48
Mayat dengan leher terjerat dan luka pada bagian ketiak dan tungkai Stefany 102008111 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat [email protected] BAB I PENDAHULUAN Skenario : Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setingggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusu, namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah 1

Makalah Pbl 1 Blok 30

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pembunuhan

Citation preview

Page 1: Makalah Pbl 1 Blok 30

Mayat dengan leher terjerat dan luka pada bagian ketiak dan tungkai

Stefany

102008111

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat

[email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

Skenario :

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan

dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan

celana panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai

bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju

miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon

perdu setingggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang

terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusu, namun masih

dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan

pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai

bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat

kekerasan tajam.

Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP

adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.

Latar Belakang

Fungsi utama dari proses peradilan pidana adalah untuk mencari kebenaran sejauh

yang dapat dicapai oleh manusia dan tanpa harus mengorbankan hak-hak dari tersangka.

1

Page 2: Makalah Pbl 1 Blok 30

Yang bersalah akan dinyatakan bersalah dan yang memang tidak bersalah akan dinyatakan

tidak bersalah.1

Sudah merupakan kenyataan yang universal sifatnya bahwa manusia itu dapat

membuat kesalahan-kesalahan dalam hal persepsi dan ingatan. Sudah diketahui pula bahwa

manusia itu mempunyai kerentanan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang bersifat

sugestif.1

Baik Undang-Undang atau peraturan tidak dapat berbuat apa-apa untuk memperbaiki

persepsi, daya konsentrasi dan ingatan seseorang yang kebetulan menjadi saksi dalam suatu

perkara criminal, akan tetapi Undang-Undang atau peraturan tersebut harus memakai saksi itu

bersedia.1

Semua alat-alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana yang berlaku

mempunyai kekuatan hokum yang sama. Permasalahannya terletak pada sejauh mana alat-

alat bukti yang sah itu berguna dan dapat membantu dalam proses peradilan pada umumnya

dan khususnya dalam proses penyidikan.1

Untuk dapat mengetahui dan dapat membantu dalam proses penyidikan, maka dalam

perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia diperlukan

pengetahuan khusus, yaitu ilmu kedokteran forensik.1

Proses penegakan hukum dan keadilan adalah merupakan suatu usaha ilmiah dan

bukan sekedar common-sense, non-scientific belaka. Dengan demikian, dalam perkara pidana

yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia, bantuan dokter dengan pengetahuan

ilmu kedokteran forensik yang dimilikinya sebagaimana yang tertuang dalam Visum et

Repertum yang dibuatnya mutlak diperlukan.1

Selain bantuan ilmu kedokteran forensik tersebut tertuang di dalam bentuk Visum et

Repertum, maka bantuan dokter dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat

diperlukan di dalam upaya mencari kejelasan dan kebenaran materiil yang selengkap-

lengkapnya tentang suatu perbuatan tindak pidana yang telah terjadi sehingga dengan

demikian proses penegakan hukumdan keadilan yang merupakan suatu usaha ilmiah dan

bukan sekedar common-sense, non-scientific baru dapat diwujudkan.1

Tujuan

Mengingat pentingnya kejadian yang dialami oleh korban di atas dan melihat

seringnya kasus tindak kejahatan yang terjadi dan banyak muncul pada masyarakat, maka

saya menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai

2

Page 3: Makalah Pbl 1 Blok 30

masalah tersebut baik dari aspek hukum dan prosedur medikolegal, pemeriksaan medis pada

tanatologi, identifikasi forensik, pemeriksaan traumatologi, cara dan sebab meninggalnya

korban, dan interpretasi temuan pada korban.

BAB II

ISI

Pendahuluan

Kecelakaan, bunuh diri atau pembunuhan adalah permasalahan yang harus dapat

dijawab, dibuat terang dan jelas oleh dokter dan khususnya oleh penyidik. Kejelasan tersebut

memang diperlukan dan harus diusahakan oleh karena, baik kecelakaan, bunuh diri atau

pembunuhan membawa implikasi yang berbeda-beda, baik ditinjau dari sudut penyidikan

maupun dari sudut proses peradilan pada umumnya.1

Prosedur medikolegal

I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman

atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan

pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.3

3

Page 4: Makalah Pbl 1 Blok 30

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,

sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

disebut keterangan.3

Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter

atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya

menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.3

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannnya.3

Pasal 184 KUHAP

(1) Alat bukti yang sah adalah:

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Pertunjuk

e. Keterangan terdakwa

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.3

4

Page 5: Makalah Pbl 1 Blok 30

Pasal 180 KUHAP

(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang

pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar

diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum

terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim

memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang

sebagaimana tersebut pada ayat (2).

(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi

semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai

wewenang untuk itu.3

III.Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter

Pasal 216 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling

banyak sembilan ribu rupiah.

(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan

undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan

jabatan umum.

(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan

yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah

sepertiga.3

5

Page 6: Makalah Pbl 1 Blok 30

Pasal 222 KUHP

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3

Pasal 224 KUHP

Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau

jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-

undang ia harus melakukannnya:

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9

bulan.

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6

bulan.3

Pasal 522 KUHP

Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,

tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak

sembilan ratus rupiah.3

Aspek Hukum

Pasal 338 KUHP

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.3

Pasal 339 KUHP

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang

dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,

atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal

tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya

secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama

waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.3

6

Page 7: Makalah Pbl 1 Blok 30

Pasal 340 KUHP

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang

lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau

pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima

tahun.3

Pasal 351 KUHP

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau

pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.3

Pasal 354 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan

penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling

lama sepuluh tahun.3

Pemeriksaan Medis Pada Bidang Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos

(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian

dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan

tersebut.2

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, antara lain :

1. Mati somatis disebut juga mati klinis yang terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem

penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem

pernapasan, yang menetap (irreversible). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks,

EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak

pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

7

Page 8: Makalah Pbl 1 Blok 30

2. Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga sistem

kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan

kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih

berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran

listrik dan tenggelam.

3. Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul

beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau

jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau

jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam transplantasi organ.

4. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang

otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan

kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

5. Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal

intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan

diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara

keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.2

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa

tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat

timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan

peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata

menghilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan

pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Tanda-tanda

tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas

pascamati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mummifikasi dan

adiposera.2

Tanda kematian tidak pasti, antara lain :

1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi

spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit

menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.

Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan

8

Page 9: Makalah Pbl 1 Blok 30

pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah belikat dan bokong pada mayat

yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-

segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat

dihilangkan dengan meneteskan air.2

Tanda pasti kematian, antara lain :

1. Lebam mayat (livor mortis)

Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya

tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak berwarna merah ungu

(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh

darah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama

intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum

waktu ini, lebam mayat masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika

posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan sempurna apabila

penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah

mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair sehingga

sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah

yang baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat

pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-

sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu, kekakuan

otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut.2

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab

kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna

kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi

mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap; dan memperkirakan

saat kematian.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap

dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk

lebam mayat baru di daerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih

hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat

pemeriksaan.2

9

Page 10: Makalah Pbl 1 Blok 30

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah, maka keadaan

ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi).

Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna

merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah

tidak menghilang.2

2. Kaku mayat (rigor mortis)

Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat

seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan

energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat

ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis,

maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.2

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak

kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah

dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar

kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan

selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya

tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada

dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.2

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum

mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu

lingkungan tinggi. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti

kematian dan memperkirakan saat kematian.2

Terdapat kekakuan pada mayatyang menyerupai kaku mayat, antara lain :

a) Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekauan otot yang terjadi pada

saat kematian dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat

yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer.

Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat

setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum

meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi sering terjadi dalam masa

perang. Kepentingan medikolegalnya adalah menunjukkkan sikap terakhir masa

hidupnya. Misalnya, tangan yang menggenggam erat benda yang diraihnya pada kasus

tenggelam, tangan yang menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.

10

Page 11: Makalah Pbl 1 Blok 30

b) Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot-otot

berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai

pada korban mati terbakar. Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek

sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan lutut, membentuk sikap petinju.

Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup,

intravitalitas, penyebab atau cara kematian.

c) Cold stiffening, yaitu kekauan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi

pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan

dan otot, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga

sendi.2

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke

benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

Grafik penurunan suhu tubuh ini hamper berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf

S. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban

udara, bentuk tubuh, posisi tubuh dan pakaian. Selain itu, suhu saat mati perlu diketahui

untuk perhitungan perkiraan saat kematian. Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada

suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan kelembaban rendah, tubuh yang

kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan pada umumnya orang

tua serta anak kecil.2

Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui

pengukuran suhu tubuh pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara

(TKP). Caranya adalah dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rectal dengan interval

waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan diukur dan dianggap konstan

karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat mati dianggap 37oC

bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan bahwa perubahan suhu

lingkungan kurang dari 2oC tidak mengakibatkan perubahan yang bermakna. Dari angka-

angka di atas, dengan menggunakan rumus atau grafik dapat ditentukan waktu antara saat

mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini telah tersedia program komputer guna

penghitungan saat mati melalui cara ini.2

11

Page 12: Makalah Pbl 1 Blok 30

4. Pembusukan (decomposition, putrefaction)

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja

bakteri. Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan

steril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati dan

hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.2

Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk

ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh.

Sebagian besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii.

Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana, H2S dan HCN, serta asam amino

dan asam lemak.2

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada

perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri

serta terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-

met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan

dada, dan bau busuk pun mulai tercium. Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti

melebar dan berwarna hijau kehitaman.2

Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan

kemerahan berbau busuk. Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung

dan usus, akan mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan kemerahan dari

mulut dan hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan mengakibatkan

terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang menyeluruh,

tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar, seperti skrotum dan

payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic attitude), yaitu kedua

lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat terkumpulnya gas pembusukan di

dalam rongga sendi.2

Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah

mengembung dan warna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembam, bibir

tebal, lidah membengkak dan sering terjulur di antara gigi. Keadaan seperti ini sangat

berbeda dengan wajah asli korban, sehingga tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga.2

Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama

bila mayat dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat

khas berupa lubang-lubang dangkal dengan tepi bergerigi.2

12

Page 13: Makalah Pbl 1 Blok 30

Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira

36-48 jam pasca mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca

mati, di alis mata, sudut mata, lubang hidung dan di antara bibir. Telur lalat tersebut

kemudian akan menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies,

lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia larva tersebut, yang dapat

dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat biasanya

secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tidak lagi dapat mengusir

lalat yang hinggap).2

Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang berbeda.

Perubahan warna terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus, menjadi ungu

kecoklatan. Mukosa saluran napas menjadi kemerahan, endokardium dan intima pembuluh

darah juga kemerahan, akibat hemolisis darah. Difusi empedu dari kandung empedu

mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan sekitarnya. Otak melunak, hati menjadi

berongga seperti spons, limpa melunak dan mudah robek. Kemudian alat dalam akan

mengerut. Prostat dan uterus non-gravid merupakan organ padat yang paling lama

bertahan terhadap perubahan pembusukan.

Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling optimal (26.5oC hingga sekitar

suhu normal tubuh), kelembaban dan udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh

gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat terdapat juga

berperan. Mayat yang terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan

yang terdapat dalam air atau dalam tanah. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat

membusuk, karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya dan hilangnya panas

tubuh yang cepat dan bayi akan menghambat pertumbuhan bakteri.2

5. Adiposera atau lilin mayat.

Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau

berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu

disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena penunjukan sifat-

sifat di antara lemak dan lilin.2

Adiposera terutama terdiridari asam-asam lemak tak jenuh yang terbentuk oleh

hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk asam lemak jenuh pasca

mati yang tercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi

13

Page 14: Makalah Pbl 1 Blok 30

dan kristal-kristal sferis dengan gambaran radial. Adiposera terapung di air, bila

dipanaskan mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut dalam alkohol dan eter.2

Adiposera dapat terbentuk di sembarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi

lemak superficial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat

terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak

tubuh berubah menjadi adiposera.2

Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga

bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan sebab kematian masih

dimungkinkan.2

Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan

lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang meghambat adalah air yang mengalir yang

membuang elektrolit.2

Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu yang hangat akan

mempercepat. Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan

mempercepat pembentukannya.2

Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman dan

dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0.5% asam lemak

bebas, tetapi dalam waktu 4 minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12

minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini, adiposera menjadi jelas secara makroskopik

sebagai bahan berwana putih kelabu yang menggantikan atau menginfiltrasi bagian-bagian

lunak tubuh. Pada stadium awal pembentukannya sebelum makroskopik jelas, adiposera

paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.2

6. Mummifikasi

Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup

cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan

pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan

tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.

Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh

yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mummifikasi jarang dijumpai pada

cuaca yang normal.2

Pemeriksaan medis yang dilakukan juga yaitu pemeriksaan luar dan pemeriksaan

dalam.1

14

Page 15: Makalah Pbl 1 Blok 30

Pemeriksaan luar

Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensic, pemeriksaan

harus dilakukan dengan cermat meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba,

baik terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dll. Juga terhadap

tubuh mayat sendiri.1

Sistematika pemeriksaan adalah:

1. Label mayat

2. Tutup mayat

3. Bungkus mayat

4. Pakaian

Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dari pakaian yang dikenakan pada bagian

tubuh sebelah atas sampai tubuh sebelah bawah, dari lapisan yang terluar sampai

lapisan yang terdalam.

Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak /motif dari tekstil,

bentuk /model pakaian, ukuran, merk /penjahit, cap binatu, monogram /inisial serta

tambahan atau tisikan bila ada. Bila terdapat pengotoran atau robekan pada pakaian,

maka ini juga harus dicatat dengan teliti dengan mengukur letaknya yang tepat

menggunakan koordinat, serta ukuran dari pengotoran dan atau robekan yang

ditemukan.

5. Perhiasan

Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti. Meliputi jenis

perhiasan, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan

tersebut.

6. Benda di samping mayat

Kadangkala dalam pengiriman mayat terdapat benda di samping mayat seperti tas

atau bungkusan. Inipun dilakukan pencatatan yang teliti dan lengkap

7. Tanda kematian

a. Lebam mayat

Terhadap lebam mayat, dilakukan pencatatan letak/distribusi lebam, adanya

bagian tertentu di daerah lebam mayat yang justru tidak menunjukkan lebam.

Warna dari lebam mayat serta intensitas lebam mayat

15

Page 16: Makalah Pbl 1 Blok 30

b. Kaku mayat

Catat distribusi kaku mayat serta derajat kekakuan pada beberapa sendi (daerah

dagu/tengkuk, lengan atas, siku, pangkal paha, sendi lutut) dengan menentukan

mudah atau sukar dilawan. Apabila terdapat spasme kadaverik maka ini harus

dicatat sebaik-baiknya, karena spasme kadaverik memberi petunjuk apa yang

sedang dilakukan oleh korban saat terjadi kematian.

c. Suhu tubuh mayat

Pengukuran suhu tubuh mayat dilakukan dengan menggunakan thermometer

rectal. Jangan lupa juga melakukan pencatatan suhu pada saat yang sama

d. Pembusukan

Tanda pembusukan yang pertama tampak berupa kulit perut sebelah kanan bawah

yang berwarna kehijau-hijauan. Kadang-kadang mayat diterima dalam keadaan

pembusukan yang lebih lanjut.

e. Lain-lain

Catat perubahan tanatologik lain yang mungkin ditemukan, misalnya mumifikasi

atau adipocere

8. Identifikasi umum

Catat tanda umum yang menunjukkan identitas mayat, seperti: jenis kelamin, bangsa,

umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi, dan berat badan, keadaan zakar yang di

sirkumsisi, adanya striae albicantes pada dinding perut.

9. Identifikasi khusus

a. Tattoo

b. Jaringan parut

c. Kapalan

d. Kelainan pada kulit

e. Anomaly dan cacat pada tubuh

10. Pemeriksaan rambut

11. Pemeriksaan mata

12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung

13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut

14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan

15. Lain-lain

16. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan / luka

16

Page 17: Makalah Pbl 1 Blok 30

a. Letak luka

b. Jenis luka

c. Bentuk luka

d. Arah luka

e. Tepi luka

f. Sudut luka

g. Dasar luka

h. Sekitar luka

i. Ukuran luka

j. Saluran luka

k. Lain-lain

17. Pemeriksaan terhadap patah tulang1

Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan organ atau alat tubuh biasanya dimulai dari lidah, oesofagus, trakea, dan

seterusnya sampai meliputi seluruh alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.

1. Lidah

2. Tonsil

3. Kelenjar gondok

4. Kerongkongan

5. Batang tenggorok

6. Tulang lidah, rawan gondok, dan rawan cincin

7. Arteri carotis interna

8. Thymus

9. Paru-paru

10. Jantung

11. Aorta thoracalis

12. Aorta abdominalis

13. Anak ginjal

14. Ginjal, ureter, dan kandung kencing

15. Hati dan kantung empedu

17

Page 18: Makalah Pbl 1 Blok 30

16. Limpa dan kelenjar getah bening

17. Lambung, usus halus, dan usus besar

18. Pancreas

19. Otak besar, otak kecil dan batang otak

20. Alat kelamin

21. Timbang dan catatlah berat masing-masing alat / organ.1

Identifikasi Forensik

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu

penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

masalah dalam kasus pidana maupun perdata.Menentukan identitas personal dengan tepat

amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses

peradilan.1,2

Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak

dikenal, jenazah yang rusak , membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana

alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh

manusia atau kerangka.Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus

lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau diragukan orangtuanya.2,5

Identitas seseorang dipastikan bila paling sedikit 2 metode yang digunakan

memberikan hasil positip (tidak meragukan).2

Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual,

dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologic, dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini

dikembangkan pula metode identifikasi DNA.1

P E M E R I K S A A N S I D I K J A R I

Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari

antemortem.Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui

paling tinggi ketepatan nya untuk menentukan identitas seseorang.

Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari

tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan

kedua tangan jenazah dengan kantong plastik.1,5

18

Page 19: Makalah Pbl 1 Blok 30

M E T O D E V I S U A L

Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa

kehilangan anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum

membusuk, sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu

orang.Hal ini perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut

berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.1

P E M E R I K S A N D O K U M E N

Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan

ditemukan dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali

jenazah tersebut. Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau

dompet yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.1,5

P E M E R I K S A A N P A K A I A N D A N P E R H I A S A N

Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek

atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu

proses identifikasi walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota

ABRI, identifikasi dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam

yang dipakainya.1

I D E N T I F I K A S I M E D I K

Metode ini menggunakan data umum dan data khusus. Data umum meliputi tinggi

badan, berat badan, rambut, mata, hidung, gigi dan sejenisnya.Data khusus meliputi tatto, tahi

lalat, jaringan parut, cacat kongenital, patah tulang dan sejenisnya.1

Metode ini mempunyai nilai tinggi karena selain dilakukan oleh seorang ahli dengan

menggunakan berbagai cara/modifikasi (termasuk pemeriksaan dengan sinar-X) sehingga

ketepatan nya cukup tingi.Bahkan pada tengkorak/kerangka pun masih dapat dilakukan

metode identifikasi ini.1,5

Melalui identifikasi medik diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, prkiraan umur

dan tingi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.1

19

Page 20: Makalah Pbl 1 Blok 30

P E M E R I K S A A N G I G I

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (Odontogram) dan rahang yang dapat

dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar-X dan pencetakan gigi dan

rahang.Odontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan

sebagainya.1

Seperti hal nya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang

khas.Dengan demikian dapat dilakukan indentifikasi dengan cara membandingkan data

temuan dengan data pembanding antemortem.1,5

P E M E R I K S A A N S E R O L O G I K

Pemeriksaan serologik betujuan untuk menentukan golongan darah jenazah.Penentuan

golongan darah pada jenazah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa

rambut, kuku dan tulang. Saat ini telah dapat dilakukan pemeriksaan sidik DNA yang akurasi

nya sangat tinggi.1.5

Pemeriksaan Traumatologi Forensik

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), sedangkan yang di maksud dengan

luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang

bersifat :

Mekanik

- Kekerasan oleh benda tajam

- Kekerasan oleh benda tumpul

- Tembakan senjata api

Fisika

- Suhu

- Listrik dan petir

- Perubahan tekanan udara

- Akustik

- Radiasi

20

Page 21: Makalah Pbl 1 Blok 30

Kimia

- Asama tau basa kuat.2

A. Luka Akibat Kekerasan Tumpul

Luka yang terjadi akibat kekerasan tumpul bisa berupa memar (kontusio, hematome),

luka lecet (ekskoriasi, abrasi), dan luka terbuka atau robek (vulnus laseratum).

Memar / Hematoma

Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya

kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar

kadangkala member petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya.2

Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai factor seperti besarnya

kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan

ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan

pembuluh darah, penyakit penyerta ( hipertensi, diastesis hemorragik, penyakit

kardiovaskular). Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak

benturan.2

Pada bayi, hematome cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang

longgardan masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut

sehubungnya dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang

kurang terlindung.2

Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada

saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah

4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10

hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung

mulai dari tepid an waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai factor yang

mempengaruhinya.2,7

Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar merupakan hal penting,

apalagi bila luka memar itu disertai luka lecet. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang

hidup atau mati, luka memar akan memberikan gambaran yang makin jelas.

Hematoma ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan

menunjukkan pembengkakan dan infltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan

dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit.

21

Page 22: Makalah Pbl 1 Blok 30

Pada lebam mayat, darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat

sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih. Sedangkan pada

hematom penampang sayatn tetap berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa

pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan

ini.2

Luka lecet (ekskoriasi / abrasi)

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang

memiliki permukaan kasar atau runcing.2

Manfaat interpretasi luka lecet ditinju dari aspek medikolegal seringkali diremehkan,

padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan TKP dapat

mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi.2

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, lika lecet diklasifikasikan sebagai luka lecet

gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression) dan luka lecet geser

(friction abrasion).

Luka lecet gores diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang

menggores kulit) yang menggesar lapisan permukaan kulit (epidermis) didepannya

dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah

kekerasan yang terjadi.2,7

Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya

dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak

tumpukan epitel.2

Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena

kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk kula lecet tekan belum tentu sama

dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan

identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas.2

Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang

kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan

yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.2

Luka lecet geser disebabkan oleh tekananlinier pada kulit disertai gerakan

bergeser. Misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Luka lecet

geser yang terjadi semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari luka lecet yang terjadi

segera pasca kematian.2,7

Luka robek

22

Page 23: Makalah Pbl 1 Blok 30

Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit

teregang ke satu arah dan bila batas elstisitas kulit terlampaui makan akan terjadi robekan

pada kulit. Luka ini mempunyai ciri yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding

tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak

beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.2

Kekerasan benda tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Bila

terdapat lebih dari 1 garis patah tulang yang saling bersinggungan maka garis yang terjadi

belakangan akan terhenti pada garis patah yang telah terjadi sebelumnya.2

B. Luka Akibat Kekerasan Tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah

benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-

alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca.2

Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang rata,

berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik.

Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau luka sayat, luka tusuk dan luka

bacok.2

Selain gambaran umum luka di atas, luka iris atau sayat dan luka bacok mempunyai

kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka yang lancip

dapat terjadi dua kali pada tempat yang berdekatan akibat pergeseran senjata sewaktu ditarik

atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka

yang tidak selalu segaris.2,7

Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebab, apakah

berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul

berarti benda penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip,

luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu

dapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung

benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dbentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.

Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan

adanya luka lecet atau memar, kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit.2

Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam

penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang

benda tajam tersebut. Hali ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.2

23

Page 24: Makalah Pbl 1 Blok 30

C. PenjeratanPenjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen,

kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya., melingkari atau mengikat leher yang makin lama

makin kuat, sehingga saluran pernapasan tertutup.2

Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan bunuh diri, maka penjeratan

biasanya adalah pembunuhan. Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia

atau refleks vaso-vagal (perangsangan reseptor pada carotid body).2

Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan, sedangkan pada penjeratan,

arteri vertebralis biasanya tetap paten. Hal inidisebabkan oleh karena kekuatan atau beban

yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.2

Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan

dengan baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama-

sama dengan Visum et Repertum-nya.

Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat diperbesar atau

diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Simpul harus diamankan

dengan melakukan pengikatan dengan benang agar tidak berubah pada waktu mengangkat

jerat.2,6

Untuk melepaskan jerat dari leher, jerat harus digunting serong (jangan melintang)

pada tempat yang berlawanan dari letak simpul, sehingga dapat direkonstruksikan kembali di

kemudian hari. Kedua ujung jerat harus diikat sehingga bentuknya tidak berubah.

Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih rendah

daripada jejas jerat pada kasus gantung. Jejas biasanya terletak setinggi atau di bawah rawan

gondok.2

Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti

handuk atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher

sebelah dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaos

kaki nylon akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.2

Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat korban melawan akan

menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, yang tampak jelas berupa kulit yang mencekung

24

Page 25: Makalah Pbl 1 Blok 30

berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka lecet tekan), pada otot-

otot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah.2,6

Pemeriksaan Laboratorium Forensik

Pada kebanyakan kasus kejahatan dengan kekerasan fisik seperti pembunuhan,

penganiayaan, perkosaan dan lain-lain mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin,

rambut, dan jaringan tubuh yang lain di tempat kejadian perkara. Bahan-bahan tersebut

mungkin berasal dari korban atau dari tersangka dan digunakan untuk membantu

mengungkapkan peristiwa kejahatan tersebut.1

Pemeriksaan Darah

Darah merupakan cairan tubuh yang paling penting karena merupakan cairan biologic

dengan sifat-sifat potensial yang spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama

pemeriksaan darah forensic adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut,

dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada objek, manusia dengan

darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. Dari bercak yang dicurigai harus

dibuktikan bahwa bercak tersebut benar darah, darah dari manusia atau hewan, apabila dari

manusia cari golongan darah, darah menstruasi atau bukan.1

a.   Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi dari sel-sel darah merah. Namun

cara ini tidak dapat dilakukan apabila sel darah merah telah mengalami kerusakan.

Cara ini dilakukan dengan membuat sediaan hapus menggunakan pewarnaan Wright

atau Giemsa, dari kedua sediaan tersebut bisa dilihat bentuk dan inti sel darah merah

serta sel leukosit berinti banyak. Bila ditemukan drum stick dalam jumlah lebih dari

0,05% dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.

Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut dapat menentukan kelas

dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia memiliki sel darah merah berbentuk

cakram dan tidak berinti, kecuali golongan unta dengan sel darah merah berbentuk

oval atau elips tetapi tidak berinti. Sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk oval atau

elips dan berinti.2

b.   Pemeriksaan kimiawi25

Page 26: Makalah Pbl 1 Blok 30

Cara ini dilakukan apabila sel darah merah dalam keadaan rusak sehingga

pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari

pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah.

Pemeriksaan penyaring darah, yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin yang

menggunakan reagen larutan jenuh kristal benzindin dalam asam asetat glacial dan

pemeriksaan penyaring dengan reaksi fenoftalin dengan reagen fenoftalin 2gr + 100ml

NaOH 20% yang dipanaskan dengan biji-biji zinc.

Hasil positif pada reaksi benzidin adalah terbentuknya warna biru gelap, sedangkan

pada reaksi fenoftalin timbul warna merah muda. Apabila hasil negative pada kedua

reaksi tersebut dipastikan bahwa bercak tersebut bukan darah. Apabila positif maka

bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.2

Pemeriksaan penentuan darah, berdasarkan pigmen atau Kristal hematin (hemin) dan

hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah reaksi teichman dan

reaksi wagenaar hasil postif pada reaksi teichman dinyatakan dengan Kristal hemin

HCl yang berbentuk batang berwarna coklat terlihat dengan mikroskop. Sedangkan

hasil positif pada reaksi wagenaar adanya Kristal aseton nemin berbentuk batang

berwarna coklat. Hasil yang negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan

darah juga dapat dijumpai pada bercak darah yang struktur kimianya telah rusak.2

c.    Pemeriksaan spektroskopik

Pemeriksaan ini memastikan bahan yang diperiksa adalah darah bila dijumpai pita-

pita absorpsi yang khas dari hemoglobin atau keturunannya dank has juga spectrum

warna.2

d.   Pemeriksaan serologi

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah, untuk itu

dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (antihuman globulin) serta terhadap

protein hewan dan juga natisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip

pemeriksaan adalah reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibody (antiserum)

yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.1,2

Cara dan Sebab Kematian

26

Page 27: Makalah Pbl 1 Blok 30

a. Menentukan kematian atau memperkirakan cara kematian korban

Cara kematian adalah macam kejadian yang menimbulkan penyebab kematian.

Menentukan atau memperkirakan cara kematian korban pada umumnya baru dapat dilakukan

dengan hasil yang baik bila dokter diikut sertakan pada pemeriksaan di TKP, yang

dilanjutkan dengan pemeriksaan mayat oleh dokter yang bersangkutan. Jika hal tersebut tidak

dimungkinkan maka dokter yang melakukan pemeriksaan mayat masih dapat memperkirakan

atau menentukan cara kematian jika para penyidik memberikan keterangan yang jelas

mengenai berbagai hal yang dilihat dan ditemukan pada waktu penyidik melakukan

pemeriksaan di TKP.1,4

Dalam ilmu kedokteran forensic dikenal 3 cara kematian, yang tidak boleh selalu

diartikan dengan istilah dan pengertian secara hukum yang berlaku.

Cara kematian tersebut adalah :

1. Wajar (natural death), dalam pengertian kematian korban oleh karena penyakit bukan

karena kekerasan atau rudapakasa; misalnya kematian karena penyakit jantung, karena

perdarahan otak dank arena tuberkulosa.

2. Tidak wajar (un-natural death), yang dapat dibagi menjadi :

Kecelakaan

Bunuh diri

Pembunuh

3. Tidak dapat ditentukan (un-determined), hal ini disebabkan keadaan mayat telah

sedemikan rusak atau busuk sekali sehingga baik luka ataupun penyakit tidak dapat

dilihat dan ditemukan lagi.1,6

b. Memperkirakan saat kematian

Saat kematian korban hanya dapat diperkirakan karena penentuan kematian secara

pasti sampai saat ini masih belum memungkinkan. Perkiraan saat kematian diketahui dari:

1. Informasi para saksi, dalam hal ini perlu diingat bahwa saksi adalah manusia dengan

segala keterbatasannya.

2. Petunjuk-petunjuk yang terdapat di TKP, seperti jam atau arloji yang pecah, tanggal

yang tercantum pada surat kabar, surat, nyala lampu, keadaan tepat tidur, debu pada

lantai dan alat-alat rumah tangga dan lain sebagainya; yang semuanya ini dapat

dilakukan baik oleh penyidik.

27

Page 28: Makalah Pbl 1 Blok 30

3. Pemeriksaan mayat, yang dalam hal ini ialah:

Penurunan suhu mayat (algor mortis). Pada seseorang yang mati, suhu tubuh akan

menurun sampai sesuai dengan suhu disekitarnya. Secara kasar dikatakan bahwa

tubuh akan kehilangan panasnya sebesar 1 C/jam. Semakin besar perbedaan antara

suhu tubuh dengan lingkungan ( udara atau air), maka semakin cepat pula tubuh

akan kehilangan panasnya. Penurunan suhu tubuh juga dipengaruhi oleh intensitas

dan kuantitas dari aliran atau pergerakan udara. Kematian karena perdarahan otak,

kerusakan jaringan otak, perjeratan dan infeksi akan selalu didahului oleh

peningkatan suhu. Lemak tubuh, tebalnya otot serta tebalnya pakaian yang

dikenankan pada saat kematian pula mempengaruhi kecepatan penurunan suhu

tubuh. Selain pengurun suhu rectal, dokter dapat melakukan pengukuran suhu dari

alat-alat dalam tubuh seperti hati atau otak yang tentunya dapat dilakukan saat

pembedahan mayat.

Lebam mayat mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian, intensitas

maksimal tercapai pada 8-12 jam post mortal.

Kaku mayat terdapat sekitar 2 jam post mortal dan maksimal 10-12 jam post

mortal dan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam mulai menghilang kembali

sesuai urutan terdapatnya kaku mayat.

Pembusukan, kecepatan pembusukan pada mayat berbeda-beda tergantung

berbagai faktor, diantaranya factor lingkungan. Pembusukan mayat dimulai 48

jam setelah kematian, dengan diawali oleh timbulnya warna hijau kemerah-

merahan pada dinding perut bagian bawah.1,6

c. Menentukan sebab kematian

Untuk dapat menentukan sebab kematian secara pasti mutlak harus dilakukan

pembedahan mayat (autopsy, otopsi), dengan atau tanpa pemeriksaan tambahn seperti

pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan toksikologis, pemeriksaan bakteriologis dan lain

sebaginya tergantung kasus yang dihadapi.

Tanpa pembedahan mayat tidak mungkin dapat ditentukan sebab kematian secara

pasti.

Perkiraan sebab kematian dapat dimungkinkan dari pengamatan yang teliti kelainan-

kelainan yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan luar.

28

Page 29: Makalah Pbl 1 Blok 30

Jadi tanpa pembedahan mayat perkiraan sebab kematian dapat diketahui dengan

menilai sifat luka, lokasi serta derajat berat ringannya kerusakan korban. Misalnya ada luka

tembak dikepala korban sedang pada bagian tubuh lainnya hanya ditemukan luka lecet kecil-

kecil, perkiraan sebab kematian dalam hal ini  adalah karena tembakan senjata api.

Contoh sebab kematian :

- Karena tusukan benda tajam

- Karena tembakan senjata api

- Karena pencekikan

- Karena keracunan morfin

- Karena tenggelam

- Karena terbakar

- Karena kekerasan benda tumpul

Sebab kematian jangan dikacaukan atau disalahartikan dengan mekanisme kematian.

Sebab kematian ditekankan pada alat atau sarana yang dipakai untuk mematikan korban,

sedangkan mekanisme kematian menunjukkan bagaimana korban itu mati setelah

umpamanya tertembak atau tenggelam. Mekanisme kematian, misalnya : karena perdarahan,

hancurnya jaringan otak atau karena refleks vagal.1

Visum et Repertum

Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik

yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,

ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah

sumpah untuk kepentingan peradilan.2

Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat

dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan

tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.

Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-Undang yaitu pasal 120,

179 dan 133 KUHAP dan dokter dilindungi dari ancaman membuka rahasia jabatan

meskipun Visum et Repertum dibuat dan dibuka tanpa izin pasien, asalkan ada permintaan

dari penyidik dan digunakan untuk kepentingan peradilan.

29

Page 30: Makalah Pbl 1 Blok 30

Ada beberapa jenis Visum et Repertum, yaitu:

1. Visum et Repertum Perlukaan atau Keracunan

2. Visum et Repertum Kejahatan Susila

3. Visum et Repertum Jenazah

4. Visum et Repertum Psikiatrik.2

Tiga jenis visum yang pertama adalah Visum et Repertum mengenai tubuh atau raga

manusia yang berstatus sebagai korban, sedangkan jenis keempat adalah mengenai mental

atau jiwa tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana. Visum et

Repertum perlukaan, kejahatan susila dan keracunan serta Visum et Repertum psikiatri

adalah visum untuk manusia yang masih hidup sedangkan Visum et Repertum jenazah adalah

untuk korban yang sudah meninggal. Keempat jenis visum tersebut dapat dibuat oleh dokter

yang mampu, namun sebaiknya untuk Visum et Repertum psikiatri dibuat oleh dokter

spesialis psikiatri yang bekerja di rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.2

Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum

memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Pembukaan:

Kata “Pro Justisia” artinya untuk peradilan

Tidak dikenakan materai

Kerahasiaan

2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi:

Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat

Pembantu Letnan Dua)

Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti

Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa

Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)

Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan

3. Pelaporan/inti isi:

Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)

Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat

dan diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z)

4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai

dengan pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis.

30

Page 31: Makalah Pbl 1 Blok 30

5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no. 8 tahun 1981 dan

LN no. 350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan

kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum

tersebut.2

Interpretasi Hasil Temuan

Ditemukan mayat laki-laki yang sudah membusuk di sebuah suangai kering yang

penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Lehernya terikat lengan baju dan ujung

lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu. Pada mayat terdapat satu luka

terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan

beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri. Kematian yang dialami

korban adalah cara kematian yang tidak wajar yaitu pembunuhan dan sebab kematiannya

adalah karena kekerasan tajam bila dilihat dari luka-luka yang dialami oleh korban.

Diperlukan pemeriksaan autopsi dan pemeriksaan mikroskopik (histolopatologi) agar dapat

menentukan waktu terjadinya perlukaan, di dalam hubungannya dengan penentuan apakah

luka yang terdapat pada korban itu didapat sewaktu hidup ataukah sesudah korban mati.

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries, A.M., Tjiptomartono, A.L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses

Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto; 2008: h. 1-52.

31

Page 32: Makalah Pbl 1 Blok 30

2. Budiyanto, A.,Widiatmaka, W., Sudiono, S., Winardi, T., Idries, AM., Sidhi, dkk. Ilmu

Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia; 1997:

h. 25-43.

3. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jilid I. Jakarta : Bagian Kedokteran

Forensik Universitas Indonesia; 1994: h.11-6, 37-9.

4. Staf Pengajar Bagian Forensik FKUI. Teknik Autopsi Foresik. Jakarta : Bagian

Kedokteran Forensik Universitas Indonesia; 2000: h.7.

5. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Kapita Selekta

Kedokteran. Ed.3. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius; 2000: h. 171-82.

6. Idries, A.M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Ed I. Jakarta : Bina Rupa Aksara;

1997 : h. 35-47.

7. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak hukum.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000.p141-8.

32