molar CNaCl. Misalnya, setelah ditambahkan 10,00 mL AgN03,

CNaCl= jumla h mmol NaCl awal− jumlah mol AgNO 3awalvolume total larutan

Tapi

mmol NaCI awal=50,00 mL x0,05mmol NaCl

mL=2,500

mmol NaCI ditambahkan=10,00 mL X 0,100mmol Ag NO3

ml=1,00

jumlah mmol NaCl sisa = 1,500

CNaCl=1,500 mmol NaCl l(50,00+10,00 ) ml

=0,02500mmol NaCl

mL=0,02500 M

[Cl-] = 0,02500 M

[Ag+] = Ksp /[Cl-] = 1,82 x 10−10

0,02500=7,28 ×10−9 M

pAg = - log (7,28 x 10-19) 8,1

~ 6 ~

Page 7: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

penjelasan penambahan daerah titik praekuivalen diperoleh dengan cara yang sama. Hasil

perhitungan jenis ini dapat dilihat pada kolom kedua table 1.

(2) titik ekuivalen pAg

Dimana,

[Ag+] = [Cl-] dan [Ag+][Cl- ]= 1.82 X 10- 10 = [Ag+]2

[Ag+] = 1.349 X 10- 5 M dan pAg = -log (1.349 X 10- 5 ) = 4.87

(3) Data setelah titik ekuivalen

Pada penambahan 26.00 mL AgNO 3, Ag+ berlebih , maka

Ag+=CAgNO3= 26,00 x 0,1000−50,00 x 0,0500

50,00−26,00= 1,316 x 10-3 M

pAg = -log (1.316 X 10- 3 ) = 2.88

data penambahan titik setelah ekuivalen diperoleh dengan cara yang sama dan diperlihatkan

dalam table 1.

Table 1.

Perubahan pAg dalam titrasi Cl- dangan larutan standar AgNO3

Volume

AgNO3

pAg

50,00 ml NaCl 0,05

M dengan 0,1 M

AgNO3

50,00 ml NaCl 0,005

M dengan 0,01 M

AgNO3

10,00 8,14 7,14

20,00 7,59 6,59

24,00 6,87 5,87

25,00 4,87 4,87

26,00 2,88 3,88

30,00 2,20 3,20

40,00 1,78 2,78

Faktor yang mempengaruhi kurva titrasi

~ 7 ~

Page 8: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

1. Pengaruh konsentrasi terhadap kurva titrasi

Pengaruh konsentrasi reagen dan analit pada kurva titrasi ditunjukkan oleh

dua kelompok data pada Tabel 1 dan kedua kurva titrasi pada Gambar 1. dengan

0,1 M AgN0 3 (kurva A), mengalami perubahan pAg yang besar di daerah titik ekuivalen.

Dengan 0,01 M reagen, perubahan itu jauh lebih sedikit tapi masih terlihat.

Dengan demikian, indikator yang memberi tanda pembentukan Ag+ dengan kisaran pAg 4,0-6,0

memiliki kesalahan yang lebih kecil untuk larutan yang lebih pekat. Untuk larutan klorida yang

lebih encer, perubahan pAg di daerah titik ekuivalen terlalu kecil untuk dideteksi secara tepat

dengan indikator visual

2. Pengaruh reaksi yang tidak sempurna terhadap kurva titrasi

Gambar 2 mengilustrasikan pengaruh kelarutan hasil reaksi pada ketajaman titik akhir

titrasi dengan 0,1 M perak nitrat. Perubahan pAg di titik ekuivalen menjadi lebih besar dengan

penurunan nilai kelarutan, dan kesempurnaan reaksi antara analit dan perak nitrat.

Pemilihan indikator yang sesuai untuk titrasi ion klorida dapat meminimalisir kesalah dalam

titrasi. Jika kelaritan hasil reaksi lebih besar dari 10 -10 maka pembentukan endapan pada titik

akhir titrasi kurang sempurna.

~ 8 ~

Gambar1. kurva titrasi untuk (A), 50,00

mL 0,0500 M NaCl dengan 0. 1 000 M

AgN0 3, dan (B), 50,00 mL 0,00500 M

Page 9: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

~ 9 ~

Gambar2. Pengaruh reaksi

sempurna pada kurva titrasi

pengendapan. Untuk setiap kurva

50.00 mL larutan 0,0500 M dari

anion dititrasi dengan 0,1000 M

AgN0 3, Perhatikan bahwa nilai-

nilai yang lebih kecil dari KSP

memberikan keringanan yang lebih

tajam pada titik akhir.

Page 10: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

D. Indikator dalam Argentometri

Berdasarkan cara penentuan titik akhirnya ada beberapa metode titrasi pengendapan

yaitu, metode Mohr (pembentukkan endapan berdasarkan pada titik akhir), metode Fajans

(adsorbsi indikator pada endapan) dan metode Volhard (terbentuknya kompleks warna yang

larut pada titik akhir

Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem pengendapan.

Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen, ion perak, ion

tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standardnya. Titrasi

argentometri terbagi menjadi beberapa metode penetapan disesuaikan dengan indicator yang

diperlukan dalam penetapan kadar yaitu :

1.    Metode Mohr

Atau nama lainnya metode dengan pembentukan endapan berwarna. Dalam cara ini,

ke dalam larutan yang dititrasi ditambahkan sedikit larutan kalium kromat (K2CrO4) sebagai

indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan kelebihan ion perak membentuk

endapan berwarna merah dari perak kromat, dengan reaksi :

CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4

Contoh Hasil titrasi menggunakan metode Mohr

Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan

larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi

berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida

mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan

indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (lihat gambar). Prosedur ini disebut

sebagai titrasi argentometri dengan metode Mohr.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Ag+(aq) + Cl-(aq) → AgCl(s) (endapan putih)

Ag+(aq) + CrO42-(aq) → Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)

Keterbatasan-keterbatasan cara Mohr menyebaban pada umumnya cara Mohr tidak sebaik cara

Fajans dan Volhard, tetapi secara luas masih dipakai untuk titrasi ion-ion Cl- dan Br-.

~ 10 ~

Page 11: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

2.   Metode Volhard

Metode Volhard yaitu pembentukan zat warna yang mudah larut,menggunakan NH4SCN

atau KSCN sebagai titrat, dan larutn Fe3+ sebagai indicator. Sampai dengan titik ekivalen harus

terjadi reaksi antara titran dan Ag, membentuk endapan putih.

Ag+ + SCN- AgSCN (putih)

Sedikit kelebihan titran kemudian bereaksi dengan indicator, membentuk ion kompleks

yang sangat kuat warnanya (merah)

SCN- + Fe3+ FeSCN2+

Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tida berwarna.

Karena titrannya SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka dengan cara

Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk penentuan Ag+ atau SCN-, sedangan

untuk anion –anion lain harus ditempuh dengan cara titrasi kembali: pada lautan X-ditambah Ag+

berlebih yang diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk menentuan kelebihan Ag+.

Maka titran selain bereaksi dengan Ag+ tersebut, mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX.:

Ag+ (berlebih) + X- AgX

Ag+(berlebih) +SCN-(titran) AgSCN

SCN- + AgX(s) X-+ AgSCN

Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang bereaksi dan juga titik

akhirnya melemah (warna berkurang), reaksi tersebut makin mengarah ke kanan bila kelarutan

AgSCN, sebab kesetimbangan di atas mempunyai konstan kesetimbangan.

3.   Metode Fajans

Metode Fajans yaitu dengan indikator adsorbsi. Indicator adsorbs adalah zat yang dapat

diserap pada permukaan endapan (diadsorbsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan

ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih jenis indikator yang

dipakai pada pH.

~ 11 ~

Page 12: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

Cara kerja indikator adsorbs ialah sebagai berikut: indicator ini ialah asam lemah atau

basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya Fluoresein yang

digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, Fluoresein akan mengion (untuk mudahnya

ditulis HFI)

HFI H+ + FI-

Ion FI inilah yang diserap oleh endapan berwarna merah muda. Arena penyerapannya

terjadi pada permuakaan, dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas

mungkin supaya perubahan warna juga tampak sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran

koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan

lain setelah sedikit kelebihan titran (ion Ag+).

Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan dimana

masih ada kelebihan ion X- sehingga butiran-butirab koloid menjadi bermuatan negative. Karena

muatan FI- juga negative, maka FI- tida dapat ditari atau diserap oleh butiran-butiran koloid

tersebut. Main lanjut titrasi dilakukan, makin bekrurang kelebihan ion X -; menjelang titik

ekivalen , ion X- yang terserap oleh endapan akan lepas kembali karena bereaksi dengan titran

yang ditambahkan saat itu, sehingga muatan koloid makin berurang kenegatifannya.

Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X- maupun Ag+; jadi koloid menjadi netral.

Setetes titran kemudian mentyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ini diserap olehkoloid yang

menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion FI- dan menyebabkan warna endapan berubah

dengan mendadak menjadi merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga terjadi

penggumpalan koloid, maka larutan yang tadinya elihatan keruh juga menjadi jernih atau lebih

jernih.

Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi

ini diketahui berdasarkan etiga perubahan diatas, yakni:

Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan menggumpal

Larutan yang semula eruh menjadi lebih jernih

Larutan yang semula kunng hijau hamper-hampir tidak berwarna lagi.

Ikhtisar cara Mohr , volhard, dan Fajans

~ 12 ~

Page 13: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

Metode Mohr Metode volhard Metode fajans

Pinsip dasar titrasi larutan ion Cl- oleh

larutan baku AgNO3,

indicator K2CrO4

Larutan sampel Cl-,

Br-, I-/SCN-

diperlakuan dengan

larutan baku AgNO3

berlebih. Kelebihan

dititrasi kembali

dengan KSCN

Larutan sampel Cl-,

Br-, I-/SCN dititrasai

dengan larutan baku

AgNO3

Indicator Larutan K2CrO4, (titran ialah

AgNO3)

larutan Fe3+/larutan

Fe(II), (titran ialah

KSCN atau NH4SCN)

Indicator adsorbs

seperti cosin

fluorosein,

difluorosein

Persamaan

reaksi

Ag++ Cl- AgCl

Ag+ + CrO4- Ag2CrO4

(coklat kemerahan)

Ag++ X- AgX

Ag+ + SCN-

Ag2SCN (putih)

Fe3+ + SCN-

Fe(SCN)2+ merah

darah

Ag++ X- AgX

AgX//Ag+ + cosin,

AgX/Ag-cosinat (biru

kemerahan).

Syarat [CrO4-] = 1.1 x 10-2 M

[CrO4-] > 1.1 x 10-2 M

Terjadi sebelum TE dan

sebaliknya. pH=6-8

Jika pH<6 [CrO4-]

berkurang.

2H+ + CrO4

- 2HCrO4-

Cr2O72- + H+. Jika pH

> 10 akan membentuk

AgOH / Ag2O

Dalam suasana asam

nitrat. khusus

penentuan I- indicator

baru diberikaan

setelah ion I-

mengendap semua,

karena I- dapat

dioksidasikan oleh

Fe3+

Adsorbs harus terjadi

sesudah TE. Tida ada

garam lain yang

menyebabkan

koagulasi. Dapat

digunaan pada pH=4.

Endapan berupa

koloidal.

Penggunaan Penentuan Cl- atau Br-, I- tak

dapat ditentukan karena I-

terabsorbsi kuat oleh

Penentuan Cl-, Br-, I-,

SCN-

Penentuan Cl-, Br-, I-,

SCN-

~ 13 ~

Page 14: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

endapan, sama untuk SCN.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi

pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut

sebagai Argentometri (latin, argentum : perak) yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion

halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3. Titrasi

argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat

dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent

seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO4

3- .

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara

titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana

ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah

larut AgCl.

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan

indikator.

Metode yang paling umum untuk menentukan konsentrasi ion halida dalam suatu larutan

adalah titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Hasil reaksinya adalah padatan perak halida.

~ 14 ~

Page 15: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

Kurva titrasi untuk metode ini biasanya terdiri dari PAg versus volume perak nitrat yang

ditambahkan. Untuk membuat kurva titrasi, ada tiga jenis perhitungan yang diperlukan, yang

masing-masing sesuai dengan tahapan yang berbeda dalam reaksi: (I) sebelum titik ekuivalen,

(2) titik ekuivalen. dan (3) setelah titik ekuivalen.

Faktor yang mempengaruhi kurva titrasi

1. Pengaruh konsentrasi terhadap kurva titrasi

2. Pengaruh reaksi yang tidak sempurna terhadap kurva titrasi

Berdasarkan cara penentuan titik akhirnya ada beberapa metode titrasi pengendapan

yaitu:

1. metode Mohr (pembentukkan endapan berdasarkan pada titik akhir),

2. metode Fajans (adsorbsi indikator pada endapan) dan

3. metode Volhard (terbentuknya kompleks warna yang larut pada titik akhir

B. Saran

Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, dan penulis

juga berharap agar makalah ini bisa menunjang kemampuan dan keahlian analis atau laboran

dalam praktikum kimia tentang argentometri khususnya.

~ 15 ~

Page 16: Makalah Kimia Analitik, Argentometri.docx

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, W.1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.

Ibnu sodiq, dkk. 2004. Common Textbook (edisi revisi) Kimia Analitik: UNM.

Skoog, Douglas. 2004. Fundamentals of Analytical Chemistry. USA: Book/ cole chengange

learning.

Underwood, Al.1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keenam. New York: Prentice-Hall, inc.

~ 16 ~