23
OSTEOMYELITIS A. PENGERTIAN Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur). (Arif mansjoer, 2002) Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun kronis. (Price and wilson, 2005). Osteomyelitis adalah infeksi tulang ( smeltzer 2002) B. KLASIFIKASI Menurut Arif Mansjoer dkk (2002): Pembagian Osteomyelitis yang lazim dipakai adalah : 1. Osteomyelitis primer yang disebabkan penyebaran kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka Osteomyelitis primer dapat dibagi menjadi Osteomyelitis akut dan kronik 2. Osteomyelitis sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka. C. ETIOLOGI Menurut Efendi (2007): Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus, jamur dan mikro organisme lain. Golongan atau jenis patogen yang sering adalah Staphylococcus aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang, Pneumococcus, Typhus bacil, Proteus, Psedomonas, Echerchia coli, Tuberculose bacil dan Spirochaeta. D. PATOFISIOLOGI Menurut Smletzher, 2002: Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada

Askep Osteomielitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan pendahuluan penyakit osteomielitis

Citation preview

OSTEOMYELITIS

OSTEOMYELITIS

A. PENGERTIAN

Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur).

(Arif mansjoer, 2002)

Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun kronis. (Price and wilson, 2005).

Osteomyelitis adalah infeksi tulang ( smeltzer 2002)B. KLASIFIKASI

Menurut Arif Mansjoer dkk (2002):

Pembagian Osteomyelitis yang lazim dipakai adalah :

1. Osteomyelitis primer yang disebabkan penyebaran kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka Osteomyelitis primer dapat dibagi menjadi Osteomyelitis akut dan kronik

2. Osteomyelitis sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.

C. ETIOLOGI

Menurut Efendi (2007):

Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus, jamur dan mikro organisme lain. Golongan atau jenis patogen yang sering adalah Staphylococcus aureus menyebabkan 70%-80% infeksi tulang, Pneumococcus, Typhus bacil, Proteus, Psedomonas, Echerchia coli, Tuberculose bacil dan Spirochaeta.

D. PATOFISIOLOGI

Menurut Smletzher, 2002:

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis meliputi proteus, pseudomonas, dan e.coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama( akut fulminan stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi supervisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peingkatan tekanan jaringan dan medulla. Inveksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan kebawah poriesteum dan dapat menyeber ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses inveksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses pada tulang.

Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum.jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.E. PATHWAY

F. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer (2002)

1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.G. FAKTOR PREDISPOSISIMenurut Arif muttaqin (2008)

1. Usia ( terutama mengenai bayi dan anak-anak)

2. Jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada wanita dengan perbandingan 1:4)

3. Trauma( hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomilitis)

4. Lokasi ( osteomilitis sering terjadi pada daerah metafisis)

5. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnyaH. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Arif mansjoer dkk (2002):1. Pemeriksaan laboratarium: pada fase akut ditemukan CRP yang meninggi, laju endap darah (LED ) yang meninggi dan leukositosis.2. Pemeriksaan Radiologik: pada fase akut gambaran radiologik tidak menunjukkan kelainan, pada fase kronik ditemukan suatu involukrum dan sekuester.I. PENATALAKSANAAN

Menurut Arif Mansjoer (2002):a. Perawatan di rumah sakit

b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse

c. Pemeriksaan biakan darah

d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negative diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6 minggu

e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena

f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :

a. Adanya abses

b. Rasa sakit yang hebat

c. Adanya sekuester

d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epedermoid).

Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila infolukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca pembedahan.

J. KOMPLIKASIMenurut Arif muttaqin (2008) :

1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan

2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang sendi lainnya ,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan biasanya terjadi pada klien dengan gizi buruk3. Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi belum berfungsi dengan baik

4. Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN OSTEOMYLITIS

KASUS:

Seorang lelaki, Didit (20 tahun), diduga menderita infeksi bakteri patogenik dengan keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. 2 tahun yang lalu, ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sklerosis sekitar tulang, involucrum.

Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah yang mengalami fraktur, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering, wajah menahan sakit, akral hangat, bibir kering.

Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90 mmHg, S: 390C, N : 100 x/mnt, RR : 22 x/mntA. PENGKAJIAN

1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.

2. Kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.

3. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.

4. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.

5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.

6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.

7. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.

B. ANALISA DATA

DATAETIOLOGIPROBLEM

DO: Wajah pasien tampak meringis, menahan sakit, dan sering mengeluh tentang sakitnya. suhu tubuh pasien 390C.

terdapat bekas fraktur pada tungkai bawah, scar tissue, sinua dengan discharge, seropurulen, dan ekskoriasi.

DS:

Pasien mengatakan bahwa;

P: nyeri terasa apabila dipegang atau diraba.Q: nyeri terasa panas, senut- senut

R: nyeri terasa pada bagian tungkai bawah yang mengalami frakturS: skala nyeri pasien 7T: nyeri sifatnya sering dan terus menerus.Inflamasi, infeksi, bengkak, hipertermia, nekrosis jaringan, fraktur.Gangguan rasa nyaman: nyeri

DO: Terdapat penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar tulang. Terdapat scar tissue dan bekas fraktur pada tungkai bawah.DS:

Pasien mengatakan nyeri, tidak nyaman pada tungkai bagian bawah.Nyeri, tidak nyaman, kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitasKerusakan mobilitas fisik

DO: Terdapat penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar tulang. Terdapat scar tissue dan bekas fraktur pada tungkai bawah.DS:

Pasien mengatakan nyeri, tidak nyaman pada tungkai bagian bawah.Proses penyakit, penyebaran infeksiRisiko fraktur patologi

DO: Suhu tubuh pasien 390C.

Akral hangat

Terdapat rubor

Frekuensi napas meningkat: 22x/mnt

DS:

Pasien mengeluh badannya panas.Proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.Hipertermia

DO: Pasien selalu mengeluh, gelisah, dan selalu bertanya.

DS:

Pasien mengatakan bahwa dirinya pernah datang ke dukun tulang untuk mengobati penyakitnya.Keterbatasan informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.Defisit pengetahuan

C. DIAGNOSA

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan osteomielitis keperawatan menurut wilknson (2006) /NANDA meliputi:

1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.

3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.

5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.

D. INTERVENSI

1.Nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi dan pembengkakan

Tujuan: nyeri berkurang, hilang, atau teratasi.

Kriteria hasil: secara subyektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi, mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.IntervensiRasional

Mandiri

a. Kaji nyeri dengan skala 0-4

b. Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.c. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.

d. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan peredaran nyeri nonfarmakologi dan noninvasi.

e. Ajarkan relaksasi: teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan meningkatkan relaksasi masase.

f. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

g. Beri kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman (misal: ketika tidur, punggung klien diberi bantal kecil).

h. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan beberapa lama nyeri akan berlangsung.

Kolaborasi

Pemberian analgesika. Nyeri merupakan respon subyaktif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat cidera.

b. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi nyeri pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami infeksi.

c. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan , pergerakan sendi

d. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan tindakan nonfarmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

e. Teknik ini melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang.

f. Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.

g. Istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga meningkatkan kenyamanan.

h. Pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.

Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga akan berkurang.

2.Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman, kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.

Tujuan:meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.

Kriteria Hasil:Pasien mampu :

a. mempertahankan posisi fungsional.

b. meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.

c.menunjukkan teknik yang memampukan melakukan aktivitas

IntervensiRasional

Mandiri:

a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi

b. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi.

c. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien

d. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit.

e. Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh: mandi, mencukur.

f. Berikan/bantu dalam movilizis dengan cursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas.

g. Awasi TD dengan melakukan aktivitas. Perhatikan keluhan pusing.Kolaborasi:

Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi spesialis.a. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi, intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

b. Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.

c. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan.

d. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot.

e. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien dalam situasi, dan meningkatkan kesehatan diri langsung.f. Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh: flebitis) dan meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ. Belajar memperbaiki cara menggunakan alat penting untuk mempertahankan mobilisasi optimal dan keamanan pasien.

g. Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan memerlukan intervensi khusus (contoh: kemiringan meja dengan peninggian secara bertahap sampai posisi tegak).

Kolaborasi:

Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan. Pasien dapat memerlukan bantuan jangka panjang dengan gerakan, kekuatan, aktivitas, yang mengendalikan berat badan, juga penggunaan alat.

3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.

Tujuan: integritas jaringan membaik secara optimal

Kriteria hasil: pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.

IntervensiRasional

Mandiri

a. Kaji kerusakan jaringan lunak

b. Lakukan perawatan luka : lakukan perawatan luka dengan tehnik steril.

c. Kaji keadaan luka dengan tehnik membuka balutan dan mengurangi stimulus nyeri, bila perban melekat kuat, perban diguyur dengan NaCl.

d. Larutkan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan larutan NaCl.

e. Tutup luka dengan kasa steril atau kompres dengan NaCl yang dicampur dengan antibiotik.

f. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang sudah mati.

g. Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah atau kotor.

h. Hindari pemakaian peralatan perawatan luka yang sudah kontak dengan klien osteomielitis, jangan digunakan lagi untuk melakukan perawatan luka pada klien lain.

i. Gunakan perban elastis dan gips pada luka yang disertai kerusakan tulang atau pembengkakan sendi.j. Evaluasi perban elastis terhadap resolusi edema.

k. Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan dan lakukan perubahan intervensi bila pada waktu yang ditetapkan tidak ada perkembangan pertumbuhan jaringan yang optimal.

Kolaborasi

a. Kolaborasi dengan tim bedah untuk bedah perbaikan pada kerusakan jaringan agar tingkat kesembuhan dapat dipercepat.

b. Pemeriksaan kultur jaringan (pus) yang keluar dari luka

c. Pemberian antibiotik/antimikrobaa. Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentang intervensi perawatan luka, alat, dan jenis larutan apa yang akan digunakan.

b. Perawatan luka dengan tehnik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.

c. Manajemen membuka luka dengan mengguyur larutan NaCl ke perban dapat mengurangi stimulus nyeri dan dapat menghindari terjadinya perdarahan pada luka osteomielitis kronis akibat perban yang kering oleh pus.

d. Tehnik membuang jaringan dan kuman diarea luka sehingga keluar dari area luka.

e. NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorbsi oleh jaringan daripada larutan antiseptik. NaCl yang dicampur dengan antibiotik dapat mempercepat penyembuhan luka akibat infeksi osteomielitis.

f. Jaringan nekrotik dapat menghambat penyembuhan luka.

g. Memberi rasa nyaman pada klien dan dapat membantu meningkatkan pertumbuhan jaringan luka.

h. Pengendalian infeksi nosokomial dengan menghindari kontaminasi langsung dari perawatan luka yang tidak steril.

i. Pada klien osteomielitis dengan kerusakan tulang, stabilitas formasi tulang sangat labil. Gips dan perban elastis dapat membantu memfiksasi dan mengimobilisasi sehingga dapat mengurangi nyeri.

j. Pemasangan perban elastis yang terlalu kuat dapat menyebabkan edema pada daerah distal dan juga menambah nyeri pada klien.

k. Adanya batasan waktu selama 7x24 jam dalam melakukan perawatan luka klien osteomielitis menjadi tolok ukur keberhasilan intervensi yang diberikan. Apabila masih belum mencapai kriteria hasil sebagainya kaji ulang faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan jaringan luka.

a. Bedah perbaikan terutama pada klien fraktur terbuka luas sehingga menjadi pintu masuk kuman yang ideal. Bedah perbaikan biasanya dilakukan setelah masalah infeksi osteomielitis teratasi

b. Manajemen untuk menentukan antimikroba yang sesuai dengan kuman yang sensitif atau resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.

c. Antimikroba yang sesuai dengan hasil kultur (reaksi sensitif) dapat membunuh atau mematikan kuman yang menginvasi jaringan tulang.

4.Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan metabolik.

Tujuan: Pasien akan menunjukkan termoregulasi, yaitu merupakan keseimbangan di antara produksi panas, peningkatan panas, dan kehilangan panas.

Kriteria Hasil: suhu kulit dalam rentang yang diharapkan, suhu tubuh dalam batas normal, nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapakan, perubahan warna kulit tidak ada, keletihan tidak tampak.

IntervensiRasional

Mandiri:a. Pantau terhadap tanda hipertermia maligna (misalnya demam, takipnea, aritmia, perubahan tekanan darah, bercak pada kulit, kekakuan, dan berkeringat banyak).

b. Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan kebutuhan. Pantau warna kulit dan suhu secara kontinu.

c. Pantau tanda vital

Kolaborasi:

a. Berikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan.

b. Gunakan matras dingin dan mandi air hangata. kewaspadaan terhadap hipertermia malignan dapat mencegah atau menurunkan respon hipermetabolik terhadap obat-obatan farmakologis yang digunakan selama pembedahan.

b. Regulasi suhu dapat mencapai atau mempertahankan suhu tubuh yang diinginkan selama intraoperasi.

c. Pemantauan tanda vital seperti pengumpulan dan analisis data kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh untuk menentukan serta mencegah komplikasi.a. Obat antipiretik digunakan untuk menurunkan suhu tubuh.

b. Matras dingin dan mandi air hangat digunakan untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, sesuai dengan kebutuhan.

5.Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.

Tujuan: pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

Kriteria Hasil: melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatanintervensiRasional

a. kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datangb. Memberikan dukung an cara-cara mobilisasi dan ambulasi sebagaimana yang dianjurkan oleh bagi- an fisioterapi. c. Memilah-milah aktif- itas yang bisa mandiri dan yang harus dibantu.d. identifikasi tersedianya sumber pelayanan di masyarakat , contoh tim rehabilitasi, pelayanan perawatan dirumah

e. Ajarkan cara teknik balutan secara steril dan dan teknik kompres hangat. a. memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.b. Sebagian besar osteomilitis memerlukan penopang selama proses pe- nyembuhan sehingga keterlambatan pe- nyembuhan disebab- kan oleh penggunaan alat bantu yang kurang tepat. c. Mengorganisasikan kegiatan yang diperlu kan dan siapa yang perlu menolongnya. (apakah fisioterapi, perawat atau ke- luarga). d. Memberikan bantuan untuk memudahkan perawatan diri dan mendukung kemandirian . meningkatkan perawatan diri optimal dan pemulihane. Memudahkan perawatan diri dan menjaga terjadi infeksi secara mandri dan optimal

PERTANYAAN TAMBAHAN

1. Pengertian involucrum?

selubung tulang baru, yang terbentuk di sekeliling tulang yang mengalami nekrosis. (Hinchliff, 1999).2. Pengertian pyrexia:

pyrexia adalah panas, febris, hyperthermi, atau dalam keadaan demam. (Hinchliff, 1999).3. Pengertian sinus discharge:

sinus discharge merupakan keadaan dimana sinus terdapat eksudat akibat infeksi. (Hinchliff, 1999).4. Pengertian seropurulen:

Seropurulen adalah keadaan dimana membran mukosa (pada kasus ini sinus) terdapat pus. (Hinchliff, 1999).

5. Pengertian periosteum:

Jaringan penyambung khusus yang membungkus tulang seluruh tubuh dan memiliki kemampuan membentuk tulang, pada orang dewasa, periosteum terdiri atas dua lapisan yang tidak memiliki batas yang jelas, lapisan luar yang merupakan jalinan padat jaringan penyambung yang mengandung pembuluh darah dan lapisan dalam yang tersusun dari berkas. Berkas kolagen yang lebih longgar dengan sel-sel jaringan penyambung bentuk kumparan serta jalinan serat elastis tipis

6. Pengertian bone resorption:

Proses penyerapan kembali pada tulang setelah terjadi fraktur tulang. (Hinchliff, 1999).7. Pengertian excoriation:

Excoriation merupakan istilah lain dari abrasion, yaitu merupakan cedera superfisial pada membran mukosa (sinus) akibat kerokan atau gosokan (ekskorasi) sehingga dapat menjadi jaringan parut. (Hinchliff, 1999).

8. Proses peradangan Radang sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, karena hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan untuk perbaikan dan pemulihan. Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine ke dalam jaringan sekitar. Akibat dari sekresi histamine berupa :

1. Peningkatan aliran darah lokal

2. peningkatan permeabilitas kapiler

3. perembesan arteri dan fibrinogen ke dalam jaringan

4. edema ekstra seluler lokal

Peradangan adalah reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis.

Pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi lokal.Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat.

Tanda-tanda pokok peradangan adalah :

1. Rubor (kemerahan)

2. Kalor (panas)

3. Dolor (nyeri)

4. Tumor (pembengkakan)

5. Fungsio laesa (perubahan fungsi)

DAFTAR PUSTAKA

Hinchliff,Sue. 2000. Kamus keperawatan.Penerbit buku kedokteran EGC : JakartaDonges Marilynn, E. 20000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit buku kedokteran EGC: JakartaPrice Sylvia, A 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Penerbit buku kedokteran EGC: JakartaSmeltzer Suzanne, C 2002. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Penerbit buku kedokteran EGC: JakartaWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. Penerbit buku kedokteran EGC: JakartaInvasi mikroorganisme dari tempat lain melalui darah

Fraktur terbuka

Masuk ke juksta epifisis tulang panjang

Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de entree

Invasi kuman ke tulang sendi

fagositosis

osteomilitis

Proses inflamasi secara umum

Demam , malaise, penurunan kemampuan tonus otot

Proses inflamasi : gang fungsi ,pembengkakan, pembentukan pus, kerusakan integritas jaringan

Keterbatasan pergerakan

Pembentukan pus, nekrosis jaringan

Iskemia dan nekrosis tulang

Penurunan kemampuan pergerakan

Pembentukan abses tulang

Kerusakan integritas kulit

Involucrum, pengeluaran pus dan luka

Deformitas, bau dari adanya luka

Peningkatan jaringan tulang dan medula

Factor predisposisi : virulensi kuman,riwayat trauma, usia, nutrisi

Tirah baring lama, penekanan lokal

Kelemahan fisik

Defisit perawatan diri

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan

Hambatan mobilitas fisik

Komplikasi infeksi

Penyebaran infeksi ke organ penting

nyeri

Risiko osteomilitis kronis

Kurang terpajan informasi dan pengetahuan

Kerusakan lempeng epifisis

septikemia

Gg citra diri

Gangguan pertumbuhan

Defisiensi pengetahuan dan informasi

Risiko tinggi trauma