28
PEMANFAATAN LAMUN (ENHALUS) DALAM BIDANG FARMAKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken 1988). Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya. Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Menurut Bengen (2001) laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang.

MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

PEMANFAATAN LAMUN (ENHALUS) DALAM BIDANG FARMAKOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari  pada daratan, oleh karena itu Indonesia di

kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora

maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya

membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan (Nybakken 1988).

Ekosistem laut merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia)

dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk

suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut maka

akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. Perubahan ini tentunya dapat

mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun

dalam keseimbangannya.

Dewasa ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan

minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Menurut Bengen (2001) laut sebagai

penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan

energi, media komunikasi maupun  kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir

dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang.

Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan  adalah lamun,

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan

mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Dimana secara ekologis lamun mempunyai

beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan

dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan

keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut

seperti ikan, krustacea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata  ( Holothuria

sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).

Page 2: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan Makalah “Pemanfaatan lamun (Enhalus) dalam ekosistem laut

dibidang farmakologi” adalah sebagai berikut :

1. Agar mahasiswa/i dapat mengetahu apa yang dimaksud dengan padang lamun

2. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui bagaimana ekosistem yang terjadi dalam padang lamun

itu

3. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui pemanfaatan lamun(Enhalus) dalam bidang

farmakologi

Page 3: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Padang Lamun

Perairan pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari cukup yang dapat

menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya akan nutrien karena mendapat

pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan sehingga merupakan ekosistem yang tinggi

produktivitas organiknya. Karena lingkungan yang sangat mendukung di perairan pesisir maka

tumbuhan lamun dapat hidup dan berkembang secara optimal. Lamun didefinisikan sebagai satu-

satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan

yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan

akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga,

hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan

tunas.

Gambar . Padang Lamun dalam Ekosistem Laut

Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun

(Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal,

terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Sedangkan sistem

(organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut

Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal agak

berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.  

Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan

ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain adalah :

1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir

2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang

3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung

4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.

Page 4: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam

air termasuk daur generatif

6. Mampu hidup di media air asin

7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.

Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang

dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan

berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air laut

(Sheppard et al., 1996). Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasangsurut

sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut (Sitania,

1998).

2.2 Klasifikasi Lamun

Tanaman lamun memiliki bunga, berpolinasi, menghasilkan buah dan menyebarkan bibit seperti

banyak tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah berdasarkan karakter tumbuh-tumbuhan. Selain

itu, genera di daerah tropis memiliki morfologi yang berbeda sehingga pembedaan spesies dapat

dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi.

Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan sistem

perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub kelas

Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada di perairan

Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili Hydrocharitaceae dominan

merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang

tumbuh di laut.  

Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun, di mana di Indonesia ditemukan

sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili: (1) Hydrocharitaceae, dan (2)

Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain:

Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, dan

Thallassodendron ciliatum.

Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk toleransi

terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di substrat sebagai jangkar,

dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam. Salah satu hal

yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu kemampuannya

untuk melakukan polinasi di bawah air.  

Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dan Menez, Phillips, dan Calumpong

(1983) adalah sebagai berikut : 

Page 5: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

Devisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Famili : Potamogetonacea

Subfamili : Zosteroideae

Genus : Zostera, Phyllospadix, Heterozostera.

2.3 Karakteristik Sistem Vegetatif

Bentuk vegetatif lamun memperlihatkan karakter tingkat keseragaman yang tinggi, hampir semua

genera memiliki rhizoma yang sudah berkembang dengan baik dan bentuk daun yang memanjang

(linear) atau berbentuk sangat panjang seperti ikat pinggang (belt), kecuali jenis Halophila

memiliki bentuk lonjong.

Gambar . Morfologi Lamun

Berbagai bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai kaitan dengan perbedaan ekologik lamun (den

Hartog, 1977). Misalnya Parvozosterid dan Halophilid dapat dijumpai pada hampir semua habitat,

mulai dari pasir yang kasar sampai lumpur yang lunak, mulai dari daerah dangkal sampai dalam,

mulai dari laut terbuka sampai estuari. Magnosterid dapat dijumpai pada berbagai substrat, tetapi

terbatas pada daerah sublitoral sampai batas rata-rata daerah surut. Secara umum lamun memiliki

bentuk luar yang sama, dan yang membedakan antar spesies adalah keanekaragaman bentuk organ

sistem vegetatif. Menjadi tumbuhan yang memiliki pembuluh, lamun juga memiliki struktur dan

fungsi yang sama dengan tumbuhan darat yaitu rumput. Berbeda dengan rumput laut (marine

alga/seaweeds), lamun memiliki akar sejati, daun, pembuluh internal yang merupakan sistem yang

menyalurkan nutrien, air, dan gas.

Page 6: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

Akar

Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antara jenis lamun yang dapat

digunakan untuk taksonomi. Akar pada beberapa spesies seperti Halophila dan Halodule  memiliki

karakteristik tipis (fragile), seperti rambut, diameter kecil, sedangkan spesies Thalassodendron

memiliki akar yang kuat dan berkayu dengan sel epidermal. Jika dibandingkan dengan tumbuhan

darat, akar dan akar rambut lamun tidak berkembang dengan baik. Namun, beberapa penelitian

memperlihatkan bahwa akar dan rhizoma lamun memiliki fungsi yang sama dengan tumbuhan

darat. Akar-akar halus yang tumbuh di bawah permukaan rhizoma, dan memiliki adaptasi khusus

(contoh : aerenchyma, sel epidermal) terhadap lingkungan perairan. Semua akar memiliki pusat

stele yang dikelilingi oleh endodermis. Stele mengandung phloem (jaringan transport nutrien) dan

xylem (jaringan yang menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak berkembang

baik untuk menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa lamun tidak berperan penting dalam

penyaluran air.  

Patriquin (1972) menjelaskan bahwa lamun mampu untuk menyerap nutrien dari dalam substrat

(interstitial) melalui sistem akar-rhizoma. Selanjutnya, fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh bakteri

heterotropik di dalam rhizosper Halophila ovalis, Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium dan

Thalassia hemprichii cukup tinggi lebih dari 40 mg N.m-2.day-1. Koloni bakteri yang ditemukan

di lamun memiliki peran yang penting dalam penyerapan nitrogen dan penyaluran nutrien oleh

akar. Fiksasi nitrogen merupakan proses yang penting karena nitrogen merupakan unsur dasar

yang penting dalam metabolisme untuk menyusun struktur komponen sel.

Diantara banyak fungsi, akar lamun merupakan tempat menyimpan oksigen untuk proses

fotosintesis yang dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi sepanjang sistem lakunal

(udara) yang berliku-liku. Sebagian besar oksigen yang disimpan di akar dan rhizoma digunakan

untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis seperti yang dilakukan oleh mikroflora di

rhizospher. Beberapa lamun diketahui mengeluarkan oksigen melalui akarnya (Halophila ovalis)

sedangkan spesies lain (Thallassia testudinum) terlihat menjadi lebih baik pada kondisi anoksik.

Larkum et al (1989) menekankan bahwa transport oksigen ke akar mengalami penurunan

tergantung kebutuhan metabolisme sel epidermal akar dan mikroflora yang berasosiasi. Melalui

sistem akar dan rhizoma, lamun dapat memodifikasi sedimen di sekitarnya melalui transpor

oksigen dan kandungan kimia lain. Kondisi ini juga dapat menjelaskan jika lamun dapat

memodifikasi sistem lakunal berdasarkan tingkat anoksia di sedimen. Dengan demikian

pengeluaran oksigen ke sedimen merupakan fungsi dari detoksifikasi yang sama dengan yang

dilakukan oleh tumbuhan darat. Kemampuan ini merupakan adaptasi untuk kondisi anoksik yang

Page 7: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

sering ditemukan pada substrat yang memiliki sedimen liat atau lumpur. Karena akar lamun

merupakan tempat untuk melakukan metabolisme aktif (respirasi) maka konnsentrasi CO2 di

jaringan akar relatif tinggi.

Rhizoma dan Batang

Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah herbaceous, walaupun

pada Thallasodendron ciliatum (percabangan simpodial) yang memiliki rhizoma berkayu yang

memungkinkan spesies ini hidup pada habitat karang yang bervariasi dimana spesies lain tidak bisa

hidup. Kemampuannya untuk tumbuh pada substrat yang keras menjadikan T. Ciliatum memiliki

energi yang kuat dan dapat hidup berkoloni disepanjang hamparan terumbu karang.

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi tergantung dari susunan

saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama dengan akar, menancapkan tumbuhan ke dalam

substrat. Rhizoma seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan

memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif dan reproduksi yang dilakukan secara

vegetatif merupakan hal yang lebih penting daripada reproduksi dengan pembibitan karena lebih

menguntungkan untuk penyebaran lamun. Rhizoma merupakan 60 – 80% biomas lamun.

Daun

Seperti semua tumbuhan monokotil, daun lamun diproduksi dari meristem basal yang terletak pada

potongan rhizoma dan percabangannya. Meskipun memiliki bentuk umum yang hampir sama,

spesies lamun memiliki morfologi khusus dan bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang

sangat tinggi. Beberapa bentuk morfologi sangat mudah terlihat yaitu bentuk daun, bentuk puncak

daun, keberadaan atau ketiadaan ligula. Contohnya adalah puncak daun Cymodocea serrulata

berbentuk lingkaran dan berserat, sedangkan C. Rotundata datar dan halus. Daun lamun terdiri dari

dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun. Pelepah daun menutupi rhizoma yang baru

tumbuh dan melindungi daun muda. Tetapi genus Halophila yang memiliki bentuk daun petiolate

tidak memiliki pelepah.

Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomata dan keberadaan kutikel yang tipis.

Kutikel daun yang tipis tidak dapat menahan pergerakan ion dan  difusi karbon sehingga daun dapat

menyerap nutrien langsung dari air laut. Air laut merupakan sumber bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan

untuk penggunaan karbon inorganik dalam proses fotosintesis

Page 8: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

2.4 Fungsi Padang Lamun

Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut  dangkal yang

paling produktif. Di samping itu juga ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam

menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut :

1. Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila

dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem terumbu

karang (Thayer et al. 1975).

2. Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel

berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds)

dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makanan berbagai jenis ikan

herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).

3. Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan

oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang

dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedmen, sehingga dapat menguatkan dan

menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini berfungsi sebagai penangkap sedimen

dan juga dapat mencegah erosi (Gingsuburg & Lowestan, 1958).

4. Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat

hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang

dibutuhkan oleh algae epifit.

Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem

bahari yang produktif, ekosistem lamun pada perairan dangkal berfungsi sebagai :     

1. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui tekanan–tekanan dari  arus

dan gelombang.

2. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan

sedimentasi.

3. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke

padang lamun.

4. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.

5. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.

6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.

Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah

pesisir, yaitu :

1. Produsen detritus dan zat hara.

Page 9: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

2. Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat

dan saling menyilang.

3. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis

biota laut,  terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.

4. Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari.

Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern. Adapun

pemanfaatan lamun tersebut baik secara modern maupun tradisional yaitu sebagai berikut :

Secara Tradisional Secara Modern

Dimanfaatkan untuk kompos dan

pupuk

Cerutu dan mainan anak-anak

Dianyam menadi keranjang

Tumpukan untuk pematang

Pembuatan kasur (sebagai pengisi

kasur)

Dan dibuar jaring ikan

Penyaring limbah

Stabilizator pantai

Bahan untuk pabrik kertas

Makanan

Sumber bahan kimia

Dan obat-obatan

Di alam padang lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis

hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air. bahkan ada jenis lamun

yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun 

masih belum banyak dikenal  baik pada kalangan akdemisi maupun  masyarakat umum, jika

dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove,

Page 10: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam

menjalankan  fungsi ekologisnya.

Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik yang

didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Nilai ekonomis biota yang berasosiasi dengan

lamun diketahui sangat tinggi. Ekosistem padang lamun memiliki nilai pelestarian fungsi

ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai dengan perkembangan teknologi, yaitu

produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk,

bahan kasur, makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas, bahan

kimia, dan sebagainya.

Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu mengurangi tenaga

gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan menstabilkan dasar sedimen

(Kiswara dan Winardi, 1999). Peranannya di perairan laut dangkal adalah kemampuan berproduksi

primer yang tinggi yang secara langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan

produktivitas perikanannya. Keterkaitan perikanan dengan padang lamun sangat sedikit

diinformasikan, sehingga perikanan di padang lamun Indonesia hampir tidak pernah diketahui.

Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal luas di perairan

tropika Australia (Coles et al., 1993).

Ekosistem padang lamun yang memiliki produktivitas yang tinggi, memiliki peranan dalam

sestem rantai makanan khususnya pada periphyton dan epiphytic dari detritus yang dihasilkan dan

serta lamun mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari produksi

biomasanya seperti yang diisajikan pada gambar dibawah ini :

Gambar. Hubungan Ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya

2.5 Faktor-faktor Lingkungan

Produksi Lamun

Enhalus acoroidae

Populasi

Konsumsi lamun

Enhalus acoroidae

0,6 kal/m2/hari (0,07%)

Produksi detritus

0,23 kal/m2/hari (40%)

Page 11: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem padang

lamun adalah :

Kecerahan

Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis yang

dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk proses

fotosintesa tersebut dan  jika suatu perairan mendapat pengaruh akibat aktivitas pembangunan

sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang akhirnya mempengaruhi turbiditas maka

akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis. Kondisi ini secara luas akan mengganggu

produktivitas primer ekosistem lamun.

Temperatur

Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin dan di

tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan

temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya memfokuskan terhadap lamun di

daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28 – 30 0C. Hal

ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika temperatur berada di

luar kisaran tersebut.

Salinitas

Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40 ‰ dan nilai optimumnya

adalah 35 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan

fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap  jenis dan umur. Lamun

yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap

biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih. Sedangkan kerapatan semakin

meningkat dengan meningkatnya salinitas.

Substrat

Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang.

Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen

yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu :

pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien.

Kecepatan arus

Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan

arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk

tumbuh.

Page 12: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

2.6 Jenis Fauna dan Flora yang Terdapat Pada Padang Lamun

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dengan

keanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota

laut, seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata

(Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp., Linckia sp.), dan cacing Polikaeta.

2.7 Ekosistem Padang Lamun di Perairan Indonesia

Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai padang lamun yang luas

bahkan terluas di daerah tropika. Luas padang lamun yang terdapat di perairan Indonesia mencapai

sekitar 30.000 km2 (Kiswara dan Winardi, 1994).

Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem lamun

terletak di antara dua ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu

karang (pada gambar dibawah). Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai tropik

tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan kedua

ekosistem tersebut.

Adanya interaksi yang timbal balik dan saling mendukung, maka secara ekologis lamun

mempunyai peran yang cukup besar bagi ekosistem pantai tropik.  Adapun peran lamun tersebut

(Nienhuis et al., 1989; Hutomo dan Azkab, 1987; Zulkifli, 2000) adalah sebagai berikut:

1. Produsen primer, dimana lamun memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar

memasuki rantai makanan di laut, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun

melalui dekomposisi serasah

2. Sebagai habitat biota, lamun memberi perlindungan dan tempat penempelan hewan dan

tumbuh-tumbuhan

3. Sebagai penangkap sedimen, lamun yang lebat memperlambat gerakan air yang disebabkan

oleh arus dan ombak

Page 13: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

4. Sebagai pendaur zat hara

5. Sebagai makanan dan kebutuhan lain, seperti bahan baku pembuatan kertas.

Sedangkan dalam Fortes (1990), peran lamun bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung,

dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Peran tradisional, seperti sebagai bahan tenunan keranjang, kompos untuk pupuk

2. Peran kontemporer, seperti penyaring air buangan; pembuatan kertas.

2.8 Kandungan lamun yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi

Telah ditelaah fitokimia lamun Enhalus acoroides (L. f.) Royle. Uji hayati pendahuluan terhadap

ekstrak n-heksana dan etil setat menggunakan nauplii udang laut Artemia salina Leach menunjukkan

bioaktivitas bermakna. Tiga senyawa telah diisolasi dari ekstrak n-heksana yaitu asam palmitat,

stigmast-1,5-dien-7-on (sakarostenon) dan satu senyawa dengan bobot molekul 256 belum dapat

diidentifikasi. Dari ekstrak etil asetat telah diisolasi tiga senyawa yaitu stigmast-5-22-dien-3-ol

(stigmasterol), stigmast-5-e-3-ol (sitosterol) dan satu senyawa yang diduga suatu steroid dengan bobot

molekul 394, mempunyai dua ikata rangkap pada cincin B, tanpa gugus hidroksi pada cincin A dan

mempunyai rantai samping C10H19 pada cincin D. Dari ekstrak metanol telah diisolasi dua senyawa

glikosida flavonoid yaitu 5,7,3’,4’-tetrahidroksi flavon glikosida dan 5,7,4’-trihidroksi flavon glikosida.

Page 14: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

BAB III

ISI

3.1 Keberadaan lamun dalam wilayah pesisir

Permasalahan dan isu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dalam hal ini ekosistem padang

lamun, secara umum sedang dihadapi di Indonesia, bahkan juga sama dengan yang terjadi di beberapa

negara berkembang lainnya. Walaupun dalam skala mikro bisa jadi tidak terlalu persis karena perbedaan

sosial ekonomi dan budaya. Karena itu, isu persoalan seperti kemiskinan, konflik interes antar lembaga,

rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, pencemaran laut dan pesisir, keterbatasan dana

pengelolaan merupakan persoalan yang sedang dihadapi. (PKSPL, 1999).

Disadari bahwa padang lamun memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan demikian,

mempertahankan areal-areal padang lamun, termasuk tumbuhan dan hewannya, sangat penting untuk

pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, akhir-akhir ini, tekanan penduduk semakin meningkat akan

sumberdaya laut menjadi faktor utama dalam

perubahan lingkungan ekosistem di laut. Yang menjadi kelemahan adalah bahwa selama ini banyak

masyarakat yang menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan milik umum yang sangat luas

yang dapat mengakomodasi segala bentuk kepentingan termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini

suatu kelemahan cara berpikir dan pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan sumber daya

pesisir dan laut salah satunya adalah ekosistem padang lamun. Meskipun telah banyak produk hokum

yang jelas–jelas mengatur bahwa tidak ada satu orang ataupun kelompok yang dapat semena-mena

memanfaatkan dan mengelola kawasan pesisir ini, tetapi penegakkannya melalui pengenaan sanksi

yang tegas dan transparan belum berjalan sebagaimana mestinya.

Meskipun beberapa areal ekosistem pesisir termasuk areal padang lamun di Indonesia telah dimasukan

ke dalam suatu kawasan lindung, namun pada kenyataan di lapangan menunjukkan banyak diantaranya

yang masih mendapat tekanan yang cukup berarti. Sebagai upaya pemecahan, kini pihak pemerintah

dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi

terkait lainnya berusaha mengembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak, yaitu

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu atau Integrated Coastal Management (ICM).

Pengeloaan pesisir secara terpadu memerlukan justifikasi yang bersifat komprehensip dari subsistem-

subsistem yang terlibat di dalamnya. misalnya implikasi terhadap lingkungan, ekologi, ekonomi dan

sosial budaya dalam perspektif mikro maupun makro. Pembangunan hendaknya mempertimbangkan

keterpaduan antar unsur ekologi, ekonomi dan sosial.

Pada lingkunag pesisir, memiliki kendala khusus dalam melihat implikasi dari suatu strategi

pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam-macam aktivitas dan kelompok masyarakat

Page 15: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

sebagai pengguna, seperti rencana pengelolaan yang dibuat oleh pemerintah sering tidak dapat

mencakup semua kepentingan masayarakat dan sebaliknya masyarakat menganggap sumber alam

sebagai open acces resources (Raharjo, 1996)

Namun yang paling penting dalam pengelolaan ekosistem di dalam wilayah pesisir harus diingat, bahwa

suatu ekosistem di wilayah pesisir tidak berdiri sendiri atau diantara beberapa ekosistem saling terkait

baik secara biogeofisik, maupun secara sosioal-ekonomi; dan kelangsungan hidup suatu ekosistem juga

sangat tergantung pada aktifitas manusia di darat yang dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat

setempat. Dengan demikian, upaya konservasi dan pelestarian serta pengunaan sumber daya ekosistem

lamun yang berkelanjutan memerlukan pengelolaaan secara terpadu memiliki pengertian bahwa

pengelolaan sumber daya alam jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut dilakukan melalui penilaian secara

menyeluruh (comprehensive assesment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan

serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan

berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinyu dan dinamis dangan

mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah area

pesisir (stakeholder) serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.

Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan,

karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada

sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi

kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan

manfaatnya bilamana keperpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam

diberikan porsi yang lebih besar.

Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai komponen utama

penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan

ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya

alam persisir (Bengen, 2001).

Raharjo (1996) mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan

langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan.. Dalam konteks ini pula

perlu diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masayakarakat di suatu kawasan. Sering dikatakan

bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan sumber daya alam pesisir adalah dekstrusi masyakarakat

untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata

pencaharian yang tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk

lamun di kawasan tersebut.

3.2 Metode Penelitian

Page 16: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

3.2.1 Isolasi

Metode penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia, ekstraksi

dengan berbagai pelarut, uji hayati pendahuluan, pemisahan, pemurnian dan karakterisasi isolat.

Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu total,

kadar abu tidak larut dalam asam, kadar abu tidak larut dalam air, kadar sari larut air, sari larut etanol,

susut pengeringan dan kadar air serta penetapan unsur logam secara spektroforometri serapan atom.

Penapisan fitokimia serbuk simplisia dilakukan terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,

kuinon, steroid dan triterpenoid.

Ekstraksi dilakukan terhadap serbuk kering Enhalus acoroides (L. f.) Royle dengan cara maserasi

perkolasi dan ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet. Pelarut yang digunakan adalah dengan

kepolaran meningkat berturut-turut n-heksana, etil setat dan metanol. Masing-masing ekstrak yang

diperoleh diuapkan pelarutnya dengan penguap vakum putar. Ekstrak kental yang diperoleh diuji hayati

pendahuluan.

Pemisahan ekstrak dilakukan secara kromatografi cair vakum, kromatografi lapis tipis dan

kromatografi kertas preparatif. Pemurnian dilakukan dengan rekristalisasi dengan campuran pelarut

yang cocok. Isolat yang diperoleh dikarakterisasi secara kromatografi lapis tipis, spektrofotometri

ultraviolet, inframerah, spektrometri resonansi magnet inti dan spektrometri massa.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lamun Enhalus acoroides (L.f.) Royle mengandung

senyawa triterpenoid-steroid, tanin, flavonoid. Dari ekstrak n-heksana diperoleh isolat FB yang

menunjukkan adana gugus CH3, CH2, C=O dan O-H dengan bobot molekul 256, tetapi belum

diketahui strukturnya. Isolat FEE2 adalah senyawa stigmasta-3,5-diena-7-on atau sakarostenon

bercampur dengan asam palmitat.

Dari ekstrak etil asetat menghasilkan 2 isolat AG2 II dan AG2 III. Isolat AG2 II adalah senyawa

stigmat-5-22-dien-3-ol atau stigmasterol bercampur dengan senyawa stigmast-5-en-3-ol atau stosterol.

Isolat AG2 III adalah senyawa golongan steroid yang belum diketahui namanya dengan bobot molekul

394. sedangkan dari ekstrak metanol diperoleh 2 isolat yaitu senyawa 5,7,3’,4’-tetrahidroksi glikosida

flavon dan senyawa 5,7,3’-trihidroksi glikosida flavon.

Page 17: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

3.2.2 Uji Toksisitas

Ekstrak kental yang diperoleh diuji hayati pendahuluan yaitu uji toksisitas nauplii udang laut Artemia

salina Leach, dengan konsentrasi zat uji 1000, 1000, dan 10 bpj kemudian dihitung LC50nya dengan

program komputer Finney. Ekstrak n-heksana menunjukkan aktivitas biologi yang kuat terhadap

nauplii udang laut Artemia salina Leach dengan LC50 28,03 bpj, sedangkan ekstrak etil asetat dengan

LC50 77,8 bpj.

Page 18: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

BAB IV

PENUTUP

Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang

dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan

berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air

laut. Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasangsurut sampai kedalaman

tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut. Padang lamun merupakan

suatu komunitas dengan produktivitas primer dan sekunder yang sangat tinggi, detritus yang

dihasilkan sangat banyak, dan mampu mendukung berbagai macam komunitas hewan (Orth,

1987). Padang lamun memiliki peranan ekologis yang sangat penting, yaitu sebagai tempat

asuhan, tempat berlindung, tempat mencari makan, tempat tinggal atau tempat migrasi berbagai

jenis hewan.

Banyak kegiatan atau proses, baik alami maupun oleh aktivitas manusia yang mengancam

kelangsungan ekosistem lamun. Ekosistem lamun sudah banyak terancam termasuk di Indonesia

baik secara alami maupun oleh aktifitas manusia. Besarnya pengaruh terhadap integritas

sumberdaya, meskipun secara garis besar tidak diketahui, namun dapat dipandang di luar batas

kesinambungan biologi.

Ekosistem lamun sangat terkait dengan ekosistem di dalam wilayah pesisir seperti mangrove,

terumbu karang, estauria dan ekosistem lainya dalam menunjang keberadaan biota terutama pada

perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan

keberadaan ekosistem lamun adalah tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem

sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini kondisi padang

lamun semakin menyusut oleh adanya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Sebagai upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka tetap mempertahankan lingkungan

dan penggunaan yang berkelanjutan, maka dikembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan

berbagai pihak untuk membuat solusi tepat dalam mempertahankan fungsi ekologis dari

ekosistem yaitu pengelolaan pesisir secara terpadu atau Integrated Coastal Management (ICM).

Page 19: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN

DAFTAR PUSTAKA

Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di rataan terumbu di

Pari Pulau Seribu.Dalam: P3O-LIPI, Teluk Jakarta: Biologi,Budidaya,

Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Azkab,M.H.1999. Kecepatan tumbuh dan produksi lamun dari Teluk Kuta,

Lombok.Dalam:P3O-LIPI, Dinamika komunitas biologis pada ekosistem lamun di

Pulau Lombok, Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi Laut-LIPI, Jakarta.

Azkab,M.H. 1999. Pedoman Invetarisasi Lamun. Oseana 1: 1-16.

Nybakken,J.W. 1988. Biologi Laut suatu pendekatan ekologis. Gramedia, Jakarta.

PKSPL(Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan).1999. Perumusan kebijakan pengelolaan

hayati laut Sulawesi Selatan. Proyek kerjasama BAPEDAL dengan Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.

Raharjo,Y.1996. Community based management di wilayah pesisir. Pelatihan Perencanaan

Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Pusat Kajian Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian

Bogor.

Sekolah Farmasi ITB http://bahan-alam.fa.itb.ac.id

Page 20: MAKALAH PEMANFAATAN LAMUN