Upload
anggiwidi
View
287
Download
42
Embed Size (px)
DESCRIPTION
membahas mengenai osteomielitis dan askep osteomielitis
Citation preview
A. ANATOMI FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL
Sistem skeletal dibagi kedalam dua bagian besar yaitu Axial skeleton yang
terdiri dari tulang kepala, vertebra, sternum dan tulang iga. Pembagian berikutnya
adalah appendicular skeleton yang terdiri dari ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah.
Berdasarkan jenisnya tulang dapat dibedakan menjadi tulang panjang,
tulang pendek, tulang pipih, tulang tidak beraturan, tulang sesamoid, tulang
tambahan. Termasuk tulang aksesoris diantaranya adalah sutura dan tulang pipih
ditengkorak.
Tubuh manusia terdiri dari sekitar 62% air, tetapi jaringan tulang hanya
memiliki sekitar 20% air sehingga tulang menjadi kuat dan lebih keras dari
jaringan lain. Tulang menjadi lebih kaku dan keras dari jaringan lain karena
tersusun atas garam kalsium fosfat dan kalsium karbonat dan juga mengandung
krystal hydroxyapatite. Saat tubuh membutuhkan kalsium fosfat yang disimpan
dalam tulang, kristal hydroxyapatite akan mengalami ionisasi dan mengeluarkan
sejumlah zat yang dibutuhkan tersebut. Proses tersebut dikenal dengan istilah
dekalsifikasi.
Struktur jaringan tulang dibagi menjadi 2, yaitu
1. Jaringan tulang berongga ( Spongy) / Cancellous
Struktur tulang berongga memungkinkan untuk tumpuan yang lebih besar
terhadap beban berat. Bagian yang sangat mencolok pada bagian tulang
berongga ini adalah trabeculae (duri tipis dari jaringan tulang yang dikelilingi
oleh tulang matriks yang jeras karena adanya deposit garam kalsium).
2. Jaringan tulang padat
Tulang padat sangat keras. Tulang memiliki silinder yang terkalsifikasi yang
disebut osteon atau sistem haversian. Silinder terdiri dari lapisan konsentris
atau lamella. Dibagian tengan tulang terdapat central canal (Haversian canals)
yang mengandung persyarafan, pembuluh limfe dan pembuluh darah. Central
canals biasanya memiliki cabang yangdisebut perforating canals yang
menghubungkan dengan periosteum dan dengan endosteum. Tidak seperti
central canal, perforating canals tidak ditutupi oleh lamella. Lamella
mengandung lacuna yaitu rongga kecil tempat sel tulang atau osteosit.
Menyebar seperti jeruji dari lacuna disebut dengan canaliculi yang merupakan
saluran dari nutrisi dan zat-zat buangan dengan cara difusi kedalam dan
keluar pembuluh darah dari central canal.
Tulang terdiri atas 5 jenis sel, yaitu :
1. Sel osteogenik : Banyak ditemukan pada bagian tulang paling dalam dari
periosteum dan sumsum tulang. Memiliki kemampuan untuk berubah bentuk
menjadi osteoblast atau osteoclast selama terjadi stress dan proses
penyembuhan
2. Osteoblast : Mensintesa dan mensekresi substansi dasar yang tidak bermineral
yang disebut dengan osteoid. Saat kalsium terdeposit dalam substansi ini
maka akan menjadi lebih keras dan terkalsifikasi. Peran utama dari osteoblast
sebagai pompa sel untuk menggerakan kalsium keluar dan masuk sel. Banyak
ditemukan pada bagian yang terus tumbuh termasuk periosteum.
3. Osteosit : Merupakan sel utama pada tulang yang sedang tumbuh. Mengisi
lapisan setiap lakuna dalam matriks. Osteosit berasal dari osteoblast yang
mampu mensekresi jaringan tulang sekitar. Memiliki peran dalam
keseimbangan dengan mengatur pengeluaran kalsium dari tulang kedalam
darah. Osteosit juga berperan dalam mempertahankan matriks dalam keadaan
dtabil dan sehat dengan mensekresi enzim dan mempertahankan kandungan
mineral didalamnya.
4. Osteoclas : Sel besar banyak inti dan biasanya ditemukan ketika tulang
mengalami resorbsi.
5. Sel pembatas tulang: Ditemukan pada permukaan tulang orang dewasa.
Fungsinya menyediakan sel osteogenik yang dapat berubah dan
berdiferensiasi menjadi osteoblas . Juga berperan sebagai ion barrier untuk
pengaturan keseimbangan mineral terutama kalsium dan fosfat sehingga
kandungannya dalam matriks tetap stabil.
Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran dalam
pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligament, bursa, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur tersebut (Price dan
Wilson, 2006).
Tulang tersusun dari tiga jenis sel antara lain : osteoblast, osteosit dan
osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan
proteoglikan sebagai matriks tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses
yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
osteoblas akan mengekskresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan
penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang,
sebagian fosfatase alkali memasuki aliran darah dengan demikian kadar fosfatase
alkali dalam darah dapat menjadi indikator yang baik dalam pembentukan tulang
setelah mengalami fraktur atau metastasis kanker ke tulang.
Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang padat. Osteoklas adalah sel-sel
berinti banyak yang memungkinkan matriks tulang dan mineral dapat diabsorpsi.
Osteoklas berperan dalam pengikisan tulang. Sel – sel ini menghasilkan enzim –
enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
Secara umum fungsi tulang menurut Price dan Wilson (2006) antara lain:
1. Sebagai kerangka tubuh
Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.
2. Proteksi
Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak
dilindungi oleh tulang – tulang tengkorak, jantung dan paru – paru terdapat
pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang iga.
3. Ambulasi dan Mobilisasi
Tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh dan perpindahan
tempat, tulang memberikan suatu sistem pengungkit yang digerakan oleh otot-
otot yang melekat pada tulang tersebut ; sebagai suatu sistem pengungkit yang
digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.
4. Deposit Mineral
Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain. Tulang
mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh.
5. Hemopoesis
Tulang berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk
menghasilkan sel- sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum
merah tulang tertentu.
B. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang lebih sulit disembuhkan dari
pada infeksi jaringan lunak. Beberapa alasan kenapa infeksi tulang ini sulit
disembuhkan adalah karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi
masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. 2001).
C. ETIOLOGI
Penyebab utama osteomeilitis adalah bakteri sthepilococcus aureus 70-
80%, proteus, pseudomonas, escerehia coli. penyebab lain adalah virus dan jamur.
Klien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah klien yang nutrisinya
tidak bagus, lanjut usia, kegemukan dan penderita diabetes.
Penyebab berdasarkan perjalanan penyakitnya dibagi menjadi :
1. Osteomielitis Primer, yaitu kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka
atau trauma.
2. Osteomielitis Sekunder, yaitu kuman mencapai tulang melalui aliran darah yang
disebabkan infeksi lain.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Fase akut
Biasanya terjadi pada anak-anak. Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari.
Makin panas tinggi, menggigil, malaise umum, nyeri tulang dekat sendi,
tidak dapat menggerakan anggota tubuh, dan leukosit meningkat.
2. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah. Leukosit
sedikit meningkat kdanag tidak meningkat.
E. KLASIFIKASI
I. Menurut kejadian, osteomielitis terbagi 2, yaitu:
1. Osteomielitis Primer, yaitu kuman-kuman secara langsung mencapai
tulang melalui luka.
2. Osteomielitis Sekunder, yaitu Kuman-kuman yang berasal dari suatu
fokus primer melalui aliran darah untuk mencapai tulang (misalnya
infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).
II. Menurut perlangsungannya dibedakan menjadi:
1. Osteomielitis Akut
Tanda-tanda dari osteomielitis akut:
- Demam (>380C)
- Eritema
- Tendersess
- Nyeri yang dirasakan konstan
- Bengkak pada area infeksi
- Peningkatan nilai leukosit
- LED normat atau meningkat
2. Osteomielitis Kronis
Tanda-tanda dari osteomielitis kronis:
- Ulserasi pada kulit
- Nyeri terlokalisasi
- Adanya pus/nanah
- Nilai leukosit normal atau sedikit meningkat
III. Menurut penyebabnya dibedakan menjadi:
1. Eksgenous adalah kuman penyebab infeksi yang berasal dari luar
masuk ke dalam tubuh. Contoh nya adalah fraktur terbuka.
2. Endogenous adalah kuman penyebab infeksi yang dibawa oleh aliran
darah atau disebut hematogen yang berasal dari sumber infeksi yang
jauh atau infeksi pada organ lain.
3. Contiguous adalah infeksi tulang terjadi karena disebabkan adanya
infeksi kulit pada jaringan terdekat.
IV. Tahapan/Fase
1. Inflamasi
Pada fase inflamasi ditandai dengan kongesti vaskular dan
peningkatan tekanan intraoseus. Trombosis intravaskular
mengakibatkan adanya obstruksi aliran darah.
2. Supurasi
Pembentukan pus dalam 2-3 hari pada subperiosteum.
3. Sekuestrum
Adanya peningkatan tekanan, obstruksi vaskular, dan pembentukan
trombus pada periosteum dan endosteum, menyebabkan nekrosos
tulang sekitar 7 hari.
4. Involuktrum
Pembentukan formasi tulang baru pada permukaan periosteum.
5. Resolusi atau progresi menuju komplikasi
Pencegahan komplikasi osteomielitis dengan cara penatalaksanaan
antibiotik yang rasional dan terapi bedah yang efektif pada fase awal
penyakit.
F. FAKTOR RESIKO
1. nutrisi dan higinitas buruk
2. imunitas dan virulensi kuman
3. lansia
4. kegemukan
5. DM
6. Tuberculosis
7. Adanya luka terbuka
8. Artritis rheumatoid
9. Mendapatkan terami kortikosteroid jangka panjang
10. Pernah menjalani pembedahan sendi
11. Menjalani pembedahan ortopedi lama
12. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
13. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka
G. KOMPLIKASI
1. Abses Tulang
2. Abses Vetebral
3. Sepsis / Syok Sepsis
4. Lepasnya inplant protestik
5. Selulitis
6. GangguanPertumbuahan karena kerusakan tulang
H. PENCEGAHAN
1. Beritahukan tentang penyakit osteomyelitis ini secara lengkap meliputi
penyebabnya, cara penyembuhannya dan lain-lain.
2. Ajarkan dan beritahu kan kepada pasien dan keluarga mengenai tanda-
tanda terjadinya penyebaran infeksi .Jika terjadi segera laporkan kepada
pihak medis
3. Ajarkan kepada pasien dan keluarga carape rawatan luka yang steril kepada
pasien terutama ketika pasien sudah kembali kerumah.
4. Ajarkan dan beritahukan tentang penggunaan antibiotic secara benar dan
harus di konsumsi sesuai resep karenahal ini menjadi salah satu factor
penting dalam proses penyembuhan osteomyelitis.
5. Berikan pengetahuan mengenai terjadinya kekambuhan pada penyakit
osteomyelitis serta penangan yang harus dilakukan bila terjadi kekambuhan
kembali adalah segera laporkan kepihak medis tidak kepada dukun tulang.
6. Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen
7. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang
8. Lingkungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden
osteomielitis
9. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
10. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar-X, pada awalnya menunjukan pembengkakan jaringan lunak. Sekitar
2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang baru.
2. MRI
3. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit , peningkatan
laju endap darah dan protein C reaktif’. Pemeriksaan MCH (Mean
Corpuscular Hemoglobin) untuk mengetahui rata-rata banyaknya Hb pada
eritrosit, normalnya 26-34 pg. MCV (Mean Corpuscular Volume) untuk
menghitung rata-rata volum eritrosit, normalnya 80-100 fL. MCHC (Mean
Corpuscular Hemoglobin consentration), normalya 32-36 g/dL.
4. Kultur darah dan abses digunakan untuk menentukan jenis antibiotik yang
sesuai
5. Pemeriksaan foto polos didapatkan adanya sekuestrum.
J. PENATALAKSANAAN
1. Intervensi non-operatif
a. Imobilisasi
Untunk mengurangi nyeri dan menghindari fraktur.
b. Rendam salin hangat
Dilakukan selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk meningkatkan
Aliran darah.
c. Antibiotika
Mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Pada stadium akut
diberikan antibiotik spektrum luas, dimulai dengan memberikan
antibiotik secara intravena. Kemudian dilakukan kultur darah untuk
mengetahui jenis antibiotik yang sesuai dengan terapi. Jika infeksi
dapat terkontroldapat diberikan per oral. Antibiotik harus diberikan
minimal 4 minggu (idealnya 6 minggu) unyuk mencapai tingkat
kesembuhan yang memadai.Alternatifnya dengan menggunakan
antibiotic beads untuk lebih memfokuskan antibiotic di area infeksi
(local).
d. Irigasi
Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologi steril 7-8 hari pada
jaringan purulen dan jaringan nekrotik diangkat. Terapi antibiotik
dilanjutkan.
2. Intervensi Operatif
Indikasi dilakukan tindakan operatif atau pembedahan:
1. Adanya abses
2. Rasa sakit yang hebat
3. Adanya sequester
4. Bila dicurigai adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epidermoid)
Tindakan operatif yang lazim dilakukan:
a. Sequestrektomi
Pembedahan untuk mengangkat jaringan sequestra. Sequestra
Dibuang melalui debridement pada tulang yang mengalami infeksi
sehingga terjadi revaskularisasi pada jaringan tulang.
b. Bone graft
Terdapat tiga fase yang dilakukan:
1. Mengeksisi tulang yang mengalami nekrotik.
2. Memasang tulang grafts.
3. Menutup kulit tulang/pencangkokan.
Tulang yang sering diambil oleh dokter adalah tulang ileum posterior
dari klien sendiri. Tulang diletakan pada tempat yang telah dibuat dan
dilakukan balutan.
c. Bone segment transfer
Pada umumnya transfer tulang dilakukan pada gangguan skeletal yang
meluas, umumnya tempat donor difibula atau iliaka.
d. Amputasi
Tindakan/prosedur membuang sebagian dari satu atau beberapa
anggota tubuh.
Tindakan ini dilakukan sebagai jalan terakhir jika tindakan operatif
tidak dapat menyelamatkan penderita. Tindakan ini dilakukan sedistal
mungkin, untuk panjang punting tungkai bawah 12-18 cm dari sendi
lutut.
Indikasi dilakukan amputasi:
1. Dead
Bagian tubuh yang mati, akibat penyakit pembuluh darah perifer,
trauma parah, luka bakar, dan forse bite.
2. Dangerouse
Penyakit yang tergolong berbahaya, seperti tumor ganas, sepsis
yang potensial lethal dan crush injury. Pada crush injury
pelepasan torniquet ayau penekanan lain akan berakibat pada
kegagalan ginjal.
3. Damn Nulsance
Keadaan dimana mempertahankan anggota gerak dapat lebih
buruk dari pada tidak mempunyai anggota gerak. Hal ini dapat
disebabkan oleh nyeri hebat, malformasi berat, sepsis berulag,
atau kehilangan fungsi yang berat.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang: kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka,
riwayat operasi serta tidak adekuat pengobatan
Riwayat penyakit dahulu: kaji adanya infeksi tulang, riwayat DM.
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: tingkat kesadaran pasien, rasa nyeri serta tanda-tanda
vital pasien
Sistem pernapasan
Sistem kardivaskular
Sistem musculoskeletal
Sistem perkemihan
Pola nutrisi dan metabolisme
ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS :Pasien mengeluh nyeri saat
digerakkanDO:a. keluar pus pada luka fraktur
terbuka
Inflamasi¯
Respon dari mediator kimia
¯Mengenai reseptor nyeri
¯Impuls ke otak
¯Persepsi nyeri
Nyeri
2 DS : Pasien mengeluh nyeri saat digerakkan.DO :
a.
Pelepasan mediator kimia
¯Peningkatanpermeabilit
askapiler¯
Shift cairandari intra selkeintertisial
¯edema
¯Menekanpembuluhdarah
¯Penurunanvaskularisasi
¯Metabolism anaerob
¯Pembentukanasamlaktat
¯Nyeriototdansendi
¯Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas
fisik
3 DS: - DO: keluarnya pus dari luka sebagai hasil inflamasi.
Hasil pemeriksaan mikrobiologi pada pus positif kuman klebsiella pneumonia
Inflamasi¯
Pelepasan mediator kimia
¯prostaglandin
¯Interlukin 1
¯Hipotalamus
¯Meningkatkan set point
Hipertermi
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
¯hipertermi
4. DS : pasien selalu mengatakan jangan sampai kakinya di amputasiDO: lukasulitsembuh, hasil antibiotic resisten : hamper semua antibiotic kecuali meronem : suspectible
osteomyelitis¯
Resistenantibiotik¯
Infeksisulitsembuh¯
Resikoamputasi¯
ansietas
Ansietas
5 DS: DO: luka sulit sembuh setelah 2
minggu. Hasil pemerikasaan antibiotic; Kuman resisten semua antibiotic kecuali meronem. Direncanakan debridement danpemberian antibiotic bead.
Resikopenyebaraninfeksi
L. Rencana Keperawatan
1. Nyeri b/d adanya proses inflamasi ditandai dengan :
DO : Keluar pus pada luka fraktur terbuka
DS : Pasien mengeluh nyeri
Tujuan : Pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan
menunjukkan tindakan santai, dan menunjukkan penggunaan
keterampilan relaksasi.
Intervensi Rasional
1. Kaji Skala nyeri, lokasi dan karakteristik luka fraktur
2. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi
3. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
4. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.
Perubahan lokasi/ karakter/ intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi atau perbaikan kembalinya fungsi saraf.
Pergerakan di daerah fraktur dapat menyebabkan rasa nyeri meningkat dan komplikasi malformasi.
Peningkatan aliran balik vena dapat mengurangi edema/nyeri.
Mempertahankan kekuatan otot dan
5. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi).
6. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional).
7. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verval, perubahan tanda-tanda vital)
meningkatkan sirkulasi vaskuler.Meningkatkan sirkulasi umum,menurunakan area tekanan lokal dankelelahan otot.
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,meningkatkan kontrol terhadap nyeriyang mungkin berlangsung lama.
Peningkatan relaksasi dan rasa kontrol terhadap nyeri dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.
Menurunkan nyeri melalui mekanismepenghambatan rangsang nyeri baiksecara sentral maupun perifer.
Menilai perkembangan masalah pasien.
2. Gangguan mobilitas fisik b/dadanya edema . Ditandai dengan :
DO :
DS : capasien mengeluh nyeri saat digerakkan
Tujuan : Pasien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada
tingkat paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan
posisi fungsional meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan
mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik yang
memampukan melakukan aktivitas
Intervensi Rasional
1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan pasien.
2. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan pasien.
3. Berikan papan penyangga kaki,gulungan trokanter/tangan sesuai
Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa control diri/harga diri, membantumenurunkan isolasi sosial.
Meningkatkan sirkulasi darah muskulo skeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
Mempertahankan posis fungsional
indikasi.
4. Bantu dan dorong perawatandiri (kebersihan/eliminasi)sesuai keadaan pasien.
5. Ubah posisi secara periodic sesuai keadaan pasien.
6. Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
7. Berikan diet TKTP.
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi pasien dan program imobilisasi.
ekstremitas.
Meningkatkan kemandirian pasien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan pasien.
Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia)
Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
Kalori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mempertahankan fungsi fisiologis tubuh.
Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.
Menilai perkembangan masalah pasien.
3. Hipertermi b/d adanya proses inflamasi. Ditandai dengan :
DO : keluarnya pus dari luka
DS :
Tujuan : Pasien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, dan demam.
Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab hipertermi
2. Observasi Suhu Tubuh
3. Beri kompres hangat
4. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
Hipertermi merupakan salah satu gejala/kompensasi tubuh terhadap adanya infeksi baik secara lokal maupun secara sistemik. hal ini perlu diketahui sebagai dasar dalam rencana intervensi.
Proses peningkatan suhu menandakan terjadinya proses inflamasi
Kompres air hangat mempercepat proses vasodilatasi pembuluh darah
Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur panas
4. Ansietas b/d krisis situasi, adanya ancaman terhadap gambaran diri dan
adanya ancaman kematian
DO : Luka sulit sembuh, hasil antibiotik resisten
DS : pasien mengatakan jangan sampai kakinya di amputasi
Tujuan : Pasien akan menunjukkan kecemasan yang berkurang atau hilang
Intervensi Rasional
1. Diskusikan tentang keamanan tindakan
2. Dorong pasien dalam mengekspresikan ketakutan atau masalah.
3. Dorong pasien dalam menggunakan menajemen stress
4. Berikan penjelasan mengenai mamfaat diamputasi dan bahaya jika diamputasi
Menenangkan dan menurunkan ansietas karena ketidaktahuan dan atau takut menjadi kesepian
Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu pasien melalui penilaian awal, juga selama pemulihan
Membantu memfokuskan kembali perhatian, emningkatkan relaksasi dan dapat meingkatkan kemampuan koping
Pengetahuan akan menurunkan tingkat kecemasan karena pasien merasa lebih paham
5. Resiko penyebaran infeksi b/d adanya luka fraktur terbuka
DS :
DO : luka sulit sembuh
Tujuan : Pasien akan menunjukkan kecemasan yang berkurang
atau hilang
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan traksi dan perawatan luka sesuai protocol
2. Kolaborasi pemberian antibiotika dan toksoid tetanus sesuai indikasi.
3. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan sensitivitas
Mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan luka.
Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah infeksi tetanus.
Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.
luka/serum/tulang)
4. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka.
Mengevaluasi perkembangan masalah pasien
1. Price, A.S., Wilson M.L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta : EGC.
2. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
ECG
3. Noor helmi, Zairin.2012.Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal.Jakarta :
Salemba Medika
4. Haryani, ani. dkk. 2009. Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung: CV. Cakra
askep klien gangguan musculoskeletal
5. Dr.dr.zairin Noor Helmi. 2012.buku ajar gangguan musculoskeletal
6. heryati,suratun.2008. askep klien gangguan muskuloskeletal. Jakarta: EGC;
7. Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Ganguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba Medika.
8. Noor Hemi, Zairin. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika