makalah kurikulum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah kurikulum dan pembelajran

Citation preview

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESINFAKULTAS PENDIDIKAN TEKNLOGI DAN KEJURUAN

BAB 1Pengertian, Dimensi, Fungsi, danPerananKurikulum

Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dan kepelatihan dalam pendidikan dan/atau pelatihan. Pengembangan kurikulum melibatkan pemikiran-pemikiran secara filsafati, psikologi, ilmu pengetahuan,, teknologi dan budaya. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan yang dinamis sejalan dengan kemajuan zaman. Kurikulum perlu dikembangkan sesuai jenjang dan jenis pendidikan. Nana S. Sukmadinata (1988:4) mengemukakan bahwa, Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat sentral dan keseluruhan dalam proses pendidikan.Ada empat fungsi kurikulum : (1) Kurikulum sebagai rencana, Sebagai suatu rencana tertulis, kurikulum dapat juga dipandang sebagai dokumen tertulis (Beauchamp, 1957:103); (2) Kurikulum sebagai pengaturan, Pengaturan dalam kurikulum dapat diartikan sebagai pengorganisasian materi (isi) pelajaran pada arah horizontal atau vertical. Dalam pengorganisasian kurikulum, Taba (1962: 428) mengemukakan pentingnya memerhatikan dua aspek pembelajaran, yakni, materi apa yang harus dikuasai serta proses mental apa yang terjadi. (3) Kurikulum sebagai cara (4) Kurikulum sebagai pedoman. Kurikulum sebagai pedoman penyeleggaraan kegiatan pembelajaran harus memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan kurikulum. Fungsi kurikulum dalam pendidikan adalah sebagai sarana pencerahan dan memajukan suatu bangsa sebagaimana tertuang dalm Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tiga macam dilema yang mendominasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kurikulum adalah: (a) sifat hakiki dari suatu kurikulum; (b) titik berat dan tujuan pengembangan kurikulum; serta (c) bagaiman seseorang menentukan apa yang harus diajarkan (Schaffarzick dan Hampson, 1975:2).

Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.Kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Jonshon membedakan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa. Menurut Johnson kurikulum adalah a structured series of intended learning outcomes (Johnson, 1967: 130).Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Beuchamp (1968:6) Kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Kurikulum mempunyai peranan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Minimal ada empat teori pendidikan yakni, pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan interaksional, dan teknologi pendidikan. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan hasil pendidikan.

1.1 Pengertian dan Dimensi KurikulumIstilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dancurere(tempat berpacu).Pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.Berdasarkan pengertian di atas, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu: (1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan (2) tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah. Keberhasilan siswad ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.

Selanjutnya berdasarkan hasil pengumpulan informasi tentang kata kurikulum tahun 1916-1982 diperoleh beberapa pernyataan yang dapat dikembangkan sebagai definisi dari kurikulum.John Dewey (1916), education consist primarily in transmission through communication. As societies become more complex in structure and resources, the need for formal or intentional teaching and learning increases.Henry C. Morisson (1940), the content of instruction without reference to instructional ways or means.Edward A. Krug (1950), all learning experiences under the direction of the school.Peter F. Oliva (1982), Curriculum is the plan or program for all experiences which the learner encounters under the direction of the school.R.Ibrahim (2005) mengelompokkan kurikulum menjadi tiga dimensi. Dimensi pertama memandang kurikulum sebagai substansi, yaitu sebagai rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Dimensi kedua memandang kurikulum sebagai sistem, yaitu sebagai bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi, yaitu sebagai bidang studi kurikulum.Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai rencana. Kurikulum sebagai ilmu dikaji konsep, asumsi, teori teori dan prinsip prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem sitem lain, komponen komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana diungkap beragam rencana dan rancangan atau desain kurikulum.

Said Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memilki empat dimensi pengertian, di mana satu dimensi dengan dimensi yang lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut, yaitu: (1) kurikulum sebagai suatu ide/gagasan; (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum; (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.

1.2 Fungsi KurikulumBerkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:a. Fungsi Penyesuaian, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memilki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.b. Fungsi Integrasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.c. Fungsi Diferensiasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mapu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.d. Fungsi Persiapan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.e. Fungsi Pemilihan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

f. memilih program program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.g. Fungsi Diagnostik, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.

1.3 Peranan KurikulumMenurut Oemar Hamalik (1990), terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu:a. Peranan Konservatif, menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.b. Peranan Kreatif, menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.c. Peranan Kritis dan Evaluatif, menekankan bahwa kurikulum harus mampu menilai dan memilih nilai, budaya serta pengetahuan baru yang akan diwariskan. Dalam hal ini harus turut aktif dalam kontrol atau filter sosial.

BAB 2Landasan Pengembangan Kurikulum

Fungsi kurikulum dalam pendidikan adalah sebagai sarana pencerahan dan memajukan suatu bangsa sebagaimana tertuang dalm Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Landasan pengembangan kurikulum perlu mengacu pada falsafah kehidupan bangsa Indonesia, dalam arti kurikulum dikembangkan harus berdasarkan cita-cita pembangunan Indonesia yakni yang dapat mengantarkan Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.1. Filsafat Pendidikan, merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi dalam pencarian teori dan praktik pendidkikan. Masalah pokok yang terpenting sebagai landasan berpikir secara filsapati tentang pendidikan adalah perumusan asumsi tentang hasil akhir suatu pendidikan yakni tujuan pendidikan (aim).2. Psikologi Pendidikan, Crow dan Crow (1956: 7) mendefinisikan psikologi as the study of human behavior and human interrelationship. Dalam definisi ini perilaku (behavior) bukan hanya yang teramati, melainkan mencakup reaksi seseorang, karena hal itu merupakan resultan dari motivasi internal atau stimulus dari lingkungan. Psikolog menyepakati mengklasifikasikan kajian psikologi kedalam beberapa label :fisio-psikologi, psikologi abnormal, psikologi social, psikologi pendidikan, psikologi klinik, dll. Cabang psikologi yang erat hubungannya dengan psikologi pedidikan adalah psikologi perkembangan dan psikologi belajar.

3. Masyarakat dan BudayaS. Nasution (1982:111) mengemukakan: Mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika kita memahami , masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena itu, setiap Pembina Kurikulum harus mampu mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan dan aspirasi masyarakat. Ini mengisyaratkan pentingnya melakukan penyesuaian kurikulum (secara berkala) dengan perkembangan atau tepatnya perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat terjadi karena adanya dinamika dalam kehidupan bermasyarakat seperti yang digambarkan dalam definisi menurut M. Titiev. 4. Orientasi ke Masa DepanSebagai pedoman peyelenggaraan pendidikan, kurikulum harus dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan termanifestasikan dalam pribadi-pribadi peserta didik., baik prilaku maupun sikap. Kuntjaraningrat (1990: 26-32) Pendidikan hendaknya mampu menghasilkan manusia Indonesia yang : (a) berorientasi ke masa depan , (b) hemat, (c) memiliki hasrat bereksplorasi, (d) menghargai karya, (e) berusaha dengan kemampuan sendiri,(f) berdisiplin murni, (g) berani bertanggung jawab. Ennis (1982) mengasumsikan bahwa berpikir kritis mempunyai tiga dimensi, yaitu: (a) dimensi logis, (b) dimensi kriteria (c) dimensi pragmatis.Reksoatmodjo,TedjoNarsoyo. 2010. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung: Refika Aditama.Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang sangat kuat yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Landasan utama dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan social budaya, serta perkembangan ilmu dan teknologi.

2.1 Landasan Filosofis Pengembangan Kurikuluma. Pengertian FilsafatIstilah filsafat adalah terjemahan dari bahasa Inggris philosophy yang berasal dari perpaduan dua kata Yunani Purba philien yang berarti cinta (love), dan sophia (wisdom) yang berarti kebijaksanaan. Jadi secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau love of wisdom (Redja Mudyahardjo, 2001:83).Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti cinta akan kebijakan (love of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara bijak. Tiga cabang filsafat, yaitu metafisika, epistimologi, dan aksiologi. Donald Butler, filsafat memberikan arah dan metadologi terhadap praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagipertimbangan-pertimbangan filosofis. Jhon Dewey (1964:177) Pendidikan itu tidak mempunyai tujuan, hanya orang tua, guru dan masyarakat yang mempunyai tujuan.

b. Manfaat Filsafat PendidikanNasution (1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu:1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana anak-anak melalui pendidikan di sekolah?2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai.3) Filsafat dan tujuan pendidikan member kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.4) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai.

5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi kegiatan-kegiatan pendidikan.c. Filsafat dan Tujuan PendidikanPandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Untuk itu harus ada kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan eksistensinya.Filsafat suatu Negara tidak bisa dipungkiri akan memengaruhi tujuan pendidikan di Negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di satu Negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di Negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia bersumber pada pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yaitu Pancasila. Nilai-nilai filsafat Pancasila yang dianut bangsa Indonesia dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.d. Kurikulum dan Filsafat PendidikanKurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yng dianut oleh bangsa tersebut. Sebagai contoh pada waktu bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, maka kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda.Keberadaan aliran-aliran filsafat lainnya dalam pengembangan kurikulum di Indonesia dapat digunakan sebagai acuan, akan tetapi hendaknya dipertimbangkan dan dikaji kesesuaiannya dengan nilai-nilai falsafah hidup bangsa Indonesia, karena tidak semua konsep aliran filsafat dapat diadopsi dan diterapkan dalam sistem pendidikan kita.

e. Aliran-aliran Filsafat PendidikanPengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau landasan berpikir. Kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya menjawab permasalahan-permasalahan sekitar: (1) bagaimana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan, (2) isi atau materi pendidikan yang bagaimana yang seharusnya disajikan kepada siswa, (3) metode pendidikan apa yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan (4) bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik.Jawaban atas permasalahan tersebut akan sangat bergantung pada landasan filsafat mana yang digunakan sebagai asumsi atau sebagai titik tolak pengembangan kurikulum. Menurut Redja Mudyahardjo (1989) terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikn di Indonesia pada khususnya, yaitu: Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.2.2 Landasan Psikologis Pengembangan KurikulumPsikologi yang mendasari pengembangan kurikulum dan sangat diperlukan dalam merumuskan tujuan, memilih dan menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian, yaitu Psikologi Perkembangan dan Psikologi Belajar. Psikologi Perkembangan membahas tentang perkembangan individu sejak masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai dengan dewasa. Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaiman individu belajar.Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional, moral, intelektual, maupun sosial.Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program pendidikan, sudah pasti berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Pengembangan

kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana perserta didik belajar. Melalui kajian tentang peserta didik, diharapkan upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.a. Perkembangan Peserta Didik dan KurikulumDalam hubungannya dengan proses belajar mengajar (pendidikan), Syamsu Yusuf (2005: 23), menegaskan bahwa penahapan perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat elektif, artinya tidak terpaku pada suatu pendapat saja, tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai hubungan yang erat.Setiap tahap perkembangan memiliki karakteristik tersendiri, karena ada dimensi-dimensi perkembangan tertentu yang lebih dominan dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya. Atas dasar itu kita dapat memahami karakteristik profil pada setiap tahapan perkembangannya. Syamsu Yusuf (2005: 23-27) menguraikan karakteristik tahap-tahap perkemabangan individu yang digambarkan di atas sebagai berikut:1) Masa Usia Prasekolah2) Masa Usia Sekolah Dasar3) Masa Usia Sekolah Menengah

Pemahaman tentang perkembangan peserta didik berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum, antara lain:1) Setiap pesrta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan kebutuhannya.2) Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.3) Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun akademik.4) Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin.

b. Psikologi Belajar dan Pengemabangan KurikulumPsikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Pembahasan tentang psikologi belajar erat kaitannya dengan teori belajar. Pemahaman tentang teori-teori belajar berdasarkan pendekatan psikologis adalah upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju \kedewasaannya.Sedikitnya ada tiga jenis teori belajar yang berkembang dewasa ini dan memiliki pengaruh terhadap pengembangan kurikulum di Indonesia pada khususnya.1) Teori Psikologi Kognitif (Kognitivisme)Aliran ini bersumber dari Psikologi Gestalt-Field. Menurut mereka belajar adalah proses mengembangkan insight atau pemahaman baru atau mengubah pemahaman lama. Teori belajar kognitif memandang manusia sebagai pelajar yang aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk memecahkan masalah, mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai suatu pemahaman baru. Karena itu teori ini juga disebut teori pengolahan informasi (information processing theory).

Berdasarkan teori perkembangan kognitif dari Piaget, guru mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.

a) Merancang program, menata lingkungan yang kondusif, memilih materi pelajaran, dan mengendalikan aktivitas murid untuk melakukan inkuiri dan interaksi dengan lingkungan.b) Mendiagnosis tahap perkembangan murid, menyajikan permasalahan kepada murid yang sejajae dengan tingkt perkembangannya.c) Mendorong perkembangan murid ke arah perkembangan berikutnya dengan cara memberikan latihan, bertanya dan mendorong murid untuk melakukan eksplorasi. (Y. Suyitno, 2007:101-102)

2) Teori Belajar BehavioristikKelompok teori ini berangkat dari asumsi bahwa anak atau individu tidak memiliki/membawa potensi apa-apa dari kelahirannya. Perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor yang berasal dari lingkungan. Lingkunganlah yang membentuknya, apakah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat; lingkungan manusia, alam, budaya, maupun religi.Perana guru dalam proses belajar mengajar berdasrkan teori psikologi behavioristik adalah sebagai berikut:a) Mengidentifikasi perilaku yang dipelajari dan merumuskannya dalam rumusan yang spesifik.

b) Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dari proses belajar.c) Mengidentifikasi reinforce yang memadai.d) Menghindarkan perilaku yang tidak diharapkan dengan jalan memperlemah pola perilaku yang dikehendaki (Y, Suyitno, 2007: 103)

3) Teori Psikologi HumanistikTeori ini berpandangan bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal, dan bukan oleh faktor lingkungan. Karena itu teori ini disebut juga dengan self theory.Menurut Carl R. Rogers, peran guru sebagai fasilitator dapat dijabarkan sebagai berikut:a) Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif dan sikap positif terhadap belajar.b) Membantu siswa mengklasifikasikan tujuan belajar, dan guru memberikan kesempatan secara bebas kepada siswa untuk menyatakan apa yang hendak dan ingin mereka pelajari.c) Membantu siswa mengembangkan dorongan dan tujuannya sebagai kekuatan untuk belajar.d) Menyediakan sumber-sumber belajar, termasuk juga menyediakan dirinya sebagai sumber belajar bagi siswa. (Y. Suyitno, 2007: 104)2.3 Landasan Sosiologis Pengembangan KurikulumLandasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan, pendidikan adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antropologi, pendidikan adalah enkulturasi atau pembudayaan. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya.a. Masyarakat dan KurikulumTiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan.

Pendidikan harus mampu mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat.Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya.b. Kebudayaan dan KurikulumKebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang telah disepakati oleh masyarakat. Secara lebih rinci, kebudayaan diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:1) Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain.2) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.3) Benda hasil karya manusia.Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan pertimbangan:1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, sekolah/ lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para perserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.2) Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai makhluk berbudaya. Hal ini mambawa implikasi bahwa

3) kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang umum.

2.4 Landasan Teknologis Pengembangan KurikulumIlmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, pengguanaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.2.5 Landasan Social BudayaSetiap lingkungan masyarakat memiliki lingkungan social budaya yang berbeda. Sitem social budaya ini mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar-anggota masyarakat, antara anggota dan lembaga, serta antara lembaga dengan lembaga. Aspek penting dalam social budaya adalah tatanan nilai.. Setiap generasi manusia menempatkan dirinya dalam urutan sejarah kebudayaan. Israel Scheffler (1958) melalui pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban masa sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang.

BAB 3Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum

3.1 Komponen TujuanDalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila yang dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.b. Tujuan Institusional (TI), adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan.c. Tujuan Kurikuler (TK), adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi Matematika di SD, tujuan pelajaran IPS di SLTP, dan sebagainya.

d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP), didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka memiliki bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.Menurut Bloom (1965), bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu:1. Domain afektifBloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)Yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,. Taksonomi ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu: 1. Pengetahuan (Knowledge)Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.2. Pemahaman (Comprehension)Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan utama Terjemahan Pemaknaan Ekstrapolasi

3. Aplikasi (Application)Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.4. Analisis (Analysis)Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya,. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.5. Sintesis (Synthesis)Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.6. Evaluasi (Evaluation)Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk

memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.2. Domain afektif Yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku. Taksonomi ranah tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.1. Penerimaan (Receiving/Attending)Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.1. Tanggapan (Responding)Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.2. Penghargaan (Valuing)Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.3. Pengorganisasian (Organization)Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.4. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.

3. Domain psikomotorik Yaitu berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.1. Persepsi (Perception) : Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.2. Kesiapan (Set) : Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.3. Guided Response (Respon Terpimpin) : Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.4. Mekanisme (Mechanism) : Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.5. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) : Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.6. Penyesuaian (Adaptation) : Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.7. Penciptaan (Origination) : Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan tertentu.

3.2 Komponen Isi/Materi PelajaranMerupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan paa isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan mahasiswa. Bahan atau materi kurikulum berhubungan dengan pertanyaan apakah yang harus diajarkan dan dipahami oleh siswa.

a. Sumber-sumber Materi KurikulumIsi atau materi kurikulum dapat berasal dari beberapa sumber berikut. Masyarakat beserta budayanya. Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup dimasyarakat. Siswa. Disamping masyarakat beserta kebudayaannya, penetapan materi kurikulum juga dapat bersumber dari siswa itu sendiri. Ilmu pengetahuan. Isi kurikulum diambil dari setiap disiplin ilmu.b. Tahap Penyeleksian Materi KurikulumAda beberapa tahap penyeleksian materi kurikulum yakni Identifikasi kebutuhan. Kebutuhan (need) adalah ketiaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Mendapatkan Bahan Kurikulum. Dalam era teknologi informasi dewasa ini, untuk menapatkan bahan kurikulum baru apat ilakukan dengan mudah, misalnya dengan mengkaji berbagai jurnal penelitian. Analisis Bahan. Menganalisis materi/bahan kurikulum dapat dilakukan engan melihat informasi tentang bahan yang bersangkutan, misalnya dengan melihat nama pengarang, edisi dan tahun terbitan, termasuk penerbitnya sendiri.c. Penilaian Bahan KurikulumJika bahan kurikulum telah dianalisis keakuratannya, selanjutnya diberikan penilaian apakah bahan itu layak digunakan atau tidak.d. Membuat keputusan Mengadopsi BahanTahap ini merupakan tahap yang penting. Penentuan kelayakan ini harus dilakukan secara objektif.

3.3 Pengembangan Komponen Strategi PembelajaranStrategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat

penting, oleh sebab itu berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi meliputi rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat di atas, T. Rakajoni(1989) mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan strategi pembelajaran. Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatkan berbagai sumber daya / kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber daya semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian yang berdasarkan dengan strategi pembelajaran. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan dengan metode. Ini berarti digunakan untuk merealisasi strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu stretegi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa menggunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran.Dalam pelaksanaannya, strategi pembelajaran merupakan implementasi kegiatan antara guru dan siswa yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Hal ini yang disebut dengan kegiatan belajar-mengajar. Berkaitan dengan aktivitas belajar, harus diperhatikan pula strategi belajar mengajar efektif yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Pengajaran Ekspositorib. Pengajaran Interaktifc. Pengajaran Kelompok Kecil

d. Pengajaran Inkuiri (Pemecahan Masalah)e. Strategi Lainnya

3.3 Pengembangan Komponen EvaluasiEvaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.Dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi focus evaluasi.Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.a. Tes 1) Kriteria tes sebagai evaluasi Sebagai alat ukur dalam prosese evaluasi, tes harus memiliki dua kriteria yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. 2) Jenis-jenis tes Tes hasil belajar dapat dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan jumlah perserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok dan tes individu. dilihat dari cara penyusunanya, tes juga dapat dibedakan menjadi tes buatan guru dan tes standar.

b. Non tes Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkat laku termasuk sikap, minat dan motivasi. Ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi, diantanya wawancara observasi, studi kasus, skala penilaian.

1) Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi yaitu observasi partisipatip dan non partisipatif. 2) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang mewawancarai.ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. 3) Studi kasus dilaksanakan untuk memepelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus. 4) Skala penilaan atau bisa disebut rating scale merupakan salah satu alat penilaian dengan menggunakan skala yang telah disusun dari ujung negative sampai dengan ujung positif, sehingga pada skala tersebut si penilai tinggal mebubuhi tanda ceklist.

BAB 4Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

4.1 Pengertian KurikulumSecara garamatikal, prinsip erarti asas, dasar, keyakinan dan pendirian. Dari pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjuk pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memilki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa.Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan pda suatu pengertian tentang berbgai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam menggambarkan fase perencanaan kurikulum (curriculum planning).. Dari berbagai literatur tentang kurikulum dapat dikemukakan setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris (empirical data), data experimen (experiment data), dan akal sehat (common sense) (olivia, 1992:28).4.2 Tipe prinsip Pengembangan Kurikulum Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip, yaitu: anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh (whole true), anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis).4.3 Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikuluma. Prinsip UmumTerdapat lima prinsip pengembangan kurikulum yaitu: prinsip relevansi, fleksibilitas, knntinuitas, praktis atau efisiensi, dan efektifitas.

1) Prinsip RelevansiArtinya adalah prinsip kesesuaian. Terdapat dua jenis yaitu relevansi eksternal merupakan kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi pada masa ynag akan datang. Relevansi internal yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.2) Prinsip fleksibilitasSuatu kurikulum harus lentur (tidak kaku) terutama dalam hal pelaksanaanya.3) Prinsip KontinuitasKurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, yang meliputi sinambung antar kelas maupun sinambung antar jenjang pendidikan 4) Prisip Praktis dan EfisiensiKurkulum dikembangkan dengan meperhatikan prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah diterapkan dilapangan.5) Prinsip EfektivitasKurikulum selalau berrientasi terhadap tujuantertentu yang ingin dicapai.b. Prinsip KhususPrinsip khusus hanya berlaku ditempat dan kondisi tertentu dan digunakan dalam pengebangan komponen-kmpnen yang dikembangkan secara khusu.1) Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikanTujuan pendidikan mencakup tujuan yagn bersifat umum (jangka panjang), jangka menengah, dan jangka pendek (khusus).2) Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikanBeberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan/kurikulum, yaitu:

a) Perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran kedalam bentuk kegiatan belajra yang lebih sederhan.b) Isi bahan pelaranharus meliputi pengetgahuan, sikap dan keterampilan.c) Kurikulum harus disusun dengan urutan teratur yang logis dan sistematis.3) Prinsip yang berkenaan dengan proses pembelajaranHal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum pada proses pembelajaran.a) Strategi tersebut cocok untuk mengajar bahan pelajaran ?b) Strategi tersebut dapat melayani perbedaan individu ?c) Strategi tersebut dapat menunjang mencapai pencapaian kognitif, afektif, psikomotor ?d) Strategi tersebut dapat mendoron berkembangnya kemampuan baru ?4) Prinsip yang berkenaan dengan media dan lat bantu pembelajaran.5) Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi

BAB 5MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

5.1 Model Konsep KurikulumModel konsep kurikulum muncul sebagai implikasi dari adanya berbagai aliran dalam pendidikan, antara lain aliran pendidikan klasik-tradisional melahirkan konsep kurikulum rasionalisasi atau subjek akademis, aliran pendidikan pribadi melahirkan konsep kurikulum aktualisasi diri atau humanistik, aliran pendidikan interaksionis melahirkan konsep kurikulum rekonstruksi sosial, dan pendidikan teknologis melahirkan konsep kurikulum teknologis.1. Konsep Kurikulum Subjek Akademik (Rasionalisasi)Kurikulum rasionalisasi atau subjek akademik berisi tentang pengetahuan. Pengetahuan itu telah disusun oleh para ahli secara sistematis, logis, dan solid dalam bentuk mata pelajaran. Dengan demikian pendidikan lebih bersifat pengembangan intelektual.Kurikulum ini lebih menekankan isi (content). Kegiatan belajar lebih banyak diarahkan untuk menguasai isi sebanyak-banyaknya. Guru harus menguasai seluruh pengetahuan yang merupakan isi pendidikan. Guru harus berhati-hati dalam bertindak dan harus menjadi teladan bagi murid-muridnya, karena ucapan dan tindakan guru akan dicontoh oleh murid-muridnya.Menurut S. Nasution (1991), konsep kurikulum subjek akademik bertujuan untuk menghasilkan ilmuwan yang bermutu tinggi dengan mengajarkan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip fundamental disiplin ilmu, menganjurkan proses penelitian dan penemuan, dan memberikan kurikulum yang didasarkan atas disiplin ilmu yang tersendiri karena tiap disiplin mempunyai metode penelitian yang khusus.

Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum subjek akademis memiliki karakteristik tertentu, antara lain: (a) tujuan; (b) isi/materi; (c) metode; dan (d) evaluasi.Konsep kurikulum ini mendapat kritikan tajam dari berbagai aliran pendidikan yang lain, antara lain: (a) konsep kurikulum ini terlalu menonjolkan domain kognitif-akademis(b) konsep yang dikembangkan oleh para ahli belum tentu sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.2. Konsep Kurikulum Rekonstruksi SosialKurikulum ini bersumber dari aliran pendidikan interaksional yang menekankan interaksi dan kerja sama antar siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat. Menurut pemahaman kurikulum rekonstruksi sosial bahwa kepentingan sosial harus diletakkan di atas kepentingan pribadi atau golongan. Tujuan utama kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Pendekatan pembelajaran lebih banyak menggunakan pendekatan tematik, yaitu menentukan tema pokok yang dikembangkan menjadi beberapa topik.Menurut S. Nasution (1991), konsep kurikulum ini mempunyai dua kelompok, yaitu bersifat adaptif dan reformatoris. Adaptif dimaksudkan agar individu dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi segala macam bentuk perubahan. Sedangkan kelompok reformis menginginkan agar individu tidak hanya

mampu menghadapi masalah-masalah yang akan datang, tetapi harus turut aktif mengadakan perubahan yang diinginkan.Konsep kurikulum rekonstruksi sosial sangat mengutamakan keterkaitan kurikulum dengan masa depan masyarakat, bukan dengan apa yang terjadi saat ini. Masyarakat setiap negara atau daerah mempunyai tingkat sosial dan ekonomi yang berbeda. Maka konsep kurikulum rekonstruksi sosial sangat tepat digunakan.3. Konsep Kurikulum Humanistik (Aktualisasi Diri)Kurikulum ini lebih mengutamakan perkembangan anak sebagai individu dalam segala aspek kepribadiannya. Tujuan pendidikan adalah untuk membina anak secara utuh, baik fisik, mental, intelektual, maupun aspek-aspek afektif lainnya, seperti sikap, minat, bakat, motivasi, emosi, perasaan, dan nilai.Kurikulum humanistik bersumber dari aliran pendidikan humanistik. Mereka sangat menentang pendidikan yang lebih mengutamakan intelektual. Mereka juga menolak pendekatan pembelajaran yang bersifat teacher-centered. Kurikulum humanistik justru lebih mengutamakan aktualisasi diri anak.Kurikulum humanistik bersifat child-centeredyang menekankan ekspresi diri secara kreatif, individualistis, dan aktivitas pertumbuhan dari dalam, bebas paksaan dari luar. Kurikulum ini memadukan antara domain kognitif dan domain afektif sehingga apa yang dipelajari anak mempunyai makna secara pribadi.Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum humanistik juga mempunyai ciri tersendiri, antara lain: (a) tujuan, (b) materi, (c) proses, dan (d) evaluasi.

Kurikulum humanistik memandang aktualisasi diri sebagai suatu kebutuhan yang mendasar. Tiap anak memiliki self masing-masing yang harus dibangkitkan dan dikembangkan, sekalipun tidak dikenal dan disadarinya, bukan cenderung tersembunyi.4. Konsep Kurikulum TeknologisKonsep kurikulum teknologis dapat berbentuk aplikasi teknologi pendidikan dan dapat juga berbentuk penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak dalam pendidikan. Prosedur pembelajaran didasarkan pada psikologi behaviorisme dan teori stimulus-respons (S R Bond). Metode yang digunakan harus berorientasi pada stimulus-respons. Pendekatan pembelajaran bersifat individual, artinya peserta didik menghadapi tugas sesuai dengan kecepatan masing-masing.Konsep kurikulum teknologis juga mempunyai kelemahan, antara lain sulit menyampaikan bahan pelajaran yang bersifat kompleks atau materi pelajaran yang membutuhkan tingkat berpikir tinggi, sulit mengembangkan domain afektif, sulit melayani kebutuhan siswa secara perseorangan (bakat, sikap, minat), dan siswa cepat bosan.5.2 Model-model Pengembangan Kurikulum1. Rogers Interpersonal Relations ModelModel ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan adaptif terhadap situasi perubahan.Langkah-langkah dalam model ini adalah:(a) memilih suatu sasaran administrator dalam sistem pendidikan.(b) mengikutsertakan guru-guru dalam pengalaman kelompok secara intensif.(c) mengikutsertakan unit kelas dalam pertemuan lima hari.

(d) menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara administrator, guru dan orang tua peserta didik.(e) pertemuan vertikal yang mendobrak hierarki, birokrasi, dan status sosial.2. The Systematic Action-Research ModelTiga faktor utama yang dijadikan pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu. Langkah-langkah dalam model ini adalah:(a) merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara mendalam,(b) mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya,(c) merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya,(d) menentukan keputusan-keputusan apakah yang perlu diambil sehubungan dengan masalah tersebut,(e) melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana yang telah disusun,(f) mencari fakta secara meluas, dan(g) menilai tentang kekuatan dan kelemahannya.3. Emerging Technical ModelModel teknologis ini terdiri atas tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku, model analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.5.3 Model Pengembangan Kurikulum di IndonesiaAda dua jenis model pengembangan kurikulum yang telah dan sedang ditempuh di Indonesia, yaitu model yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented curriculum) dan model kurikulum berbasis kompetensi (competency-based

curriculum). Model pertama, yaitu kurikulum berorientasi pada tujuan, telah digunakan di Indonesia sejak lama, yaitu sejak digunakannya kurikulum formal di Indonesia sampai dengan tahun 1994 yang berlaku efektif sampai dengan tahun 2003.Mengingat model ini banyak kelemahannya, maka sejak tahun 2004 Indonesia menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi. Jika dilihat dari konsepnya, maka model kurikulum ini jauh lebih berat dan rumit dibandingkan dengan kurikulum yang berorientasi pada tujuan karena kompetensi bukan sesuatu yang ingin dicapai melainkan sesuatu yang harus dikuasai oleh peserta didik.

BAB 6EVALUASI KURIKULUM6.1 Pengertian evaluasi kurikulumKurikulum merupakan bagian dari pendidikan dalam lingkup yang luas. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Mengevaluasi keberhasilan sebuah pendidikan berarti juga mengevaluasi kurikulumnya. Hal ini berarti bahwa evaluasi kurikulum merupakan bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatiannya pada program-program untuk peserta didik. Sedangkan evaluasi merupakan bagian penting dalam proses pengembangan kurikulum, baik dalam pembuatan kurikulum baru, memperbaiki kurikulum yang ada atau menyempurnakannya. Evaluasi yang tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mendukung terwujudnya fase pengembangan ini dengan efektif dan bermakana. Dari hasil-hasil evaluasi ini lah pihak pengembang dapat mengadakan perbaikan dan penyesuaian sebelum kurikulum yang baru tersebut terlanjur disebarluaskan secara nasional. Menurut Hamid Hasan (1988:13) evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Jadi dengan demikian, evaluasi kurikulum adalah suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseluruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang luas (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curriculum) dalam bentuk pembelajaran.6.2 Tujuan evaluasi kurikulumEvaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.1. Untuk perbaikan program Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.

2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihakDiperlukan semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut baik yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum yang telah dikembangkan. Tujuan yang kedua ini tidak dipandang sebagai suatu kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu keharusan dari luar. 3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembanganTindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan : pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak akan disebar luaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yg bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Dan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum. 6.3 Cakupan proses evaluasi kurikulum1. Judgement (menetapkan suatu nilai)-Subjektif-Objektif (berdasar kriteria yang disepakati)2. Kriteria -Internal (program)-Eksternal (luar program)3. Objek penilaian -Luas (program pendidikan)-Terbatas (program belajar-mengajar) 6.4 Kategori evaluasi kurikulum1. PENILAIAN KONTEKSDasar dalam menentukan tujuan programo Fisibilitas dengan kondisi dan situasi di mana program itu akan dilaksanakan

2. PENILAIAN INPUT (MASUKAN) Memperoleh informasi dan menyajikan keterangan sebagai dasar pemanfaatan sumberdaya untuk pencapaian tujuanPENILAIAN PROSES Mengetahui kekuatan/kelemahan rencana dan pelaksanaano Memperoleh informasi untuk perbaikan, penyempurnaan, pengembangan programPENILAIAN3. OUTPUT (KELUARAN-HASIL) Menentukan keberhasilan program dan dampaknya6.5 Dimensi Evaluasi Kurikulum

Kurikulum memiliki dimensi yang luas karena mencakup banyak hal. Aspek-aspek kegiatan kurikulum dimulai dari perencanaan, pengembangan komponen, implementasi serta hasil belajar dianggap sebagai ruang lingkup kajian evaluasi kurikulum. Dengan demikian, evaluasi kurikulum mencakup semua aspek tersebut, artinya bahwa evaluasi kurikulum merupakan suatu proses evaluasi terhadap kurikulum secara keseuruhan baik yang bersifat makro atau ruang lingkup yang luas (ideal curriculum) maupun lingkup mikro (actual curricuum) dalam bentuk pembelajaran. Dimensi evaluasi kurikulum mencakup dimensi program (tujuan, isi kurikulum dan pedoman kurikulum) dan dimensi pelaksanaan (input, proses, output dan dampak).1. Dimensi Programa. Tujuan (institusional, kurikuler, instruksional) yang terdiri dari : Lingkup abilitas/kompetensi, kedalaman/keluasan tujuan, kesinambungan antar tujuan, relevansi antar tujuan, rumusan kalimat.b.Isi Kurikulum (Struktur, Komposisi, Jumlah mata pelajaran, alokasi waktu) yang terdiri dari : Kesesuaian dengan tujuan, scope dan sequence, sifat isi, esensi, kesinambungan, organisasi, keseimbangan, dan kegunaan.

c.Pedoman Pelaksanaan yang terdiri dari : Proses belajar-mengajar, sistem penilaia.n, administrasi dan supervisi, dan sumber belajar.2. Dimensi Pelaksanaana)Komponen MasukanMasukan mentah (input peserta didik)Komponen- komponen yang ada didalam masukan mentah ini yaitu : Jumlah peserta didik, minat dan motivasi, kecakapan sebelumnya, dan bakat/potensi. Masukan Alat yang terdiri dari :Bahan pelajaran/pelatihan, alat-alat pembelajaran, media dan sumber belajar, pengajar/pelatih (jumlah dankualitasnya), Sistem administrasi, dan prasarana pendidikan.Masukan Lingkungan yang terdiri dari :lingkungan social, lingkungan budaya, lingkungan geografis, dan lingkungan religius.b) Komponen ProsesInteraksi unsur-unsur masukan untukmencapai tujuan :Peserta PesertaPeserta Pengajar/pelatihPeserta LingkunganPengajar Pengajarc) Komponen KeluaranKomponen keluaran ini nantinya akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku (kompetensi) setelah mengalami proses : pengetahuan, sikap/nilai, dan keterampilan. d) Komponen DampakDampak yang akan dirasakan oleh peserta didik di masyarakat /tempat kerja yaitu : Kemandirian, kemampuan intelektual, kemampuan social, moral, etos kerja, dsb.

6.6 Prinsip-prinsip EvaluasiTujuan evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa ketercapaian tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan indikator kinerja yang akan dievaluasikan yang merupakan efektivitas program.Dalam sebuah evaluasi harus berpatokan pada kurikulum atau silabi dan dirancang secara jelas yaitu apa yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilai, dan interpretasi hasil penilaian.Beberapa prinsip yang harus dipegang dalam suatu pelaksanaan evaluasi pendidikan:1. Keterpaduan.Evaluasi tersebut harus memegang pada prinsip-prinsip keterpaduan atau keselarasan. Dimana ada kesesuaian antara tujuan intruksional pengajaran tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran.2. Keterlibatan peserta didikDalam sebuah prinsip evaluasi harus memperhatikan keterlibatan peserta didik merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif dan seluruhnya mempunyai keterkaitan yang erat.3. KoherensiSuatu evaluasi pendidikan harus berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur. Dan keselarasan peseta didik dengan pembelajaran harus sesuai.4. PedagogisPedagogis adalah seni dalam mengajar. Prinsip evaluasi pendidikan yang ketujuah adalah perlu adanya alat penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa atau peserta didik.

5. AkuntabelSudah semestinya hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.Yang harus diperhatikan agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:1. Dirancang secara jelas abilitas 2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.3. Agar hasil penilaian obyektif, menggunakan penilaian yang komprehensif.4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.5. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading)6. Penilaian harus bersifat komparabel.7. Sistem penilaian yang digunakan hendaknya bagi siswa dan juga guru.Secara sederhana dalam penggambaran prinsip-prinsip evaluasi menyangkut beberapa hal yang mesti diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut: a.Kejelasan Tujuan adalah Menjabarkan segala proses dan hasil pembelajaran yang dicapaib.Realistik dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi kondisi dan kemampuan para siswac.Ekologi adalah memperhitungkan situasi dimana kurikulum yang akan dilaksanakand.Operasional adalah merumuskan secara spesifik dan terperinci segala sesuatu yang harus diukure.Klasifikasi merupakan Jenjang atau tingkatan, jenis pendidikan, daya dukung, dan geografisf.Keseimbangan merupakan Penilaian kurikulum yang ideal dan aktual, mengenai komponen kurikulum yang mesti diperhatikang.Kontinuitas merupakan penilaian yang harus dilakukan secara menyeluruh terhadap semua program yang akan dilaksanakan.

6.7 Fungsi evaluasi kurikulum1.Evaluasi Formatif : dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan.2.Evaluasi Sumatif : dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya (evaluasi terhadap hasil kurikulum).6.8 Prosedur evaluasi kurikulumProsedur adalah langkah-langkah teratur dan tertib yang harus ditempuh sesorang evaluator pada waktu melakukan evaluasi kurikulum. Langkah-langkah tersebut merupakan tindakan yang harus dilakukan evaluator sejak dari awal sampai akhir suatu kegiatan evaluasi. Prosedur yang dikemukakan disini adalah hasil revisi dari prosedur, model, PSP yang dikemukakan Storeange dan Helm (1992).1. Kajian terhadap evaluanLangkah pertama yang harus dilakukan evaluator terhadap kurikulum atau bentuk kurikulum yang menjadi evaluannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman terhadap karakterisitk kurikulum. 2. Pengembangan proposalBerdasarkan kajian yang dilakukan pada langkah pertama maka evaluator kemudian mengembangkan proposalnya. Untuk itu maka evaluator memutuskan pendekatan dan jenis evaluasi yang akan dilakukan. 3. Pertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa evaluasiPertemuan atau diskusi proposal dengan pengguna jasa evaluasi merupakan langkah penting dan menentukan. Hasil diskusi dengan pengguna jasa akan menentukan apakah proposal yang diajukan akan dapat ditindak lanjuti atau tidak. Artinya, tidak ada pekerjaan evaluasi yang dilakukan berdasarkan proposal tersebut 4. Revisi ProposalRevisi proposal adalah tindak lanjut dari hasil pertemuan antara pengguna jas evaluasi dengan evaluator. Apabila dalam pertemuan dan pembicaraan tersebut

berbagai kompenen harus direvisi maka adalah kewajiban evaluator untuk melakukan revisi tersebut. 5. Rekruitmen personaliaRekruitmen personalia untuk pekerjaan evaluasi mungkin 8saja dilakukan ketika proposal disusun. Jika prosedur itu yang ditempuh maka rekruitmen dianggap sudah terjadi. Dalam hal demikian maka pada proposal jumlah orang, nama serta kualifikasi harus dicantumkan. 6. Pengurusan persyaratan administrasiSetiap kegiatan yang berkenaan dengan evaluasi kurikulum memrlukan berbagai formalitas administrasi. Evaluator harus mendapatkan persetjuan dari pengguna kurikulum, pimpinan sekolah atau atasannya, dan mungkin juga dari pejabat yang terkait dengan masalah keamanan sosial politik. 7. Pengorganisasian pelaksanaan Pengorganisasian pelaksanaan adalah suatu kegiatan manajemenyang tingkat kerumitannya ditentuakan oleh ruang lingkup pekerjaan evaluasi dan jumlah evaluator yang terlibat. 8. Analisis dataPekerjaan analisis data tentu saja merupakan tindak lanjut setelah proses pengumpuilan data evaluasi berhasil dilakukan. 9. Penulisan pelaporanPenulisan laporan sebagaimana halnya dengan analisis data, penulisan laporan harus dilakukan oleh evaluator dan tim evaluator. Format laporn harus disesuaikan dengan kesepakatan yang dilakukan pada waktu awal.10. Pembahasan Laporan dengan pemakai jasaPembahasan ini diperlukan untuk melihat kelengkapan laporan. Dalam pembahasan ini jika pengguna jasa memerlukan tambahan informasi.11. Penulisan laporan akhirPenulisan Laporan akhir adalah sebagai hasil dari revisi yang harus dilakukan evaluator ketika terjadi pembahasan laporan dengan pengguna jasa.

BAB 7KONSEP DASAR PEMBELAJARAN

7.1Hakikat BelajarBelajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu supaya terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar, dari asalnya seseorang tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi bisa melakukannya. Dari asalnya seseorang tidak terampil, menjadi terampil.Terdapat tiga unsur pokok dalam belajar:a. ProsesBalajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang bisa dikatakan belajar apaila pikiran serta perasaannya aktif, dan keaktifan pikiran dan perasaan seseorang tidak akan dirasakan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri. begitu pun dengan peserta didik, dan guru hanya bisa mengamati kegiatan-kegiatan siswa sebagai manifestasi dari adanya aktivitas pikiran dan perasaan siswa.

b. Perubahan PerilakuSeseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat dari kegiatan belajarnya Sebuah perilaku tidak dikatakan sebagai sebuah hasil belajar apabila perilaku tersebut bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan lingkungan), serta tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas.Perubahan perilaku sebagai hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga domain: Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Domain kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia. Domain afektif berkaitan dengan emosional manusia, yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang dapat membentuk sikap seseorang. domain

psikomotorik berkaitan dengan perilaku dalam bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).

c. PengalamanBelajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, yakni lingkungan fisik, baik itu bersifat alami maupun bentuk hasil ciptaan, sesrta lingkungan sosialnya.3.4 Hakikat PembelajaranPembelajaran adalah suatu uaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar.Menurut Mudhofir (1987:30) ada empat pola pembelajaran:a. Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga.b. Pola pembelajaran (guru+alat bantu) dengan siswa.c. Pola pembelajaran (guru + media) dengan siswa.d. Pola pembelajaran media dengan siswa, atau pola pembelajaran jarak jauh.Peran guru dalam pembelajaran ini harus memiliki multiperan dalam pembelajaran. Menurut Adams dan Dickey (dalam Hamalik, 2005) peran guru meliputi:a. Guru sebagai Pengajarb. Guru sebagai pembimbingc. Guru sebagai ilmuwand. guru sebagai pribadi

3.5 Landasan Konsep Pembelajarana. FilsafatSecara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, menkaji, melakukan dan meyakini suatu kebenaran sehingga semuanya

memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Dengn demikian, filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia akan mengalami keterkaitan dengan belajar, bahwa dengan adanya filsafat maka manusia bisa memelajari sesuatu.b. PsikologiPsikologi adalah ilmu yang memelajari gejala kejiwaan yang akhirnya memelajari produk dari gejala kejiwaan tersebut dalam bentuk perilaku-perilaku, dimana ini sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Aspek psikologi ini menjadi landasan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran.c. SosiologiLandasan Sosiologi ini diperlukan dalam mengiringi perkembangan perubahan zaman yang semakin hedonistikd. KomunikasiLandasan komunikasi ini akan memberikan banyak warna dalm bentuk pendekatan, model, metode, dan strategi pembelajaran, serta pola-pola inovasi pembelajaran. Komunikasi cukup mampu memengaruhi peserta didik dalam mencapai keberhasilan membaca informasi pembelajaran.e. TeknologiPembelajaran yang komprehensif harus memerhatikan perbedaan interest siswa yang bermacam-macam, dimana ada siswa dengan tipe auditif, visual, dan kinestetik.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran bisa menjembatani seluruh siswa dengan interest yang berbeda, sehingga bisa meningkatkan kualitas pembelajaran.3.6 Proses PembelajaranProses pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep belajar (learning) dan konsep mengajar (teaching) dengan penekanan pada perpaduandiantara keduanya, yaitu penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep ini bisa dipandang suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini memiliki komponen-komponen menyangkut pada learning system serta teching system nya.Pada hakikaelajaran erdiri dari empat unsur yakni:a. Persiapan (preparation)Tujuan dari tahap persiapan ini untuk menimbulkan minat peserta belajar, memberikan kesan positif pada peserta didik sehingga peserta didik dapat memulai proses pembelajaran dengan baik, dan diharapkan dapat membuat proses pembelajaran berlangsung lebih optimal.b. Penyampaian (presentation)Presentasi dilakukan hanya untuk mengawali proses belajar, dimana pada presentasi guru sebagai fasilitator memimpin pembelajaran, dan peserta didik harus terlibat aktif dalam pembelajaran.c. Latihan (practice)Setelah mendapat materi baru pada tahap presentasi, pada tahap pelatihan ini bertujuan untuk membantu peserta belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan yang baru tersebut.

d. Penampilan hasil (performance)Tujuan tahap penampilan hasi adalah memastikan bahwa pengetahuan yang didapat saat proses pembelajaran bisa tetap melekat dan berhasil diterapkan, dengan membantu peserta belajar menerapkan dan memperluas pengetahuan serta keterampilan baru mereka.

3.7 Hasil Belajar dari Pembelajarana. Hasil BelajarSetelah melalui proses pembelajaran, peserta didik akan mendapatkan hasil belajar. Hasil yang akan didapatkannya menyangkut segi kognitif, afektif, serta psikomotorik.Hasil yang didapatkan oleh peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Yang tergolong ke faktor internal diantaranya:1. Faktor fisiologis2. Faktor psikologis3. Faktor kematangan fisik serta psikisnyayang memengaruhi hasil belajar peserta didik dari luar diantaranya:1. Faktor sosial2. Faktor budaya3. Faktor lingkungan fisik4. Faktor keagamaan

b. Motivasi Menuju Hasil Proses PembelajaranMotivasi berperan penting dalam menentukan hasil yang akan didapat dalam proses pembelajaran. Menrut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan motif sekunder. Motif primer adalah motif yang sudah ada dalam diri individu, yang

biasa juga disebut dengan dorongan. Motif sekunder adalah motif yang berkembang dalam diri individu yang muncul dari pengalaman individu itu sendiri.Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen system pembelajaran. Konsep dan pemahaman pembelajaran dapat dipahami dengan menganalisis aktivitas komponen pendidikan, peserta didik, bahan ajar, media, alat, prosedur, dan proses belajar. Konsep awal dalam memahami pembelajaran ini dapat dipandang dari apa itu belajar

BAB VIII KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN8.1 UraianPembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari istilah pengajaran. Kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal. Akan tetapi, meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh guru secara fisik. Di dalam kata pembelajaran, ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar.Sebagai sebuah system, pembelajaran memiliki sejumlah komponen, yaitu:1) Tujuan: tujuan pembelajaran merupakan suatu target yang ingin dicapai, oleh kegiatan pembelajaran. Dimulai dari tujuan pembelajaran (umum dan khusus), tujuan-tujuan itu bertingkat, berakumulasi, dan bersinergi untuk menuju tujuan yang lebih tinggi tingkatannya, yakni membangun manusia (peserta didik) yang sesuai denngan yang dicita-citakan.2) Bahan (materi pembelajaran): pada dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topic/sub topic dan rinciannya. Secara umum isi kurikulum itu dapat dipilah menjadi tiga unsur utama, yaitu: logika (penngetahuan tentang benar-salah; berdasarkan prosedur keilmuan), etika (pengetahuan tentang baik-buruk) berupa muatan nilai moral, dan estetika (pengetahuan tentang indah-jelek) berupa muatan nilai seni.3) Strategi pembelajaran: merupakan salah satu komponen di dalam sestem pembelajaran, yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lain yang dipengaruhi oleh faktor-faktor, antara lain:

a. Tujuanb. Materi

c. Siswad. Fasilitase. Waktuf. GuruJenis strategi pembelajaran meliputi;a. Ekspositori klasikalb. Heuristikc. Pembelajaran kelompokd. Pembelajaran individual.4) Media Pembelajaran: adalah alat dan bahan yang dapat digunakan untuk kepentingan pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Jenis media pembelajaran meliputi:1. Media visual2. Media audio3. Media audio visual4. Media penyaji5. Media interaktif5) Evaluasi Pembelajaran: Evaluasi pembelajaran bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi penilaian dan pengukuran. Evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek (value judgment) tidak hanya didasarkan kepada hasil pengukuran (quantitative description), dapat pula didasarkan kepada hasil pengamatan (qualitative description) yang pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai.

BAB IX PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Dari pembelajaran mengenai prinsip-prinsip pembelajaran seperti yang telah dikemukakan di atas, pada pokoknya dapat dikemukakan ke dalam rangkuman sebagai berikut. Prinsip dikatakan juga landasan. Prinsip pembelajaran menurut Larsen dan Freeman (1986 dalam Supani dkk. 1997/1998) adalah represent the theoretical framework of the method. Prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis sebuah metode pembelajaran. Kerangka teoretis adalah teori-teori yang mengarahkan harus bagaimana sebuah metode dilihat dari segi 1) bahan yang akan dibelajarkan, 2) prosedur pembelajaran (bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajarkan bahan), 3) gurunya, dan 4) siswanya.Dengan demikian, prinsip pembelajaran adalah kerangka teoretis, petunjuk-petunjuk teoretis bagi penyusunan sebuah metode pembelajaran dalam hal :1) Pemilihan dan peyusunan bahan pembelajaran yang akan dibelajarkan;2)Pengaturan proses belajar mengajarnya: bagaimana mengajarkan dan mempelajarinya, hal-hal yang berhubungan dengan pendekatan, teknik, media, dan sebagainya;3) Guru yang akan mengajarkannya, persyaratan yang harus dimiliki, serta aktivitas yang harus dilaksanakan;4) Siswa yang mempelajarinya, berkenaan dengan aktivitasnya; dan5) Hal-hal lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar.

9.1 Prinsip Prinsip Dalam Penerapan Strategi PembelajaranYang dimaksud dengan prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran adalah hal-hal yang diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi

pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan tersendiri, karena itu guru harus mampu memilih

strategi yang dianggap cocok dengan keadaan, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Berorientasi pada tujuan. Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk menyadari tujuan dari kegiatan mengajarnya dengan titik tolak kebutuhan siswa.b. Aktivitas. Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Dinamika perkembangan psikologis dan fisiologis yang normal dan baik akan sangat mendukung proses pembelajaran dan pencapaian hasilnya.[3]c. Individualitas.Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa, dan pada hakekatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Walaupun yang diajar adalah kelompok siswa dan standar keberhasilan guru ditentukan setinggi-tingginya. d. Integritas. Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian

siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi misalnya, guru harus dapat merancang strategi pelaksanaan diskusi tak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara keseluruhan. Mendorong siswa agar dapat menghargai pendapat orang lain, mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide-ide yang orisinil, mendorong siswa untuk bersikap jujur, tenggang rasa, dan lain sebagainya. Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

9.2 Macam-macam Prinsip Pembelajaran Prinsip pembelajaran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu 1) prinsip umum dan 2) prinsip khusus (lihat Supani, dkk. 1997/1998).1. Prinsip umum,Yaitu prinsip pembelajaran yang dapat diberlakukan/ berlaku untuk semua mata pelajaran di suatu sekolah/program pendidikan. Prinsip-prinsip umum pembelajaran di antaranya sebagai berikut.1) Prinsip motivasi,Yaitu dalam belajar diperlukan motif-motif yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dengan prinsip ini, guru harus berperan sebagai motivator siswa dalam belajar.2) Prinsip belajar sambil bekerja/mengalami, Yaitu dalam mempelajari sesuatu, apalagi yang berhubungan dengan keterampilan haruslah melalui pengalaman langsung, seperti belajar menulis siswa harus menulis, belajar berpidato harus melalui praktik berpidato.

3) Prinsip pemecahan masalah, Yaitu dalam belajar siswa perlu dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing siswa untuk memecahkannya.4) Prinsip perbedaan individualYaitu setiap siswa memiliki perbedaan-perbedaan dalam berbagai hal, seperti intelegensi, watak, latar belakang keluarga, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Dengan demikian, guru dalam kegiatan pembelajaran dituntut memperhitungkan perbedaa-perbedaan itu.2. Prinsip khususYaitu prinsip-prinsip pembelajaran yang hanya berlaku untuk satu mata pelajaran tertentu, seperti pembelajaran bahasa Indonesia. Setiap mata pelajaran memiliki banyak prinsip khusus. Prinsip-prinsip khusus pembelajaran bahasa Indonesia di antaranya sebagai berikut.1) Ajarkan bahasa, bukan tentang bahasa yaitu pembelajaran bahasa merupakan aktivitas membina siswa mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi sebagai penutur bahasa. Artinya, siswa dilatih keterampilan berbahasa yang hanya dikuasai melalui praktik berbahasa. 2) Bahasa target bukan sekedar objek pembelajaran, tetapi juga wahana komunikasi dalam proses pembelajaran atau di kelas. Artinya, kegiatan pembelajaran tidak semata-mata ditujukan untuk mengenal dan menguasai bahasa target. Akan tetapi, proses pembelajaran harus menjadikan bahasa itu sebagai wahana dalam berkomunikasi, yaitu dengan menggunakan bahasa target dalam setiap kesempatan berkomunikasi tentang topik-topik di luar bahasa (pendekatan komunikatif).3)Sejauh mungkin gunakan bahasa otentik yang digunakan dalam konteks nyata sebagai sumber bahan ajar, seperti bahasa di surat kabar, bahasa nyata dalam kehidupan.

4) Setiap bahasa memiliki sistem bahasanya sendiri. Untuk itu, dalam mempelajari bahasa kedua harus menjaga jangan sampai terjadi interferensi (pengaruh) bahasa pertamanya terhadap bahasa kedua yang dipelajari.

BAB 10PENDEKATAN, STRATEGI, dan MODEL PEMBELAJARAN

10.1 UraianPembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memahami karakteristik siswa, tujuan yang ingin dicapai, kompetensi yang harus dimiliki siswa, materi yang akan diajarkan, cara penyampaian materi, dan penggunaan jenis penilaian yang akan dipilih sebagai alat ukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dimiliki siswa.Berkaitan dengan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran, guru harus terlebih dahulu memahami pendekatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman akan hal ini menuntun guru memilih, memilah metode pembelajaran yang tepat.Perlu dipahami setiap pendekatan memiliki pandangan yang berbeda tentang konsepsi dan makna pembelajaran. Ini menyebabkan strategi dan model pembelajaran yang dikembangkan menjadi berbeda juga.1. Pendekatan Pembelajarana) Pendekatan Filsafati terhadap PembelajaranG.F. Kneller (1971), E. J. Power (1982, Callahan dan Clark (1983) mengemukakan adanya berbagai aliran filsafat pendidikan. Setiap aliran filsafat memiliki konsepsi yang berbeda, aliran filsafat yang berbeda itu dipaparkan sebagai berikut :1) Idealisme: Pembelajaran adalaha kegiatan Tanya jawab antara guru dan murid, melatih keterampilan berpikir siswa, serta pemberian teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral keyakinan dan tingkah laku, agar siswa dapat menemukan jawaban atas masalah yang dihadapinya, memiliki pengetahuan yang benar dan berlaku sepanjang jaman, serta mengembangkan karakter dan bakatnya. 2) Realisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan disiplin tertentu untuk dialami siswa, agar sterbentuk kebiasaan-kebiasaan sehingga dapat menyesuaikan dengan lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial.3) Pragmatisme: Pembelajaran adalah guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam memecahkan masalah melalui aktivitas inquiry (learning by doing) sesuai minat, bakat dan kebutuhan siswa.Pragmatisme menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa, masalah, pada aktivitas dan bersifat interdisipliner.4) Kontruktivisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa berpikir, agar dapat mengembangkan konsep dan pengertian melalui pengalaman yang sesuai dengan dunia nyata siswa.Kontruktivisme memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Pembelajaran bukanlah kegiatan guru mentransfer pengetahuan kepada siswa, melainkan berpusat pada siswa, pada masalah, pada aktivitas, bersifat interdisipliner.5) Eksistensialisme: Pembelajaran adalah guru mendampingi siswa berdasarkan minat dan kebuthannya untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen yang berhasil dan bermakna bagi eksistensinya.6) Filsafat Pendidikan Nasional (Pancasila): Pembelajaran adalah interaksi pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran meliputi berbagai kompetensi yang dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

b)Pendekatan Psikologi terhadap PembelajaranAda berbagai aliran pokok yang dapat digunakan dalam mendekati makna pembelajaran, tiga aliran pokok diantaranya Behavorisme, Kognitif, dan Humanisme1) Behavorisme: Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan sebagai stimulus untuk direspons siswa yang dilakukan dalam bentuk

2) pembiasaan atau latihan tahap demi tahap. Yang diikuti dengan penguatan secara terus menerus, agar terjadi modifikasi perilaku.3) Kognitif: Pembelajarn merupakan kegiatan guru pembimbing siswa melakukan proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi, agar dapat mengembangkan kemampuan atau fungsi-fungsi kognitifnya secara optimal.4) Humanisme: Pembelajaran adalan kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar melalui proyek- proyek terpadu, didasarkan atas pemuasan kebutuhan dan kepribadian siswa, agar siswa memperoleh pemahan dan pengertian.a. Pendekatan Sistem terhadap Pembelajaran Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi secara fungsional.Komponen-komponen pembelajaran itu adalh tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disajikan, metode pembelajaran yang digunakan, alat bantu/media yang dipakai, dan penilaian.10.2 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola umum rencana interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Berbagai jenis strategi pembelajaran yang dimaksud dapat dipilah berdasarkan karakteristik sebagai berikut :a. Berdasarkan Rasio Guru dan Siswa dalam PembelajaranBerdasarkan rasio guru dan siswa yang terlibat dalam pembelajaran, terdapat lima jenis strategi pembelajaran yaitu:1) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok besar (kelas) siswa2) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap sekelompok kecil (5-7 orang) siswa.3) Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa.

4) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar (satu kelas) siswa.5) Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekolompok kecil (5-7 orang) siswa.b. Berdasarkan Pola Hubungan Guru dan Siswa dalam PembelajaranBerdasarkan hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran, terdapat tiga jenis strategi pembelajaran yaitu :1) Pembelajaran tatap muka2) Pembelajaran melalui media3) Pembelajaran tatap muka plus melalui mediac. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Pengelolaan PembelajaranDitinjau berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran, umumnya dikemukakan dua jenis strategi pembelajaran :1) Pembelajaaran yang berpusat pada guru2) Pembelajaran yang berpusat pada siswaStrategi yang berpusat pada guru merupakan pilihan bagi guru yang menggunakan pendekatan filsafat realism dan pendekatan psikologi Behaviorisme, sedangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan pilihan guru dengan paham pendekatan filsafat Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Konstruktivisme selain itu juga merupakan pilihan bagi guru yang menggunakan pendekatan psikologi Kognitif dan Humanisme.Apabila kita menganalisis lebih dalam makna pembelajaran berdasar pendekatan filsafat pendidikan nasional (Pancasila) maka kita menemukan satu strategi pembelajaran yaitu moderat(tidak mengharuskan pembelajaran berpusat pada guru, dan tidak mengharuskan juga pembelajaran berpusat pada siswa saja.d. Berdasarkan Peranan Guru dan Siswa dalam Mengolah Pesan atau Materi PembelajaranBerdasarkan peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan atau materi pembelajara, terdapat dua jenis strategi pembelajaran yaitu :

1) Pembelajaran ekspositorik2) Pembelajaran heuristikSetiap pembelajaran diarahkan untuk mencapai suatu tujuan dan berkaitan dengan pesan atau materi pembelajaran tertentu. Pembelajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap dimana sisiwa tinggal menerima saja disebut pembelajaran ekspositorik. Pembelajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sendiri disebut pembelajaran heuristike. Berdasarkan Proses Berpikir dalam Mengolah Pesan atau Materi PembelajaranBerdasarkan proses berpikir dalam mengolah pesan atau materi pembelajaran, terdapat tiga strategi pembelajaran yaitu:1) Pembelajaran deduktif2) Pembelajaran induktif3) Pembelajaran deduktif-induktifStrategi pembelajaran deduktif merupakan pilihan bagi guru yang menganut filsafat Idealisme. Strategi induktif merupakan pilihan bagi guru yang menganut filsafat Realisme. Strategi deduktif-induktif merupakan pilihan bagi guru yang menganut filsafat Pragmatisme.10.3 Model PembelajaranModel pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materiil-materiil pembelajaran.Model pembelajaran juga tidak lebih umum daripada strategi pembelajaran, model pembelajaran lebih khusus daripada strategi pembelajaran. Alasannya antara lain, bahwa scenario suatu model pembelajaran memuat suatu strategi pembelajaran tertentu yang sebaiknya diaplikasikan oleh guru. Suatu model pembelajaran telah memuat 1) syntax (serangkaian tahapan lagkah-langkah yang konkret yang harus diperankan oleh guru dan siswa. 2) sistem sosial yang diharapkan. 3) prinsip-prinsip reaksi siswa dan guru, dan 4) Sistem penunjang yang disyaratkan.

a. Model Pembelajaran Berdasarkan Teori

1. Model Interaksi SosialModel interaksi sosial didasari oleh teori belajar Gestalt. Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).Pokok pandangan Gestalt adalah objek (terletak pada keseluruhan bentuk bukan bagian-bagiannya) atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Aplikasi Teori Gestalt dalam pembelajaran adalah :a) Pengalaman Insight/Tilikan. Dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya memiliki kemampuan insight (Kemampuan mengenal keterkaitan unsure-unsur dalam suatu objek).b) Pembelajaran yang Bermakna. Kebermaknaan unsure-unsur yang terkait dalam suatu objek menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran.c) Perilaku Bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan yang hendak dicapai.d) Prinsip Ruang Hidup (Life space). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan dimana dia berada.Model Interaksi Sosial ini mencakup Strategi Pembelajaran/ metode pembelajaran sebagai berikut:a) Kerja Kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan, berperan serta dalam proses bermasyarakat.b) Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab.c) Pemecahan Masalah Sosial (Inquiry social), bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan logis.d) Model Laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.

e) Bermain Peranan, bertujuan member kesempatan pada peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.f) Simulasi Sosial, bertujuan untuk mengalami berbagai kenyataan sosial dan melihat reaksi mereka.

2. Model Pemrosesan InformasiModel ini berdasarkan Teori Belajar Kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.Teori Pemrosesan Informasi/Kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal, kondisi-kondisi eksternal, dan interaksi antarkeduanya akan menghasilkan hasil belajar.Fase-Fase proses pembelajaran