16
Makalah Osteoporosis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause. Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Makalah Osteoporosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentan upaya pencegahan osteoporosis

Citation preview

Page 1: Makalah Osteoporosis

Makalah Osteoporosis

BAB  I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

      Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih

merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika

Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan

lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang

rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85

tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap

osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita

proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.

Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang

mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause

meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit

keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri

penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala

baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki

risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria

juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga

osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414

persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000

diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa

besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

      Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan

ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:

•       Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,

Page 2: Makalah Osteoporosis

•        sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.

•       Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia

pada 2050

•       Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun, Satu dari tiga perempuan dan satu dari

lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.

•        Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006)

            Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan  

merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

B. TUJUAN

1.         Tujuan Umum

     Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari penyakit osteoporosis sehingga

dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadinya penyakit osteoporosis.

       Untuk memperkecil angka osteoporosis khususnya di NAD dan Indonesia umumnya.

              Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien Osteoporosis.

Page 3: Makalah Osteoporosis

BAB  II

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

    

    

A.                DEFENISI

            Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat

perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara

progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres

yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa 

tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang

dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.

B.                 KLASIFIKASI

1.         Osteoporosis Primer

  Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause

  Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2.         Osteoporosis Skunder

            disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

  Kelainan hepar

  Kegagalan ginjal kronis

  Kurang gerak

  Kebiasaan minum alkohol

  Pemakai obat-obatan atau corticosteroid

  Kelebihan kafein

  Merokok

3.         Osteoporosis Idiopatik

Page 4: Makalah Osteoporosis

Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada Usia kanak-

kanak (juvenil), Usia remaja (adolesen), Pria usia pertengah.    

C.                ETIOLOGI

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada

wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.

Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul

lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk

menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah

menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

                    Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang

berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan

pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.

Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

           Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang

disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh

gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-

obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

                Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak

diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi

hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari

rapuhnya tulang.

D.           FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS

1.        Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah

a.         Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut

Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi  hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis

Page 5: Makalah Osteoporosis

akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya   usia.

b.         Jenis Kelamin

Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini

disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.

c.          Faktor Genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang

mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada

umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi

seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya jarang terserang osteoporosis.

d.         Riwayat Keluarga Atau Keturunan

Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang

mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit

yang sama.

e.         Bentuk Tubuh

Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit

osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas

tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak ideal.

2.        Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah

a.         Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause.

b.        Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat

Page 6: Makalah Osteoporosis

melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.

c.         EstrogenBerkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

d.        Rokok Dan KopiMerokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan

massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

e.         AlkoholAlkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu  dengan pengguna alkohol

mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna alkohol.

f.          Gaya hidup.Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan

merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.

 E.  PATOFISIOLOGI

  Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses

resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam

keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan

terjadi penurunan massa tulang

  Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian

korteks dan lebih dini pd bagian trabekula

  Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks

sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda

  Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita

40-50 %

Page 7: Makalah Osteoporosis

  Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, 

dan korpus vertebra

  Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian

distal.

F.     MANIFESTASI KLINIS

  Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada

vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:

  Nyeri timbul mendadak

  Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang

  Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur

  Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan  dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas

  Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

  Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

  Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa

tulang.

  Pemeriksaan absorpsiometri

  Pemeriksaan komputer tomografi (CT)

  Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai

keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi

dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.

  Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas

normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers

osteocalein (GIA protein).

Page 8: Makalah Osteoporosis

H.    PENATALAKSANAAN

              Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama

yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang

mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan

estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau

menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

               Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin

D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam

jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan

tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan

pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat

pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :

a. Diet

b. Pemberian kalsium dosis tinggi

c. Pemberian vitamin D dosis tinggi

d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi nyeri punggung.

e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi

 konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).

f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

I.       PENCEGAHAN

  Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang

cukup.

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya

kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin

D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya

Page 9: Makalah Osteoporosis

tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari,

dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.

  Melakukan olah raga dengan beban

Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang.

Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

  Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum

bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun

setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa

memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan

obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam

mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk

mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau

bersamaan dengan terapi sulih hormon.

  Hindari :

  Makanan tinggi protein

  Minum alkohol

  Merokok

  Minum kopi

  Minum antasida yang mengandung aluminium

Page 10: Makalah Osteoporosis

BAB.   III

PENUTUP

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat

perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara

progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres

yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Klasifikasi osteoporosis yaitu :

1.  Osteoporosis Primer

  Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause

  Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2.      Osteoporosis Skunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

  Cushing's disease

  Hyperthyroidism

  Hyperparathyroidism

  Hypogonadism

  Kelainan hepar

  Kegagalan ginjal kronis

  Kurang gerak

  Kebiasaan minum alkohol

  Pemakai obat-obatan/corticosteroid

  Kelebihan kafein dan merokok

      3.  Osteoporosis Idiopatik

            Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada :

1.      Usia kanak-kanak (juvenil)    

2.      Usia remaja (adolesen)

3.      Pria usia pertengah    

Page 11: Makalah Osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ; Konsep,

proses, dan praktik, EGC. Jakarta.

2. K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003).  Kamus Kedokteran arti dan  keterangan istilah.

Jakarta.

3. Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.