21
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah negara yang berdaulat dan merdeka tidaklah mudah. Pada awal kemerdekaan, meskipun bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur pokok pembentukan negara dengan pemerintahan yang berdaulat, tetap saja pihak belanda dan sekutu ingin mempertahankan kekuasaanya di Indonesia sebagai bangsa Penjajah. Padahal, bangsa Indonesia menolak secara tegas bentuk penjajahan di negaranya sesuai dengan bunyi pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea pertama: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militerisme, seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional Indonesia (TNI). Berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945, bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia (RI). Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjuangan bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah negara yang berdaulat dan

merdeka tidaklah mudah. Pada awal kemerdekaan, meskipun bangsa Indonesia telah

memiliki unsur-unsur pokok pembentukan negara dengan pemerintahan yang

berdaulat, tetap saja pihak belanda dan sekutu ingin mempertahankan kekuasaanya di

Indonesia sebagai bangsa Penjajah. Padahal, bangsa Indonesia menolak secara tegas

bentuk penjajahan di negaranya sesuai dengan bunyi pembukaan Undang-Undang

dasar 1945 alinea pertama: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala

bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak

sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militerisme, seolah-olah

kewajiban dan tanggung jawab membela negara hanya terletak pada Tentara Nasional

Indonesia (TNI). Berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945, bela negara merupakan

hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia (RI). Bela negara adalah

upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik Indonesia terhadap

ancaman, baik dari luar maupun dari dalam.

Mengingat arti penting perjuangan menegakkan dan mempertahankan

kemerdekaan, terhadap suatu hal yang perlu diingat bahwa perjuangan tersebut tidak

terlepas pada semangat perstuan dan kesatuan bangsa. Semangat tersebut tertumpu

pada tingginya semangat nasionalisme rakyat Indonesia. Dengan semangat

nasionalisme inilah penjajahan di bumi Indonesia berhasil dihancurkan. Oleh karena

itu, kita sebagai bangsa Indonesia yang merdeka membangun negara dengan berbagai

pembangunan yang bermanfaat dan bersifat menyejahterakan seluruh rakyat

Indonesia.

Mengingat tidak mudahnya kemerdekaan yang diperoleh oleh bangsa

Indonesia, sudah selayaknya kita sebagai warga negara Indonesia bersatu menjalin

Page 2: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

persatuan dan kesatuan untuk membangun bangsa dengan berbagai kegiatan yang

bermanfaat. Salah satu upaya warga negara Indonesia dalam mengisi kemerdekaan

adalah upaya pembelaan terhadap negara meskipun tidak harus dengan kekuatan

senjara dan fisik. Hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela negara diatur

lebih lanjut dalam Undang-Udang. Seperti diatur Undang-Undang No.3 Tahun 2002

tentang Pertahanan Negara, Pasal 9 ayat (1) menerangkan bahwa setiap warga negara

berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam

penyelenggaraan pertahanan negara. Hal ini lebih dipertegas lagi dengan pasal 9 ayat

(2) yang menerangkan bahwa keikut sertaan warga negara dalam upaya bela negara,

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melallui: Pendidikan

Kewarganegaraan, Pelatihan dasar Kemiliteran Secara wajib, Pengabdian sebagai

Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Pengabdian Sesuai dengan Profesi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa hakikat dari pertahanan negara?

2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan bersifat semesta?

3. Bagaimana pendidikan kewarganegaraan di era tahun 1950-an?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1. Menjelaskan konstribusi pendidikan kewarganegaraan terhadap sistem

pertahanan negara.

2. Memaparkan substansi-substansi pendidikan kewarganegaraan terhadap

sistem pertahanan negara

3. Menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap pembaca paper ini

1.3.2 Manfaat

1. Mengetahui konstribusi pendidikan kewarganegaraan terhadap sistem

pertahanan negara.

2. Mengetahui substansi-substansi pendidikan kewarganegaraan terhadap

sistem pertahanan negara

3. Tumbuhnya rasa nasionalisme kepada diri kita.

Page 3: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pertahanan Negara

Pertahanan negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan

bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan

kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk

mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka

dan berdaulat. Kesemestaan mengandung makna pelibatan seluruh rakyat dan

segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah

negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh (Sudarsono,

2008).

Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional merupakan segala usaha

untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan

keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa

dan negara. Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat

semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban

warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Pertahanan / Bela negara biasanya selalu dikaitkan dengan militerisme,

seolah-olah kewajiban dan tanggung jawab membela negara hanya terletak pada

Tentara Nasional Indonesia (TNI). Berdasarkan pasal 27 ayat (3) UUD 1945, bela

negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara Republik Indonesia (RI).

Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk mempertahankan Republik

Indonesia terhadap ancaman, baik dari luar maupun dari dalam (Nurdiman, 2007).

Menurut Khirana (2012). Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan

dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara. Pertahanan nasional

merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer) diselenggarakan oleh suatu Negara

untuk menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan/atau menjaga

Page 4: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

kepentingan-kepentingannya. Pertahanan nasional dikelola oleh Kementerian

Pertahanan. Angkatan bersenjata disebut sebagai kekuatan pertahanan dan, di

beberapa negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri. Dalam bahasa militer,

pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin perlindungan dari satu unit yang sensitif

dan jika sumber daya ini jelas, misalnya tentang cara-cara membela diri sesuai

dengan spesialisasi mereka, pertahanan udara (sebelumnya pertahanan terhadap

pesawat: DCA), pertahanan rudal, dll. Tindakan, taktik, operasi atau strategi

pertahanan adalah untuk menentang/membalas serangan.

Jenis Pertahanan

1. Pertahanan Militer untuk Menghadapi Ancaman Militer

Pertahanan militer merupakan kekuatan utama pertahanan negara yang

dibangun dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, tersusun dalam

komponen utama serta komponen cadangan dan komponen pendukung.

Pendayagunaan lapis pertahanan militer diwujudkan dalam penyelenggaraan operasi

militer, baik dalam bentuk Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer

Selain Perang (OMSP)

2. Pertahanan Nonmiliter/Nirmiliter untuk Menghadapi Ancaman Nonmiliter/

Nirmiliter.

Pertahanan nonmiliter disebut juga dengan pertahanan nirmiliter merupakan

kekuatan pertahanan negara yang dibangun dalam kerangka pembangunan nasional

untuk mencapai kesejahteraan nasional dan dipersiapkan untuk menghadapi ancaman

nirmiliter. Lapis pertahanan nirmiliter tersusun dalam fungsi keamanan untuk

keselamatan umum yang mencakup penanganan bencana alam dan operasi

kemanusiaan lainnya, sosial budaya, ekonomi, psikologi pertahanan, yang pada

intinya berkaitan dengan pemikiran kesadaran bela negara, dan pengembangan

teknologi. Inti pertahanan nirmiliter adalah pertahanan secara nonfisik yang tidak

menggunakan senjata seperti yang dilakukan oleh Lapis pertahanan militer, tetapi

pemberdayaan faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi

Page 5: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

melalui profesi, pengetahuan dan keahlian, serta kecerdasan untuk mencapai

kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan.

Komponen Pertahanan

Di Indonesia, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer

menempatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai "komponen utama" dengan

didukung oleh "komponen cadangan" dan "komponen pendukung". Sistem

Pertahanan Negara dalam menghadapi Ancaman Nonmiliter menempatkan lembaga

pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan

sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur unsur lain dari kekuatan

bangsa. Pembegian komponen pertahan sebagai berikut :

1. Komponen utama

"Komponen utama" adalah Tentara Nasional Indonesia , yang siap digunakan untuk

melaksanakan tugas tugas pertahanan.

2. Komponen cadangan

"Komponen cadangan" adalah "sumber daya nasional" yang telah disiapkan untuk

dikerahkan melalui Mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan

kemampuan komponen utama.

3. Komponen pendukung

"Komponen pendukung" adalah "sumber daya nasional" yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.

Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan nyata untuk perlawanan fisik.

"Sumber daya nasional" terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan

sumber daya buatan. Sumber daya nasional yang dapat Dimobilisasi dan

didemobilisasi terdiri dariSumber Daya Alam ,Sumber Daya Buatan , serta sarana dan

prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil strategis, faktor

geografi dan lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara

dengan segenap unsur perlengkapannya dengan atau tanpa modifikasi.

Page 6: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

2.2 Pendidikan Kewarganegaraan Bersifat Semesta

Pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu landasan demi terciptanya suatu

pertahanan negara, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak

dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk

mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka

dan berdaulat. Kesemestaan mengandung makna pelibatan seluruh rakyat dan

segenap sumber daya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah

negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan menyeluruh (Sudarsono,

2008).

Upaya pertahanan yang bersifat semesta adalah model yang dikembangkan

berdasarkan pertimbangan strategis bukan karena alasan ketidakmampuan dalam

membangun pertahanan yang modern. Meskipun Indonesia telah mencapai tingkat

kemajuan yang cukup tinggi, model tersebut tetap dikembangkan dengan

menempatkan warga negara sebagai subjek pertahanan negara sesuai dengan

perannya masing- masing.

Sistem Pertahanan Negara yang bersifat semesta bercirikan kerakyatan,

kesemestaan, dan kewilayahan. Ciri kerakyatan mengandung makna bahwa orientasi

pertahanan diabdikan oleh dan untuk kepentingan seluruh rakyat. Ciri kesemestaan

mengandung makna bahwa seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya

pertahanan. Ciri kewilayahan merupakan gelar kekuatan pertahanan yang tersebar di

seluruh wilayah NKRI, sesuai dengan kondisi geografi sebagai satu kesatuan

pertahanan.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan kemampuan warga negara dalam usaha

meningkatkan hubungan antar warga negara dan negara. Pendidikan

kewarganegaraan dapat memupuk jiwa patriotik, rasa cinta tanah air, semangat

kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran akan sejarah perjuangan bangsa

indonesia, dan sikap menghargai jasa para pahlawan. Melalui pendidikan

kewarganegaraan, setiap warga negara harus mampu memahami, menganalisis, dan

Page 7: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negara

secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita sejarah nasional seperti yang

digariskan dalam pembukaan UUD 1945. Pendidikan kewarganegaraan diberikan

disemua jenjang pendidikan dari SD sampai dengan Pengguruan Tinggi Negeri

(Nurdiaman, 2007).

2.3 Pendidikan Kewarganegaraan di Era Tahun 1950

Perjalanan panjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai sejak,

sebelum, dan selama penjajahan. Kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan

mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era pengisian kemerdekaan

menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Dalam

kaitannya dengan semangat perjuangan bangsa, maka perjuangan non fisik sesuai

dengan bidang profesi masing-masing memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi

setiap warga negara Indonesia pada umumnya. Selain itu juga bagi mahasiswa

sebagai calon cendekiawan pada khususnya yaitu melalui Pendidikan

Kewarganegaraan (Lemhanas, 2007).

Pada tahun 1950 Pendidikan Kewarganegaraan terdapat pada pendidikan

sekolah menengah keatas (SMA) dimana dikatakan bahwa kewarganegaraan yang

diberikan disamping tata negara adalah tugas dan kewajiban warga negara terhadap

pemerintah, masyarakat, keluarga, dan diri sendiri. Namun, pelajaran tersebut tidak

diberikan secara ilmu pengetahuan melainkan sebagai dasar yang berjiwa nasional

serta kewarganegaraan yang baik (Kartika, 2013).

Munurut Azra (Dalam Rahayu,2007), pendidikan kewarganegaraan, civic

education dikembangkan menjadi pendidikan kewargaan yang secara substanstif

tidak saja mendidik generasi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan

kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tetapi juga

membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia, global society.

Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

Page 8: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3 UU SPN Tahun 2003)

(Sarbini,2012).

Pendidikan Kewiraan tahun 1973/1974, sebagai bagian dari kurikulum

pendidikan nasional, dengan tujuan untuk menumbuhkan kecintaan pada tanah air

dalam bentuk PPBN yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang

diberikan kepada peserta didik SD sampai sekolah menengah dan pendidikan luar

sekolah dalam bentuk pendidikan kepramukaan, sedangkan PPBN tahap lanjut

diberikan di PT dalam bentuk pendidikan kewiraan (Dewi, 2011). Perkembangan

kurikulum dan materi Pendidikan Kewarga negaraan sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan pendidikan kewiraan sebagai cikal bakal darai PKn

berdasarkan SK bersama Mendikbud dan Menhankam tahun 1973,

merupakan realisasi pembelaan negara melalui jalur pengajaran khusus di

PT, di dalam SK itu dipolakan penyelenggaraan Pendidikan Kewiraan dan

Pendidikan Perwira Cadangan di PT.

b. Berdasarkan UU No. 20 tahun 1982 tentang Pokok-pokok Penyelenggaraan

Pertahanan dan Keamanan Negara ditentukan bahwa:

i. Pendidikan Kewiraan adalah PPBN tahap lanjutan pada tingkat PT,

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Penyelenggaraan Sistem

Pendidikan Nasional

ii. Wajib diikuti seluruh mahasiswa (setiap warga negara).

c. Berdasarkan UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional

dinyatakan bahwa:

i. Pendidikan Kewiraan bagi PT adalah bagian dari Pendidikan

Kewarganegaraan

ii. Termasuk isi kurikulum pada setiap jenis, jalur, dan jenjang

pendidikan

Page 9: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

d. SK Dirjen Dikti tahun 1993 menentukan bahwa Pendidikan Kewiraan

termasuk dalam kurikulum MKDU bersama-sama dengan Pendidikan

Agama, Pendidikan Pancasila, ISD, IAD, dan IBD sifatnya wajib.

e. Kep. Mendikbud tahun 1994, menentukan:

i. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan MKU bersama-sama dengan

Pendidikan Agama, dan Pendidikan Pancasila.

ii. Merupakan kurikulum nasional wajib diikuti seluruh mahasiswa

f. Kep. Dirjen Dikti No. 19/Dikti/1997 menentukan antara lain:

i. Pendidikan Kewiraan termasuk dalam muatan PKn, merupakan salah

satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok MKU

dalam susunan kurikulum inti

ii. Pendidikan Kewiraan adalah mata kuliah wajib untuk ditempuh setiap

mahasiswa pada PT

g. Kep. Dirjen Dikti No. 151/Dikti/Kep/2000 tanggal 15 Mei 2000 tentang

Penyempurnaan Kurikulum Inti MPK, menentukan:

i. Pendidikan Kewiraan termasuk dalam muatan PKn, merupakan salah

satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok MPK

dalam susunan kurikulum inti PT di Indonesia

ii. Pendidikan Kewiraan adalah mata kuliah wajib untuk ditempuh setiap

mahasiswa pada PT untuk program diploma III, dan strata 1.

h. Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/kep/2000 tanggal 10 Agustus, menentukan

antara lain:

i. Mata Kuliah PKn serta PPBN merupakan salah satu komponen yang

tidak dapat dipisahkan dari MPK

ii. MPK termasuk dalam susunan kurikulum inti PT di Indonesia 3) Mata

Kuliah PKn adalah MK wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa

pada PT untuk program Diploma/Politeknik, dan Program Sarjana.

Page 10: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

i. Kep. Mendiknas No. 232/U/2000 tanggal 20 Desember 2000 tentang

Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Belajar

Mahasiswa menentukan antara lain:

i. Kurikulum inti Program sarjana dan Program diploma, terdiri atas:

1. Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2. Kelompok Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)

3. Kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB)

4. Kelompok Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB)

5. Kelompok Mata Kuliah Kehidupan Bermasyarakat (MKB)

ii. MPK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk

mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian

mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

iii. Kurikulum inti merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang

harus dicakup dalam suatu program studi yang dirumuskan dalam

kurikulum yang berlaku secara nasional

iv. MPK pada kurikulum inti yang wajib diberikan dalam kurikulum

setiap program studi/kelompok program studi terdiri dari bahasa

Indonesia, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan

Kewarganegaraan.

v. MPK untuk PT berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional terdiri dari Pendidikan Bahasa, Pendidikan

Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Perkembangan Materi Pendidikan Kewarganegaraan

1) Awal 1979, materi disusun oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti yang terdiri dari

Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional, politik dan Strategi Nasional, Politik

Page 11: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

dan Strategi Pertahanan dan Keamanan Nasional, sistem Hankamrata. Mata kuliah

ini bernama Pendidikan Kewiraan.

2) Tahun 1985, diadakan penyempurnaan oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti, terdiri

atas pengantar yang bersisikan gambaran umum tentang bahan ajar PKn dan

interelasinya dengan bahan ajar mata kuliah lain, sedangkan materi lainnya tetap

ada.

3) Tahun 1995, nama mata kuliah berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan

yang bahan ajarnya disusun kembali oleh Lemhannas dan Dirjen Dikti dengan

materi pendahuluan, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik strategi

nasional, politik dan strategi pertahanan dan keamanan nasional, sistem pertahanan

dan keamanan rakyat semesta.

4) Tahun 2001, materi disusun oleh Lemhannas dengan materi pengantar dengan

tambahan materi demokrasi, HAM, lingkungan hidup, bela negara, wawasan

nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional

5) Tahun 2002, Kep. Dirjen Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002 materi berisi pengantar

sebagai kaitan dengan MKP, demokrasi, HAM, wawasan nusantara, ketahanan

nasional, politik dan strategi nasional.

Page 12: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB. 3 KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Pertahanan negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan bersifat

semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan

kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk

mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia yang merdeka

dan berdaulat. Upaya pertahanan yang bersifat semesta adalah model yang

dikembangkan berdasarkan pertimbangan strategis bukan karena alasan

ketidakmampuan dalam membangun pertahanan yang modern. Pendidikan

kewarganegaraan merupakan suatu landasan demi terciptanya suatu pertahanan

Negara.

Pada tahun 1950 Pendidikan Kewarganegaraan terdapat pada pendidikan sekolah

menengah keatas (SMA) dimana dikatakan bahwa kewarganegaraan yang diberikan

disamping tata negara adalah tugas dan kewajiban warga negara terhadap pemerintah,

masyarakat, keluarga, dan diri sendiri. Namun, pelajaran tersebut tidak diberikan

secara ilmu pengetahuan melainkan sebagai dasar yang berjiwa nasional serta

kewarganegaraan yang baik.

3.2 Saran

Ketahanan nasional sangatlah penting, karena itu akan lebih baik Menerapkan

ketahanan nasional memang tidak mudah. Perlu adanya usaha dan kerja keras yang

melibatkan seluruh warga indonesia agar negara dapat damai dan sejahtera. Sebagai

seorang pemuda dan pemudi harusnya kita dapat mempertahankan ketahanan bangsa

kita.

Page 13: MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Daftar Pustaka

Dewi, M,R. 2011. Pengertian, Tujuan, Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan

[Online]. http://chubhichubhi.blogspot.com. diakses pada 21 Februari 2014.

Khirana. 2012. Sistem Pertahanan Negara Indonesia .[Online]

http://kreytys.blogspot.com. diakses Pada 20 Februari 2014.

Kartika, Sofia. 20013. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan. [Online]

http://sofiakartikablog.wordpress.com . diakses pada 21 Februari 2014

Lemhanas. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta: Digital Book Universitas

Gunadarma.

Nurdiaman, Aa. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Kecakapan Berbangsa dan

Bernegara. Jakarta: Pribumi Mekar.

Rahayu, Minto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Perjuangan Menghidupi Jati diri

Bangsa. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sarbini, 2012. Pembinaan Kepatuhanpeserta Didik Terhadap Norma Sekolah.Vol 2.

No. 4: 47-56.

Sudarsono, 2008. Buku Putih Pertahanan Indonesia. Jakarta: Departemen Pertahanan.