Upload
aulia-rahman
View
39
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bacalah
Citation preview
SISTEM MEMORI DAN PEMROSESAN INFORMASI DALAM
BELAJAR MOTORIK
Disusun oleh kelompok 7 :
Aulia Rahman (1406104020005)
Yusra Amna (1406104020013)
Imam Maulana (1306104020036)
Rizki Ramadhan (1306104020079)
Putra Malza Rianda (130610402025)
PROGRAM STUDI PENJASKESREK
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM
TAHUN AKADEMIK 2015
KATA PENGANTARAssalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,
taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan makalah ini. Diantaranya kami tujukan
kepada :
Dr. Razali M,Pd selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Belajar Motorik
yang terus membagi ilmunya kepada kami.
Teman - teman dari angkatan 2013 yang telah banyak membantu dalam
proses penyelesaian makalah ini.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
dengan iklas membantu kami.
Adapun makalah ini penulis beri judul “Memori dan Proses Informasi
dalam Belajar Motorik ”, disusun untuk memenuhi tugas dari Dr. Razali M,Pd
matakuliah Belajar Motorik semester III tahum ajaran 2014/2015
Seperti halnya kata pepatah,“ Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Meskipun
dalam penulisan makalah ini penulis telah mengoptimalkan kemampuan yang
penulis miliki, tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan didalamnya.
Untuk itu penulis mohon maaf.
Akhir kata, semoga penyusunan dan penulisan makalah ini memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Banda Aceh, 12 Oktober 2015
Penulis
DAFAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar belakang...............................................................................................1
1.2 Identifikasi masalah.......................................................................................3
1.2.1 Bagaimana model pemrosesan informasi dalam belajar motorik ?................3
1.2.2 Bagaimana pengembangan pemrosesan informasi ?......................................3
1.2.3 Bagaimana kerangka dari memori ?................................................................3
1.3 Pembatasan masalah......................................................................................3
1.4 Ruang lingkup pembahasan...........................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Pengertian Memori.........................................................................................4
2.2 Model Pemrosesan Informasi.........................................................................4
2.3 Pengembangan model pemrosesan informasi...............................................5
2.3.1 Tahap Identifikasi rangsang........................................................................6
2.3.2 Tahap Seleksi Respons................................................................................6
2.3.3 Tahap Pemrograman Respons.....................................................................7
3.1 Kerangka memori...........................................................................................8
3.1.1 Short-Term Sensory Store...........................................................................8
3.1.2 Short-Term Memory....................................................................................8
3.1.3 Long-term Memory.....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................10
Kesimpulan.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakangManusia merupakan makhluk Allah SWT yang mempunyai kelebihan di
bandingkan dengan makhluk Allah lainnya. Di antara kelebihan tersebut adalah di
berikannya manusia akal, dengan akal tersebut mansuia dapat mencapai
kemuliaan dengan cara berfikir. Untuk meningkatkan daya akal dan kecerdasan
manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan adalah sarana penting untuk
mewujudkan mansuia yang cerdas, terampil dan mempunyai kahlak yang mulia.
Pendidikan tidak akan lepas dengan proses pembelajaran. Pembelajaran
merupakan sarana ampuh dalam rangka menumbuhkan manusia pembelajar.
Dengan demikian belajar merupakan langkah awal dan penting bagi manusia
untuk mengasah otak dan pikirannya. Di sisi lain belajar merupakan aktifitas
dalam pendidikan, yanga akatiftas tersebut merupakan sebuah proses ntuk
mengetahui, memahami dan akhirnya menerapkan berbagai informasi yang
dterima selama proses pembelajaran.
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang
memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar tertentu yang dapat
memudahkan semua informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
(http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-pemrosesan-informasi.html
(diakses 22, April 2009)).
1
Proses penguasaan keterampilan dalam olahraga sama sekali tak lepas dari
penguasaan informasi yang diterima seseorang. Bagaimana kejadian yang terjadi
semenjak informasi dterima, diolah dan kemudian ditranformasikan dalam bentuk
respon gerak, dapat dipahami dari salah satu pandangan yang mengatakan
manusia adalah pemrosesan informasi. Pandangan itu beranggapan, informasi
yang datang dari lingkungan sekitar dan diterima seseorang, seterusnya disimpan
dalam berbagai “ sitem penyimpanan “ yang disebut memori (Lutan, Rusli, 1988:
144), hingga kemudian mengalami pemrosesan. Memori biasanya disebut juga
dengan ingatan, tetapi menurut Muhibbin Syah memori adalah fungsi mental yang
menangkap informasi dari stimulus, dan merupakan storage system, yaitu sistem
penyimpanan informasi dan pengetahuan yang ada dalam otak manusia.
(http://alumniiainibpadang.blogspot.com/2009/01/mengenal-manusia-belajar-
memori-dan.html(diakses 22 April 2009)).
Istilah proses disini berarti bahwa informasi itu dikode dan diklasifikasi
menurut jenisnya dan kode-kode itu bisa berubah dari satu bentuk kebentuk lain,
informasi bisa dikombinasi dengan informasi lainnya, dan seterusnya. Yang
dimaksud dengan pengkodean ialah pengalihan atau transmisi informasi kedalam
satu bentuk yang dapat diingat kembali untuk disimpan dalam memori. Sebagai
contoh,ketika seseorang membaca suatu buku dan ia tidak ingat kata-kata itu,
melainkan mencoba untuk mendapat/kan intisari gagasan utama yang telah
ditandainya. Fakta bahwa seseorang dapat ingat informasi berhari-hari, minggu,
atau tahun membuktikan bahwa informasi itu adalah tersimpan dengan baik,
mengacu pada proses yang dapat mendorong kearah ingatan yang kurang
baik.Informasi mungkin disimpan dalam memori, menyimpan dalam memori
ibarat menyimpan dalam kain kasa yang tidak terjamin informasi tersebut terus
ada.
2
1.2 Identifikasi masalah1.2.1 Bagaimana model pemrosesan informasi dalam belajar motorik ?
1.2.2 Bagaimana pengembangan pemrosesan informasi ?
1.2.3 Bagaimana kerangka dari memori ?
1.3 Pembatasan masalahMakalah ini akan membahas model pemrosesan informasi dalam kaitanya
dengan pelaksanaan gerak, yang akan dibahas ialah macam-macam informasi
yang bermanfaat untuk pelaksanaan gerak, bagaimana informasi itu diproses,
bagaimana tindakan dikontrol dan bagaimana informasi disimpan dalam memori.
1.4 Ruang lingkup pembahasanTahap pemrosesan informasi diangap sebagai proses yang berlangsung linier.
Setelah rangsang diterima oleh saraf sensoris, rangsang diidentifikasi, responn diseleksi,
kemudian respon diprogam hingga muncul hasilnya berupa gerak. Rangsang yang
diterima harus diolah menjadi pola gerak, dan dianalisis yang lazim disebut abstraksi
gerak. Setelah rangsang diidentifikasi, responn yang serasi harus diseleksi, dan hal itu
dengan sendirinya membutuhkan waktu untuk memilih respon.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian MemoriMemori biasanya disebut juga dengan ingatan, tetapi menurut Muhibbin
Syah memori adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan
merupakan storage system, yaitu sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan
yang ada dalam otak manusia.
2.2 Model Pemrosesan InformasiPemrosesan informasi merupakan proses psikologis yang merupakan
sesuatu yang abstrak, dan tersembunyi dalam “dunia dalam”. Informasi akan
mulai bekerja setelah adanya input informasi dari lingkungan. Prinsip prinsip
pemrosesan informasi mirip dengan prinsip stimulus – respons. Perbedaan pokok
terletak pada fokus kajian yang terjadi antara stimulus hingga munculnya respons.
Model pemrosesan informasi secara sederhana dapat dilihat pada gambar
1.1. Pendekatan model terebut dipilih, dengan pertimbangan pemrosesan
informasi yang terjadi dalam diri manusia, rasanya tidak mungkin dapat dipelajari
secara langsung. Oleh karena itu pendekatan tak langsung dengan menggunakan
model digunakan sebagai pendekatan untuk mempelajari proses pengolahan
informasi.
Input Output
Sinyal ‘Pemrosesan” Respons Gerak
Gambar 1.1 Model sederhana pemrosesan informasi ( Schmidt, 1982 )
4
Beberapa cara yang telah dilakukan untuk mempelajari pemrosesan
informasi terutama di arahkan ke stuktur “arus” informasi . di samping itu
pendekatan lainya difokuskan pada perubahan dalam stuktur informasi sehingga
diproses melalui sistem. Pendekatan yang sering digunakan adalah menekan aspek
waktu (temporal) dari proses informasi, dengan titik konsentrasi pada lamanya
beberapa proses terjadi.
Konsep dasar tentang tahap – tahap yang terdapat antara stimulus dan
respons sudah lama dikenal, meskipun yang mempopulerkanya adalah psikolog
dari pandangan psikologi kognitif. Teori Donders pada dasarnya menyatakan,
terdapat dua tahap dalam pemrosesan informasi, yaitu tahap – tahap membeda –
bedakan dan tahap pemilihan. Schmidt (1988) membagi tahap pemrosesan
menjadi dua, yaitu serial dan paralei.
Tahap pemrosesan informasi tersebut berlaku juga bagi manusia.
Pemrosesan informasi yang datang dari luar berlangsung selama waktu tertentu.
Pemrosesan informasi itu mungkin diantaranya terjadi secara paralel dan yang lain
– lainya secara serial.
2.3 Pengembangan model pemrosesan informasiProses informasi merupakan sesuatu yang abstrak, yang terjadi di bagian
dalam sebagai proses psikologis. Berdasarkan arus masuknya pemrosesan
informasi tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : tahap indentifikasi
rangsang, tahap seleksi respons, dan tahap pemrograman respons. Ketiga tahap ini
memang amat sederhana jika dibandingkan dengan kompleksitas yang terjadi
pada diri manusia.
Input
Ouput
Ransang
Gerak
5
Indetifikasi ransang Seleksi respons Pemrograman respons
Model tersebut dapat diuji keabsahanya kembali berdasarkan kenyataan
yang terdapat dalam kehidupan sehari hari, khususnya dalam kegiatan yang
membutukan keterampilan gerak.
2.2.1 Tahap Identifikasi rangsang.Yang dimaksud dengan inforasi dalam kaitanya dengan kajian ini adalah
pengetahuan tentang pesan, sinyal atau peringatan dari lingkungan sekitar yang
memberikan kepada kita tentang dunia sekitar. Menurut schmidt (1988) bahwa
faktor utama yang mempengaruhi tahap pengenalan rangsang adalah faktor yang
bersumber dari karakteristik rangsang. Persoalan yang dihadapi adalah rangsang
yang masuk ke suatu sistem, jarang ekali dikenal. Rangsang tersebut pada
umumnya harus diolah terlebih dahulu, disarikan dalam suatu pola gerak yang
bervariasi sesuai dengan tugas yang dilakukan. Pada tahap identifikasi rangsang
ini informasi di abtraksikan sebagai elemen spesifik, dikode, dan dikombinasikan
kedalam satu pola yang bermakna dan abstrak.
2.2.2 Tahap Seleksi ResponsSetelah tahap pengenalan rangsan berakhir, maka diasumsikan masuk
informasi itu merupakan dasar bagi pembentukan pengetahuan kita tentang apa
yang terjadi di lingkungan. Sebagai akibat dari perkembagan dan hasil penelitian,
maka Hick (1959) telah menghasilkan sebuah hukum yang berbunyi : waktu
reaksi memilih respons meningkat konstan (sekitar 150 miliddetik) pada setiap
kali jumlah alternatif respons meningkat dua kali. Hukum ini cenderung
menegaskan bahwa hubungan antara waktu reaksi memilih dan logaritma dari
alternatif jumlah rangsang respons adalah linier.
Persoalan lain dalam tahap menyeleksi respons ialah : ketidak pastian.
Hukum peluang dan ketidak pastian rupanya juga berlaku pada tahap menyeleksi
respons. Hal ini dapat kita telaah lebih lanjut dngan memanfaatkan fakta empirik,
khususnya dalam situasi yang melibatkan pemilihan respons dimana terdapat
unsur ketidak pastian didalamnya.
6
Ada beberapa masalah yang terkait dengan penerapan hukum waktu reaksi
memilih terutama jika ditinjau dari sudut kepentingan praktis. Yang pertama ialah
keserasian antara stimulus dan respons. Keserasian S-R berarti sejauh mana
stimulus dan respons yang serasi dikaitkan dalam satu cara yang alamiah. Konsep
keserasian stimulus – respons mengandung implikasi praktis dalam pelaksanaan
gerak atau penempilan teknik dalam olah raga.
Persoalan kedua ialah, apakah ada efek latihan terhadap peningkatan
waktu reaksi? Kesulitan yang dihadapi oleh seseorang untuk memberikan respons
yang serasi dan stimulus karena ‘susunan’ kedua aspek tersebut tak terbiasa bagi
yang bersangkutan.
2.2.3 Tahap Pemrograman ResponsSetelah stimulus diidentifikasi dan respons diseleksi, maka tahap
berikutnya ialah mengorganisasi informasi yang diperoleh itu untuk dijelmakan
kedalam gerak atau perilaku nyata. Proses ini terjadi pada tahap pemograman
respons. Seperti halnya tahap – tahap sebelumnya, proses yang berlangsung dalam
pemograman respons ini sangat kompleks. Untuk lebih mudah dipahami proses
yang berlangsung sejak stimulus diidentifikasi hingga terwujud gerak atau
perilaku nyata, maka tahap pengenalan stimulus yang akan dipengaruhi oleh
variabel tertentu kita sebut variabel input. Selanjutnya yang mempengaruhi gerak
nyata setelah respons diprogram variabel output.
Di antara kedua variabel tersebut berlangsung tahap pemilihan respons.
Henry dan Rogers (1960) mengkaji keadaan gerak yang dilakukan dalam
paradigma waktu-reaksi sederhana, dimana subjek mengetahui respons yang akan
diberikan ada setiap trial. Waktu-reaksi yang meningkat tatkala gerakan semakin
kompleks berkaitan dengan peningkatan waktu yang dibutuhkan untuk
memprogram gerakan pada tahap pemograman respons.
7
3.1 Kerangka memoriSuatu sistem yang dianggap dapat menyimpan informasi dan tempat
pemrosesan informasi untuk dapat diproses pada waktu berikutnya disebut
memory. Memory tidak hanya mempengaruhi persepsi kita melalui saringan
persepsi, tetapi juga keputusan dan pilihan yang kita ambil dalam saluran terbatas,
dan sebagian konsepsi dalam mengorganisasi kontrol gerakan. Bedasarkan
keunikan latar belakang pengalaman yang telah dimiliki oleh setiap individu ,
individu tersebut akan memberikan interprestasi sesuai dengan informasi yang
diterima dari lingkungan.
Dari sejumlah pengamatan dan bukti – bukti empiris tentang bagaimana
informasi disimpan, bentuk informasi, maka kerangka memori secara konseptual
dilukiskan seumpama “kotak” dimana didalamnya disimpan berbagai hal, dan
menampung informasi yang berpindah dari satu kotak, ke kotak yang lainya.
Kotak kotak tersebut meliputi : Short-Term Sensory Store (STSS), Short-Term
Memory (STM), dan Long-term Memory
3.1.1 Short-Term Sensory StoreSistem ini berfungsi untuk menyimpan sejumlah besar informasi yang
diterima dalam waktu yang singkat. Kompartemen dari sistem ini memerima
tampa mencatatnya, dan dalam waktu yang singkat akan hilang karena
penembahan informasi baru. Hal ini dapat kita andaikan , sebuah setrika yang
sudah agak panas yang kemudian panasnya berkurang dan sama sekali “hilang”.
Sistem tersebut akan diterpa oleh berbbagai bentuk stimulus-
penglihatan,perabaan, pendengaran, kinesthesis, dan seterusnya. Terdapat
kemungkinan, berbagai rangsang sensoris yang berasal dari luar itu diterima
secara simultan dan masing masing rangsang tersimpan selama waktu yang
singkat.
3.1.2 Short-Term MemoryInformasi yang masuk pada sistem penyimpangan jangka pendek tidak
semua diproses pada tahap berikutnya, karena adanya penyaringan terhadap
informasi yang relefan dan tidak relefan. Proses seleksi ini ditentukan oleh kondisi
8
tugas yang dilakukan seseorang (misalnya mengamati perjalanan shuttlecock
dalam permainan bulu tangkis) atau oleh momen tertentu dalam suatu tugas (mula
– mula penglihatan , kemudian pendengaran seperti kerasnya suara”cock”
dipukul). Informasi yang akan diproses ketahap berikutnya ialah karena
kesesuaian dengan suatu situasi untuk diproses kedalam sistem memori jangka
pendek (STM). Memori ini merupakan tempat penyimpanan informasi, bagi yang
berasal dari Short-Term Sensory Store (STSS) maupun yang berasal dari Long-
term Memory (LTM).
3.1.3 Long-term MemoryKompartemen memori jangka pendek jangka panjang adalah jumlah waktu
dari informasi yang dapat disimpan selain kemempuan menyimpan informasi.
Bedasarkan teori kotak memori dapat dijelaskan bahwa aktifitas memproses
informasi disalurkan dari penyimpanan jangka pendek ke penyimpanan jangka
panjang, dimana informasi akan tersimpan secara permanen supaya tidak hilang.
9
BAB III
KesimpulanPemrosesan informasi merupakan proses psikologis yang merupakan
sesuatu yang abstrak, dan tersembunyi dalam “dunia dalam”, Informasi akan
mulai bekerja setelah adanya input informasi dari lingkungan.
Manusia dianggap sebagai pemroses informasi. Semua rangsang yand diterima
dari luar mula-mula dikode kedalam satu bentuk yang dapat diingat kembali untuk
disimpan dalam memori hingga kemudian dapat dipanggil untuk mengerjakan
atau melaksanakan suatu tugas gerak. Bagaimana informasi itu diproses, sungguh
kompeks, sehingga disederhanakan menjadi sebuah model.
10
DAFTAR PUSTAKA(http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-pemrosesan-informasi.html
(diakses 22, April 2009)).
(
http://alumniiainibpadang.blogspot.com/2009/01/mengenal-manusia-belajar
memori-dan.html(diakses 22 April 2009)).
Lutan , Rusli (1988). Belajar keterampilan motorik pengentar teori dan metode
P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.
Winarno, M.E. BELAJAR MOTOR. Malang: Depdikbud Instutut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Malang
11