Upload
nickysanita96
View
19
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ff
Citation preview
Mengukur Kadar dan Memilih Metode Uji Karakteristik Enzim X
Torda Febriantika / 102014065
Kelompok C6
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespodensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Abstrak
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator atau senyawa
meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Kecepatan suatu enzim dapat dipengaruhi oleh
konsetrasi substrat, produk, aktivator, dan inhibiator. Kerja enzim dalam mengatur
kecepatan reaksi kimia ditunjukkan dengan hubungan antara enzim dengan substratnya.
Enzim yang mengkatalisis kebanyakan reaksi kimiawi dalam sel, terbuat dari rantai-rantai
protein. Protein adalah polimer panjang yang tersusun atas asam-asam amino. Protein
membangun tubuh disebut Protein Struktural sedangkan protein yang berfungsi sebagai
enzim, antibodi atau hormon dikenal sebagai Protein Fungsional. Isolasi enzim atau proses
memisahkan enzim dari sumbernya dan melibatkan beberapa teknis sekaligus enzim yang
ditemukan berasal dari berbagai macam organisme, dengan berbagai tingkat kemurnian.
Jadi sebelum melakukan metode uji dan mengukur kadar enzim X hendaknya mengetahui
metode uji protein dengan menentukan kadar protein. Karena kebanyakan protein
merupakan enzim atau subunit enzim.
Kata Kunci : Enzim, protein, asam amino.
Abstract
Enzyme is a protein that serves as a catalystor a compound incrase the speed of
chemical reactions. The speed of an enzyme can be influenced by the concentration of
substrate, product, activator, and inhibator. Action of the enzyme in regulating the speed of a
chemical reaction is indicated by the relationship between the enzyme with substrate. Enzyme
that catalyze many chemical reactions in the cell, made of chains of protein chains. Protein is
a longpolymer of amino acids. Protein that build the body called structural proteins whereas
proteins that functions as enzymes, antibodies or hormone known as functional proteins.
1
Isolation of enzyme or enzymes separate process from the source and involves some technical
as well enzymes are found to originate from a wide variety of organisms with different levels of
purity. So before doing the test method and measure enzyme levels should know the protein
assay method to determine protein content. Because most of the ptotein is an enzyme or
enzyme subunit.
Keyword : Enzyme, protein, amino acids.
Pendahulaun
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika
tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat
hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat
memperoleh makanan/ nutriet dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel,
memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain.1
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai aktivitas yang tinggi,
perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan, cara isolasi, cara
permunian serta jenis substrat yang digunakan agar diperoleh enzim dengan tingkat kemurnian
tinggi.1
Enzim
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan
kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat,
mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk. Walaupun enzim dapat mengalami
modifikasi selama urutan ini, pada ahkir reaksi enzim kembali ke bentuk asalnya. Selain
meningkatkan kecepatan reaksi, enzim mengadakan cara untuk mengatur kecepatan reaksi dalam
jalur metabolik tubuh.2
Enzim sebagai katalisator. Suatu enzim berikatan dengan substrat reaksi dan mengubah
substrat menjadi produk. Substrat berikatan dengan tempat pengikatan substrat spesifik yang
terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam amino enzim. Geometri ruang yang
2
diperlukan untuk semua interaksi antara substrat dan enzim menyebabkan setiap enzim selektif
bagi substratnya, dan memastikan bahwa yang dihasilkan hanyalah produk spesifik.2
Tempat pengikatan substrat bertumpang-tindih dengan katalitik enzim, daerah pada
enzim dimana reaksi berlangsung. Dalam tempat aktif, gugus fungsional residu asam amino
enzim, senyawa yang disebut koenzim, dan logam yang melekat erat berpartisipasi dalam reaksi.
Gugus fungsional di tempat aktif enzim mengaktifkan substrat dan menurunkan energi yang
dibutuhkan untuk membentuk stadium antara reaksi yang berenergi tinggi (stadium transisi).
Sebagian strategi katalitik yang digunakan enzim, misalnya katalisis asam-asam umum,
pembentukan zat antara kovalen dan stabilisasi stadium transisi, digambarkan oleh kimotripsin.2
Efektivitas berbagai obat dan toksin bergantung pada kemampuannya menghambat suatu
enzim. Inhibitor paling kuat membentuk ikatan kovalen dengan gugus reaktif di tempat aktif
enzim, atau merupakan analog dari stadium antara reaksi, misalnya stadium transisi.2
Pengaturan enzim. Kecepatan suatu enzim dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat,
produk, aktivator, dan inhibator. Bagi banyak enzim, hubungan antara kecepatan reaksi dan
konsentrasi substrat dijelaskan oleh persamaan Michaelis Menten. Produk inhibitor fisiologis
reversible lainnya dapat berkompetisi dengan substrat untuk berikatan pada tempat aktif,
sehingga reaksi menjadi lebih lambat.2
Pengaturan fisiologis jalur metabolik bergantung pada kemampuan mengubah fluks
melalui suatu jalur dengan mengaktifkan enzim yang mengkatalisis langkah paling lambat dalam
jalur tersebut. Enzim ini sering memiliki inhibitor atau aktivator alosterik, senyawa yang
berikatan dengan tempat di luar tempat katalik aktif dan mengatur enzim melalui perubahan
konfirmasi enzim.2
Aktivitas enzim juga dapat diatur oleh fosforilasi atau oleh protein modulator. Sebagian
enzim disintesis sebagai suatu precursor yang tidak aktif, yang disebut zimogen. Zimogen ini
diaktifkan oleh penguraian proteolitik ( misal, protein pembekuan darah).2
Enzim yang memiliki urutan asam amino yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang
sama disebut sebagai isoenzim. Isoenzim spesifik-jaringan sering memiliki sifat yang konsisten
dengan peran yang berbeda di jaringan yang berbeda( misal, glukokinase dan heksokinase).2
3
Kerja enzim dalam mengatur kecepatan reaksi kimia ditunjukkan dengan kekhususan
hubungan enzim dengan substratnya. Kecocokan hubungan enzim dengan substratnya ditentukan
oleh bagian aktifnya yaitu gugusan prostetiknya (permukaan untuk mengikat/melekatnya
substrat), disebut juga sisi katalik.3 Ada dua pendapat yaitu:
1. Hipotesa lock and key( kunci dan anak kunci) yang dikemukan oleh Emil Fisher
Antara enzim dan substrat terjadi persatuan yang kaku seperti kunci dan anak
kunci.3
Selama reaksi berjalan, enzim dan substrat bergabung sementara membentuk
kompleks enzim substrat.3
2. Hipotesa Induced – Fit yang dikemukan oeh Koshland
Enzim dan sisi aktifnya merupakan struktur yang secara fisik lebih fleksibel
daripada hipotesis diatas.3
Terjadi interaksi dinamis antara enzim dengan substrat.3
Jika substrat bergabung dengan enzim, akan terjadi perubahan dalam struktur
(konfirmasi) sisi aktif enzim sehingga fungsi berlangsung efektif.3
Struktur molekul substrat juga berubah selama di induksi sehingga kompleks
enzim-substrat lebih berfungsi.3
Protein
Protein berfungsi dalam nyaris setiap aspek kehidupan selular, dan bisa terdapat ribuan
(atau bahkan puluhan) protein berbeda dalam sebuah sel tunggal. Enzim, yang mengkatalisis
kebanyakan reaksi kimiawi dalam sel, terbuat dari rantai-rantai protein. Sejumlah hormon,
misalnya insulin, juga terbuat dari protein. Fungsi-fungsi lain yang melibatkan protein adalah
pensinyalan sel, respons-respons imun ( misalnya antibodi ) faktor-faktor pengumpulan darah,
struktur kromatin (misalnya histon), pergerakan (misalnya motor-motor molekuler), unsur-unsur
sitoskeletal (misalnya tubulin), protein-protein kontraktil (misalnya myosin dan aktin pada
serabut-serabut otot), matriks ekstraselular (misalnya kolagen), dan lain-lain.4
Protein adalah polimer panjang yang tersusun atas asam-asam amino, yang seringkali
disebut sebagai residu (terutama selama degradasi protein untuk memastikan sekuens-sekuens
asam aminonya) yang terikat secara kovalen oleh ikatan-ikatan peptida. Secara alamiah, terdapat
4
dua jenis asam amino berbeda pada protein. Semua asam amino yang terionisasi secara biologis
dengan sempurna, kecuali prolin, memiliki struktur umum.4
Ikatan peptida menggabungkan dua asam amino yang bersebelahan saat sintesis protein
adalah sebuah ikatan kovalen yang kuat, di mana atom-atom berpasangan melalui penggunaan
bersama sebuah elektron. 4
Struktur dan metabolisme
Asam amino merupakan komponen penyusun protein, setiap asam amino terdiri dari
gugus karboksilat (-COOH) dan gugus amino serta yang membedakan asam amino satu dengan
asam amino lainnya yaitu dengan adanya rantai samping (R).5 Strukturnya yaitu seperti yang
digambarkan dibawah ini.6
Gambar 1
Sumber : pendidikan-bio.blogspot.com
Dari gambar tersebut terlihat bahwa: Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα (“C-alfa”)
sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung
dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa
tersebut merupakan asam α- amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat
5
kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam
amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.5
Metabolisme asam amino ini dapat terjadi dalam beberapa proses, diantaranya adalah:
a. Katabolisme
- Katabolisme nitrogen asam amino menjadi urea
- Katabolisme kerangka karbon asam amino menjadi senyawa amfibolik.7
b. Anabolisme
- Terjadi dalam proses sintesis protein
- Terdapat 20 macam jenis asam amino dasar, 10 macam diantaranya adalah
asam amino esensial.7
c. Pembentukan produk khusus.7
Fungsi Protein
Protein membangun tubuh disebut Protein Struktural sedangkan protein yang berfungsi
sebagai enzim, antibodi atau hormon dikenal sebagai Protein Fungsional.8
Protein struktural pada umumnya bersenyawa dengan zat lain di dalam tubuh mahluk
hidup, contoh protein struktural antara lain nukleoprotein yang terdapat di dalam inti sel dan
lipoprotein yang terdapat di dalam membran sel. Ada juga protein yang tidak bersenyawa dengan
komponen struktur tubuh, tetapi terdapat sebagai cadangan zat di dalam sel-sel mahluk hidup.
Contoh protein seperti ini adalah protein pada sel telur ayam,burung, kura-kura, dan penyu.8
Semua jenis protein yang kita makan akan dicerna di dalam saluran pencernaan menjadi
zat yang siap diserap di usus halus, yaitu berupa asam amino - asam amino. Asam amino - asam
amino yang di hasilkan dari proses pencernaan makanan berperan sangat penting di dalam tubuh,
untuk:
Bahan dalam sintesis subtansi penting seperti hormon, zat antibodi, dan organel sel
lainnya.8
Perbaikan, pertumbuhan dan pemeliharaan struktur sel, jaringan dan organ tubuh.8
Sebagai sumber energi, setiap gramnya akan menghasilkan 4,1 kalori.8
6
Mengatur dan melaksanakan metabolism tubuh, misalnya sebagai enzim(protein
mengaktifkan dan berpartisipasi pada reaksi kimia kehidupan).8
Menjaga keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan tubuh. Sebagai senyawa
penahan/ bufer, protein berperan besar dalam menjaga stabilitas pH cairan tubuh. Sebagai
zat larut dalam cairan tubuh, protein membantu dalam pemeliharaan tekanan osmotik di
dalam sekat-sekat rongga tubuh.8
Membantu tubuh dalam menghancurkan atau menetralkan zat-zat asing yang masuk ke
dalam tubuh.8
Penggolongan Protein
1) Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya protein digolongkan menjadi dua,yaitu potein globular
dan protein serabut. Protein globular memiliki rantai polipeptida berlipat ganda menjadi
bentuk bulat pada(globular), yang memiliki fungsi gerak, contoh: Hemoglobin dan
enzim.8
Protein serabut memiliki fungsi pelindung, contoh: L-keratin pada rambut dan kolagen
pada urat.8
2) Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasakan komposisi kimianya, protein dibedakan menjadi protein sederhana
dan protein terkonjugasi. Protein sederhana hanya tersusun dari asam-asam amino.
Contoh: enzim ribunoklease.8
Pada protein terkonjugasi asam amino juga terikat gugus lain
Contoh:
Lipoprotein, protein yang terkonjugasi lipid (lemak)
Glikoprotein, protein yang terkonjugasi karbohidrat
Fosfoprotein, protein yang terkonjugasi gugus fosfat
Ikatan peptida
7
Didalam protein, asam-asam amino diikat bersama melalui ikatan peptida, yaitu
ikatan C-N hasil reaksi kondesasi anatara gugus karboksil dengan gugus amino dari asam
amino lain. Perhatikan reaksi kondesasi beikut.8
Reaksi tersebut merupakan contoh dipeptida, yaitu molekul yang dibentuk melalui
ikatan peptida dari dua asam amino. Suatu polieptida(protein) adalah polimer yang
dibentuk oleh sejumlah besar asam amino melalui ikatan peptida membentuk rantai
polimer.8
Penamaan dipeptida atau tripeptida disesuaikan dengan nama asam amino yang
berikatan. Huruf ahkir dari nama asam amino yang disatukan diganti dengan huruf I’.
Contoh, jika alanin dan glisin menjadi dipeptida, nama dipeptidanya adalah alaniglisin.8
Metode Uji Protein
Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar protein
kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein, misalnya urea, asam nukleat,
asam ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Protein akan mengalami
kekeruhan terbesar pada saat mencapai pH isoelektris yaitu pH dimana protein memiliki muatan
positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein berubah wujud menjadi padatan dan
kehilangan daya kelarutnya.9
Metode Kjeldahl. Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua
metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl
disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein.
Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organik dalam sempel
didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan
menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat.
Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl. Metode
Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino,
protein dan senyawa yangb mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan
dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan ammonium sulfat. Setelah
pembebasan dengan alkali kuat, ammonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke
dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini teah banyak mengalami
8
modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah
sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.9
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses destruksi, protein destilasi dan tahap titrasi.9
1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur - unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4 dan
HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan
penambahan katalisator tersebut titik didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga
destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-
kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena
zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari
valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.9
2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi
tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas
yang besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang disebabkan
selanjutnya akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4% dalam jumlah
yang berlebihan. Agar supaya kontak anatara asam dan ammonia lebih baik maka
diusahkan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk
mengetahui asam dalam keadaan berlebihan makan diberi indicator misalnya BCG +
MR atau PP.9
Apabila penampung destilasi digunakan asam khlorida maka sisa asam khlorida yang
bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Ahkir titrasi ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30
detik bila menggunakan indikator PP.9
9
%N = x N. NaOH x 14,008 x 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang bereaksi
dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida 0,1 N dengan
indicator (BCG=MR). Ahkir titrasi dengan perubahan warna larutan yang biru menjadi merah
muda.9
%N= x N.Hcl x 14,008 x 100%
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu faktor.
Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada presentase N yang menyusun
protein dalam suatu bahan.9
Metode Lowry. Reagen pendeteksi gugus – gugus fenolik seperti reagen folin dan
ciocalteu telah digunakan dalam penentuan konsentrasi protein oleh Lowry (1951) yang
kemudian dikenal sebagai metode Lowry. Dalam bentuk yang paling sederhana reagen folin
ciocalteu dapat mendeteksi residu tirosin ( dalam protein ) karena kandungan fenolik dalam
residu tersebut mampu mereduksi fosfotungsat dan fosfomolibdat, yang merupakan konstituen
utama reagen foin ciocalteu menjadi tungsten dan molybdenum yang berwarna biru. Hasil
reduksi ini menunjukkan puncak absorbs yan lebar pada daerah merah. Sensitifitas dari metode
folin ciocalteu ini mengalami perbaikan yang cukup signifikan apabila digabung dengan ion-ion
Cu.9
Beberapa zat yang dapat menganggu penetapan kadar protein dengan menggunakan
metode Lowry ini, diantaranya buffer, asam nukleat, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol,
Tricine, EDTA, Tris, senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfide, fenolat, asam urat, guanine,
xanthine, magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan dengan
menghilangkan interfensi tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan blanko untuk
mengoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh deterjen, sukrosa dan EDTA dapat
dieliminasi dengan penambahan SDS atau melakukan preparasi sampel dengan pengendapan
protein.9
10
Tahapan Isolasi
Isolasi enzim adalah proses memisahkan enzim dari sumbernya dan melibatkan beberapa
teknis sekaligus enzim yang ditemukan dipasaran berasal dari berbagai macam organism, dengan
berbagai tingkat kemurnian, contoh : α – Amilase, Glukoamilase, Protase. 10
Berdasarkan fungsinya hayati, ada dua jenis enzim yaitu enzim intraseluler dan enzim
ekstraseluler. Enzim esktraseluler lebih mudah diisolasi dan tidak memerlukan proses
pemecahan dinding sel, contohnya adalah papain dan tripsin dan berdasarkan sifat fisik dan
kimiawainya dengan cara penyaringan. Enzim yang masih melekat pada dinding sel atau sisa
polimer substrat dipisahkan dengan menggunakan senyaw yang dapat melepskan interaksi ini,
misalnya Triton X100, sodium laurel sulfat, tween 80. Enzim Intraseluler dan enzim yang
melekat pada membrane harus melalui pemecahan sel. Stabilitas struktur sel harus tetap di jaga
dengan cara pemilihan jenis buffer dan lingkungan media ekstrasi yang sesuai, menjaga suhu
ekstraksi, mencegah kontaminasi logam dan sering terkontaminasi oleh protein intraseluler.10
Isolasi Enzim Intraseluler merupakan proses pelepasan enzim dari sel. Isolasi enzim dari
tumbuhan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, karena dinding selnya keras, cenderung
menimbun zat-zat racun dalam vacuole (missal fenol), sehingga ketika dinding pecah, racun dan
enzim akan bercampur dan berinteraksi. Cara mengatasi adalah dengan ditambahkan zat
pereduksi, seperti β – merkaptoetanol, askorbat, atau tioglikolat. Isolasi dalam proses produksi
enzim meliputi 4 tahapan utama, yaitu:
1. Pemecahan sel
Beberapa metode pemecahan sel cara fisik
a. Dengan alat homognizer, seperti waring blender,atau hammer mill.
Biasa digunakan untuk memecah dinding sel jaringan hewan dan tubuhan.
Namun cara ini kurang baik untuk sel mikroba karena dinding selnya lebih keras. Untuk
membantu proses pemecahan digunakan : bubuk alumina, pasir atau silica dan untuk
preparatkecil digunakan mortar dan penumbuk. Untuk skalabesar digunakan homogenizer atau
penggiling bertekanan ditambah bubuk metal sebagai pemecah dengan cara sel dibasahi dengan
11
buffer untuk mempermudah pemecahan dan dapat ditabah denganproses agitasi. Letak enzim di
dalam sel mempengaruhi waktu pemecahan.10
b. Pembekuan dan pencairan
Jika pasta sel didinginkan pada -20 oC, maka ia akan mengalami perusakan
dinding sel akibat anomaliair (volume membesar ketika air membeku). Sekitar 50% protein
periplasma akan dilepaskan ke dalam medium, tetapi hanya ± 10% protein telarut total. Bila
enzim dapat dilepaskan dengan cara ini, umumnya enzi tersebut memiliki derajat kemurnian
yang tinggi. Senyawa kriopektan (laktosa, dekstran, rafinosa, gliserol) yang digunakan pada
proses pemebekuan akan menghambat pemecahan sel. Sel yang sudah tua lebih mudah dipecah
daripada sel muda. Bakteri garam negatif lebih mudah dipecah daripada garam positif.10
c. Kejutan osmosis
Bakteri garam lebih rentan terhadap perubahan tekanan osmosa yang besar
dibandingkan bakteri garam positif. Bila bakteri diletakkan dalam media dengan
tekanan osmosa tinggi (misalnya larutan sukrosa 20%) smpai dicapai keadaan
seimbang, kemudian dipindahkan ke dalam air, maka akan timbul aliran air dari
media ke dalam sel, sehingga akan menyebabkan pecahnya dinding sel.10
d. Sonifikasi
Caranya yaitu dalam media cair diberi getaran di atas frekuensi batas
pendengaran manusia (> 20kHz, ultrasonik).Getaran ini menimbulkan perapatan dan
perengangan yang menimbulkan perubahan periodik tekanan dalam cairan medium dan plsama
sel.10
e. Agitasi dengan abrasi
Pasta ditempatkan padawadah yang mengandung butir – butir gelas dan
digetarkan dengan cepat. Timbulnya gaya gesek akibat gradien kecepatan oleh tumbukan antar
butiran dan antara butiran dengan mikroorganisme menyebabkan pecahnya sel.10
12
2. Klarifikasi
Proses pemisahan partikel non enzim yang tercampur dengan enzim dengan cara
pengadapan. Partikel non enzim berasal dari penambahan buffer, air atau cairan fisiologis
pada proses pemecahan dinding sel, atau molekul-molekul kompleks yang berkaitan
dengan enzim. Dapat dilakukan dengan penambahan senyawa yang dapat
menggumpalkan seperti: amonium fosfat, asam askorbat, garam-garam kalsium, serat
selulose, sisten, tanah diatom, gelatin, asam fosfat, garam Na- pospat, na-sulfat dan Na-
sitrat, atau senyawa penggumpal dalam pemurnian air (polielektrolit seperti poliamin).
Menggumpalkan struktur koloid cairan. Dapat ditambahkan bahan pengawet pada tingkat
yang aman untuk dikosumsi , misal: fenol, amomnium kuartener dan florida. Konsentrasi
senyawa penggumpal harus tepat, agar enzim tidak ikut menggumpal garam amonium
sulfat pada konsentrasi tinggi menyebabkan salting out protein termasuk enzim.10
3. Presipitasi
Pengendapan dilakukan berdasarkan pada perbedaan kelarutan. Dalam larutan garam
yang pekat, biasanya amonium sulfat, protein-protein dapat dipisahkan. Teknik ini sering
digunakan pada tahap awal pemurnian protein. Secara umum protein kecil lebih larut dari
pada protein besar. Dan semakin banyak jumlah muatan pada rantai samping, kelarutan
protein semakin besar. Dan semakin banyak jumlah muatan pada rantai samping,
kelarutan protein semakin besar. Kelarutan protein A sama sekali tidak tergantung pada
protein B – kelarutan hanya tergantung pada sifat masing – masing individu protein.10
2 jenis metode untuk menggumpulkan enzim :
Pelarut prganik
Menurunkan konstanta dielektrik
Medium kurang sesuai dengan permukaan enzim yang polar
Adanya residu asam amino hidrofobik yang terikat secara longgar
Pada molekul enzim menyebabkan pelipatan molekul baru dan menjadi tidak aktif
Proses inaktivasi enzim mungkin terjadi
Memperbesar kemungkinan denaturasi terutama pada suhu tinggi
13
Fraksinasi dilakukan pada suhu rendah
Mudah terbakardan harganya mahal
Garam
Pengendapan dengan garam
Ion garam mempengaruhi kelarutan protein. Pada konsetrasi rendah ion-ion garam
melingkungi molekul proteindan mencegah bersatunya molekul protein sehingga protein melarut
disebut SALTING IN.10
Pada konsentrasi tinggi, terjadi peningaktan muatan listrik di sekitar protein yang akan
menarik mantel air dan koloid protein. Interaksi hidrofobik diantara sesama melekul protein pada
suasana ionik akan menurunkan kelarutan protein disebut SALTING OUT.10
Enzim – enzim dan beberapa protein mempunyai kemampuan untuk membentuk garam dengan
penambahan logam. Terbentuknya garam akan menurunkan kelarutan protein ion garam yang
ditambahakan mempengaruhi kelarutan protein.10
Pengendapan dengan pelarut organik
Pelarut organik akan mengurangi tetapan dielektrik air, dengan demikian dapat mengurangi
kelarutan protein karena interaksi antar molekul protein lebih disukai dibandingkan antara
molekul protein dengan air. Atau dengan kata lain: “ Protein diendpkan dengan pelarut organik
tanpa merusak struktur protein bila diendapkan pada suhu di bawah 4 oC. Pelarut organik yang
biasa digunakan adalah isopropanol, metanol, etanol, dan aseton. Penggunaan pelarut – pelarutini
dalam skala industri jarang digunakan karena selain mudah terbakar juga harganya mahal.10
Etanol terdapat keseimbangan antara efek melarutkan dan sifat hidrofilik yang cukup untuk
mengurangi denaturasi.10
Isopropanol digunakan untuk presipitasi enzim ekstraseluler seperti amiloglukooksidase,
mempunyai sifat mudah terbakar dan cenderung hidrofobik.10
Aseton harus ditambahkan secara perlahan melalui sisi samping wadah.10
14
Kesimpulan
Sebelum melakukan metode uji dan mengukur kadar enzim X hendaknya mengetahui metode
uji protein dengan menentukan kadar protein. Karena kebanyakan protein merupakan enzim atau
subunit enzim. Kadar protein yang di tentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar
protein kasar (crude protein) dan metode Lowry.
Daftar Pustaka
1. Maulana F. Isolasi dan pemurnian enzim.
http://kamuskimia29.blogspot.com/2013/12/isolasi-dan pemurnian-enzim.html. Diunduh
tanggal 15 Desember 2014.
2. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar, Jakarta: EGC, 2000; h.96.
3. Utami M. Cara kerja enzim. http://mutiarautami27.blogspot/2012/12/enzim.html.
Diunduh tanggal 17 Desember 2014.
4. Elord SL, Stansfield WD. Schaum’s genetika, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002; h.55-6.
5. Mulyaman D. Struktur dan metabolisme asam amino.
http://chemde.blogspot.com/2014/10/baiklah-teman-teman-skarang-saya-akan.html?m=1.
Diunduh tanggal 16 Desember 2014.
6. Gambar struktur asam amino.
http://4.bp.blogspot.com/-YeUjJ4xFnvC/uOxXBM8dDd9I/AAAAAAAAMc/y9ZYlbiF4
s/s320/asam=amino.gif. Diunduh tanggal16 Desember 2014.
7. Nuriyanto A. Metabolisme asam amino.
http://nuriyantoandy.blogspot.com/2012/12/metabolisme-asam-amino_4572.html?m=1.
Diunduh tanggal 17 Desember 2014.
8. Equetinh. Fungsi dan penggolongan protein.
http://equentinh.wordpress.com/2014/03/03/protein-struktural-protein-penggolongan-
protein-fungsi-protein-asam-amino-esensial-non-esenssial/. Diunduh tanggal 17
Desember 2014.
9. Himka. Metode uji protein.
http://himka1polban.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/penentuan-kadar-protein-
metode-kjeldahl-dan-lowry/. Diunduh tanggal 15 Desember 2014.
15
10. Ferlina R. Tahapan isolasi enzim.
http://www.refninoferlina.blogspot.com/2012/11/tahapan isolasi-enzim.html. Diunduh
tanggal 15 Desember 2014.
16