15
TINJAUAN PUSTAKA 1. Pasteurellosis Pasteurellosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella yang merupakan bakteri anaerobik fakultatif (bakteri yang mampu bertahan hidup tanpa oksigen dan tetap berfungsi diberbagai kondisi). Pasteurella termasuk ke dalam Ordo Pasteurellales yang Familinya adalah Pasteurellaceae. Ada 4 spesies lagi dari genus Pasteurella ini, diantaranya adalah Pasteurella multocida, Pasteurella haemolytica, Pasteurella pneumotropica sama Pasteurella ureae. Pasteurella multocida dan Mannheimia haemolytica (Pasteurella haemolytica) adalah dua spesies Pasteurella yang sering dituding terlibat dalam berbagai penyakit Pasteurellosis baik secara bersama sama maupun sendiri sendiri. Kebanyakan penyakit ini disebarkan oleh anjing dan kucing. Tidak menutup kemungkinan kambing, kuda, biri-biri, tikus, hamster, babi, serigala dan jenis-jenis unggas pun juga bisa menularkan penyakit ini. Walaupun bakteri ini termasuk flora normal di dalam tubuh, tapi bisa berubah jadi penyakit yang cukup ganas juga. Bakteri ini hidup di daerah nasofaring dan gingival termasuk kucing dan anjing. Saat menimbulkan gigitan, bakteri ini bisa saja ikut berpindah ke tubuh manusia. 3

MAKALAH KODIL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tinjauan pustaka tentang ancylostomiasis dan pasteurellosis

Citation preview

Page 1: MAKALAH KODIL

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pasteurellosis

Pasteurellosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri

Pasteurella yang merupakan bakteri anaerobik fakultatif (bakteri yang mampu

bertahan hidup tanpa oksigen dan tetap berfungsi diberbagai kondisi).

Pasteurella termasuk ke dalam Ordo Pasteurellales yang Familinya adalah

Pasteurellaceae. Ada 4 spesies lagi dari genus Pasteurella ini, diantaranya

adalah Pasteurella multocida, Pasteurella haemolytica, Pasteurella

pneumotropica sama Pasteurella ureae. Pasteurella multocida dan

Mannheimia haemolytica (Pasteurella haemolytica) adalah dua spesies

Pasteurella yang sering dituding terlibat dalam berbagai penyakit Pasteurellosis

baik secara bersama sama maupun sendiri sendiri. Kebanyakan penyakit ini

disebarkan oleh anjing dan kucing. Tidak menutup kemungkinan kambing,

kuda, biri-biri, tikus, hamster, babi, serigala dan jenis-jenis unggas pun juga

bisa menularkan penyakit ini. Walaupun bakteri ini termasuk flora normal di

dalam tubuh, tapi bisa berubah jadi penyakit yang cukup ganas juga. Bakteri ini

hidup di daerah nasofaring dan gingival termasuk kucing dan anjing. Saat

menimbulkan gigitan, bakteri ini bisa saja ikut berpindah ke tubuh manusia.

Penyebaran Pasteurellosis selain masalah gizi buruk juga bisa melalui

kontak langsung antara ternak yang terinfeksi dengan ternak sehat, melalui

pakan dan minum yang terkontaminasi kotoran dari hidung dan mulut ternak

yang terinfeksi dan factor factor predisposisi (kecenderungan dari sesuatu dapat

menimbulkan penyakit) seperti; Kandang yang terlalu padat juga ikut

mempermudah penyebaran, debu dan polusi yang ditimbulkan oleh asap

knalpot kendaraan dapat merusak lapisan didinding trachea (tenggorokan) yang

pada giliran akan dijadikan tempat melekatnya bakteri, kotoran ternak yang

dibiarkan menumpuk ikut andil dalam memperkaya bakteri dipeternakan,

ventilasi didalam kandang yang kurang pengaturannya (musim dingin

kedinginan musim panas kepanasan), pasar ternak dimana tempat

bergerombolnya ternak dari berbagai tempat, saat ternak berada dalam

3

Page 2: MAKALAH KODIL

kendaraan pengangkut dan percampuran ternak dipeternakan penggemukan

dimana ternak datang dari berbagai peternakan. Selain itu juga penularan dapat

terjadi melalui gigitan hewan terutama kucing. Infeksi juga dapat terjadi

melalui inhalasi. 

Pasteurella haemolytica

Seleim, 2003, menyatakan bahwa pengamatan secara morfologi tidak

dapat digunakan untuk membedakan antara P. multocida dengan

P.haemolytica, kecuali jika dilakukan uji biokimia. Hasil uji biokimia dapat

dikonfirmasikan dengan ciri-ciri masing-masing bakteri sehingga dapat dilihat

perbedaan antara kedua bakteri.

(Quinn et al, 2004)

Adanya perbedaan antara kedua bakteri tersebut disebabkan antara lain

P. multocida penyebab penyakit menular yang serius seperti kolera unggas,

sapi hemoragik septikemia dan rinitis atrofi babi, sedangkan P. haemolytica

adalah agen causative pasteurellosis pneumonia, sehingga dengan

kekhususannya menyebabkan P. multocida berbeda P. haemolytica, meski

masih termasuk dalam spesies yang sama.

4

Page 3: MAKALAH KODIL

(Quinn et al, 2007)

Mannheimia haemolytica (sebelumnya Pasteurella haemolytica) adalah agen

penyebab yang paling umum pasteurellosis pneumonia, septicemia dan mastitis

dan dianggap sebagai salah satu patogen yang paling penting dari domba, sapi dan

kambing (Gilmour, 2003).

(Quinn et al, 2004)

5

Page 4: MAKALAH KODIL

2. Ancylostoma caninum

Cacing ankilostoma berukuran 10 – 20 mm dan yang dewasa biasanya

ditemukan melekat pada mukosa usus halus anjing. Daur hidup cacing

tambang bersifat langsung,tanpa hospes perantara. Cacing dewasa hidup dari

menghisap darah di usus halus. Cacing selalu berpindah-pindah dalam

menusuk mukosa usus hingga meninggalkan luka-luka yang pendarahannya

berlangsung lama karena cacing tersebut menghasilkan toksin anti koagulasi

darah (Subronto, 2006).

Satu sampai dua hari setelah dibebaskan di dalam tinja, di tempat

yang lembab atau basah telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium

pertama. Setelah ± 1 minggu akan terbentuk larva infektif, atau stadium

ketiga dan siap menginfeksi hewan yang rentan (Subronto, 2006).

Spesies Ukuran cacing (mm)

Ancylostoma caninum Jantan: 10 – 12Betina : 15 – 18

Ancylostoma braziliense Jantan: 6 – 8Betina : 7 – 10

(Subronto, 2006)

Infeksi melalui hospes paratenik

Larva yang berada di dalam tubuh hewan yang bertindak sebagai

hospes paratenik, misalnya mencit, dapat menginfeksi anjing bila hospes

paratenik dikonsumsi olehnya.

Patogenesis

Cacing kait merupakan salah satu dari penyebab penyakit paling

penting kematian dari anak anjing. Pengaruh cacing tesebut terutama

kehilangan darah. Anak anjing muda sangat rentan terhadap cacing tambang,

karena pada umur 2 – 4 minggu persediaan Fe akan merosot yang disebabkan

makanan utama anak anjing adalah air susu yang memang sangat kecil

6

Page 5: MAKALAH KODIL

kandungan Fe-nya. Anak anjing yang terinfeksi berat segera mengalami

anemia akut. Anemia yang terjadi adalah anemia normositik normokromik

akut yang akan melanjut menjadi anemia mikrositik hipokromik

Tiap ekor cacing dewasa A. caninum dapat menyebabkan kehilangan

darah 0,05-0,2 ml/hari, A. braziliense 0,001 ml dan U. stenocephala 0,0003

ml. Akibatnya persentase darah yang dikeluarkan bersama tinja sangat tinggi.

Bila terdapat sejumlah besar cacing kait, maka tinja kelihatan kehitam-

hitaman karena darah mengering dan airnya yang tercampur dengan tinja

tersebut berubah menjadi berwarna merah (Levine, 1994).

Infeksi anjing oleh A. braziliense dan U. stenocephala tidak

mengakibatkan pendarahan hebat seperti pada infeksi oleh A. caninum.

Infeksi kedua spesies tersebut lebih banyak ditandai oleh hipoproteinemia,

radang usus dan atropi parsial villi interstinales. Hilangnya villi usus halus

juga dialami oleh anjing yang terinfeksi A. caninum dan mengakibatkan

gangguan absorbsi sari makanan. Darah menunjukkan kemampuan koagulasi

yang rendah dan perhitungan sel darah merah turun hingga 1,5 juta per mm

(Dunn, 1978).

Gejala klinis

Darah yang mencucur segera tercampur tinja dan menyebabkan

melena. Tinja bersifat lunak, berwarna gelap. Gejala anemia dapat dilihat dari

pucatnya selaput lendir mata, vagina, mulut maupun dari kulit terutama di

daerah perut. Bila penyakit berlangsung kronis maka induk semang

mengalami dehidrasi, lemah, kurus, dan konjungtiva pucat karena anemia

(Subronto, 2006).

3. Rhipichepalus sanguineus

Klasifikasi

Menurut Williams et al. (1985) klasifikasi caplak anjing adalah sebagai

berikut :

7

Page 6: MAKALAH KODIL

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Chelicerata

Kelas : Arachnida

Subkelas : Acari

Ordo : Parasitiformes

Subordo : Metastigmata

Superfamili : Ixodoidae

Famili : Ixodidae

Genus : Rhipicephalus

Spesies : Rhipicephalus sanguineus

Berdasarkan ada atau tidaknya skutum pada punggung caplak

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu caplak keras dan caplak lunak. Pada famili

Ixodidae terdapat skutum pada semua stadium sedangkan pada famili

Argasidae tidak ada skutum pada semua stadium. Rhipicephalus sanguineus

adalah caplak coklat pada anjing atau disebut brown dog tick karena berwarna

coklat kemerahan. Caplak ini disebut sebagai caplak sejati dan memiliki

metamorfosis yang tidak lengkap (Levine, 1985).

Morfologi

Tubuh caplak ditutupi oleh tegumen yang terdiri atas kutikula luar dan

selapis epitel yang mensekresikan kutikula yang mengeras dan memiliki

perisai. Bagian eksternal utama caplak adalah kapitulum (gnathosoma),

idiosoma dan kaki.

Kapitulum adalah bagian mulut keseluruhan yang terletak pada

anterior dari tubuh caplak terdiri dari basis capituli yang mengadakan

persendian dengan tubuh, pedipalpus, chelicerae, dan gigi hypostome. Basis

kapitulum pada caplak betina berbentuk hexagonal. Pedipalpus terdiri dari

empat sampai enam ruas, kadang mengalami modifikasi sebagai suatu ibu jari

dan cakar. Chelicera terletak pada dorsal dari aspek kapitulum. Sepasang

8

Page 7: MAKALAH KODIL

chelisera terdiri atas satu digit dorsal yang tidak dapat digerakkan dan satu

digit ventral yang dapat digerakkan. Fungsi dari chelisera adalah untuk

membuat sayatan pada jaringan induk semang pada saat menempel

(Sonenshine et al. 2002 dalam Mullen dan Durden 2002).

Hypostome berbentuk seperti gada yang memiliki gerigi atau kait yang

berfungsi untuk memperkuat pertautan caplak pada tubuh induk semangnya.

Hypostoma caplak menonjol dan bergerigi apabila dibandingkan dengan

hypostoma tungau (Noble & Noble 1989). Idiosoma merupakan bagian tubuh

caplak tempat terdapatnya kaki. Masing-masing kaki dibagi kedalam enam

segmen yaitu coxa, trochanter, femur, patella (genu), tibia dan tarsus. Bagian

coxae sangat sedikit bisa digerakkan sedangkan bagian lain dapat digerakkan.

Pada stadium larva dapat dengan mudah dikenali dengan adanya tiga pasang

kaki sedangkan pada stadium nimpa dan dewasa memiliki empat pasang kaki

(Sonenshine et al. 2002 dalam Mullen dan Durden 2002).

Gambar (a) caplak betina dan (b) caplak jantan (Pereira, 2001)

Caplak jantan memiliki bentuk oval, berwarna coklat dan biasanya

terlihat aktif diantara rambut mantel. Pada tubuh caplak betina biasanya

terdapat bekas spot yang panjangnya kira-kira 12 mm dan berwarna biru

keabu-abuan saat tidak makan. Warna berubah menjadi merah gelap pada saat

caplak kenyang menghisap darah (Seddon, 1968). Caplak betina memiliki

skutum yang menutupi separuh dorsal bagian anterior dari tubuhnya,

9

(a) (b)

Page 8: MAKALAH KODIL

sedangkan caplak jantan skutum menutupi seluruh bagian dorsal permukaan

tubuh sehingga mengakibatkan tubuh tidak elastis untuk mengembang pada

saat menghisap darah (Noble & Noble 1989).

Siklus hidup Rhipicephalus merupakan caplak yang berinduk semang tiga yaitu

dalam setiap siklus hidupnya dari telur, larva, nimfa dan dewasa

membutuhkan 3 induk semang. Masing-masing stadium caplak harus berada

dalam tubuh induk semang, biasanya induk semangnya adalah anjing dan

sering pada anjing yang sama (Lord 2001). Akan tetapi stadium larva dapat

hidup pada kelinci dan stadium nimfa dapat hidup pada hewan lain yaitu

domba, sapi dan anjing (Astyawati 2002).

Caplak betina yang sudah kenyang menghisap darah akan terlihat

menggembung dan akan berjalan sampai menemukan tempat yang sesuai

untuk bertelur. Dalam sekali bertelur dapat mencapai 2000-4000 butir telur.

Lord (2001) menyatakan caplak betina mampu bertelur sampai 5000 butir

telur. Caplak betina akan mati setelah bertelur dan tergantung pada temperatur

serta kelembaban telur akan menetas pada 19-60 hari (Yates, 1992). Dalam

waktu 17 sampai 30 hari telur akan menetas menjadi larva. Larva akan

mengalami pergantian kulit (moulting) sebelum menjadi nimfa dan dewasa

(Subronto 2006).

4. Ctenocepalides canis

Klasifikasi dari Ctenocepalides canis adalah sebagai berikut:

Divisio : Animalia

Subdivisio : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Siphonaptera

Famili : Pulicidae

Genus : Ctenocephalides

Spesies : C. canis

10

Page 9: MAKALAH KODIL

Ctenocephalides canis adalah jenis kutu (Siphonaptera) yang tinggal

terutama pada anjing. Meskipun kutu memakan darah anjing dan kucing,

mereka kadang-kadang menggigit manusia. Kutu anjing dapat hidup tanpa

makanan selama beberapa bulan, tetapi kutu betina harus mencari makan

darah sebelum mereka dapat menghasilkan telur. Kutu dapat berkembang biak

sekitar 4000 telur pada bulu anjing. Kutu anjing hidup dalam empat tahapan

siklus: Embrio, Larva, Pupa, dan Imago (dewasa) . Siklus hidup keseluruhan

dari telur menjadi dewasa membutuhkan dari dua hingga tiga minggu.

Mulut kutu anjing disesuaikan untuk menusuk kulit dan menghisap

darah. Kutu anjing adalah parasit eksternal, hidup dengan hematophagi dari

darah anjing. Anjing sering mengalami gatal parah di seluruh area yang kutu

mungkin berada. Kutu tidak memiliki sayap dan tubuh mereka sulit diratakan

dari sisinya serta memiliki rambut dan duri, hal ini yang membuatnya mudah

bagi kutu untuk merambat melalui bulu Anjing maupun Kucing. Mereka

memiliki kaki belakang yang relatif lama untuk melompat.

Pada anjing yang bermasalah dengan kutu, diawali dengan gigitan

terutama di daerah seperti leher, kepala, dan sekitar ekor. Kutu biasanya

berkonsentrasi di daerah tersebut. Hal ini tak henti-hentinya menggaruk dan

menggigit dapat menyebabkan kulit anjing untuk menjadi merah dan

meradang. Iritasi pada kulit anjing yang merah dan meradang

Air liur kutu merangsang dermatisasi pada anjing secara berlebihan. Intensitas

menggaruk dan menggigit anjing pada badannya menyebabkan anjing

kehilangan bulu atau rontok, mendapatkan bintik botak, spot menunjukkan

panas akibat iritasi ekstrim, dan mengembangkan infeksi yang menghasilkan

kulit yang bau.

Mencegah dan mengendalikan kutu anjing adalah suatu proses dan

bertahap. Pencegahan dalam kasus kutu kadang-kadang bisa menjadi hal yang

sulit, tetapi adalah cara yang paling efektif untuk memastikan anjing tidak

akan mendapatkan kembali terinfeksi. Kebersihan dan ketidak-lembaban

lingkungan sekitar menjadi hal yang sangat penting untuk menghindari

11

Page 10: MAKALAH KODIL

terjangkitnya parasit dan perkembangbiakan kutu. Setiap kutu pada hewan

peliharaan tersebut kemungkinan telah meletakkan telur di lingkungan sekitar.

5. Heterodoxus spiniger

Heterodoxus spiniger merupakan kutu penggigit pada anjing yang masuk

dalam subordo Amblycera. Pada subordo Ablycera, antenna terletak pada

celah di sisi kepala sehingga tidak kelihatan mempunyai palpus maksilaris

(Sumartono dan Prastowo, 1997)

6. Gambaran darah normal anjing

Pemeriksaan Unit Standar*Eritrosit (106/µl) 5,5 – 8,5

Hemoglobin (g/dl) 12 – 18 PCV (%) 37 – 55 MCV (fl) 60 – 77 MCH (pg) 22,5 – 26,5

MCHC (%) 32 – 36Leukosit (103/µl) 6.000 – 17.000 Neutrofil (mature)

(R) %(A)103 /µl 3000 – 11.500

Limfosit (R)%(A)103/ µl 1000 – 4800

Monosit (R)%(A)103/µl 150 – 1350

Eosinofil (R)%(A)103 /µl 100 – 1250

Basofil (R)%(A)103/µl

Rare

TPP (g/dl) 5,1 – 7,8Fibrinogen (g/dl) 1 – 4

(Thorn, 2010)

12