Upload
yuniete-eiffelia
View
8
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bioetik
Citation preview
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
IPTEK yang semakin maju membuat masyarakat semakin cerdas dalam menentukan
pilihan, yang salah satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi
yang tak terbatas inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang
kesehatan, terutama mengenai hak kesehatan yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai
penyakit yang mereka derita. Sebagai seorang dokter harus mengikuti zaman agar bisa
mengimbangi para pasien yang datang untuk berobat kepadanya.
Dewasa ini para dokter mungkin terlibat dalam praktik – praktik yang sungguh
membahayakan terhadap umat manusia. Sejarah yang menyedihkan ini telah menciptakan
pedoman – pedoman yang terdapat dalam Nurnberg Code, yang merumuskan kembali etika
kedokteran dan kode – kode internasional lainnya seperti Deklarasi Helsinki mengenai
penelitian terhadap manusia yang merupakan dasar bioetika.
Saat berkunjung ke dokter, hampir semua pasien berharap dapat berkomunikasi
secara baik dengan dokternya. Mereka ingin menceritakan keluhan-keluhannya dan berharap
dokter dapat memberi respons yang baik terhadap apa yang mereka sampaikan. Pada
hakikatnya, komunikasi memang merupakan faktor yang sangat penting dalam hubungan
dokter – pasien. Faktor ini bahkan dianggap sebagai indikator utama pelayanan kesehatan
yang berkualitas. Dokter dan pasien akan sama – sama merasa puas bila mereka dapat
membangun komunikasi yang baik. Sedemikian penting faktor ini sehingga tidak sedikit
pasien yang merasa mengalami kesembuhan sesaat setelah melakukan komunikasi yang baik
dengan dokternya.
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter didalam
dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan dasar dan standar, tentang
bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak terhadap suatu persoalan atau kasus
1
yang dihadapi oleh pasiennya. Kaidah bioetik harus dipegang teguh oleh seorang dokter
dalam proses pengobatan pasien, sampai pada tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan
lagi dengan dokter yang bersangkutan.
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang kasus yang dialami oleh dokter
Bagus, seorang dokter yang mendedikasikan diri pada pelayanan pada masyarakat di suatu
desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana etika seorang dokter terhadap pasien berdasarkan kaidah – kaidah
bioetik.?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan agar seluruh mahasiswa Fakultas
Kedokteran UKRIDA dapat memahami dengan sungguh dan mampu menerapkan
kaidah – kaidah bioetik seperti Beneficence, Non - Maleficence, Autonomi dan
Justice dalam menghadapi pasien kemudian hari.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bioetik
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti norma-
norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah
yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala
mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang.
Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan
2
masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya
masalah pada masa yang akan datang.
2.2 Pembahasan Masalah
Kaidah kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter.
Seorang dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi
pada beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah
untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut Prima
Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika kedokteran barat,
menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada kepada 4 kaidah dasar
moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran atau bioetika, yaitu:
Beneficence
Non - Maleficence
Justice
Autonomi
2.2.1 Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan
terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah beneficence
menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien
mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk.
Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;
Mengutamakan Altruisme
Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tidak hanya sejauh menguntungkan dokter
Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya
Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
kehidupan baik minimal manusia
Pembatasan “goal based”
Memaksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban menolong pasien gawat darurat
Menghargai hak – hak pasien secara keseluruhan
Tidak menarik honorarium diluar kepantasan
Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
Mengembangkan profesi secara terus menerus
Memberikan obat berkhasiat namun murah
Menerapkan Golden Rule Principle
Kaidah Benefince dalam kasus dokter Bagus:
1. Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota.
Sehari-harinya ia bertugas di sebuah Puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang
mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya
banyak warga desa yang datang berobat karena Puskesmas tersebut merupakan satu-
satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore
hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada
warga desa yang membutuhkan pertolongannya. (Paragraf 1).
Disini dokter Bagus menunjukan bahwa ia telah menjalankan prinsip altruisme dalam
kaidah Beneficence. Karena dokter Bagus mau bekerja di desa terpencil yang sangat jauh
4
dari kota dan melayani pasien tanpa mengenal batas waktu hal tersebut tidak
meruntuhkan niatnnya untuk menolong pasien.
2. Setelah memeriksa pasien tersebut dokter Bagus memberikan beberapa macam obat dan
vitamin serta nasihat agar istirahat yang cukup. (Paragraf 2).
Disini dokter Bagus memberi perhatian penuh kepada pasien, dalam mengusahakan agar
kebaikan serta manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang akan diterima
pasien.
3. “Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara
membuat air oralit pada ibu ini” kata dokter Bagus kepada pak mantri. (Paragraf 3)
Dokter Bagus menjalankan prinsip Benefince yaitu, memberikan obat berkhasiat namun
murah kepada pasiennya.
4. “Pak, yang hanya dapat saya lakukan adalah memberi obat obatan penunjang agar anak
bapak tidak terlalu menderita” kata dokter Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang
tua pasien. (Paragraf 4)
Dokter Bagus memberikan obat penunjang untuk meminimalisasi akibat buruk agar
pasien tidek terlalu menderita.
5. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi
telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. Melihat kondisi pasien
yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa
macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk kontrol.(Paragraf 5).
Disini dokter Bagus menunjukkan sisi paternalisme penuh kasih sayang dan bertanggung
jawab sebagai seorang dokter dalam menangani pasiennya.
6. Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki – lakinya
datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta punggungnya.
Dari hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak teratur. Dokter Bagus
5
curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan ke
rumah sakit yang berada di kota. (Paragraf 6)
Dokter Bagus telah melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengan Kaidah
Beneficence yaitu mengusahakan agar kebaikan atau manfaat lebih banyak dibandingkan
dengan keburukannya, dan meminimalisasi akibat buruk.
7. Waktu telah memasuki siang hari, pasien kelima adalah seorang ibu muda yang cerewet,
karena begitu masuk si ibu tadi sudah mengeluh berbagai macam keluhan. Dokter Bagus
tidak menanggapi keluhan ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan untuk ibu
tersebut ke LAB KLINIK “Cepat tepat” langganannya yang berada dikota, jauh dari
puskesmas. (Paragraf 7)
Dokter Bagus melakukan pelanggaran Beneficence yaitu tidak menghargai hak – hak
pasien secara keseluruhan.
8. Setelah pasien kelima, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian pasien yang
masih banyak. “pak mantri tolong umumkan kepasien, saya akan istirahat makan
sejenak” kata dokter Bagus. (Paragraf 8)
Disini dokter Bagus tidak rela berkorban untuk kepentingan pasien.
9. Demikianlah kegiatan sehari-hari dokter Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter
Bagus mengabdi di desa tersebut. (Paragraf 8)
Disini dokter Bagus menunjukkan sisi altruisme, ia menolong dan rela berkorban demi
kepentingan orang lain, dan tidak mementingkan dirinya sendiri.
2.2.2 Non – Maleficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya
bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do no harm, tetap
berlaku dan harus diikuti. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
6
Menolong pasien emergensi
Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini:
Pasien dalam keadaan sangat berbahaya(darurat) atau beresiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat)
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien
Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
Tidak memandang pasien sebagai objek
Mengobati secara tidak proporsional
Mencegah pasien dari bahaya
Menghindari misrepresentasi dari pasien
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
Memberikan semangat hidup
Melindungi pasien dari serangan
Tidak melakukan white collar crime
Kaidah Non - Maleficence dalam kasus dr. Bagus:
Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut,
salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk
kedalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda
tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter
Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada
orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda
7
tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia
adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan
suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter Bagus menunjukkan usahanya yaitu melakukan amputasi dalam hal
untuk meminimalisasi akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa
akibat pendarahan.
2.2.3 Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak manusia. Setiap
individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib
sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan
sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan
membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip – prinsip
sebagai berikut:
Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
Berterus terang
menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan informed consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,
termasuk keluarga pasien sendiri
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
8
Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien
Mejaga hubungan (kontrak)
Kaidah Autonomi dalam kasus dr. Bagus :
1. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. “Baiklah
kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan oralit untuk anak ibu, nanti ibu berikan
obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering
mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat
kondisi keadaan anak ibu”, kata dokter Bagus. (Paragraf 3).
Disini dokter Bagus menunjukkan bahwa setiap keputusan itu berada di tangan pasien,
dan dokter bagus tidak mengintervensi keputusan dari ibu tersebut. Dia juga tetap
menjaga hubungan atau kontrak dengan pasien, dengan berjanji akan mengunjungi anak
dari ibu tersebut
2. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang
harus dilakukan adalah amputasi. (Paragraf 5).
Disini dokter Bagus berterus terang dan tidak berbohong demi kebaikan pasien itu
sendiri.
2.2.4 Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan
perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan
tingkat ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter
terhadap pasiennya. Justice mempunyai ciri-ciri :
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
9
Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok rentan
Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status sosial,
dll
Tidak melakukan penyalahgunaan wewenang
Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat
Menghormati hak populasi yang sama - sama rentan penyakit atau gangguan
kesehatan
Bijak dalam makroalokasi
Kaidah Justice dalam kasus dr. Bagus :
1. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang
sedang mengantri. Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini
dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. (Paragraf 2).
Disini dokter Bagus menunjukkan keadilannya dalam menangani pasien, ia memeriksa
pasiennya secara teratur menurut nomor urut agar pemeriksaan berjalan dengan tertib,
lancar dan tidak membeda-bedakan pasien.
2. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan
terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. (Paragraf 5).
10
Di sini dokter Bagus menjalankan prinsip Justice ,yaitu memberi kesempatan yang sama
terhadap pribadi dalam posisi yang sama.
3. Dari Lab Klinik ini dokter Bagus mendapat sejumlah uang ternyata sejajar jumlahnya
dengan pasien yang ia kirim ke situ. Pernah 2 bulan yang lalu dengan 20 pasien yang ia
kirim, ia memperoleh Rp 300.000,-. (Paragraf 7)
Dokter Bagus melakukan pelanggaran Justice yaitu mendistribusikan keuntungan lebih
besar dari pasien.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai kasus dokter Bagus, dapat disimpulan bahwa
dokter Bagus belum maksimal melaksanakan segala tugas sebagai dokter berdasarkan prinsip
yang ada dalam kaidah bioetika kedokteran, yaitu beneficence, non maleficence, justice dan
autonomi.
Sesuai prinsip beneficence dokter Bagus memberikan usaha yang terbaik untuk
kesembuhan pasien. Ia mengutamakan kepentingan pasien. Kemudian sesuai prinsip non
maleficence, dokter bagus mengutamakan keselamatan pasien, terutama pada saat pasien
dalam keadaan darurat. Yang ketiga sesuai prinsip justice, dokter Bagus mengutamakan
keadilan baik untuk pasien itu sendiri maupun keluarga pasien. Dan yang terakhir menurut
prinsip autonomi, dokter Bagus mengutamakan hak-hak pasien dalam mengambil keputusan
tentang penanganan terhadap penyakit yang pasien alami dan menghormati hak pasien dalam
menentukan nasibnya sendiri.
Dokter Bagus juga melanggar prinsip beneficence dan justice karena ia tidak
menghargai hak – hak pasien secara keseluruhan saat pasien yang sangat cerewet ia langsung
membuat surat rujukan ke tempat lain, tidak rela berkorban untuk kepentingan pasien saat
11
pasien masih banyak dokter Bagus istirahat sejenak, dan mendistribusikan keuntungan lebih
besar dari pasien.
Prinsip – prinsip dalam bioetik tersebut harus diterapkan oleh para dokter dalam
menghadapi pasien, sehingga terciptanya situasi yang, baik bagi hubungan pasien dan dokter
dalam pelayanan kesehatan demi kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hardjodisastro, Daldiyono. 2006. Menuju seni ilmu kedokteran: bagaiman dokter berpikir
dan bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
2. Mochtar, Iqbal. 2009. Dokter Juga Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
3. Hanafiah, M. Jusuf. Amir, Amri. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum kesehatan ed 4.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
4. Budiningsih, Yuli. 2009. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal. Jakarta :
FKUI/ RSCM.
5. Hartono, Budiman. Salim, Darminto. 2012. Blok 1 Modul 1 WHO AM I? Bioetika,
Humaniora dan Profesionalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.
6.
12