Upload
heidiangelika
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 makalah Modul ME
1/26
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi 1
BAB I : Pendahuluan .2
BAB II : Laporan Kasus ..3
BAB III : Pembahasan ..6
A. Informasi Pasien .6
B. Pengkajian Masalah ... 8
C. Pemeriksaan Diagnostik Lanjutan ............ 12
D. Ringkasan Penemuan 12
E. Diagnosis .. . 12
F. Diagnosis Banding ... 13
G. Rencana Penatalaksanaan ..13
H. Prognosis ...15
BAB IV : Tinjauan Pustaka ..17
A. Skizofrenia . 17
B. Tilikan 23
C. Diagnosis Multiaksial ....23
BAB V : Kesimpulan .. 25
Daftar Pustaka 26
8/13/2019 makalah Modul ME
2/26
2
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi kasus pertama Modul Organ Mental Emosional berjudul Seorang siswi
SMA yang mengalami gangguan tidur dan kebingungan terbagi menjadi dua sesi. Sesi
pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 30 April 2013 pukul 13.00 15.00 WIB diketuai
oleh Muhammad Hafizh Muttaqin dan sekretaris M Agung Pratama Yudha, serta tutor dr.
Eliyati D. Rosadi, Sp.KJ, bertempat di Ruang 708B lantai 7 Fakultas Kedokteran
Trisakti. Lalu dilanjutkan dengan diskusi sesi kedua yang jatuh pada hari Kamis, 2 Mei
2013 pukul 08.0010.00 WIB dengan diketuai oleh Ni Kadek Sri Rahayu Wijayanti dan
sekretaris Sally Kartika, yang juga ditutorkan oleh dr. Eliyati D. Rosadi, Sp.KJ,
bertempat di Ruang 708B lantai 7 Fakultas Kedokteran Trisakti.
Berikut merupakan soal serta pembahasan yang mencakup; anamnesis, status
mental, pemeriksaan fisik, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, hingga kepada
prognosis pasien tersebut dijabarkan secara sistematis.
8/13/2019 makalah Modul ME
3/26
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Skenario ke-1
Conny, gadis berumur 17 tahun, siswi SMA Swasta di Jakarta, dibawa oleh
ibunya ke RS Trisakti, dengan keluhan sulit tidur dan merasa bingung. Ketika ditanya
mengapa ia bingung, pasien mengatakan bahwa ia bingung karena ia tidak bisa mengerti
mengapa semuanya berubah. Ia selalu memikirkan hal itu sehingga membuatnya sulit
untuk tidur. Sudah sejak delapan bulan yll pasien tampak malas dan tidak mau sekolah.
Padahal sebelumnya ia termasuk anak yang rajin bersekolah dan prestasi akademiknya
baik. Menurut ibunya, akhir-akhir ini, Conny cenderung menarik diri, malas merawat
diri, dan sering bergumam seperti orang yang kebingungan : Mengapa semuanya
berubah?
Skenario ke-2
Menurut ibunya, delapan bulan yll, sejak naik ke kelas II SMA, Conny tampak
agak berubah perilakunya. Sebelumnya Conny tampak periang, tetapi belakangan ini
lebih sering terlihat berdiam diri dan kerap kali bertanya tentang hal-hal yang tidak
masuk akal seperti: Kenapa kok orang-orang sekarang berubah semua? Ibunya menurut
pasien juga berubah seperti bukan ibunya yang dulu. Demikian juga teman-temannya
berubah seperti bukan temannya yang dulu. Bahkan lingkungan rumahnya juga berubah.
Apa dunia sudah mau kiamat?, Apa aku ini mau gila?
Ibunya mengira Conny telah mengalami stress yang berat, mungkin karena
pergaulan di sekolahnya. Oleh karena itu, Conny lalu dicutikan dari sekolahnya dan
dibawa beristirahat di luar kota. Enam bulan beristirahat di luar kota, tidak membuat
Conny menjadi lebih baik. Bahkan keadaan Conny menjadi semakin memburuk. Ia tidak
lagi memperhatikan perawatan dirinya. Sekarang Conny bahkan sering marah-marah
tanpa alasan yang jelas. Menurutnya, ia sering mendengar orang-orang menyindir
dirinya, mengomentari dirinya, Yang ia tidak dapat mengerti menurut Conny, mengapa
semua orang itu mengetahui tentang rahasia dirinya. Hal itu membuat Conny menjadi
8/13/2019 makalah Modul ME
4/26
4
semakin bingung dan putus asa, serta pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan
berusaha memotong urat nadi di tangannya. Beruntung Conny masih bisa diselamatkan.
Oleh karena kejadian-kejadian di atas, ibunya merasa tidak mampu lagi mengurus Conny,
lalu membawanya ke klinik jiwa di RS Trisakti, tempat anda sedang bertugas sebagai
dokter jaga.
Skenario ke-3
Status mental tanggal 01 Mei 2013
Deskripsi Umum
Penampilan: Seorang wanita muda, 17 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Rambut
tidak tersisir rapi, cara berpakaian terlihat seadanya, wajah tidak dirias, memakai sepatu.
Terlihat seperti orang kebingungan, bicaranya agak kacau dan sering tidak menyambung.
Pasien tampak tidak tenang, tidak dapat duduk lama. Pasien kadang-kadang terlihat
seperti bicara sendiri, tersenyum sendiri. Kesadaran biologis tidak terganggu, walaupun
pasien terlihat seperti orang yang mengantuk.
Afek terbatas, cenderung terlihat tumpul. Ekspresi afektif agak labil, pengendalian
kurang.
Echt; dangkal, tidak dapat dirabarasakan, skala diferensiasi sempit, tidak serasi.
Batas Ego tidak intak
Persepsi: derealisasi dan depersonalisasi ada. Halusinasi auditorik third order.
Proses pikir: produktivitas kurang, miskin pikir, pengendoran asosiasi, inkoherensi
Isi pikir: Waham dunia kiamat, siar pikir
Fungsi intelektual: Daya konsentrasi terganggu. Perhatian terganggu, orientasi baik, daya
ingat baik, intelegensi di atas rata-rata. daya nilai sosial dan uji daya nilai sosial : baik.
Daya nilai realita: ada hendaya berat dalam meniai realita.
Tilikan: derajad Satu
Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya
Pemeriksaan fisik, neurologi, dan laboratorium: Tidak ditemukan kelainan
8/13/2019 makalah Modul ME
5/26
5
Skenario ke-4
Pasien anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakaknya laki-laki berumur 20 tahun, mahasiswa
di Universitas Swasta di Jakarta. Adiknya perempuan berumur15 tahun, pelajar SMP
Swasta di Jakarta. Ayahnya karyawan Swasta, sedang ibunya adalah ibu rumah tangga.
Pasien dilahirkan cukup bulan. Tidak ada masalah dengan kelahirannya. Perkembangan
psikomotorik tidak ada kelainan. Di antara saudaranya, pasien termasuk yang paling
pandai di sekolah. Pasien anak yang rajin, sangat memperhatikan perawatan dirinya.
Pasien senang bergaul dan memiliki banyak teman. Hobby pasien adalah membaca buku
novel, mengarang cerita dan jalan-jalan ke Mal. Kehidupan beragamanya cukup baik,
Pasien belum punya pacar.
Riwayat keluarga:
Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress berat hingga mau
bunuh iri dan sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Paman pasien, pernah dirawat di
Rumah Sakit Jiwa karena marah-marah tanpa alasan dan mempunya pikiran yang aneh-
aneh.
8/13/2019 makalah Modul ME
6/26
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. INFORMASI LENGKAP PASIENIDENTITAS PASIEN:
Nama : Nn. Conny
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Agama : -
Suku Bangsa : -
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : -
Datang diantar oleh : Orang tua
ANAMNESIS
Riwayat Psikiatri
Dari anamnesis didapatkan :
Keluhan Utama :Sulit tidur dan merasa bingung
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien sulit tiduran membuatnya sulit tidur. Sudah sejak delapan bulan yang lalu pasien tampak malas dan tidak mau
sekolah.
Menurut ibu pasien, ia cenderung menarik diri, malas merawat diri, dansering bergumam seperti orang kebingungan.
Sebelumnya pasien merupakan anak yang periang namun akhir-akhir inisering berdiam diri
Pasien kerap kali bertanya yang tidak masuk akal seperti kenapa semuaorang berubah?, apa dunia sudah mau kiamat?, apa aku ini gila?
8/13/2019 makalah Modul ME
7/26
7
Pasien dicutikan dari sekolahnya dan dibawa beristirahat diluar kotanamun keadaannya semakin buruk.
Pasien sering marah-marah Ia sering mendengar orang menyindir dirinya, mengomentari dirinya, dan
ia merasa semua orang mengetahui rahasia dirinya.
Pasien putus asa dan pernah melakukan percobaan bunuh diri namunberhasil diselamatkan.
Riwayat Kehidupan Pribadi : Pasien anak ke-2 dari 3 bersaudara. Pasien dilahirkan cukup bulan. Di antara saudaranya pasien termasuk paling pandai disekolah. Pasien rajin, senang bergaul, dan memiliki banyak teman. Hobi membaca buku, jalan-jalan, mengarang. Pasien belum punya pacar. Kehidupan beragamanya baik.
Riwayat Keluarga : Bibi pasien pernah mengalami stress berat hingga mau bunuh diri dan
sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
Paman pasien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena marah-marahtanpa alasan, dan mempunyai pikiran yang aneh.
Adapun anamnesis yang perlu ditambahkan pada kasus ini, antara lain :
1. Apakah ada hal yang memicu gejala pasien?2. Apakah pasien sering mendengar suara-suara aneh yang sebenarnya tidak
ada?
3.
Apakah hal ini menyebabkan akademik pasien terganggu?4. Apakah pasien masih mengingat tentang dirinya? Orangtuanya, saudara
terdekatnya?
5. Apakah pasien sering berperilaku dan berbicara kacau?6. Apakah pasien pernah mengalami trauma ataupun penyakit lainnya?7. Apakah sebelumnya sudah pernah mendapatkan pengobatan?
8/13/2019 makalah Modul ME
8/26
8
B. PENGKAJIAN MASALAHRIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Masalah Pengkajian Masalah
Sulit tidur dan merasa bingung, bingung
karena tidak bisa mengerti kenapa
semuanya berubah dan selalu memikirkan
hal tersebut sehingga sulit tidur
Adanya derealisasi dimana ia merasa
lingkungannya berubah, dipikirkan terus
menerus sehingga menjadi sulit tidur
Sejak 8 bulan yang lalu pasien tampak
malas dan tidak mau sekolah, padahal
sebelumnya termasuk anak yang rajin
bersekolah dan prestasi akademiknya baik
Perjalanan penyakit telah berlangsung
subkronik (> 6 bulan dan < 2 tahun)
Pasien jadi malas dan tidak mau sekolah
abulia
Akhirakhir ini pasien cenderung menarik
diri, malas merawat diri dan sering
bergumam seperti orang kebingungan
Adanya gangguan dari fungsi sosial dan
derealisasi
8 bulan yang lalu pasien tampak agak
berubah perilakunya, padahal sebelum nya
tampak periang, sekarang sering terlihat
berdiam diri dan bertanya pertanyaan yang
tidak masuk akal
Adanya gangguan dari fungsi sosial dan
derealisasi (Kenapa kok orangorang
sekarang berubah semua? Ibunya juga
berubah seperti bukan ibunya yang dulu,
demikian juga temantemannya berubahseperti bukan temannya yang dulu, bahkan
lingkungan rumahnya jg berubah)
Apa dunia sudah mau kiamat?= Apa aku
ini mau gila?
Adanya waham bizar
Dicutikan dari sekolahnya dan dibawa
beristirahat di luar kota karena pasien
dikira mengalami stress yang berat akibat
pergaulan di sekolahnya, namun tidak
membuat pasien jadi lebih baik bahkan
menjadi semakin buruk
Tidak adanya stressor yang membuat
pasien menjadi seperti ini
Sering marahmarah tanpa alasan yang
jelas
Adanya gangguan alam perasaan dimana
adanya afek/emosi yang labil
8/13/2019 makalah Modul ME
9/26
9
Pasien sering mendengar orangorang
menyindir dirinya, mengomentari dirinya
dan yang paling ia tidak dapat mengerti
mengapa semua orang mengetahui tentang
rahasia dirinya
Adanya halusinasi auditorik dan though
broadcasting(siar pikir)
Semakin bingung dan putus asa, serta
pernah melakukan percobaan bunuh diri
Depresi
RIWAYAT KELUARGA
Masalah Pengkajian Masalah
Adik perempuan ibu pasien (bibi pasien)
pernah mengalami stress berat hingga mau
bunuh diri dan sempat dirawat di rumah
sakit jiwa. Paman pasien juga pernah
dirawat di rumah sakit jiwa karena marah
marah tanpa alasan dan mempunyai pikiran
yang anehaneh
Adanya faktor genetik pembawa sifat atau
ciri skizoid yang diturunkan
STATUS MENTAL
1
Masalah Pengkajian Masalah
Penampilan :
Rambut tidak tersisir rapi, cara berpakaian
seadanya, wajah tidak dirias
Pasien tidak merawat dirinya gangguan
fungsi sosial
Terlihat kebingungan, bicara kacau, dan
sering tidak menyambung
Adanya asosiasi yang longgar
Pasien tampak tidak tenang dan tidak dapat
duduk lama
Gelisah atau anxiety
Terlihat seperti bicara sendiri, tersenyum
sendiri
Seperti orang mengantuk
adanya afek yang tumpul dan afek yang
labil
bisa juga karena memang pasien
mengantuk karena sudah lama kesulitan
8/13/2019 makalah Modul ME
10/26
10
tidur
Keadaan afektif:
- afek terbatas
- cenderung terlihat tumpul
adanya reduksi intensitas nada perasaan
yang kadarnya tidak begitu parah
dibanding afek datar namun jelas menurun
adanya reduksi intensitas tonus perasaan
yang diungkapkan
Ekspresi afektif:
- agak labil, pengendalian kurang
- echt,
- dangkal,
- tidak dapat dirabarasakan,
- skala diferensiasi sempit,
- tidak serasi
perubahan yang cepat dan tibatiba
dalam nada alam perasaan, tidak
disebabkan oleh stimulus eksterna
sungguhsungguh
ekspresi atau perasaan yang
diungkapkan pasein intensitasnya dangkal
karena tidak ada keserasian antara
perasaan, pikiran, dan perbuatan
pengurangan intensitas irama perasaan,
hanya pada peristiwa emosionil, perasaan
yang konkret sajadisharmoni antara nada perasaan
emosional dan gagasan pikiran atau
permbicaraan yang menyertainya
Gangguan persepsi:
- derealisasi
- depersonalisasi
- halusinasi auditorik third order
perasaan aneh tentang lingkungannya
dan tidak menurut kenyataan. Pasien ini
merasa semuanya berubah
perasaan aneh tentang dirinya atau
perasaan bahwa pribadinya tidak seperti
biasanya lagi
merasa dibicarakan (sebagai pihak
ketiga)
8/13/2019 makalah Modul ME
11/26
11
Proses pikir:
produktivitas kurang,
miskin pikir,
asosiasi longgar,
inkoherensi
siar pikir
gagasangagasan bergeser dari satu
subjek ke subjek lain dalam cara yang sama
sekali tidak berhubungan secara tidak
terasa
bicara kacau, tak dapat dimengerti,
hubungan katakata tidak logis tanpa tata
bahasa
merasa semua orang mengetahui tentang
rahasia dirinya
Isi pikir:
waham dunia kiamat isi patologis, tidak bisa dikoreksi walaupun
telah diberikan bukti-bukti, dan tidak
sesuai dengan sosial budaya. Pada pasien
ini merasa dunia kiamat termasuk pada
waham bizar
Fungsi intelektual:daya konsentrasi terganggu, perhatian
terganggu, orientasi baik, daya ingat baik,
intelegensi diatas ratarata, daya nilai
sosial dan uji daya nilai sosial baik, ada
hendaya berat dalam menilai daya nilai
realita
tilikan: derajat 1
umumnya baik namun ada masalah
dalam menilai daya nilai realita yang
disebabkan karena adanya depersonalisasi
dan derealiasi
derajat kesadaran pasien terhadap
penyakitnya. Derajat 1 pasien
menyangkal bahwa dirinya mengalami
gangguan jiwa. Tilikan derajat 1
merupakan yang paling buruk.
8/13/2019 makalah Modul ME
12/26
12
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LANJUTANPemeriksaan fisik, neurologi, dan laboratorium: Tidak ditemukan kelainan. Hal
ini menunjukan gejala psikotik pada pasien bukan berasal dari penyakit organik,
melainkan psikotik fungsional.
D. RINGKASAN TEMUANPada pasien perempuan berumur 17 tahun ini, didapatkan temuan bahwa pasien
mengalami sulit tidur karena bingung yang disebabkan pasien merasa semuanya telah
berubah, termasuk orang-orang sekitarnya dan dirinya sendiri. Dikatakan pula oleh
ibunya bahwa Conny sebenarnya termasuk anak yang rajin dan berprestasi serta periang
dan mudah bergaul, namun sejak 8 bulan yang lalu Conny menjadi malas sekolah, malas
merawat diri, dan cenderung menarik diri. Conny juga sering marah-marah tanpa alasan
yang jelas, dan mendengar orang-orang menyindir dan mengomentari dirinya serta semua
orang mengetahui tentang rahasia dirinya. Hal itu membuat Conny menjadi semakin
putus asa dan pernah melakukan percobaan bunuh diri untungnya masih bisa
diselamatkan. Serta adik perempuan ibu pasien (bibi pasien) pernah mengalami stress
berat hingga mau bunuh diri dan sempat dirawat di rumah sakit jiwa. Paman pasien juga
pernah dirawat di rumah sakit jiwa karena marah marah tanpa alasan dan mempunyai
pikiran yang anehaneh.
E. DIAGNOSIS2Dari hasil anamnesis, pemeriksaan psikiatris dan status mental, diagnosis kerja
kelompok kami adalah skizofrenia hebefrenis, karena sudah memenuhi kriteria diagnostik
skizofrenia dari edisi keempat revisi Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders
(DSM-IV-TR). Poin-poin yang sudah terpenuhi oleh pasien yaitu adanya waham bizar,
halusinasi auditorik, siar pikir, miskin pikir, asosiasi longgar, dan afek cenderung tumpul.
Tidak lupa pula semua gejalanya sudah berlangsung lebih dari satu bulan dan
berlangsung semakin buruk.
Diagnosis multiaksial dapat dituliskan sebagai berikut:
Aksis I : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Aksis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis
8/13/2019 makalah Modul ME
13/26
13
Aksis III : Z03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Tidak ada stressor
Aksis V : GAF = 20 (pada saat masuk RS, karena pernah mencelakai diri sendiri)
F. DIAGNOSIS BANDINGGangguan Skizoafektif
Sesuai dengan istilah yang digunakan, gangguan skizoafektif mempunyai
gambaran baik skizofrenia maupun gangguan afektif. Pada gangguan Skizoafektif, gejala
klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan mood maupun gejala skizofreniknya
menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian
dalam beberapa hari. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit
yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. Gejala yang khas pada pasien
skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir, perubahan dalam
persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun
depresif.3
G. RENCANA PENATALAKSANAANRawat inapRawat inap diindikasikan untuk tujuan diagnostik, untuk stabilisasi pengobatan, untuk
keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan, serta untuk perilaku
yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya. Rawat inap mengurangi stress pasien dan
membantunya menyusun aktivitas harian. Jangka pendek 4-6 minggu sama efektifnya
dengan rawat inap jangka panjang dan bahwa situasi di rumah sakit dengan pendekatan
perilaku aktif memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan institusi pemeliharaan.4
Terapi Biologis (Farmakoterapi)5
A. Antagonis reseptor dopamine
Antagonis reseptor dopamine, disebut juga antipsikotik tipikal efektif dalam
penanganan skizofrenia, terutama terhadap gejala positif (contoh : waham). Efek yang
paling sering mengganggu adalah akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas dan
8/13/2019 makalah Modul ME
14/26
14
tremor. Untuk itu supaya tidak terjadi efek samping tersebut, diberikan juga obat
antiparkinson (trihexyphenidil). Contoh :
- Klorpromazine
Dosis permulaan 25-100 mg/hari. Dosis ditingkatkan sampai 300 mg/hari. Bila gejala
belum hilang, dosis dapat ditingkatkan perlahan-lahan hingga 600-900 mg/hari.
- Haloperidol
Dosis Haloperidol dapat dimulai dari 1 atau 2 mg dengan pemberian 2 atau 3 kali perhari,
kemudian peningkatan dosis disesuaikan dengan gejala yang belum terkontrol, beberapa
kepustakaan mengatakan dosis per hari yang efektif antara 5-20 mg. Pada pasien dengan
efek samping minimal dan belum tercapai respon terapi, dosis obat dapat ditingkatkan
sampai 30-40 mg per hari.
B. Antagonis serotonin-dopamin (SDA)
Antagonis serotonin-dopamin, disebut juga antipsikotik atipikal lebih efektif
dalam menangani gejala negatif skizofrenia, contohnya penarikan diri, obat ini efektif
untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas dibanding agen antipsikotik
antagonis reseptor dopamin yang tipikal. Obat ini sama efektifnya dengan haloperidol
untuk gejala positif skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit
menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Contoh:
- Klozapin
Hari-1 : 1-2 x 12,5 mg. Berikutnya ditingkatkan 25-50 mg/hari sp 300-450 mg/hari
dengan pemberian terbagi. Dosis maksimal 600 mg/hari. Sediaan yang ada di pasaran
tablet 25 mg dan 100 mg.
- Risperid
Hari 1: 1mg, hari 2: 2mg, hari 3: 3mg. Dosis optimal 4mg/hari dengan 2x pemberian.
Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5mg, ditingkatkan sampai 1-
2mg dengan 2x pemberian. Umumnya perbaikan mulai terlihat dalam 8 minggu dari
pengobatan awal, jika belum terlihat respon perlu penilaian ulang. Kadar puncak plasma
dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral.
- Olanzapin
8/13/2019 makalah Modul ME
15/26
15
Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10mg 1x sehari. Untuk episode manik mulai
dengan dosis 15mg 1x sehari. Untuk pencegahan kekambuhan gangguan bipolar
10mg/hari.
- Kuetiapin
Dimulai dengan dosis 50mg/hari selama 4 hari, kemudian dinaikkan menjadi 100mg
selama 4 hari, kemudian dinaikkan lagi menjadi 300 mg. Setelah itu dicari dosisi efektif
antara 300-450mg/hari.
- Ziprasidon
Dosis inisial yang aman diberikan tanpa dosis titrasi adalah sebesar 40mg/hari.
Pemberiannya akan semakin efektif bila bersamaan dengan makanan. Dosis pemeliharaan
berkisar antara 40-60mg.
Terapi Psikososial
Terapi psikososial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kecukupan diri,
keterampilan praktis, dan komunikasi interpersonal pada pasien skizofrenia. Bisa melalui
group discussion.
Selain terapi diatas, orangtua pasien perlu diberitahu bahwa mereka harus
melakukan pengawasan minum obat terhadap pasien, pasien jangan dibiarkan sendiri atau
melamun, dan pasien jangan dibiarkan tidak ada aktivitas.
H. PROGNOSISSecara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul (onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvertlebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
8/13/2019 makalah Modul ME
16/26
16
Pada pasien ini prognosisnya buruk. Hal ini karena onset terjadinya di usia muda (17
tahun), timbulnya kronis sudah 8 bulan, tipe skizofrenia hebefrenik, tidak cepat ditangani
(sudah 8 bulan berlangsung), tidak ada faktor pencetus, dan ada faktor keturunan dari bibi
dan pamannya.
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
sebenarnya penyakit ini tidak mengancam jiwa namun karena
pasien ini pernah melakukan percobaan bunuh diri, ditakutkan
akan mengulanginya lagi apabila terjadi depresi berlebihan
Ad functionam : Dubia ad Malam
walaupun secara fungsi intelektual pasien ini masih baik, namun
dengan penjelasan faktor-faktor di atas tadi merupakan tanda-tanda
kemungkinan adanya ketidakseimbangan neurotransmitter
khususnya neurotransmitter dopamine dan serotonin sehingga
nantinya dikhawatirkan dapat memperburuk keadaan psikologis
pasien ini
Ad sanationam : Malam
karena pasien ini berprognosis buruk, maka kekambuhan
penyakitnya akan sangat mungkin terjadi. Apalagi pada pasien
skizofrenia, walaupun sudah dinyatakan sembuh, akan tetap
meninggalkan gejala sisa.
8/13/2019 makalah Modul ME
17/26
17
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. SKIZOFRENIA6
Gangguan skizofrenia sebenarnya telah dibicarakan sejak ratusan tahun lalu. Dua
tokoh yang dianggap memberikan sumbangan paling penting adalah Emil Kraeplin &
Eugen Bleuler. Pada awalnya, Kraeplin menyebut gangguan ini sebagai dementia precox.
Akan tetapi, berbagai gejala yang muncul tidak lagi cocok akan definisi Kraeplin. Euge
Bleuler-lah, seorang psikiater dari Swiss, yang kemudian mengenalkan istilah
schizophrenia untuk gangguan ini. Skizofrenia adalah kata yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu schizo (perpecahan atau bercabang) dan phrenos (pikiran). Istilah ini
digunakan karena penyakit ini menonjolkan gejala utama yaitu jiwa yang terpecah belah,
adanya keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan. Menurut
Bleuler, gejala skizofrenia dibagi dua, yaitu :
a. Gejala primer
1) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikir)
2) Gangguan afek dan emosi
3) Gangguan memori
4) Gejala psiomotor / gejala katatonik gangguan perbuatan
b. Gejala sekunder
1) Waham
2) Halusinasi
Kriteria diagnosis Skizofrenia berdasarkan DSM IV
a. Gejala karakteristik : Dua atau lebih dari yang berikut ini, masing-masingditemukan pada bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan
1. Waham2. Halusinasi3. Inkoherensia4. Perilaku kacau
8/13/2019 makalah Modul ME
18/26
18
5. Gejala negative, yaitu pendataran afek, alogia, afolisib. Fungsi sosial atau pekerjaan : Untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset
gangguan, satu atau lebih bidang utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, dengan jelas di bawah tingkat yang dicapai
sebelum onset (atau bila onset pada anak-anak atau remaja gagal mencapai
pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).
c. Durasi : tanda yang terus menerus menetap selama paling kurang 6 bulan. Periode6 bulan ini harus termasuk paling kurang 1 bulan gejala yang memenuhi kriteria
A dan dapat termasuk periode gejala prodormal atau residual.
d. Penyingkiran Skizoafektif dan Gangguan Mood : skizoafektif dan gangguanmood dengan ciri psikotik disingkirkan karena salah satu dari (1) tidak ada
episode depresi mayor, manik, atau campuran yang terjadi secara bersamaan
dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase
aktif, durasi seluruhnya relative singkat dibanding durasi periode aktif dan
residual.
e. Penyingkiran kondisi medis umum atau zat : gangguan bukan karena efekfisiologis langsung dari zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau
suatu kondisi medis umum.
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika terdapat riwayatgangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasif lainnya. Diagnosis
tambahan scizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol
juga timbul selama paling kurang 1 bulan.
Klasifikasi Skizofrenia
DSM-IV-TR mengklasifikasi subtipe skizofrenia sebagai berikut:
1. Tipe ParanoidA.
Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yangsering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau ataukatatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
2. Tipe Hebefrenik (Disorganized)A. Semua hal di bawah ini prominen:
8/13/2019 makalah Modul ME
19/26
19
- bicara kacau
- perilaku kacau
- afek datar atau tidak sesuai
B. Tidak memenuhi kriteria tipe katatonik3. Tipe Katatonik
Gambaran klinisnya didominasi setidaknya dua hal berikut:
o imobilitas motorik sebagaimana dibuktikan dengan katalepsi (termasukfleksibilitas serea) atau stupor
o aktivitas motorik yang berlebihan (yaitu yang tampaknya tidak bertujuandan tidak dipengaruhi stimulus eksternal)
o negativism ekstrim (resistensi yang tampaknya tak bermotif terhadapsemua instruksi atau dipertahankannya suatu postur rigid dari usaha
menggerakkan) atau mutisme
o keanehan gerakan volunteer sebagaimana diperlihatkan oleh pembentukanpostur (secara volunteer menempatkan diri dalam postur yang tidak sesuai
atau bizar), gerakan stereotipi, manerisme prominen, atau menyeringai
secara prominen
o ekolalia atau ekopraksia4. Tipe Tak Terdiferensiasi
Gejalanya memenuhi kriteria A, namun tidak memenuhi kriteria tipe paranoid,
hebefrenik, atau katatonik
5. Tipe ResidualA. Tidak ada waham, halusinasi, bicara kacau yang prominen, serta perilaku
sangat kacau atau katatonik
B. Terdapat bukti kontinu adanya gangguan, sebagaimana diindikasikan olehadanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada kriteria
A untuk skizofrenia, yang tampak dalam bentuk yang lebih lemah (contoh:
keyakinan aneh, pengalaman perseptual tak lazim)
Ada juga subtipe skizofrenia lainnya seperti :
Bouffe delirante (psikosis delusional akut).
8/13/2019 makalah Modul ME
20/26
20
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar
lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan
diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis
melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante
berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media
skizofrenia.
Skizofrenia laten.
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat
konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat
sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada
konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak
terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai
contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan
gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin
kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak
terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan
skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin
pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu
dan tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien
skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk
mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid,
klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab
medis atau neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.
Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid.
Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang
memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti
ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam
mengkomunikasikan informasi.
8/13/2019 makalah Modul ME
21/26
21
Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti
kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala
gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas,
panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak
seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami
kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit
menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik
secara jelas dan parah.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom
positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah
banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT
dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.
Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom
negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau
isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya
motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian.
Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon
buruk terhadap pengobatan.
PENGARUH NEUROTRANSMITTER2
Dopamin adalah sebuah neurotransmitter yang terdapat dalam berbagai macam
hewan, termasuk vertebrata dan invertebrata. Di otak, fungsi phenethylamine ini sebagai
neurotransmitter, mengaktifkan lima jenis reseptor dopamin-D1, D2, D3, D4, dan D5-dan
varian mereka. Dopamin diproduksi di beberapa daerah otak, termasuk nigra substantia
dan daerah tegmental ventral. Dopamin juga neurohormon yang dilepaskan oleh
hipotalamus. Fungsi utamanya sebagai hormon adalah untuk menghambat pelepasan
prolaktin dari lobus anterior hipofisis.
8/13/2019 makalah Modul ME
22/26
22
Pada tahun 1950 Dopamin berhasil diidentifikasikan sebagai neurotransmitter
potensial, banyak penelitian dan penemuan yang berhubungkan dengan neurotransmitter
ini. Salah satunya adalah ditemukannya peranan dopamine pada penyakit Parkinson dan
hal ini mendorong penemuan Levodopa yang merupakan prekussor metabolic dopamine
untuk menyembuhkan penyakit Parkinson. Meskipun jumlah neuron dopamine kurang
dari per 100.000 neuron di otak namun dopamine memiliki peranan penting pada
berbagai system saraf pusat. Peranan dopamine sangat beragam mulai dari mengatur
fungsi-fungsi motorik sampai meregulasi status emosional maupun pengaturan aksis
hypothalamus hipofisis. Dopamine mempunyai peranan penting dalam proses terhadap
pembelajaran banyak perilaku. Berbagai obat utama untuk mengatasi gangguan psikiatri
seperti : psikosis, gangguan fungsi kognitif, gangguan kesadaran (migraine) bekerja
melalui berbagai jalur dopamine ini. Beberapa kondisi penyakit seperti : Parkinson,
gangguan perilaku hiperaktif, skizofreni dan adiksi obat, semuanya mempunyai
mekanisme dasar proses neuronal yang sama, yaitu berkaitan dengan dopamine.
Ada 4 jalur utama dopamine.
1. Jalur mesolimbik memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel didaerah ventral
tegmental batang otak terminal akson daerah limbic seperti nucleus acumben. Jalur ini di
duga sangat berperan terhadap perilaku emosional, khususnya halusinasi audiotorik dan
delusi. Hiperaktivitas dari jalur ini secara hipotesis diduga berperan penting terhadap
timbulnya gejala positif psikosis.
2. Jalur mesokortikal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel ke daerah
ventral tegmental batang otak (berdekatan dengan badan sel mesolimnbic) kedaerah
korteks cerebri. Gangguan pada jalur ini di duga berperan terhadap timbulnya gangguan
kognitif dan timbulnya gangguan gejala negative psikosis.
3. Jalur nigrostriatal memproyeksikan jalur dopamine dari badan sel substansia nigra
batang otak yang menuju ke ganglia basal atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari
ekstrapiramidal yang berfungsi mengontrol gerakan motorik. Gangguan ini menyebabkan
pergerakan seperti penyakit Parkinson.
4. Jalur taberoinfindibular menghubungkan nucleus arkuatus dab neuron preifentikuler
ke hipotalamus dan pituitary posterior. Dopamine yang dirilis oleh neuron-neuron ini
secara fisiologis menghambat sekresi prolactin.
8/13/2019 makalah Modul ME
23/26
23
PSIKOPATOLOGI DOPAMIN
Hipotesis dopamine pada manusia terutama pada pasien skizofrenia berkembang
dari pengamatan bahwa obat yang menghambat reseptor dopamine seperti : haloperidol
mempunyai aktifitas antipsikotik dan obat yang mengstimulasi aktivitas dopamine seperti
: amphetamine dapat menginduksi gejala psikotik pada orang yang nonskizofrenia jika
diberikan dalam dosis tinggi. Hipotesis dopamine tetap merupakan hipotesis
neurokimiawi yang utama pada skizofrenia. Suatu serial penelitian telah menunjukkan
bahwa konsentrasi plasma HVA, pada kenyataannya menurun pada benyak pasien
skizofrenik yang berespon terhadap obat antipsikotik. Masalah utama pada hipotesis
tersebut adalah bahwa penghambatan reseptor dopamine menurunkan gejala psikotik
pada hamper setiap gangguan, seperti psikosis yang berhubungan tumor otak dan psikotik
yang disertai dengan mania. Jadi, beberapa kelainan neurokimiawi yang masih belum
dikenali dalam skizofrenia mungkin bersifat unik untuk masing kondisi.
B. TILIKAN
Tilikan adalah derajad kesadaran pasien akan sakitnya. Ada 6 derajat, yaitu:
1. Complete denial of illness2. Slight awareness of being sick and needing help, but denying it at the same time3. Awareness of being sick but blaming it on others, on external factors, or on
organic factors
4. Awareness that illness is caused by something unknown in the patient5. Intellectual insight: admission that the patient is ill and that symptoms or failures
in social adjustment are caused by the patient's own particular irrational feelings
or disturbances without applying this knowledge to future experiences
True emotional insight: emotional awareness of the motives and feelings within the
patient and the important persons in his or her life, which can lead to basic changes in
behavior.C. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
7
Terdiri dari lima aksis, yaitu:
Aksis I : - Gangguan Klinis
8/13/2019 makalah Modul ME
24/26
24
- Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Aksis II : - Ciri atau Gangguan Kepribadian
- Retardasi mental
(bisa tidak ada satupun)
Aksis III : Kondisi Medik Umum
(yaitu gangguan fisik yang berhubungan dengan gangguan mental)
Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan
(biasanya selama setahun sebelumnya, tetapi tidak selalu demikian, seperti
tidak punya pekerjaan, perceraian, masalah keuangan, korban penelantaran
anak dan lainnya)
Aksis V : Penilaian Fungsi Secara Global (GAF, Global Assesment of Fungsional Scale)
Yang merupakan pengukuran, khususnya, fungsi umum saat ini, tetapi pada
saat fungsi tertinggi selama satu tahun sebelumnya (kisaran skala 1 sampai
100), dan yang digunakan dalam merencanakan penatalaksanaan serta
meramalkan hasil.
8/13/2019 makalah Modul ME
25/26
25
BAB V
KESIMPULAN
Pada pasien perempuan berumur 17 tahun ini, didapatkan temuan bahwa pasien
mengalami sulit tidur karena bingung yang disebabkan derealisasi dan depersonalisasi.
Dikatakan pula oleh ibunya bahwa pasien ini sebenarnya termasuk anak yang rajin dan
berprestasi serta periang dan mudah bergaul, namun sejak 8 bulan yang lalu Conny
menjadi malas sekolah, malas merawat diri, dan cenderung menarik diri. Ditemukan pula
gejala-gejala psikotik fungsional dan adanya waham bizar, halusinasi auditorik, serta siar
pikir. Hal itu membuat Conny menjadi semakin putus asa dan pernah melakukan
percobaan bunuh diri untungnya masih bisa diselamatkan. Di keluarganya terdapat pula
riwayat skizoid, sehingga pasien ini didiagnosis menderita penyakit skizofrenia
hebefrenik.
Dengan adanya hal-hal yang telah disebutkan di atas, pasien ini dapat didiagnosis
sebagai skizofrenia hebefrenik. Walaupun prognosis pada pasien ini buruk, dengan
perencanaan terapi yang tepat serta adanya kerjasama baik dari pihak rumah sakit jiwa
dan orang-orang sekitar pasien, lambat laun gejala-gejala yang timbul pada pasien saat ini
akan berkurang agar dapat segera melanjutkan pendidikannya minimal sampai lulus
jenjang SMA.
.
8/13/2019 makalah Modul ME
26/26
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC; 2012. p. 12-6.
2. Sinaga RB. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.3. Sadock BJ, Sadock VA. Buku ajar psikiatri klinis. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012. p. 170-3.
4. Sadock BJ, Sadock VA. In: Grebb JA, Pataki CS, Sussman N, editors. Kaplan &Sadocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10
th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 232-7.
5. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2002.6. Fauci SA, Kasper LD, Longo LD, Braunwald E, et al. Harrisons Principles of Internal
Medicine 17th
Edition: chapter 16 Schizophrenia. NY, USA: McGraw Hill; 2008. p.
2721-3.
7. Kaplan, Harol I, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan perilakupsikiatri klinis jilid I. Tangerang: Binarupa Aksara; 2010.