37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan orang lain. Untuk berinteraksi diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik. Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisidari anak –anak menuju dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar. Sehingga para orang tua harus lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan anak, karena anak sangatlah cepat untuk mengingat apa yang sedang dilihat dan yang didengarnya. Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu, mempelajari atau mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain, berhubungan 1

Makalah Komunikasi Anak

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Komunikasi Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam menjalani hidupnya memerlukan interaksi dengan orang

lain. Untuk berinteraksi diperlukan adanya suatu komunikasi yang baik.

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum

mengalami masa pubertas. Masa remaja merupakan suatu periode atau masa

tumbuhnya seseorang dalam masa transisidari anak –anak menuju dewasa,

yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

memasuki masa dewasa.

Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang

dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya

disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan

tahun tahun sekolah dasar. Sehingga para orang tua harus lebih berhati-hati

dalam berkomunikasi  dengan anak, karena anak sangatlah cepat untuk

mengingat apa yang sedang dilihat dan yang didengarnya.

Tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu,

mempelajari atau mengajarkan sesuatu, mempengaruhi perilaku seseorang,

mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang

lain, berhubungan dengan orang lain, menyelesaian sebuah masalah,

mencapai sebuah tujuan, menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik,

menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. (Hewitt, 1981)       

Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang perawat untuk

dapat melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam

melakukan komunikasi pada anak dan remaja adalah hubungan yang

terapeutik antara perawat dan klien akan merupakan pengalaman belajar dan

juga merupakan pengalaman koreksi terhadap emosi klien. Disini perawat

sebagai tim pelaksana dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan

secara terapeutik, sepertirealisasidiri, penerimaan diri, peningkatan

penghormatan diri, kemampuan membina hubungan interpersonal yang

tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan

1

Page 2: Makalah Komunikasi Anak

fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan

yang realistis, asaidentitas personal yang jelas dan peningkatan integritas

diri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengetian komunikasi pada anak

2. Mengetahui macam-macam komunikasi pada anak

3. Menjelaskan tahap-tahap perkembangan komunikasi pada anak

4. Menjelaskan teknik komunikasi pada anak

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu melakukan komunikasi pada anak dan

remaja.

2. Tujuan khusus

Mahasiswa diharapkan mampu :

a. Menjelaskan konsep komunikasi

b. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi komunikasi pada

anak dan remaja

c. Mengetahui cara berkomunikasi sesuai tumbuh  kembang

d. Memahami dan mengaplikasikan tahapan komunikasi pada

anak dan remaja

e. Menerapkan tehnik komunikasi pada anak dan remaja

f. Mengaplikasikan komunikasi terapeutik pada anak dan

remaja.

2

Page 3: Makalah Komunikasi Anak

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang

untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien

mangatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi, (Suryani, 2005).

Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir, 2006), komunikasi

terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan

kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi

terapeutik merupakan merupakan komunikasi profesional yang mengarah

pada tujuan yaitu penyembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2010).

2.2 Macam komunikasi

Komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Mundakir, 2006) :

1. Komunikas verbal

Komunikasi verbal seperti vokal dalam bentuk tertawa, merintih,

berteriak atau menangis. Komunikasi verbal disebut juga suatu kebutuhan

kata – kata karena melalui kata – kata dapat membentuk suatu kenyataan.

Melalui kata – kata seseorang dapat merubah persepsinya.

Dalam komunikasi verbal, perawat harus memperhatikan avoidance

language (menghindari bahasa). Pada umumnya orang ingin mengubah

sesuatu kenyataan dengan menghindar dari keadaan yang sebenarnya.

Contoh ungkapan “meninggal” bagi manusia lebih enak dipakai daripada

ungkapan “mati”.

Satu hal lagi yang perlu perawat perhatikan dalam komunikasi verbal

adalah distancing language (menjauhi bahasa). Keadaan seseorang

menggunakan kata – kata yang tidak mengenai sasaran hanya untuk

melindungi mereka dari kenyataan yang menyakitkan. Contoh : Orang tua

mengatakan bahwa mereka kenal seseorang yang mempunyai anak

terbelakang dan mengatakan rasa khawatirnya akan keadaan anaknya.

Akan tetapi kadang – kadang perawat memerlukan “Distancing language”

3

Page 4: Makalah Komunikasi Anak

ini karena apabila kita langsung pada pokok pembicaraan akan

menyakitkan klien atau orang tua dan keluarga. Dengan menggunakan

teknik orang ketiga atau bahasa Simbol mungkin akan lebih

“Therapeutik” dalam memberikan kesempatan kepada seseorang untuk

mendekati subjek secara tidak langsung dan menerima umpan balik.

2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal bersifat bahasa dan pesan – pesan disampaikan

dalam bentuk non verbal. Sifat – sifat bahasa ini termasuk pola nada suara,

jeda, intonasi, kecepatan, volume, dan tekanan dalam berbicara. Perawat

perlu berhati – hati dalam mengucapkan kata – kata, atau dalam

memperhatikan kata – kata, karena menjeda sebenarnya dapat berarti perlu

merumuskan pikiran, mengingat informasi atau mengarang sesuatu kisah.

Sering berkali – kali menjeda menimbulkan kesan si pembicara tidak pasti

akan dirinya. Menjadi terlalu lama dapat berarti seseorang butuh informasi

yang lebih banyak. Berbicara tentang lambat dengan nada yang mantap

dan menjeda pada saat yang tepat dapat menimbulkan kesan beribawa.

Terutama pada anak – anak, mereka akan memberi respon dengan

perhatian terhadap seseorang yang berbicara lambat, tenang dan dengan

suara yang mantap. Perilaku setuju seringkali berupa menganggukkan

kepala, menggunakan kontak mata langsung dan minta ulang. Sedang

perilaku tidak setuju, berupa mengetuk – ngetuk jari, tangan atau kaki,

berpaling dan berbicara, mungkin dari kontak mata atau memotong

pembicaraan.

4

Page 5: Makalah Komunikasi Anak

3. Komunikasi Abstrak

Komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistik (seni), simbol,

photografi dan cara memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak

memungkinkan menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran

melebihi komunikasi verbal (bersifat subjektif), maka komunikasi abstrak

kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya,

khususnya dalam berkomunikasi dengan anak – anak.

Salah satu bagian dari keberhasilan dalam wawancara adalah

tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewawancara itu

sendiri.perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alas an

wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia. Untuk mempermudah

kelangsungan berkomunikasi dengan anak, maka perawat tidak dapat

melepas pendekatan pada keluarga. Untuk itu agar intervensi tindakan

keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik, maka sebelum

berkomunikasi dengan anak perawat harus berkomunikasi dengan

keluarga.

2.3 Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Tingkat Perkembangan Anak

Saat perawat melakukan komunikasi pada pasien anak, perawat harus

memperhatikan karateristik anak sesuai dengan tingkat perkembangan (Yupi

Supartini, 2004) :

1. Usia Bayi / Infacy (0-1 tahun)

Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan

kata kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak

menggunakan jenis komunikasi non verbal.

Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi

hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walaupun demikian,

sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang

berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan

sentuhan, mendekap, menggendong, dan berbicara dengan lemah lembut.

Ada beberapa respons non verbal yang bisa ditunjukkan bayi, misalnya

menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi

5

Page 6: Makalah Komunikasi Anak

usia kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang.Stanger

anxiety atau cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri

pada diri dan ibunya. Jangan langsung ingin menggendong atau

memengkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi

terlebih dahulu dengan ibunya, dan atau memainkan yang dipegangnya.

Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengannya dan

ibunya.

2. Tooddler ( 1-3 tahun) dan Early Childhood / Usia Prasekolah (3-5 tahun)

Karateristik anak pada masa ini (terutama anak usia dibawah tiga tahun

atau tooddler) adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai

perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberitahu

tentang apa yang terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu,

anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan tubuhnya.

Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri

kesempatan padanya untuk memegang termometer sampai ia yakin bahwa

alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Hal ini

disebabkan karena perbendaharaan kata – kata yang sederhana kira – kira

900 – 1200 kata. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata – kata

yang sederhana, singkat, dan gunakan istilah yang dikenalnya.

Berkomunikasi dengan anak melalui objek tradisional seperti boneka,

puppet atau boneka binatang sebelum bertanya langsung pada anak.

Berbicara dengan orang tua bila anak malu – malu. Beri kesempatan pada

anak yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orang tua.

Posisi tubuh baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk di

kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar

dengannya.Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan

kemampuanny dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian

atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat dan

orang tuanya. Perawat juga harus konsisten dalam berkomunikasi secara

verbal maupun non verbal. Jadi, jangan tertawa atau tersenyum saat

6

Page 7: Makalah Komunikasi Anak

dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak, misalnya

diambil darah, dipasang infus, dan lain – lain. Berbicara dengan kalimat

yang singkat, jelas, dan spesifik menggunakan kata – kata sederhana dan

konkret.

Selain itu, komunikasi ada anak usia ini dapt dilakukan dengan :

a. Storytelling (Bercerita)

Gunakan bahasa anak untuk masuk ke dalam area berpikir mereka

sementara menembus batasan kesadaran atau rasa takut anak. Teknik

paling sederhana adalah meminta anak untuk menyebutkan cerita

tentang kejadian yang berhubungan, seperti “berada di rumah

sakit”.Pendekatan lainnya :

Tunjukkan pada anak sebuah gambar tentang kejadian tertentu,

seperti seorang anak di rumah sakit dengan orang lain di suatu ruangan,

dan minta mereka untuk menggambarkan situasinya, atau potong cerita

komik, buang kata – katanya, dan minta anak menambahkan pertanyaan

untuk ilustrasi tersebut.

b. Biblioterapi

Digunakan dalam proses terapeutik dan suportif. Beri kesempatan

pada anak untuk mengeksplorasi kejadian yang serupa dengan mereka

sendiri tetapi cukup berbeda, untuk memungkinkan mereka member

jarak jauh darinya dan tetap berada dalam kendali.

c. Pros and Cons (Pro dan Kontra / Baik Buruknya)

Libatkan pemilihan topik, “berada di rumah sakit”, dan minta anak

menyebutkan “lima hal yang paling baik dan lima hal yang paling

buruk” tentang hal tersebut. Merupakan teknik yang dapat diterima bila

diterapkan pada persahabatan, seperti sesuatu yang disukai anggota

keluarga dan yang tidak disukai satu sama lain.

7

Page 8: Makalah Komunikasi Anak

d.Permainan Asosiasi Kata

Libatkan pertanyaan kata – kata kunci dan minta anak untuk

mengatakan pada kata pertama yang mereka pikirkan pada saat mereka

mendengar kata – kata tersebut. Mulailah dengan kata – kata netral dan

kemudian perkenalkan kata – kata yang lebih menimbulkan kecemasan,

seperti penyakit, jarum suntik, rumah sakit, dan operasi. Pilih kata –

kata kunci yang berhubungan dengan suatu kejadian yang relevan

dengan kehidupan anak.

e. Play (Bermain)

Merupakan bahasa umum dan “pekerjaan” anak. Ceritakan banyak

hal tentang anak – anak, karena mereka menunjukkan jati diri mereka

sendiri melalui aktivitas. Bermain spontan mencakup member anak

berbagai materi permainan dan memberi kesempatan untuk bermain.

Bermain dengan arahan mencakup arahan yang lebih spesifik, seperti

member peralatan medis atau boneka untuk memfokuskan alas an,

seperti menggali rasa takut anak terhadap injeksi atau menggali

hubungan keluarga.

3. Usia Sekolah (6 - 12 tahun) / School Age Years

Anak usia ini peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan

mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan

melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk

apa, dan bagaimana cara dilakukan. Anak membutuhkan penjelasan atas

pertanyaannya. Gunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan berikan

contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang

dewasa. Perbendaharaan katanya sudah lebih banyak, sekitar 3000 kata

dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret. Apabila akan

melakukan tindakan, perawat dapat menjelaskan dengan

mendemostrasikan pada mainan anak. Misalnya, bagaimana perawat akan

menyuntik diperagakan terlebih dahulu pada boneka.Komunikasi yang

bias dilakukan untuk anak usia ini adalah :

8

Page 9: Makalah Komunikasi Anak

a. Storytelling (Saling bercerita)

Tunjukkan pikiran anak dan upayakan untuk mengubah persepsi

anak atau rasa takutnya dengan menceritakan kembali suatu cerita yang

berbeda (pendekatan yang lebih terapeutik dibandingkan bercerita).

Mulailah dengan meminta anak menceritakan sebuah cerita tentang

sesuatu, ikuti dengan cerita lain yang diceritakan perawat yang hampir

sama dengan cerita anak tetapi dengan perbedaan yang membantu anak

dalam area masalah.

b. Menggambar

Merupakan salah satu bentuk komunikasi paling dapat diterima

baik non verbal (dari melihat gambar) maupun verbal (dari cerita anak

tentang gambar).Gambar anak menceritakan semua tentang mereka,

karena gambar ini adalah proyeksi diri mereka dari dalam.

c. Dreams (Mimpi)

Tunjukkan dengan sering pikiran – pikiran dan perasaan yang tidak

disadari dan ditekan.Minta anak untuk menceritakan tentang mimpi

atau mimpi buruk.Gali bersamanya tentang kemungkinan arti mimpi.

d. Permainan peringkat

Gunakan beberapa tipe skala peringkat (angka, wajah sedih, sampai

senang) untuk rentang kejadian atau perasaan.

e. Melengkapi Kalimat

Libatkan pertanyaan sebagian dan minta anak untuk melengkapinya.

f. Magis

Gunakan trik magis sederhana untuk membantu membuat hubungan

dengan anak, dorong kepatuhan dengan intervensi kesehatan, dan

berikan distraksi efektif selama prosedur yang menyakitkan. yang

diinginkan.

9

Page 10: Makalah Komunikasi Anak

4. Usia Remaja / Adolescence

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak

– kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah

lakunya merupakan peralihan dari anak – anak menjadi orang dewasa juga.

Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara

positif. Apabila anak merasa cemas atau stres, jelaskan bahwa ia dapat

mengajak bicara teman sebayanya dan atau orang dewasa yang ia percaya,

termasuk perawat yang selalu bersedia menemani dan mendengarkan

keluhannya.

Menghargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya merupakan hal

yang prinsip untuk diperhatikan dalam berkomunikasi. Luangkan waktu

bersama dan tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya, jangan

memotong pembicaraan saat ia sedang mengekspresikan perasaan dan

pikirannya, menghargai pandangan remaja serta menerima perbedaan.

Hindari perkataan yang menyinggung harga dirinya, hindari mengkritik

atau menghakimi, hindari pertanyaan yang menyelidiki atau

mengintrogasi. Kita harus menghormati privasinya dan beri dukungan atas

hal yang telah dicapainya secara positif dengan selalu memberikan

reinforcement positif.

Cara berkomunikasi dengan remaja :

a. Pertanyaan “Bagaimana jika”

Dorong anak untuk menggali situasi potensial dan untuk

mempertimbangkan pilihan pemecahan masalah yang berbeda.

b. Tiga Harapan

Libatkan pertanyaan “Bila kamu memiliki tiga hal di dunia ini, hal

apa sajakah itu ?”Bila anak menjawab, “Semua harapan saya menjadi

kenyataan”, Tanya kepadanya harapan khusus tersebut.

c. Writing (Menulis)

Merupakan pendekatan komunikasi untuk anak yang lebih besar

dan orang dewasa. Saran khusus mencakup teknik menulis. Remaja

biasanya rentan terhadap egosentris dam sulit untuk dikendalikan. Oleh

karena itu, orang terdekat harus tau bagaimana cara membina hubungan

10

Page 11: Makalah Komunikasi Anak

yang baik denngan remaja. Dalam berkomunikasi, orang tua ingin

segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal

yang  orang tua yang sering lakukan.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Anak Dan Remaja

1. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi

berlangsung secara efektif.

2. Pengetahuan

Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi

berlangsung  secara efektif.

3.  Sikap

Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi. Bila komunikan bersifat

pasif tertutup maka komunikasi tidak berlangsung secara efektif.

4. Usia tumbuh kembang status kesehatan anak

Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia

agar komunikasi tersebut berlangsung secara efektif.

5. Saluran

Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat

tersampaikan ke komunikan dengan baik.

2.5 Komunikasi dengan orang ketiga

Komunikasi Efektif dengan keluarga

Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segitiga antara perawat,

orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam

berkomunikasi segitiga. Saudara kandug, sanak keluarga lainnya dan

pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.

Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu

sendiri. (verbal dan non verbal), informasi dari orang tua dan observasi

perawat sendiri. Dalam proses komunikasi dalam keluaraga kita dapat

menggunakan langkah – langkah seperti : mendorong orang tua untuk

berbicara, mengarahkan pada pokok permasalahan, mendengar, diam sejenak,

meyakinkan, menentukan masalah, memecahkan masalah, mengantisipasi

11

Page 12: Makalah Komunikasi Anak

bimbingan, dan menghindari hambatan – hambatan komunikasi. Selain itu,

dalam berkomunikasi orang ketiga perlu memperhatikan beberapa hal

diantaranya.

1. Mendorong Orang Tua Untuk Berbicara

2. Mengarahkan Pada Pokok Permasalahan

3. Mendengarkan

4. Diam Sejenak

5. Bersikap Empati

6. Meyakinkan

7. Menentukan Masalah

8. Memecahkan Masalah

9. Mengadaptasi Bimbingan

10. Menghindari hambatan – hambatan komunikasi

12

Page 13: Makalah Komunikasi Anak

BAB III

APLIKASI TEORI

Dalam proses komunikasi keperawatan kepada anak, dapat ditemui beberapa

kasus yang dimulai dari masa bayi hingga remaja.Berikut beberapa contoh kasus

yang dapat di aplikasikan dalam proses komunikasi terapeutik pada anak seperti

berikut :

1. Diare (Usia Bayi)

Pada saat menderita penyakit diare, menangis adalah cara utama bagi bayi

untuk berkomunikasi. Ini berarti, tangisan adalah satu – satunya cara yang

dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan orang yang berada

disekitarnya. Komunikasi itu bisa untuk menyatakan bahwa ia haus,

kedinginan atau mungkin hal yang lain beraitan dengan penyakit yang

dideritanya.

Salah satu teknik yang dapat dilakukan oleh perawat adalah dengan

memahami komunikasi nonverbal dari bayi. Dalam berkomunikasi dengan

bayi, perawat dapat melakukan beberapa cara seperti menenangkan

kerewelan dan kejeritan pada bayi. Dalam hal ini perawat diharapkan

mampu dan bisa memahami apa yang dirasakan oleh bayi.

2. Malnutrisi Energi protein (Usia Tooddler dan Early Childhood)

Pada kasus malnutrisi energi protein, anak yang menderita penyakit

tersebut cenderung pendiam, sehingga dalam memberikan asuhan

keperawatan, perawat dapat melakukan teknik komunikasi dengan cara

play (bermain). Dalam teknik bermain, perawat dapat melakukannya

dengan memberikan mainan sesuai dengan tumbuh kembangnya, sehingga

diharapkan anak dapat merasa lebih tenang dan lebih siap untuk

mengutarakan berbagai keluhan yang dirasakan.

3. Karies gigi (Usia Sekolah)

Ketika anak menderita penyakit ini, salah satu teknik yang dapat dilakukan

oleh seorang perawat adalah dengan cara storytelling atau bercerita.

Bercerita merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal yang baik

dilakukan, ajak anak untuk terbuka dengan saling bertukar cerita dan

13

Page 14: Makalah Komunikasi Anak

4. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya (NAPZA)(Usia Remaja)Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk

tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau

pengawasan dokter.

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Usia Bayi / Infacy (0-1 tahun)

Diare

Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian ini dapat diidentifikasikan tanda dan gejala sebagai

berikut :

a).Frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sehari.

b). Nafsu makan menurun

c). Feses berbentuk cair, kadang – kadang disertai lendir

Pemeriksaan Fisik

a). Frontanela (ubun – ubun cekung)

b). Penurunan berat badan

c). Membran mukosa kering

Diagnosis Keperawatan

a). Kurang volume cairan

b). Kurang pengetahuan (Keluarga)

c). Kecemasan atau Ketakutan

14

Page 15: Makalah Komunikasi Anak

Tindakan Komunikasi Terapeutik

Selain menggunakan teknik nonverbal, perawat juga dapat melakukan

teknik komunikasi dengan pihak ketiga sebagai berikut :

a). Berikan penjelasan tentang masalah yang kurang dipahami atau

tidak dimengerti khususnya masalah diare.

b). Ajarkan dengan cara mendemonstrasikan upaya mengatasi diare

khususnya dalam penanganan diare serta cara pencegahannya.

Sedangkan untuk bayi, dapat juga dilakukan teknik play (bermain) seperti:

a). Menyediakan mainan sesuai dengan usia tumbuh kembang serta

dalam melakukan tindakan pengobatan dengan menjelaskan dan

mengijinkan untuk memegang alat – alat selama alat dalam kategori

dapat dipegang

b). Monitor terhadap perubahan tanda kecemasan seperti ungkapan

perasaan, gelisah, frekuensi jantung, dan pernapasan serta ketegangan

otot.

c). Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan.

d). Berikan dukungan pada keluarga untuk mengekspresikan

perasaannya.

2. Malnutrisi Energi Protein

Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian kwasiokor dapat ditemukan gejala seperti berikut :

a). Muka sembam

b). Letargi

c). Edema

d). Warna rambut pirang seperti rambut jagung

Pemeriksaan fisik

a). Melakukan pemeriksaan antropometri

Tindakan Komunikasi Terapeutik Dengan Pihak Ketiga

a). Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi

dengan gizi yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau

memberikan contoh bahan makanan, cara memilih dan memasak,

15

Page 16: Makalah Komunikasi Anak

serta tunjukkan makanan pengganti protein hewani apabila dirasa

mahal seperti tempe, tahu, atau makanan yang terbuat dari kacang –

kacangan.

b). Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan

status gizi dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.

3. Karies gigi (usia sekolah)

Diagnosa Keperawatan

a). Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang

motivasi keluarga mengenai perawatan gigi.

b). Nyeri berhubungan dengan kerusakan gigi.

Intervensi Keperawatan

a). Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang

motivasi keluarga mengenai perawatan gigi.

Tujuan : kerusakan pertumbuhan gigi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Keluarga lebih memperhatikan kesehatan gigi anak dan dapat melakukan

perawatan gigi anak dengan benar.

Intervensi :

Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya perawatan gigi anak

sejak dini.

Jelaskan tentang makanan yang dapat merusak gigi anak.

Ajarkan orang tua perawatan gigi dan cara menggosok gigi dengan

benar agar orang tua dapat menerapkannya pada anak.

b). Nyeri berhubungan dengan kerusakan gigi.

Tujuan : Anak tidak mengeluh nyeri pada area mulutnya.

Kriteria Hasil :

Anak mendapatkan gigi yang sehat.

Anak tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan pada area mulut.

Anak bisa mengkonsumsi segala jenis makanan tanpa mengeluh

sakit pada gigi.

Intervensi :

Observasi tingkat kerusakan gigi anak.

16

Page 17: Makalah Komunikasi Anak

Jelaskan kepada keluarga tentang upaya perawatan gigi yang benar.

Jelaskan tentang pentingnya menggosok gigi minimal 2 kali sehari.

Anjurkan keluarga untuk memeriksakan gigi anak setidak-tidaknya 6

bulan sekali.

Minta keluarga untuk mengawasi makanan yang dikonsumsi anak.

4.Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi

antara faktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor

tersedianya zat (NAPZA). Tidak adanya penyebab tunggal (single cause).

Yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut :

1. Faktor individu

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa

remaja, sebabremaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik

maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan,

baik disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat, terutama factor

orang tua.

a. Cara berkomunikasi yang baik, cara mengemukakan pendapat dengan

asertif dan keterampilan sosial serta keterampilan hidup lainya,

b. Meningkatkan kegiatan konseling yang dilakukan oleh guru BK

(Bimbingan Konseling) untuk membantu menangani masalah yang

terjadi pada siswa,

c. Membantu siswa yang telah menyalahgunakan NAPZA, sehingga ia

tidak merasa disingkirkan oleh guru atau teman-temannya,

d. Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari-hari.

Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah,antara lain berupa :

1. Razia dengan cara sidak (inspeksi mendadak).

2. Melarang orang yang tidak berkepentingan masuk ke lingkungan sekolah.

3. Melarang siswa ke luar lingkungan sekolah pada jam pelajaran tanpa izin

guru.

4. Membina kerja sama yang baik dengan berbagai pihak terkait.

17

Page 18: Makalah Komunikasi Anak

5. Meningkatkan pengawasan sejak siswa datang sampai pulang.

BAB 5

KESIMPULAN

5.1      Kesimpulan

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang

disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh

penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu

pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si

komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja, perawat perlu

memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan

anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi

komuikasi.

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga

hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan

mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya

digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan

keperawatan. Dalam proses berkomunikasi dengan anak sangat perlu

18

Page 19: Makalah Komunikasi Anak

memperhatikan prinsip-prinsip, strategi / tehnik, dan hambatan - hambatan yang

mungkin akan timbul / ada dalam komunikasi. Tehnik komunikasi dengan anak

sangatlah bervariasi, tergantung pada umur dari anak tersebut. Pembagian rentang

umur dapat dibedakan atas bayi (0-1), toddler (1-3), anak-anak pra sekolah (3-5),

anak usia sekolah (5-12).

5.2      Saran

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dengan penulisan makalah ini

yaitu :

1. Mahasiswa

a. Mahasiswa mampu berkomunikasi pada anak dan remaja lebih efektif

karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi

dengan anak dan remaja, serta mengetahui hambatan yang akan

ditemui pada saat akan berkomunikasi dengan anak.

b. Mahasiswa mampu menerapkan teknik-teknik komunikasi, cara

berkomunikasi, tahapan komunikasi serta faktor yang menghambat

komunikasi pada anak dan remaja.

c. Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada anak dan remaja.

2. Keluarga

a. Keluarga mampu memahami apa yang diinginkan oleh anak serta

dapat menerapkan komunikasi tanpa ada unsur kekerasan.

b. Keluarga mampu belajar lebih dalam tentang komunikasi terhadap

anak.

19

Page 20: Makalah Komunikasi Anak

3. Anak

a. Anak mampu untuk mengendalikan emosinya dengan baik.

b. Anak mampu mengekspresikan perasaannya kepada keluarga dengan

baik.

BAB IV

ROLE PLAY

Pemeran

Pasien : Desi Ratnasari

Perawat 1 : Isnindiah Triana D

Keluarga : Siti Solicha

Perawat 2 : Nuril laily

Pasien tiba di rumah sakit Islam Jemursari Surabaya tadi pagi sekitar jam 11:00.

Pasien ini bernama Desi Ratnasari,berumur 9 tahun. Dari pemeriksaan yang

dilakukan pasien ini mengalami kerusakan pada gigi bagian depan dan berwarna

kecoklatan. Pasien didiagnosa menderita karies gigi. Pasien ini sering mengeluh

sakit dan ngilu pada daerah giginya.Berikut ini kami akan menampilkan

roleplaynya.

20

Page 21: Makalah Komunikasi Anak

Tahap Orientasi

Perawat 1 : “Assalammualaikum....”. (sambil tersenyum).

Keluarga : “Wa’alaikumsalam.....”. (Pasien diam dan terlihat lemah )

Perawat 1 : “Perkenalkan nama saya suster Dewi...(sambil

tersenyum)”.

“Saya akan membantu ibu selama berada di rumah sakit

ini”.

“Oh...iya Bu untuk mempermudah dan memperlancar

proses pengobatan Ibu disini, boleh saya tahu nama anak

Ibu siapa...?”

(sambil tersenyum).

Pasien :( Pasien hanya diam....sambil memegang giginya)

Keluarga : “Namanya Desi Ratnasari”.

(sambil tersenyum ramah...).

Perawat 1 : “Adek senang dipanggil apa?”

Pasien : ( Pasien tidak menjawab...)

Keluarga : “Anak saya biasa dipanggil Desi...Sus...”.

Perawat 1 : “Oh....Kalau begitu saya panggil Desi saja ya...”.

(sambil tersenyum ramah)....

Pasien : ( Pasien mengangguk...)

Perawat 1 : “Hmm..Terima kasih atas informasinya Bu, dengan tahu

siapa nama Ibu, Jadi saya enak memanggil anak ibu...”.

Pasien : (Pasien tersenyum....).

Keluarga : “Iya, Sus...”.

(sambil tersenyum ramah...).

Perawat 1 : “Permisi adek, saya mau bertanya sebelum adek masuk

rumah sakit apa keluhan-keluhan yang adek rasakan.....?”

(Perawat mulai mengintrogasi....).

Pasien : “Saya sering merasakan sakit gigi saat makan permen,

coklat dan susu Sus...!”

21

Page 22: Makalah Komunikasi Anak

(wajah pasien memelas dan berbicara sambil menahan rasa

sakit dengan memegang giginya )

Keluarga : “Iya. Sus....Anak saya sering menangis saat memakan

makanan yang manis - manis”. (wajah keluarga kelihatan

khawatir).

Perawat 1 : “Oh....Sejak kapan adek mulai sakit gigi....?” (perawat

empati......).

Pasien : “Enam hari yang lalu...Sus...!”

(suara pasien parau.....).

Perawat : hmmm... Apakah Ibu bersedia jika kami memeriksa anak

ibu ?

Keluarga : Ia Sus boleh

Perawat 1 : Baiklah Ibu, mari saya antarkan anak ibu ke ruang

pemeriksaan.

Perawat 1 mengantarkan Pasien beserta Ibunya ke ruang pemeriksaan untuk

memeriksa kondisi pasien.

Tahap Kerja

Perawat 2 & Dokter : Assalamuallaikum....

Keluarga & pasien : Walaikumsalam.......

Perawat 2 : Perkenalkan, nama saya suster Laily, di sini saya bertugas

untuk memeriksa kondisi anak Ibu.

Keluarga : Suster Laily, tolong periksakan kondisi anak saya....

Perawat 2 : Baiklah Ibu, dengan senang hati saya akan memeriksakan

anak ibu......

Perawat 2 menemui Pasien

Perawat 2 : “Dek, saya mendapat perintah dari dokter untuk

memeriksa kondisi adek. Untuk mengetahui keluhan-

keluhan yang adek rasakan..., saya akan melakukan

pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah adek....!”

22

Page 23: Makalah Komunikasi Anak

(Perawat menjelaskan tentang tindakan yang akan

dilakukan....).

Pasien : (Pasien hanya menganggukkan kepala...).

Perawat : “Dek Desi tenang saja ya , selama saya periksa....!”

(Perawat menyiapkan alat....).“Permisi ya... dek saya mau

mengukur suhu tubuh adek dulu!” (sambil tersenyum ramah

kepada pasien....).

Perawat : “Baiklah.... Dek”.(Perawat tersenyum.....). (Beberapa

menit kemudian......).

Perawat : “Hmm.... baiklah dek saya sudah melakukan pengukuran

suhu tubuh Adek”. “ Sekarang kita periksa tekanan darah

Adek ya!” (sambil mempersiapkan tensi.....).

Pasien : “Baiklah ....Sus...”.

(Beberapa menit kemudian....).

( dokter melakukan tindakan pemeriksaan gigi).

dokter : Adek, bisa dibuka mulutnya sebentar ?

Pasien : Ia dok bisa.....

Tahap Terminasi

Keluarga : “Jadi, Anak saya sakit apa ya...dok..?”

dokter : “Ibu, sepertinya anak ibu terkena penyakit karies gigi,

Karena pada saat pemeriksaan ditemukan kerusakan yang

serius pada giginya. (Perawat menjelaskan kondisi pasien

dengan jelas....).

Keluarga : “Jadi, bagaimana pengobatannya .....dok...?”

dokter : Untuk pengobatannya, terpaksa gigi anak ibu harus

dicabut.....

Pasien : Ibu, saya ga mau cabut gigi...... (menangis)

23

Page 24: Makalah Komunikasi Anak

Keluarga : Apakah ada cara lain untuk mengobati anak saya dok?

dokter : Maaf Ibu, tapi sepertinya tidak bisa karena keadaan gigi

anak ibu sudah sangat parah. Ibu, mungkin pada proses

pencabutan gigi ada rasa tidak nyaman pada anak ibu. Jika

anak ibu bersedia untuk dicabut giginya, Ibu bisa datang

kembali minggu depan. Bagaimana Dek Desi, kalau adek

mau nanti saya buatkan balon untuk adek ?

Pasien : Ia dok bisa (dengan suara rendah)

Keluarga : dok, bagaimana untuk pencegahannya ?

dokter : Untuk Pencegahannya bisa dilakukan penambalan

sementara pada gigi anak ibu. Akan tetapi gigi anak Ibu

tidak bisa ditambal sekarang karena kondisinya yang cukup

parah. Apakah Ibu bersedia untuk menunggu ?

Keluarga : Ia dok bisa......

Pasien & Keluarga : “Terima kasih....dok..”.

(Pasien dan keluarga menjawab serentak...)

dokter : Ia sama – sama. Semoga apa yang saya lakukan dapat

bermanfaat bagi Ibu khususnya untuk adek.

Keluarga : Baiklah Sus, kami permisi dulu, Assalamuallaikum

dokter : Walaikumsalam

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah, S.kp. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik

Keperawatan, Penerbit PT Refika Aditama: Bandung.

Ernawati Dalami, S.kp.,  et all. (2009). Komunikasi Keperawatan, Penerbit :Trans

Info Media: Jakarta Timur

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan, Penerbit

Graha Ilmu : Yogyakarta.

Wiryanto, DR., (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga, Penerbit :

PT Grasindo: Jakarta.

24