Upload
zainah-alattas
View
108
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Kimia Analitik-Kromatografi
Citation preview
MAKALAH KIMIA ANALITIK
PBL 3
Kromatografi
UNIVERSITAS INDONESIA
Kelompok 10
Adinda Sofura Azhariyah 1306370505 I Gede Eka Perdana Putra 1306370676 Imas Mega Pratiwi 1306370524 Pangiastika Putri Wulandari 1306370493 Rayhan Hafidz Ibrahim 1306409362 Zainah 1306405742
Teknik Kimia S1 Reguler
Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok, Desember 2014
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................ 1
BAB I (Pendahuluan) .................................................................. 2
BAB II (Isi) ................................................................................... 4
Tugas 1 ................................................................................ 4
Tugas 2 ................................................................................ 5
Tugas 3 ................................................................................ 16
BAB III (Kesimpulan) ................................................................ 23
Daftar Pustaka ............................................................................. 24
Kromatografi | 1
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
kehendak-Nya laporan yang berjudul Kromatografi ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk pembuatan tugas penulisan
laporan pemicu 3 mata kuliah Kimia Analitik Instrumental. Selain itu, tujuan
penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep metode
penentuan kandungan zat beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan
dari berbagai pihak, laporan ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak
kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dianursanti yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan
untuk membuat laporan, juga memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada
penulis, dan kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu
banyak belajar dalam penulisan laporan, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini dapat menjadi lebih baik dan
berdaya guna di masa yang akan datang. Penulis berharap laporan yang sederhana
ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai metode dalam menentukan
kandungan zat beserta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta
bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan semua kalangan masyarakat.
Depok, Desember 2014
Tim Penulis
Kromatografi | 2
BAB I
Pendahuluan
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantaranya dua fase, yaitu
fase diam (stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat
padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Dalam
kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase diam dapat
berupa zat padat atau zat cair.
Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupaka metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat
dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai tekanan
uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses pemisahan.
Tekanan uap memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama
dengan fase gerak yang berupa gas.
Salah satu aplikasi dari kromatografi gas adalah penggunaannya dalam
bidang tokskologi dan forensik. Metode kromatografi gas ini sangat akurat dan
sensitif dan merupakan prosedur standar untuk analisis alkohol dan senyawa-
senyawa volatil dalam bidang toksikologi forensik. Dengan analisi menggunakan
metode ini, alkohol dalam darah dapat diketahui jumlahnya, walaupun dalam
konsentrasi kecil. Selain untuk menganalisis kandungan alkohol, teknik analisis
ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan obat-obatan terlarang
dalam tubuh.
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Adiktif berbahaya lainnya, yaitu bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam
tubuh manusia, baik secara diminum, dihirup maupun disuntikkan dapat
mengubah pikiran, perasaan dan juga perilaku seseorang dan lebih jauh lagi
narkoba akan dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis. Narkotika
dalam senyawa metabolit akan terdeteksi dalam urine setelah 24 jam setelah
penggunaan oleh pengguna, darah selama 3 x 24 jam setelah pemakaian. Secara
Kromatografi | 3
umum metode kromatografi dengan menggunakan kromatografi gas
spektroskopi massa (GC-MS) dan kromatografi cair dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya kandungan narkotika dalam tubuh.
Sebanyak 98% etanol di dalam tubuh akan teroksidasi menjadi
asetaldehid dan asetat, sedangkan 2% dieksresi melewati ginjal dan dikeluarkan
melalui urin. Kadar etanol dalam darah bervariasi tergantung pada oksidasi
jaringan, sedangkan pemeriksaan kadar etanol dalam urin lebih akurat karena
kadar etanol dalam urin lebih stabil (Nisak, 2008).
Kromatografi | 4
BAB II
Isi
Tugas 1
Susunlah pertanyaan penting atau variabel penting untuk merancang suatu
penelitian analisis alkohol dan obat-obatan terlarang dalam darah sebanyak
tujuh pertanyaan.
1. Apa yang dimaksud dengan alkohol?
Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung gugus fungsi hidroksil
(-OH). Alkohol bisa berasal dari alkana, alkena, maupun alkuna dengan adanya
pergantian gugus alkil dengan gugus hidroksi pada atom karbon jenuh.
2. Apa yang dimaksud dengan obat-obatan terlarang?
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Adiktif berbahaya lainnya, yaitu bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam
tubuh manusia, baik secara diminum, dihirup maupun disuntikkan dapat
mengubah pikiran, perasaan dan juga perilaku seseorang dan lebih jauh lagi
narkoba akan dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.
3. Berapa ambang batas alkohol dalam darah?
Kadar alkohol dalam darah ditentukan oleh jumlah dan kecepatan
konsumsi Etanol serta laju metabolisme. Katika kadar alkohol dalam darah
mencapai 0,05%, efek depresan dari alkohol mulai bekerja. Pada kadar 0,1%,
syaraf-syaraf motorik mulai terpengaruh. Pada kadar 0,2% dalam darah, syaraf
motorik seorang mengalami kelumpuhan dan keadaan emosi yang terganggu,
sedangkan dalam kadar 0,3% dapat menyebakan kolaps. Kemudian dengan kadar
0.4%-0,5% dalam darah, orang akan berada dalam keadaan koma, serta beberapa
bagian otak yang mengatur detak jantung dan pernafasan akan terganggu sehingga
dapat menimbulkan kematian.
Kromatografi | 5
4. Apa yang mempengaruhi kandungan alkohol dalam darah?
5. Berapa lama waktu untuk alkohol masuk ke dalam darah?
Ketika alkohol dikonsumsi, konsentrasi alkohol darah akan meningkat
pesat. Dalam waktu lima menit dari konsumsi, ada cukup alkohol dalam darah
yang dapat terukur. alkohol dalam darah ditentukan oleh seberapa cepat alkohol
diserap, didistribusikan, dimetabolisme, dan diekskresikan.
6. Berapa lama waktu untuk obat-obatan terlarang masuk ke dalam darah?
7. Berapa lama waktu metabolisme alkohol dalam tubuh?
Konsumsi satu minuman standar akan menghasilkan puncaknya pada
kandungan alkohol dalam darah dalam waktu 35 sampai 45 menit. Seseorang
150-pon dengan fungsi hati normal memetabolisme sekitar 7 sampai 14 gram
alkohol per jam, yang kira-kira 100 sampai 200 mg / kg berat badan per jam. Hal
ini sebanding dengan 8 sampai 12 ons bir atau setengah dari minuman beralkohol.
Mengontrol tingkat konsumsi akan memberikan waktu hati untuk memetabolisme
alkohol dan membatasi kandungan alkohol dalam darah kita. Setelah berhenti
minum, tingkat alkohol darah dalam tubuh akan menurun sekitar 0,01% per jam.
8. Metode apa yang akan digunakan untuk menganalisis alkohol dan obat-
obatan terlarang?
9. Seberapa banyak sampel darah yang digunakan?
10. Intrumen apa saja yang akan digunakan dalam analisis ini?
Tugas II
Dalam percobaan ini, sampel darah akan dianalisis dengan metode analisis
GC/MS, yang akan menetapkan apakah terdapat alcohol di dalam darah.
Berikut ini adalah sekilas gambar besar tentang GC/MS sebagai teknik
yang handal untuk memisihkan komponen dalam campuran. Sampel disuntikan
pada GC. GC kemudian memisahkan semua protein, metabolit, obat, dsb yang ada
dalam sampel menjadi komponen individu. Komponen individu kemudian
dilewatkan ke spectrometer Masssa (bagian MS) untuk mengidentifikasi
komponen campuran.
Kromatografi | 6
Bila anda hendak menggunakan GC/MS dalam analisis darah
1. Parameter apa saja yang harus anda ketahui?
Jawab:
Efisiensi pelarut dan koefisien partisi
Efisiensi pelarut ( cairan fase diam pada GC ) sebagai hasil dari
interaksi bahan terlarut dan pelarut menentukan posisi relatif pita-pita
bahan terlarut (analitik) pada kromatogram. Efisiensi pelarut atau retensi
relatif dinyatakan sebagai rasio dari retensi waktu yang diukur pada
puncak maksimum masing-masing komponen. Hal ini ditentukan oleh
koefisien partisi masing-masing (distribusi) K dari bahan terlarut (analitik)
dalam pelarut (fase diam) pada temperatur tersebut.
Koefisien partisi K didefinisikan sebagai berikut:
K = jumlahbahanterlarutanalitperunitvolumefasediamcairjumlahbahanterlarutanalitperunitvolumefasegerakgas
K =CcairC gas , Kadalahrasiokonsentrasi 1
Rasio Partisi ( Rasio Kapasitas)
Rasio kapasitas/rasio partisi (k) digunakan untuk mengekspresikan
kondisi kesetimbangan dalam kolom, dan dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
k$ = beratbahanterlarutanalitdalamfasediamberatbahanterlarutanalitdalamfasegerak
k$ = KV&V' 2
di mana VL adalah volume fase diam dan VG adalah volume fase gas atau
volume celah kolom. Koefisien partisi adalah jumlah kekuatan interaksi
diantara bahan terlarut dan pelarut. Keuntungan utama GC atas destilasi
adalah jenis pelarut yang bisa digunakan.
Retensi Relatif dan Efisiensi pelarut
Kromatografi | 7
Efisiensi pelarut diukur dengan a , retensi relatif. Hal ini adalah
rasio dari retensi waktu yang disesuaikan atau koefisien partisi. Keduanya,
a dan k adalah tergantung pada temperatur. Rasio partisi K menurun
terhadap waktu. Efisiensi pelarut dirumuskan sebagai berikut :
= t+,t+- =k,k- =
K,K- 3
Pada banyak kasus tR1 sering digunakan sebagai acuan distribusi puncak-
puncak lainnya, yang penting dalam analisis kuantitatif.
Waktu Retensi
Waktu (tM) setelah injeksi sampel sampai dengan munulnya puncak
ini seringkali dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati memberikan
pengukuran dari laju migrasi rata-rata dari fasa bergerak dan merupakan
suatu parameter yang penting dalam mengidentifiasi puncak analit.
Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak ditahan, jika
mereka tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan
spesies dengan sifat seperti ini dapat dilakukan untuk membantu
identifikasi puncak.
Puncak lebih besar yang terdapat di bagian kanan lampiran gambar
1 merupakan puncak dari spesies analit. Waktu yang diperlukan puncak ini
untuk mencapai detektor atau waktu yang diperlukan spesies analit untuk
keluar dari kolom dan mencapai detektor dinamakan waktu retensi (tR).
Laju linear rata-rata dari migrasi zat terlarut (v) dan kecepatan linear rata-
rata dari spesies dalam fasa bergerak (u) diberikan pada persamaan
dibawah ini
/ = 012 (4) 3 = 014 (5) Dimana L = panjang dari kolom
Kromatografi | 8
Nilai dari v juga dapat dinyatakan dalam u dan rasio partisi (K)
dengan cara mengekspresikan nilai laju v sebagai fraksi dari kecepatan
pada fasa bergerak. Penurunannya adalah sebagai berikut:
/ = 3 6789:;8==?7@873=A8@8B68:8C?7D?789 / = 3 E3B@8BG@>8==?7@873=A8@8B68:8C?7D?789E3B@8BG@=G=8@
/ = 3 HIJIHIJI + HLJL = 3 1
1 +HLJL HIJI
/ = 3 --NOPQ P4 (6) Dimana Vs = volume dari fasa diam dan VM = volume dari fasa
bergerak.
Faktor kapasitas
Faktor kapasitas merupakan parameter eksperimental yang
menyatakan perbandingan mol komponen analit dalam fasa diam terhadap
mol komponen dalam fasa gerak, yang nilainya tergantung pada
temperatur. Faktor ini banyak digunakan untuk mendeskrispsikan laju
migrasi zat terlarut dalam kolom. Untuk spesies A nilai faktor
kapasitasnya adalah sebagai berikut. (dengan KA adalah nilai rasio partisi
untuk spesies A)
9R = OSPQP4 (7) Persamaan 5 dapat disubstitusi ke persamaan (4).
/ = 3 --NT$S (8) Agar nilai kA dapat dicari dalam kromatogram maka persamaan (2)
dan (3) dapat disubstitusi ke persamaan (6)
012 =
014
--NT$S (9)
9R = 12U1414 (10) Besarnya faktor kapasitas menentukan laju elusi komponen. Jika k
> 1 maka elusi akan berlangsung dengan cepat dan jika k > 20-30 maka
waktu elusi akan berlangsung sangat panjang.
Kromatografi | 9
Jumlah dan Tinggi Plat Rata-Rata
Plat teoritik adalah istilah yang berasal dari teori destilasi yang
kemudian diadaptasi ke dalam kromatografi. Plat ini menandakan suatu
titik dalam kolom dimana terdapat kesetimbangan antara fasa cair dan gas
(platnya hanya imaginer). Jumlah plat teoritik (n) dapat diukur dengan
menggunakan rumus di bawah ini.
V = 16 X 12YZ[, (11)
Dimana tR = waktu retensi dan Wb = lebar puncak pada pita elusi
hasil kromatografi. Ilustrasi yang dapat memperjelas nilai Wb dapat dilihat
pada lampiran gambar 3. Walaupun tR didefinisikan sebagai waktu, tetapi
sebenarnya kita dapat mengukur jarak pada kertas daftar perekam dalam
cm atau mm, perlu diingat bahwa tR dan Wb harus diukur dalam satuan
yang sama.
Tinggi plat teoritik disebut juga HETP (Height Equivalent
Theoritical Plate). HETP berfungsi untuk merepresentasikan efisiensi dari
kolom. Nilai HETP secara sederhana dapat dicari dengan menggunakan
rumus dibawah ini.
\]^_ = \ = 0` (12) Dimana L = panjang kolom, dan n = jumlah plat teoritik. Semakin
besar nilai N maka semakin kecil nilai HETP dan semakin besar efisiensi
kolom.
Efisiensi Kolom
Efisiensi kolom berkaitan dengan pelebaran puncak dari pita awal
ketika melewati kolom. Melebarnya hasil dari disain kolom dan kondisi
operasi, secara kuantitatif dapat dijelaskan oleh tinggi ekivalen plat teoritis
(HETP). Konsep plat pada kromatografi sama dengan konsep plat pada
destilasi, dimana kolom efisiensi pertamaterdiri dari plat yang terpisah.
Pada G.C. plat terpisah adalah suatu konsep tiruan yang digunakan untuk
membandingkan kolom sejenis pada kondisi spesifik antara lain:
1. Tipe pelarut dan pemuatan.
Kromatografi | 10
2. Bahan terlarut / solut
3. Kecepatan aliran
4. Temperatur
5. Ukuran sampel
Effisiensi kolom diukur dengan angka plat teoritis n yang
ditentukan dari kromatogram sebagai berikut:
V = 16 a =bcde,= 5,54 a =bche
, 13
Jumlah plat berhubungan dengan tinggi ekivalen plat teoritis
(HETP) yang merupakan ukuran langsung dari effsiensi kolom, bisa
dikatakan perbandingan antara kolom diberikan dari :
h = HETP L nn 14 dengan L = panjang kolom, biasanya dalam cm. Rata-rata linear gas
mengalir pada kolom diberikan oleh: p = Lt 15
di mana tm adalah waktu gas tertahan.
Resolusi Kolom
Resolusi kolom (Rs) dapat mengukur kemampuan kolom untuk
memisahkan dua analit secara kuantiitatif. Untuk lebih jelasnya dapat
dituliskan dalam persamaan berikut:
( ) ( )[ ]BA
ARBR
BAS WW
tt
WW
ZR
+
=+=
22 (16)
di mana Z merupakan jarak puncak analit A dan B yang terbaca pada
kromatogram.
Resolusi kolom dapat dipengaruhi oleh faktor selektivitas,
kapasitas sepasang zat terlarut pada kolom yang dapat dilihat pada
persamaan berikut:
+
=B
BS k
kNR
'1
'1
4
(17)
Kromatografi | 11
Dimana adalah faktor selektivitas. Dari persamaan di atas dapat digunakan juga untuk mencara jumlah piringan yang dibutuhkan untuk
mencapai resolusi kolom dengan nilai tertentu.
222
'
'1
116
+
=
B
BS k
kRN
(18)
Selain itu resolusi kolom dapat mempengaruhi retention time (tR),
dan kita dapat melihat hubungan keduanya sebagai berikut:
( ) ( )( )2322
'
'1
1
16
B
BSBR
k
k
u
HRt
+
=
(19)
2. Mengapa metode GC/MS sering digunakan untuk penentuan kandungan
alcohol dan obat-obat terlarang dalam darah?
Jawab:
Alkohol yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan diabsorbsi
melalui mukosa mulut dan epitel gastrointestinal dan sebagian besar
diabsorbsi di usus halus, sisanya diabsorbsi di kolon. Setelah alkohol dalam
perut dapat diserap di sana dan pergi langsung ke dalam aliran darah. Alkohol
mudah berdifusi dan distribusinya dalam jaringan sesuai dengan kadar air
jaringan tersebut. Jadi alcohol dapat berdifusi ke dalam darah dan didistribusi
ke otak dan jaringan lainnya. Maka dari itu, untuk menentukan kandungan
alcohol dalam tubuh, dapat diambil dari sampel darahnya.
Biasanya untuk menguji kandungan alcohol dalam darah dapat
digunakan metode GC/MS.Metode analisa GC/MS lebih efektif dan memiliki
banyak keuntungan dibandingkan dengan metode analisa lainnya karena:
Metode analisa GC/MS sangat akurat, spesifik dan sensitif dan
merupakan prosedur standar untuk analisis alkohol dan senyawa-senyawa
volatil dalam bidang toksikologi forensik. Akurat dan spesifik karena
teknik ini menghasilkan molekular fingerpint atau spektrum massa yang
unik. Spektrum ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada/tidaknya
alkohol dalam sampel. Sensitif karena alkohol dalam darah dapat
diketahui jumlahnya, walaupun dalam kuantitas kecil.
Kromatografi | 12
Metode analisa GC/MS sangat tepat digunakan dalam menganalisa
kandungan alkohol dalam darah, karena metode ini hanya bisa digunakan
untuk menganalisa komponen yang bersifat volatil. Alkohol yang terdapat
dalam darah merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat volatil/mudah
menguap sehingga sangat tepat menggunakan metoda GC/MS.
Metode GC/MS tidak hanya memisahkan komponen tertentu saja,
melainkan dapat memisahkan semua komponen yang ada dalam sampel
dengan baik. Sehingga, kita dapat mengetahui semua kandungan yang
terdapat dalam sampel darah dengan lengkap. Karena obat-obatan
terlarang yang dikonsumsi oleh seseorang juga beraneka ragam sehingga
metode ini sangat tepat karena dapat memisahkan seluruh komponennyan
dan dapat mengetahui jenis obat-obatan terlarang apa saja yang
dikonsumsi oleh seseorang.
Waktu yang diperlukan cepat (penentuan alkohol dapat dilakukan dalam
6-8 menit) bila alat-alatnya dihangatkan secara teratur. Selain cepat,
ketajaman dan keakuratan dalam proses pemisahan juga cukup tinggi,
sehingga metode ini sangat efektis dan efisien.
3. Dalam analisis komponen, dikenal juga metode HPLC. Apa yang anda
ketahui tentang alat tersebut?
Jawab:
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau biasa juga
disebut dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) adalah metode
pemisahan yang didasarkan pada perbedaan kesetimbangan distribusi
komponen sampel antara dua fasa yaitu diam (kolom) dan gerak (system
pelarut yang mengalir). HPLC juga merupakan alat untuk menganalisa
kandungan bahan kimia, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif
(Julia K, 1996).
Prinsip dasar dari HPLC adalah memisahkan setiap komponen dalam
sampel untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan dihitung berapa
konsentrasi utama dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif). Dua
point yang sangat krusial dalam HPLC yaitu proses separasi/pemisahan dan
Kromatografi | 13
yang kedua adalah proses identifikasi. Teknik ini sangat berguna untuk
memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap senyawa mwmpunyai
afinitas selektif antara fasa diam dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan
detector serta integrator, akan didapatkan kromatogram. Kromatogram
memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa.
HPLC biasanya digunakan untuk senyawa yang memiliki berat
molekul tinggi dan tidak menguap, dimana penyerapan semakkin baik jika
molekul berada pada bentuk terkecil sehingga pemisahanpun juga akan
semakin baik. Setelah pemisahan ini, selanjutnya diidentifikasi secara
kualitatif dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen
tersebut secara koantitatif.
HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam
dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC
sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorbsi
Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal
dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun
demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diam.
2. Kromatografi fase terikat
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi
secara kimiawi.
3. Kromatografi penukar ion
HPLC penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation
atau anion dengan suatu fase gerak. Yang paling luas penggunaannya
adalah polistiren resin.
4. Kromatografi Pasangan ion
Digunakan untuk pemisahan sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-
masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup
dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.
5. Kromatografi Eksklusi
Digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat
molekul > 2000 dalton.
Kromatografi | 14
6. Kromatografi Afinitas
Pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat
spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat
menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan
dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai contohnya interaksi antara
antigen dan antibodi.
Rangkaian alat yang digunakan dalam metode HPLC yaitu:
Gambar 1. Rangkaian peralatan HPLC
(Sumber: http://lansida.blogspot.com/2010/07/hplc-kromatografi-cair-
kinerja-tinggi.html)
1. Wadah Fase gerak dan Fase gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase
gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2
liter pelarut. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut
yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi
dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas
keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen
sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase
Kromatografi | 15
gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk
menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase
gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan
komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan
mengacaukan analisis. Fase gerak yang sering digunakan untuk pemisahan
dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau
campuran air dengan asetonitril. Sedangkan dengan fase normal, yang
sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan
pelarut jenis alkohol.
2. Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang inert
terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas,
baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya
mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan
fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif,
pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan 20 mL/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem
penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase
gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari
gangguan.
3. Tempat penyuntikan sampel
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang
dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal.
4. Kolom dan Fase diam
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.
Kromatografi | 16
5. Detektor HPLC
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor
universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat
spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan
detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang
hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor
UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia. Idealnya, suatu detektor
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel.
b. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut
pada kadar yang sangat kecil.
c. Stabil dalam pengopersiannya.
d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita.
e. Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut
pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier).
f. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.
Tugas III
Percobaan ini menggunakan gas chromatography dengan thermal conductivity
(TC) detector. Instrument tidak mampu untuk mendeteksi konsentrasi suatu
senyawa yang terlalu rendah, yang akan terdeteksi dalam bentuk gas. Sampel
Anda akan terdiri dari campuran dua alcohol, etanol dan n-propanol. Propanol
akan berfungsi sebagai senyawa pembanding (standar dalam), sedangkan etanol
adalah senyawa yang akan ditentukan. Campuran diinjeksikan ke dalam GC,
teruapkan pada blok injeksi yang panas, dan akan melewati kolom. Komponen
dalam campuran akan dipisahkan oleh material yang mengisi kolom dan diubah
menjadi sinyal listrik yang diterima oleh suatu recorder. Sinyal tersebut dicetak
pada kertas grafik yang berputar. Tinggi puncak akan digunakan sebagai kuantitas
senyawa yang terdeteksi, yang juga terdapat pada sampel.
Kromatografi | 17
Contoh sistem GC berikut ini digunakan untuk menganalisis sampel darah.
Laju alir: 60 L/min; menggunakan gas pembawa helium atau nitrogen,
Arus filament: 180 mA
Suhu kolom: 90oC
Kolom isian: 10% DC-200 pada kromosorb P
Ukuran kolom: 30 m, 0,25 mm ID, 0,25 mm ketebalan film
Atenuasi: 4
Ukuran sampel: 5 mikroliter
Suggested column: DC-200, 10% or Carbowax 20M, 10% on 60-80 mesh
Chromosorb P
Reagents
Absolute etanol
n-Propanol
Hasil yang diperoleh:
Dari 5 qL larutan standar etanol dan n propanol masing-masing menunjukkan puncak pada 2,4 dan 7,2 menit
Sebanyak 5 qL dari campuran sampel standar menghasilkan data sebagai berikut:
Tabel 1.Data Analisis Alkohol dengan GC-MS
No Etanol (mL) n-Propanol (mL) Tinggi Puncak Etanol(mm)
1 0,1 1,9 3,75
2 0,2 1,8 7,50
3 0,3 1,7 11,25
4 0,4 1,6 15
5 0,5 1,5 18,75
Kromatografi | 18
Dari hasil injeksi 5 qL sampel darah diperoleh puncak pada 2,4 menit dengan tinggi senilai 12,5 mm
Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sbb: lebar dasar puncak pada etanol dan n-propanolberturut-
turut adalah 1,45 menit dan 3,65 menit
Bagaimana anda menentukan:
a. Konsentrasi senyawa etanol dalam sampel darah
b. Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]
c. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)
d. Tinggi piringan (H) dalam meter
e. Panjang kolom bila resoliusi kolom menjadi 1.5
f. Waktu elusi senyawa etanol dalam kolom yang telah diperpanjang
Jawab:
a. Konsentrasi senyawa etanol dalam sampel darah
Dari data-data yang didapat bisa diketahui konsentrasi etanol untuk
masing masing sampel, yaitu :
Tabel 2. Data Analisis Alkohol dengan GC-MS
No Etanol
(mL) n-Propanol
(mL)
Volume (ml/ml)
Etanol dalam Sampel
Standar
Tinggi Puncak
Etanol (mm)
1 0,1 1,9 5% 3,75
2 0,2 1,8 10% 7,50
3 0,3 1,7 15% 11,25
4 0,4 1,6 20% 15
5 0,5 1,5 25% 18,75
Kromatografi | 19
Grafik 1. Kurva Kalibrasi Standar
Dari grafik, didapatkan nilai persamaan garisnya yaitu:
r = Bs + H r = 75s 20
Dengan diketahuinya tinggi puncak etanol= 12,5 mm maka dapat diketahui volume etanol dalam sampel standar yaitu:
r = 75s 12,5 = 75s s = 0,16
Nilai x merupakan nilai %volume, oleh karena itu kandungan senyawa etanol dalam sampel adalah:
v8VA3VD8VA8@8B:8Bw?@ = 0,16s5px = 0,83px
= z, {|}~U{ b. Resolusi Kolom (Rs) [Tanpa satuan]
Data-data yang diketahui adalah sebagai berikut:
( )ARt = waktu retensi etanol = 2,4 menit ( )BRt = waktu retensi n-propanol = 7,2 menit WA = lebar dasar puncak etanol = 1,45 menit
y = 75x
R = 1
0
5
10
15
20
0% 10% 20% 30%
Tin
gg
i P
un
cak
Eta
no
l (m
m)
Volume Etanol (%)
Kurva Kalibrasi Standar
Tinggi puncak Etanol(mm)
Linear (Tinggi puncak
Etanol(mm))
Kromatografi | 20
WB = lebar dasar puncak n-propanol = 3,65 menit
Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai Rs adalah sebagai berikut:
( ) ( )[ ]BA
ARBR
BAS WW
tt
WW
ZR
+
=+=
22
(21)
[ ]menitmenit
menitmenitRS 65,345,1
4,22,72
+=
88,11,5
6,9 ==menit
menitRS
Jadi, nilai resolusi kolom (Rs) = 1,88
c. Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)
( )BRt = waktu retensi n-propanol = 7,2 menit ( )ARt = waktu retensi etanol = 2,4 menit WA = lebar dasar puncak etanol = 1,45 menit
WB = lebar dasar puncak n-propanol = 3,65 menit
Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai jumlah piringan rata-rata (N
rata-rata) adalah sebagai berikut:
2
16
=W
tN R
(22)
Perhitungan jumlah piringan untuk etanol:
2
16
=W
tN R
833,43menit45,1
menit 2,416
2
=
=N
Perhitungan jumlah piringan untuk n-propanol:
2
16
=W
tN R
Kromatografi | 21
258,62menit65,3
menit 7,216
2
=
=N
Perhitungan jumlah piringan rata-rata:
78=8 78=8 = ?=8VG@ + V w7Gw8VG@2
78=8 78=8 = 43,833 + 62,2582 = 53,045
Jadi, jumlah piringan rata-rata (N rata-rata) = 53,045
d. Tinggi piringan (H) dalam meter
Misal :
Panjang kolom (L) yang digunakan adalah sepanjang 75 cm
Maka, tinggi piringan (H):
cmcm
N
LH 414,1
045,53
75 ===
e. Panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1,5
Panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1,5 (Rs)2
Dari persamaan:
22
2
'
'1
116
+
=
B
BS k
kRN
(23)
diketahui bahwa dan kB konstan (tidak berubah) dengan berubahnya N dan
L, sehingga diperoleh persamaan seperti berikut :
(24)
Subtitusi (Rs)1 = 1,88 ; (Rs)2 = 1,5 ; dan N1 = 53,045 ke dalam persamaan di
atas, sehingga didapat jumlah piringan (N2) bila resolusi diharapkan menjadi
1,5:
( )( )
2
1
2
1
N
N
R
R
S
S =
Kromatografi | 22
33
77,33
88,1
5,1045,53
045,53
5,1
88,1
2
2
2
2
2
=
=
=
N
N
N
N
Jumlah piringan dibulatkan menjadi 33 karena tidak bisa dibulatkan ke atas
menjadi 34 sehingga dibulatkan ke bawah.
Jadi, panjang kolom bila resolusi kolom diharapkan menjadi 1,5:
cmcmcmL
xHNL
47662,46414,133 ===
f. Waktu elusi senyawa etanol dalam kolom yang telah diperpanjang
Diketahui persamaan waktu (tR)B yang dibutuhkan untuk mengelusi 2
senyawa tersebut dengan resolusi Rs adalah:
( ) ( )( )
+
=
2
322
'
'1
1
16
B
BSBR
k
k
u
HRt
(25)
dari persamaan di atas, diketahui bahwa tR ~ RS 2, sehingga diperoleh
persamaan:
2
2
21
2
1
)(
)(
Rs
Rs
t
t
AR
AR = (26)
Jadi, waktu elusi etanol pada kolom yang telah diperpanjang tsb:
( )( )
( ) detik68,91menit528,15,1
88,1
)(
4,2
2
2
2
2
==
=
RA
RA
t
t
Kromatografi | 23
BAB III
Kesimpulan
Alkohol mudah berdifusi ke dalam darah. Maka untuk menentukan kandungan
alcohol dalam tubuh, dapat diambil dari sampel darahnya.
Biasanya untuk menguji kandungan alcohol dalam darah dapat digunakan
metode GC/MS karena lebih efektif dan memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan metode analisa lainnya karena beberapa sebab.
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah metode pemisahan
yang didasarkan pada perbedaan kesetimbangan distribusi komponen sampel
antara dua fasa yaitu diam (kolom) dan gerak (system pelarut yang mengalir).
Kandungan etanol dalam darah dapat diketahui konsentrasinya dengan
menggunakan GC/MS melalu perhitungan menggunakan kurva kalibrasi
standar.
Parameter yang dianalisis pada GC dan MS yaitu panjang kolom, tinggi
piringan, jumlah piringan yang efektif, waktu retensi, dan resolusi kolom.
Kandungan etanol dalam darah dapat diketahui konsentrasinya dengan
menggunakan GC/MS melalu perhitungan menggunakan kurva kalibrasi
standar.
Parameter yang dianalisis pada GC dan MS yaitu panjang kolom, tinggi
piringan, jumlah piringan yang efektif, waktu retensi, dan resolusi kolom.
Kromatografi | 24
Daftar Pustaka
Adam Wiryawan.2011. Parameter Pemisahan pada Kolom Kromatografi.
(Online) http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/
kromatografi1/parameter-pemisahan-pada-kolom-kromatografi/ Diakses
pada 29 November 2014
Adnamazida, Rizqi. 2013. 9 Efek Samping Mengonsumsi Alkohol. (Online)
http://www.merdeka.com/sehat/9-efek-samping-mengonsumsi-
alkohol.html. Diakses: 30 November 2014 pukul 10:30 WIB.
Anonim, Analysis of Blood Plasma for Ethanol by Gas Chromatography
http://www.oberlin.edu/chem/ForChemLab/Alcohol/AlcoholPStudents.pdf
(29 November 2014)
Anonim. Makalah Chromatography Gas (GC). (Online)
http://www.chayoy.com/2012/06/makalah -cromatography-gas-gc.html
(Diakses pada 29 November 2014)
Anonymous. (2010). Definition of High-performance liquid chromatography
(HPLC). [Online], dari : http://www.chemicool.com/definition/high_
performance_liquid_chromatography_hplc.html [diakses pada 22
November 2014] Anonymous. 2013. Fakta Tentang Alkohol. (Online) http://gosehat.com/fakta-
tentang-alkohol. Diakses: 30 November 2014 pukul 11:23 WIB.
Anonymous. 2013. 8 Efek Negatif Mengonsumsi Minuman Beralkohol Secara
Berlebihan. (Online) http://www.jawaban.com/read/article/id/2013/10/
9/65/131009161727/8-Efek-Negatif-Mengonsumsi-Minuman-Beralkohol-
Secara-Berlebihan.html. Diakses: 30 November 2014 pukul 10:43 WIB.
Clark, Jim. 2007. Kegunaan Alkohol. (Online) http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/alkohol1/kegunaan_ alkohol/.
Diakses: 30 November 2014 pukul 09:48 WIB.
Day, R.A. dan Underwood,A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan).
Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Kromatografi | 25
Dwina Ramadiani. 2014. HPLC. [Online] Dari:
http://www.academia.edu/5267709/HPLC_LENGKAP_HPLC_ADALAH
_HPLC_High_Performance_Liquid_Chromatography.
Hendayana, Sumar.1995. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Meyer, F.R., 2004, Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th Ed.,
John Wiley & Sons, New York.
Nisak, Nashirotu, 2008, Penentuan Kadar Alkohol dalam Urin dengan
Kromatografi Gas, Skripsi, Jurusan Kimia-FMIPA, Universitas Udayana,
Bukit Jimbaran
Skoog, D.A., et.al., Fundamentals of Analytical Chemistry Sixth Edition.
Saunders College Publishing: London.
Winarto, Dwi. 2013. Golongan Alkohol. (Online)
http://www.ilmukimia.org/2013/03/golongan-alkohol.html. Diakses: 30
November 2014 pukul 10:10 WIB.