Upload
yulindaa-hma
View
46
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TOPIK : EKOSISTEM, UNDANG-UNDANG & PERATURAN MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP, SERTA PENCEMARAN
Citation preview
A. Ekosistem Lingkungan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling mempengaruhi.
Ekositem juga merupakan suatu system ekologik yang merupakan unit fungsional
yang dihasilkan dari interaksi komponen biotic (makhluk hidup atau organisme),
komponen abiotik (benda mati), dan juga komponen kebudayaan(antropogenik).
Kedua komponen yaitu biotik dan abiotik tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem
akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air
sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air,
pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Satuan makhluk hidup dalam
ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas.
1. Komponen Pembentuk Ekosistem
Ekosistem terdiri atas beberapa komponen pembentuk, yaitu komponen biotik,
abiotik, dan pengurai (dekomposer). Berikut ini penjelasan mengenai komponen
penyusun ekosistem.
A. Komponen Biotik
Biotik merupakan suatu istilah yang biasa digunakan untuk menyebut sesuatu
yang hidup (organisme). Komponen biotik terbagi menjadi dua, yaitu
komponen heterotrof dan autotrof. heterotrof terdiri dari organisme yang
memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain
sebagai makanannya .Komponen ini disebut juga konsumen makro karena
makanan yang dikonsumsi berukuran lebih kecil. Yang termasuk golongan
komponen ini, antara lain manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Sementara itu,
komponen autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan makanan
sendiri dengan bantuan energi seperti energi matahari ataupun energi yang
bersifat kimia.
1
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Yang tergolong komponen ini
adalah tumbuhan hijau.
Berdasarkan peranannya komponen biotik dalam ekosistem dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
a. Produsen
Adalah makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri dengan
bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis.
Contoh : semua tumbuhan hijau
b. Konsumen
Adalah makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan
menggunakan makanan yang dihasilkan oleh produsen baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Contoh : hewan dan manusia
c. Pengurai
Pengurai disebut juga redusen adalah jasad renik yang dapat menguraikan
makhluk lain menjadi zat hara.
Contoh : bakteri dan jamur.
B. Komponen Abiotik
Komponen abiotik (bahan tak hidup) adalah komponen fisik dan kimia yang
merupakan middle tempat berlangsungnya kehidupan. komponen abiotik dapat
berupa bahan organik, senyawa organik, dan faktor yang mempengaruhi
distribusi organism. Komponen abiotik terdiri atas suhu, air, udara, sinar
matahari, tanah, dan iklim.
a. Tanah
Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,
kematangan, dan kemampuan menahan air.
b. Air
Persediaan air dipermukaan tanah akan mempengaruhi kehidupan
tumbuhan dan hewan. Hal-hal penting pada air yang mempengaruhi
2
kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus
air, penguapan, dan kedalaman air.
c. Udara
Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas yang berbentuk
atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbondioksida, dan
nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan makhluk
hidup.
d. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan dibumi
ini. Salah satunya sebagai faktor utama yang diperlukan dalam proses
fotosintesis.
e. Suhu atau temperature
Setiap makhluk hidup memerlukan suhu yang optimal untuk kegiatan
metabolisme dan perkembangbiakannya.
f. Iklim.
Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area.
Iklim makro meliputi iklim global, regional dan local. Iklim mikro
meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
2. Macam-Macam Ekosistem
Secara umum, ekosistem ada tiga macam, yaitu ekosistem air, ekosistem darat, dan
ekosistem buatan. Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam ekosistem.
A. Ekosistem Air
Ekosistem air terdiri atas beberapa ekosistem, yaitu ekosistem air tawar,
ekosistem air laut, ekosistem sungai, dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem
air tawar memiliki ciri-ciri memiliki variasi suhu yang tidak mencolok,
pencahayaan kurang, dan terpengaruh iklim dan cuaca.
Ekosistem air laut memiliki kadar garam yang tinggi. Dalam ekosistem air laut,
memiliki suhu yang tinggi dan penguapan yang tinggi. Sementara itu,
ekosistem sungai terdiri atas hewan seperti ikan, buaya, hewan lainnya yang
3
sering berada di sungai.Ekosistem terumbu karang terdiri atas coral yang berada
dekat pantai. Hewan-hewan yang berada di terumbu karang memakan
organisme mikroskopis dan sisa organik lainnya. Kehadiran terumbu karang di
dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.
B. Ekosistem Darat
Ekosistem darat terdiri atas beberapa ekosistem, di antaranya ekosistem hutan
hujan tropis, sabana, padang rumput, dan gurun. Ekosistem hutan hujan tropis
terdapat di daerah tropis dan subtropics. Ekosistem ini memiliki pepohonan
yang banyak dan memiliki curah hujan yang tinggi.Ekosistem sabana terdapat
di wilayah dengan tingkat curah hujan yang rendah. Sabana yang terluas
terdapat di Afrika dan Australia. Hewan yang hidup di sabana antara lain
serangga, zebra, dan singa. Sementara itu, ekosistem padang rumput terdapat di
daerah tropis dan underling tropis. Dalam ekosistem ini, hujan turun tidak
teratur. Hewan yang hidup di ekosistem ini antara lain gajah, jerapah, dan singa.
C. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman
atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan antara lain bendungan,
sawah irigasi, dan perkebunan kelapa sawit. Ekosistem buatan antara lain:
Hutan buatan, sawah, ladang, kebun, desa, kota, bendungan, kolam.
Aliran Energi Dan Materi Dalam Ekosistem Alami
Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau
senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi
ke komponen abiotik. Siklus tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi
4
juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut
siklus biogeokimia.
Siklus tersebut antara lain:
1. Siklus Nitrogen (N2). Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia.
Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri.
Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan
Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar
tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi
amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke
udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
2. Siklus Fosfor. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan
oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik
yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di
sedimen laut. Fosfor dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat
anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan
diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus-menerus.
3. Siklus Karbon dan Oksigen. Karbondioksida di udara diimanfaatkan oleh
tumbuhan untuj berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya
akan digunakan manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan
yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam
tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga
menambah kadar CO2 di udara.
5
B. Undang-Undang dan Peraturan yang berhubungan dengan Lingkungan
Peraturan dan undang-undang mengenai Lingkungan dan pencemaran antara lain
sebagai berikut :
1. Lingkungan
a. Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup
b. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan
Kebakaran Hutan dan/atau Lahan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia
Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar
Pengadilan
2. Pencemaran
a. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
c. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air
d. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
6
7
PERATURAN LINGKUNGAN HIDUP
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
A. PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP
1 PP No 19 Tahun 1999 - Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
Baku Mutu Air Laut (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004)
2 PP No 41 Tahun 1999 - Pengendalian Pencemaran Udara
>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.35 Tahun 1993 - Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 Tahun 1995 - Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.45 Tahun 1997 - Indeks Standar Pencemar Udara>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.7 Tahun 2007 - Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
3 PP No 4 Tahun 2001 - Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan
4 PP No 82 Tahun 2001 - Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.23 Tahun 2008 - Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri dan Lampiran>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 Tahun 1998 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan
8
Hidup No.111 Tahun 2003 - Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003 - Baku Mutu Air Limbah Domestik>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.113 Tahun 2003 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.122 Tahun 2004 - Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/Menlh/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.202 Tahun 2004 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2007 - Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayuran>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.6 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.8 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Petrokimia Hulu>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.9 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Rayon>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.10 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Purified Terephthalic Acid dasn Poly Ethylene Terephthalate
9
B. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
1 PP No 18 Tahun 1999 - Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 Tahun 2007 - Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Di Pelabuhan
2 PP No 85 Tahun 1999 - Perubahan Atas PP Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
3 PP No 74 Tahun 2001 - Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
C. ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
1 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup(PP No 27 Tahun 1999)
Keputusan MenegLH No 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak LingkunganKeputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No 17 Tahun 2003 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pemukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan LingkunganKeputusan MenegLH No 14 Tahun 1994 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu
PERATURAN LINGKUNGAN HIDUPDAFTAR UNDANG-UNDANG:
10
1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
2. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
DAFTAR PERATURAN PEMERINTAH:
1. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
4. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.
DAFTAR KEPUTUSAN PRESIDEN:
1. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
DAFTAR PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP:
1. Peraturan Menteri LH No. 08 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
1. Permen LH No. 08 Tahun 2006.
2. Lampiran I Permen LH No. 08 Tahun 2006.
3. Lampiran II Permen LH No. 08 Tahun 2006.
4. Lampiran III Permen LH No. 08 Tahun 2006.
5. Lampiran IV Permen LH No. 08 Tahun 2006.
6. Lampiran V Permen LH No. 08 Tahun 2006.
2. Peraturan Menteri LH No. 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Rencara Usaha dan atau
11
Kegiatan yang Wajib AMDAL.
3. Peraturan Menteri LH No. 06 Tahun 2009 Tentang Laboratorium Lingkungan.
4. Peraturan Menteri LH No. 24 Tahun 2009 Tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.
5. Peraturan Menteri LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL-UPL dan SPPL.
6. Peraturan Menteri LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib AMDAL.
DAFTAR KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP:
1. Keputusan Menteri LH No. 45 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaksanaan RKL-RPL.
DAFTAR PERATURAN MENTERI LAINNYA:
1. Peraturan Menteri PAN & RB No. 39 Tahun 2011 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas LH dan Angka Kreditnya.
12
C. Pencemaran
Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan
lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya
mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar
apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak
bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Macam-macam pencemaran adalah sebagai berikut :
1. Pencemaran Udara
Hasil limbah industri, limbah pertambangan, dan asap kendaraan bermotor dapat
mencemari udara
2. Pencemaran suara
Pencemaran suara dapat timbul dari bising-bising suara mobil, kereta api,
pesawat udara, dan jet.
3. Pencemaran air
Pembuangan sisa-sisa industri secara sembarangan bisa mencemarkan sungai dan
laut.
4. Pencemaran tanah
Pada dasarnya tanah pun dapat mengalami pencemaran, penyebabnya antara lain:
• Bangunan barang-barang atau zat-zat yang tidak larut dalam air yang berasal
dari pabrik-pabrik.
13
Beberapa fakta terkait tingginya kerusakan lingkungan di Indonesia akibat
kegiatan manusia antara lain:
1. Laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari
133 juta hektar hutan Indonesia hilang. Hilangnya hutan menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan, meningkatkan peristiwa bencana alam, dan
terancamnya kelestarian flora dan fauna.
2. 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan.
Kerusakan terumbu karang meningkatkan resiko bencana terhadap daerah
pesisir, mengancam keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi
perikanan laut.
3. Tingginya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan
pencemaran laut di Indonesia. Bahkan pada 2010, Sungai Citarum pernah
dinobatkan sebagai Sungai Paling Tercemar di Dunia oleh situs
huffingtonpost.com. World Bank juga menempatkan Jakarta sebagai kota
dengan polutan tertinggi ketiga setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.
4. Ratusan tumbuhan dan hewan Indonesia yang langka dan terancam punah.
Menurut catatan IUCN Redlist, sebanyak 76 spesies hewan Indonesia dan 127
tumbuhan berada dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically
Endangered (Kritis), serta 205 jenis hewan dan 88 jenis tumbuhan masuk
kategori Endangered, serta 557 spesies hewan dan 256 tumbuhan berstatus
Vulnerable.
Akibat pencemaran air :
- Timbulnya berbagai penyakit (perut, kerusakan organ tubuh akibat keracunan)
- Penurunan oksigen terlarut di perairan (berakibat kematian pada makhluk hidup
di perairan)
- Terjadinya pertumbuhan berlebih alga (nitrat dan fosfat berakibat adanya
eutrofikasi)
- Masuknya racun ke dalam sistem perairan (dapat berakumulasi pada makhluk
hidup di perairan)
- Kematian makhluk hidup di perairan
14
CONTOH KASUS : TRAGEDI MINAMATA
Kronologi:
- 1907 : Chisso Corp. mendirikan pabrik pupuk di Minamata
- 1932 : Chisso Corp. memproduksi acetaldeyde (menghasilkan limbah merkuri
yangdibuang ke laut)
- 1950 an : Gejala aneh pada hewan (ikan, burung, kucing) dan manusia
- 1972 : Pemerintah mengumumkan Chisso Corp bertanggung jawab atas tragedy
Minamata dan diwajibkan memberi kompensasi kepada korban
PENCEMARAN TANAH
Sumber pencemaran tanah:
- Pencemar berupa sedimen
- Pencemar berupa bahan-bahan kimia
Akibat pencemaran tanah :
- Kerusakan struktur tanah
- Penurunan produktivitas tumbuhan
- Kematian tumbuhan dan hewan
- Gangguan keindahan, tidak sedap dipandang, bau
- Tempat vektor penyakit (lalat, tikus)
PENCEMARAN UDARA
Sumber pencemaran :
- Alami (letusan gunung berapi)
- Kegiatan manusia (industri dan pembakaran)
Jenis pencemar udara :
15
- Pencemar primer :
- Pencemar berasal langsung dari sumber asal
contoh : CO, CO2, NO, NO2, SO, debu
- Pencemar sekunder :
- pencemar berasal dari reaksi dengan substansi lain
- contoh : HNO3, H2SO4
Akibat pencemaran udara :
-Gangguan visibilitas
-Gangguan psikologis (akibat kebisingan)
-Timbulnya penyakit-penyakit pada alat pernafasan
-Penurunan produktivitas tumbuhan dan hewan (akibat hujan asam)
- Kerusakan pada bangunan (akibat hujan asam)
Hujan asam :
- Sumber pencemar terutama industri yang mengemisikan SO2, NOx
-Hujan dengan pH kurang dari 5,6 (wet deposition)
-Hujan mengandung asam H2SO4, HNO3 (reaksi SO2 dan NOx dengan H2O)
-Jangkauan jauh (beberapa km dari sumber pencemaran)
-Untuk dry deposition berupa partikel SO2, NOx
-Menyebabkan kerusakan pada tumbuhan dan bangunan
Kerusakan Lingkungan Oleh Industri
Salah satu dampak negatif dari keberadaan industri adalah terjadinya kerusakan
lingkungan. Industri memberikan dampak yang luar biasa terhadap kerusakan
lingkungan yang ada disekitarnya. Jenis industri yang paling berdampak bagi
kerusakan lingkungan adalah industri ekstraktif. Industri ekstraktif adalah industri
yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam, seperti industri
pertambangan dan industri pengeboran minyak. Menurut koordinator Jaringan
Advokasi Tambang Indonesia (Jatam), Industri pertambangan seringkali membuat
16
kerusakan lingkungan. Mulai dari hilangnya kawasan hutan hingga menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Adanya industri, khususnya yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumber daya
alam merupakan salah satu contoh manusia dalam memanfaatkan lingkungan hidup
yang ada disekitarnya. Keberadaan industri pertambangan dan pengeboran minyak
adalah upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan energi dalam kehidupannya.
Industri pengelolaan hasil pertanian dan kelautan adalah usaha manusia dalam
memenuhi kebutuhan konsumsinya.
Salah satu contoh adanya kerusakan lingkungan oleh industri adalah pembuangan
limbah industri-industri di Surabaya ke sungai berdampak pada kehidupan
masyarakat. Akibat sungai yang telah tercemari limbah pabrik, maka kualitas air
sumur masyarakat menjadi jelek. Hal ini membuat masyarakat sering terkena
penyakit kulit bila mandi dengan air yang berasal dari sumur tersebut. Contoh lain
adalah peristiwa lumpur lapindo dan pencemaran di Teluk Buyat.
Industri pertambangan dianggap sebagai industri yang paling sering membuat
kerusakan lingkungan. Contohnya, perusahaan tambang dibangun di sebuah pulau
kecil. Selain mengganggu daerah resapaan air, proses penambangan perusahaan itu
menyumbang limbah (tailing) B3 (bahan beracun dan berbahaya) bagi lingkungan
sekitarnya. Kegiatan penambangan emas dapat memicu terjadinya krisis air. Hal ini
dikarenakan adanya proses ekstraksi dalam penambangan emas. Agar mendapatkan
satu gram emas dibutuhkan 100 liter air untuk proses ekstraksi.
Industri pengelolaan hasil laut seringkali menyebabkan kerusakan ekosistem laut.
Penangkapan ikan menggunakan bahan peledak adalah salah satu pemicu rusaknya
ekosistem laut. Penangkapan ikan secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan
keberlangsungan kehidupan laut juga menjadi pemicu kerusakan ekosistem laut.
Industri pengelolaan sumber daya alam, khususnya sumber daya alam yang tak
terbarui (minyak bumi, gas alam, batu bara) merupakan industri jangka pendek tetapi
mampu memberikan dampak yang panjang bagi kerusakan lingkungan. Contohnya,
tragedi lumpur lapindo di Kabupaten Sidoarjo. Kelalaian perusahaan dalam mengebor
minyak, mengakibatkan melubernya lumpur panas yang membahayakan bagi
17
kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan. Selama empat tahun lumpur panas
terus keluar dan tidak dapat dihentikan. Akibatnya, lingkungan disekitar pengeboran
menjadi rusak parah. Wilayah yang semula daratan berubah menjadi danau yang
penuh dengan lumpur panas. Hilangnya vegetasi dan rusaknya infrastruktur
merupakan akibat kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan Lapindo
1. Bidang Kehutanan
Memperketat pengawasan terhadap penebangan-penebangan liar, dan memberikan
hukuman yang berat kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
2. Bidang pertanian
Pertanian yang dilakukan pada lahan tidak rata (curam), supaya dibuat teras-teras
(sengkedan) sehingga bahaya erosi dapat diperkecil.
3. Bidang Industri
Limbah-limbah industri yang akan dibuang ke dalam tanah maupun perairan harus
dinetralkan terlebih dahulu sehingga limbah yang dibuang tersebut telah bebas dari
bahan-bahan pencemar.
4. Bidang Perairan
Melarang pembuangan limbah rumah tangga, sampah-sampah, dan benda-benda
lainnya ke sungai maupun laut karena sungai dan laut bukan tempat pembuangan
sampah.
5. Flora dan fauna
Menghukum yang seberat-beratnya sesuai dengan undang-undang bagi mereka
yang mengambil flora dan memburu fauna yang dilindungi.
DAFTAR PUSTAKA
18
- https://www.academia.edu/8662984/
Tata_Laksana_Pengendalian_Pencemaran_Air (diakses tanggal 12 September
2015)
- https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C
%93&q=Kebijakan+Pencemaran+Udara+di+Indonesia (diakses tanggal 12
September 2015)
- https://fuadbahsin.wordpress.com/2009/01/26/kebijakan-pemerintah-dan-
masalah-pencemaran-udara/ (diakses tanggal 12 September 2015)
- https://dianariwicaksono.wordpress.com/2013/11/11/makalah-makhluk-hidup-
dalam-ekosistem-alami-slide-paling-bawah/ (diakses tanggal 12 September
2015)
- hukum.unsrat.ac.id/men/menlh.htm (diakses tanggal 12 September 2015)
- www.sanitasi.net/peraturan-menteri-lingkungan-hidup.html (diakses tanggal
12 September 2015)
19