27
A. Ekosistem Lingkungan Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekositem juga merupakan suatu system ekologik yang merupakan unit fungsional yang dihasilkan dari interaksi komponen biotic (makhluk hidup atau organisme), komponen abiotik (benda mati), dan juga komponen kebudayaan(antropogenik). Kedua komponen yaitu biotik dan abiotik tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas. 1. Komponen Pembentuk Ekosistem Ekosistem terdiri atas beberapa komponen pembentuk, yaitu komponen biotik, abiotik, dan pengurai 1

MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TOPIK : EKOSISTEM, UNDANG-UNDANG & PERATURAN MENGENAI LINGKUNGAN HIDUP, SERTA PENCEMARAN

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

A. Ekosistem Lingkungan

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik

antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu

tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup

yang saling mempengaruhi.

Ekositem juga merupakan suatu system ekologik yang merupakan unit fungsional

yang dihasilkan dari interaksi komponen biotic (makhluk hidup atau organisme),

komponen abiotik (benda mati), dan juga komponen kebudayaan(antropogenik).

Kedua komponen yaitu biotik dan abiotik tersebut berada pada suatu tempat dan

berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem

akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air

sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air,

pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Satuan makhluk hidup dalam

ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau komunitas.

1. Komponen Pembentuk Ekosistem

Ekosistem terdiri atas beberapa komponen pembentuk, yaitu komponen biotik,

abiotik, dan pengurai (dekomposer). Berikut ini penjelasan mengenai komponen

penyusun ekosistem.

A. Komponen Biotik

Biotik merupakan suatu istilah yang biasa digunakan untuk menyebut sesuatu

yang hidup (organisme). Komponen biotik terbagi menjadi dua, yaitu

komponen heterotrof dan autotrof. heterotrof terdiri dari organisme yang

memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain

sebagai makanannya .Komponen ini disebut juga konsumen makro karena

makanan yang dikonsumsi berukuran lebih kecil. Yang termasuk golongan

komponen ini, antara lain manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Sementara itu,

komponen autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan makanan

sendiri dengan bantuan energi seperti energi matahari ataupun energi yang

bersifat kimia.

1

Page 2: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen. Yang tergolong komponen ini

adalah tumbuhan hijau.

Berdasarkan peranannya komponen biotik dalam ekosistem dibedakan menjadi

tiga, yaitu :

a.       Produsen

Adalah makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri dengan

bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis.

Contoh : semua tumbuhan hijau

b.      Konsumen

Adalah makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri dan

menggunakan makanan yang dihasilkan oleh produsen baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Contoh : hewan dan manusia

c.      Pengurai

Pengurai disebut juga redusen adalah jasad renik yang dapat menguraikan

makhluk lain menjadi zat hara.

Contoh : bakteri dan jamur.

B. Komponen Abiotik

Komponen abiotik (bahan tak hidup) adalah komponen fisik dan kimia yang

merupakan middle tempat berlangsungnya kehidupan. komponen abiotik dapat

berupa bahan organik, senyawa organik, dan faktor yang mempengaruhi

distribusi organism. Komponen abiotik terdiri atas suhu, air, udara, sinar

matahari, tanah, dan iklim.

a.      Tanah

Sifat-sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem meliputi tekstur,

kematangan, dan kemampuan menahan air.

b.      Air

Persediaan air dipermukaan tanah akan mempengaruhi kehidupan

tumbuhan dan hewan. Hal-hal penting pada air yang mempengaruhi

2

Page 3: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

kehidupan makhluk hidup adalah suhu air, kadar mineral air, salinitas, arus

air, penguapan, dan kedalaman air.

c.       Udara

Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas yang berbentuk

atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbondioksida, dan

nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan makhluk

hidup.

d.      Cahaya matahari

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan dibumi

ini. Salah satunya sebagai faktor utama yang diperlukan dalam proses

fotosintesis.

e.       Suhu atau temperature

Setiap makhluk hidup memerlukan suhu yang optimal untuk kegiatan

metabolisme dan perkembangbiakannya.

f. Iklim.

Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area.

Iklim makro meliputi iklim global, regional dan local. Iklim mikro   

meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni    komunitas tertentu.

2. Macam-Macam Ekosistem

Secara umum, ekosistem ada tiga macam, yaitu ekosistem air, ekosistem darat, dan

ekosistem buatan. Berikut ini penjelasan mengenai macam-macam ekosistem.

A. Ekosistem Air

Ekosistem air terdiri atas beberapa ekosistem, yaitu ekosistem air tawar,

ekosistem air laut, ekosistem sungai, dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem

air tawar memiliki ciri-ciri memiliki variasi suhu yang tidak mencolok,

pencahayaan kurang, dan terpengaruh iklim dan cuaca.

Ekosistem air laut memiliki kadar garam yang tinggi. Dalam ekosistem air laut,

memiliki suhu yang tinggi dan penguapan yang tinggi. Sementara itu,

ekosistem sungai terdiri atas hewan seperti ikan, buaya, hewan lainnya yang

3

Page 4: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

sering berada di sungai.Ekosistem terumbu karang terdiri atas coral yang berada

dekat pantai. Hewan-hewan yang berada di terumbu karang memakan

organisme mikroskopis dan sisa organik lainnya. Kehadiran terumbu karang di

dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.

B. Ekosistem Darat

Ekosistem darat terdiri atas beberapa ekosistem, di antaranya ekosistem hutan

hujan tropis, sabana, padang rumput, dan gurun. Ekosistem hutan hujan tropis

terdapat di daerah tropis dan subtropics. Ekosistem ini memiliki pepohonan

yang banyak dan memiliki curah hujan yang tinggi.Ekosistem sabana terdapat

di wilayah dengan tingkat curah hujan yang rendah. Sabana yang terluas

terdapat di Afrika dan Australia. Hewan yang hidup di sabana antara lain

serangga, zebra, dan singa. Sementara itu, ekosistem padang rumput terdapat di

daerah tropis dan underling tropis. Dalam ekosistem ini, hujan turun tidak

teratur. Hewan yang hidup di ekosistem ini antara lain gajah, jerapah, dan singa.

C. Ekosistem Buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi

kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman

atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki

keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan antara lain bendungan,

sawah irigasi, dan perkebunan kelapa sawit. Ekosistem buatan antara lain:

Hutan buatan, sawah, ladang, kebun, desa, kota, bendungan, kolam.

Aliran Energi Dan Materi Dalam Ekosistem Alami

Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau

senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi

ke komponen abiotik. Siklus tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi

4

Page 5: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut

siklus biogeokimia.

Siklus tersebut antara lain:

1. Siklus Nitrogen (N2). Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia.

Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri.

Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas dan

Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar

tumbuhan. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi

amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke

udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

2. Siklus Fosfor. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan

oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik

yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap di

sedimen laut. Fosfor dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat

anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan

diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus-menerus.

3. Siklus Karbon dan Oksigen. Karbondioksida di udara diimanfaatkan oleh

tumbuhan untuj berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya

akan digunakan manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan

yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam

tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga

menambah kadar CO2 di udara.

5

Page 6: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

B. Undang-Undang dan Peraturan yang berhubungan dengan Lingkungan

Peraturan dan undang-undang mengenai Lingkungan dan pencemaran antara lain

sebagai berikut :

1. Lingkungan

a. Peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup

b. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian

Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2001 tentang Pengendalian

Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan

Kebakaran Hutan dan/atau Lahan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia

Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar

Pengadilan

2. Pencemaran

a. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan Laut

c. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air

d. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun

6

Page 7: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

7

Page 8: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

PERATURAN LINGKUNGAN HIDUP

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

A. PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

1 PP No 19 Tahun 1999 - Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut

Baku Mutu Air Laut (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004)

2 PP No 41 Tahun 1999 - Pengendalian Pencemaran Udara

>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.35 Tahun 1993 - Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 Tahun 1995 - Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.45 Tahun 1997 - Indeks Standar Pencemar Udara>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.7 Tahun 2007 - Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap

3 PP No 4 Tahun 2001 - Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan

4 PP No 82 Tahun 2001 - Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.23 Tahun 2008 - Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 1995 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri dan Lampiran>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.52 Tahun 1995 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 Tahun 1998 - Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan

8

Page 9: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

Hidup No.111 Tahun 2003 - Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003 - Baku Mutu Air Limbah Domestik>> Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.113 Tahun 2003 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.122 Tahun 2004 - Perubahan Atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/Menlh/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.202 Tahun 2004 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2007 - Pedoman Pengkajian Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayuran>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.6 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.8 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Petrokimia Hulu>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.9 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Rayon>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.10 Tahun 2007 - Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Purified Terephthalic Acid dasn Poly Ethylene Terephthalate

9

Page 10: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

B. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

1 PP No 18 Tahun 1999 - Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

>> Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3 Tahun 2007 - Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Di Pelabuhan

2 PP No 85 Tahun 1999 - Perubahan Atas PP Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

3 PP No 74 Tahun 2001 - Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

C. ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

1 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup(PP No 27 Tahun 1999)

Keputusan MenegLH No 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak LingkunganKeputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No 17 Tahun 2003 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pemukiman dan Prasarana Wilayah Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan LingkunganKeputusan MenegLH No 14 Tahun 1994 tentang Pembentukan Komisi AMDAL Terpadu

PERATURAN LINGKUNGAN HIDUPDAFTAR UNDANG-UNDANG:

10

Page 11: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

2. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

DAFTAR PERATURAN PEMERINTAH:

1. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

4. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.

DAFTAR KEPUTUSAN PRESIDEN:

1. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

DAFTAR PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP:

1. Peraturan Menteri LH No. 08 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.

          1. Permen LH No. 08 Tahun 2006.

          2. Lampiran I Permen LH No. 08 Tahun 2006.

          3. Lampiran II Permen LH No. 08 Tahun 2006.

         4. Lampiran III Permen LH No. 08 Tahun 2006.

         5. Lampiran IV Permen LH No. 08 Tahun 2006.

         6. Lampiran V Permen LH No. 08 Tahun 2006.

2. Peraturan Menteri LH No. 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Rencara Usaha dan atau

11

Page 12: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

Kegiatan yang Wajib AMDAL.

3. Peraturan Menteri LH No. 06 Tahun 2009 Tentang Laboratorium Lingkungan.

4. Peraturan Menteri LH No. 24 Tahun 2009 Tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.

5. Peraturan Menteri LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL-UPL dan SPPL.

6. Peraturan Menteri LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib AMDAL.

DAFTAR KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP:

1. Keputusan Menteri LH No. 45 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Pelaksanaan RKL-RPL.

DAFTAR PERATURAN MENTERI LAINNYA:

1. Peraturan Menteri PAN & RB No. 39 Tahun 2011 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas LH dan Angka Kreditnya.

12

Page 13: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

C. Pencemaran

Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran

lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan

atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga

kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup

tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan

lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya

mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar

apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak

bisa digunakan sesuai peruntukannya.

Macam-macam pencemaran adalah sebagai berikut :

1. Pencemaran Udara

Hasil limbah industri, limbah pertambangan, dan asap kendaraan bermotor dapat

mencemari udara

2. Pencemaran suara

Pencemaran suara dapat timbul dari bising-bising suara mobil, kereta api,

pesawat udara, dan jet.

3. Pencemaran air

Pembuangan sisa-sisa industri secara sembarangan bisa mencemarkan sungai dan

laut.

4. Pencemaran tanah

Pada dasarnya tanah pun dapat mengalami pencemaran, penyebabnya antara lain:

• Bangunan barang-barang atau zat-zat yang tidak larut dalam air yang berasal

dari pabrik-pabrik.

13

Page 14: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

Beberapa fakta terkait tingginya kerusakan lingkungan di Indonesia akibat

kegiatan manusia antara lain:

1. Laju deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun yang mengakibatkan 21% dari

133 juta hektar hutan Indonesia hilang. Hilangnya hutan menyebabkan

penurunan kualitas lingkungan, meningkatkan peristiwa bencana alam, dan

terancamnya kelestarian flora dan fauna.

2. 30% dari 2,5 juta hektar terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan.

Kerusakan terumbu karang meningkatkan resiko bencana terhadap daerah

pesisir, mengancam keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan produksi

perikanan laut.

3. Tingginya pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan

pencemaran laut di Indonesia. Bahkan pada 2010, Sungai Citarum pernah

dinobatkan sebagai Sungai Paling Tercemar di Dunia oleh situs

huffingtonpost.com. World Bank juga menempatkan Jakarta sebagai kota

dengan polutan tertinggi ketiga setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City.

4. Ratusan tumbuhan dan hewan Indonesia yang langka dan terancam punah.

Menurut catatan IUCN Redlist, sebanyak 76 spesies hewan Indonesia dan 127

tumbuhan berada dalam status keterancaman tertinggi yaitu status Critically

Endangered (Kritis), serta 205 jenis hewan dan 88 jenis tumbuhan masuk

kategori Endangered, serta  557 spesies hewan dan 256 tumbuhan berstatus

Vulnerable.

Akibat pencemaran air :

- Timbulnya berbagai penyakit (perut, kerusakan organ tubuh akibat keracunan)

- Penurunan oksigen terlarut di perairan (berakibat kematian pada makhluk hidup

di perairan)

- Terjadinya pertumbuhan berlebih alga (nitrat dan fosfat berakibat adanya

eutrofikasi)

- Masuknya racun ke dalam sistem perairan (dapat berakumulasi pada makhluk

hidup di perairan)

- Kematian makhluk hidup di perairan

14

Page 15: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

CONTOH KASUS : TRAGEDI MINAMATA

Kronologi:

- 1907 : Chisso Corp. mendirikan pabrik pupuk di Minamata

- 1932 : Chisso Corp. memproduksi acetaldeyde (menghasilkan limbah merkuri

yangdibuang ke laut)

- 1950 an : Gejala aneh pada hewan (ikan, burung, kucing) dan manusia

- 1972 : Pemerintah mengumumkan Chisso Corp bertanggung jawab atas tragedy

Minamata dan diwajibkan memberi kompensasi kepada korban

PENCEMARAN TANAH

Sumber pencemaran tanah:

- Pencemar berupa sedimen

- Pencemar berupa bahan-bahan kimia

Akibat pencemaran tanah :

- Kerusakan struktur tanah

- Penurunan produktivitas tumbuhan

- Kematian tumbuhan dan hewan

- Gangguan keindahan, tidak sedap dipandang, bau

- Tempat vektor penyakit (lalat, tikus)

PENCEMARAN UDARA

Sumber pencemaran :

- Alami (letusan gunung berapi)

- Kegiatan manusia (industri dan pembakaran)

Jenis pencemar udara :

15

Page 16: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

- Pencemar primer :

- Pencemar berasal langsung dari sumber asal

contoh : CO, CO2, NO, NO2, SO, debu

- Pencemar sekunder :

- pencemar berasal dari reaksi dengan substansi lain

- contoh : HNO3, H2SO4

Akibat pencemaran udara :

-Gangguan visibilitas

-Gangguan psikologis (akibat kebisingan)

-Timbulnya penyakit-penyakit pada alat pernafasan

-Penurunan produktivitas tumbuhan dan hewan (akibat hujan asam)

- Kerusakan pada bangunan (akibat hujan asam)

Hujan asam :

- Sumber pencemar terutama industri yang mengemisikan SO2, NOx

-Hujan dengan pH kurang dari 5,6 (wet deposition)

-Hujan mengandung asam H2SO4, HNO3 (reaksi SO2 dan NOx dengan H2O)

-Jangkauan jauh (beberapa km dari sumber pencemaran)

-Untuk dry deposition berupa partikel SO2, NOx

-Menyebabkan kerusakan pada tumbuhan dan bangunan

Kerusakan Lingkungan Oleh Industri

Salah satu dampak negatif dari keberadaan industri adalah terjadinya kerusakan

lingkungan. Industri memberikan dampak yang luar biasa terhadap kerusakan

lingkungan yang ada disekitarnya. Jenis industri yang paling berdampak bagi

kerusakan lingkungan adalah industri ekstraktif. Industri ekstraktif adalah industri

yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam, seperti industri

pertambangan dan industri pengeboran minyak. Menurut koordinator Jaringan

Advokasi Tambang Indonesia (Jatam), Industri pertambangan seringkali membuat

16

Page 17: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

kerusakan lingkungan. Mulai dari hilangnya kawasan hutan hingga menyebabkan

pencemaran lingkungan.

Adanya industri, khususnya yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumber daya

alam merupakan salah satu contoh manusia dalam memanfaatkan lingkungan hidup

yang ada disekitarnya. Keberadaan industri pertambangan dan pengeboran minyak

adalah upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan energi dalam kehidupannya.

Industri pengelolaan hasil pertanian dan kelautan adalah usaha manusia dalam

memenuhi kebutuhan konsumsinya.

Salah satu contoh adanya kerusakan lingkungan oleh industri adalah pembuangan

limbah industri-industri di Surabaya ke sungai berdampak pada kehidupan

masyarakat. Akibat sungai yang telah tercemari limbah pabrik, maka kualitas air

sumur masyarakat menjadi jelek. Hal ini membuat masyarakat sering terkena

penyakit kulit bila mandi dengan air yang berasal dari sumur tersebut. Contoh lain

adalah peristiwa lumpur lapindo dan pencemaran di Teluk Buyat.

Industri pertambangan dianggap sebagai industri yang paling sering membuat

kerusakan lingkungan. Contohnya, perusahaan tambang dibangun di sebuah pulau

kecil. Selain mengganggu daerah resapaan air, proses penambangan perusahaan itu

menyumbang limbah (tailing) B3 (bahan beracun dan berbahaya) bagi lingkungan

sekitarnya. Kegiatan penambangan emas dapat memicu terjadinya krisis air. Hal ini

dikarenakan adanya proses ekstraksi dalam penambangan emas. Agar mendapatkan

satu gram emas dibutuhkan 100 liter air untuk proses ekstraksi.

Industri pengelolaan hasil laut seringkali menyebabkan kerusakan ekosistem laut.

Penangkapan ikan menggunakan bahan peledak adalah salah satu pemicu rusaknya

ekosistem laut. Penangkapan ikan secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan

keberlangsungan kehidupan laut juga menjadi pemicu kerusakan ekosistem laut.

Industri pengelolaan sumber daya alam, khususnya sumber daya alam yang tak

terbarui (minyak bumi, gas alam, batu bara) merupakan industri jangka pendek tetapi

mampu memberikan dampak yang panjang bagi kerusakan lingkungan. Contohnya,

tragedi lumpur lapindo di Kabupaten Sidoarjo. Kelalaian perusahaan dalam mengebor

minyak, mengakibatkan melubernya lumpur panas yang membahayakan bagi

17

Page 18: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

kehidupan manusia dan kerusakan lingkungan. Selama empat tahun lumpur panas

terus keluar dan tidak dapat dihentikan. Akibatnya, lingkungan disekitar pengeboran

menjadi rusak parah. Wilayah yang semula daratan berubah menjadi danau yang

penuh dengan lumpur panas. Hilangnya vegetasi dan rusaknya infrastruktur

merupakan akibat kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan Lapindo

1. Bidang Kehutanan

Memperketat pengawasan terhadap penebangan-penebangan liar, dan memberikan

hukuman yang berat kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

2. Bidang pertanian

Pertanian yang dilakukan pada lahan tidak rata (curam), supaya dibuat teras-teras

(sengkedan) sehingga bahaya erosi dapat diperkecil.

3. Bidang Industri

Limbah-limbah industri yang akan dibuang ke dalam tanah maupun perairan harus

dinetralkan terlebih dahulu sehingga limbah yang dibuang tersebut telah bebas dari

bahan-bahan pencemar.

4. Bidang Perairan

Melarang pembuangan limbah rumah tangga, sampah-sampah, dan benda-benda

lainnya ke sungai maupun laut karena sungai dan laut bukan tempat pembuangan

sampah.

5. Flora dan fauna

Menghukum yang seberat-beratnya sesuai dengan undang-undang bagi mereka

yang mengambil flora dan memburu fauna yang dilindungi.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: MAKALAH PENGENDALIAN PENCEMARAN

- https://www.academia.edu/8662984/

Tata_Laksana_Pengendalian_Pencemaran_Air (diakses tanggal 12 September

2015)

- https://www.academia.edu/people/search?utf8=%E2%9C

%93&q=Kebijakan+Pencemaran+Udara+di+Indonesia (diakses tanggal 12

September 2015)

- https://fuadbahsin.wordpress.com/2009/01/26/kebijakan-pemerintah-dan-

masalah-pencemaran-udara/ (diakses tanggal 12 September 2015)

- https://dianariwicaksono.wordpress.com/2013/11/11/makalah-makhluk-hidup-

dalam-ekosistem-alami-slide-paling-bawah/ (diakses tanggal 12 September

2015)

- hukum.unsrat.ac.id/men/menlh.htm (diakses tanggal 12 September 2015)

- www.sanitasi.net/peraturan-menteri-lingkungan-hidup.html (diakses tanggal

12 September 2015)

19