Upload
wahyu-wiji-pamungkas
View
216
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
qaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Citation preview
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
DIJENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS
(Banyaknya Anak yang Putus Sekolah)
MAKALAH INDIVIDU
Diajukan sebagai syarat untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah “Pengantar Pendidikan”
(Dosen : Drs. Arif Hertanto, M.Pd)
Disusun oleh :
EKA YULIANI
1101050084
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011
KATA PENGANTAR
Assalmu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rakhmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DIJENJANG SEKOLAH
MENENGAH ATAS”. Makalah ini disusun untuk dapat digunakan Mahasiswa
agar dapat memehami menganai apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
munculnya berbagai masalah pendidikan di Indonesia serta pemacahan
masalahnya.
Kehadiran makalah ini tidak lepas dari bantuan dari banyak pihak, untuk itu
kami mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
bersangkutan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
mengingat kemampuan dan pengetahuan kami yang masih terbatas. Untuk itu
segala masukan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi
sempurnanya makalah ini sangat kami harapkan agar dapat bermanfaat bagi kami
dan para pembaca pada khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………….................. 1
B. Permasalahan …………………………………….................... 3
C. Tujuan ……………………………........................................... 3
D. Manfaat Penulisan ……………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Problematika yang Muncul …………………………………... 5
B. Faktor yang Menjadi Problematika Pendidikan Dijenjang
Sekolah Menengah Atas .……………………........................... 5
C. Pemecahan Permasalahan …………………………………….. 10
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………………… 12
B. Saran ………………………………………………………...... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan
primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti saat ini pendidikan
sangatlah penting peranannya. Orang-orang berlomba untuk dapat
mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk mengejar teknologi yang
semakin canggih. Tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat tidak dapat
mengenyam pendidikan secara layak, baik dari strata tingkat dasar sampai
jenjang yang lebih tinggi. Selain itu juga ada sebagian masyarakat yang sudah
dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhinya putus sekolah juga.
Ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat tidak dapat mengenyam
pendidikan atau yang putus sekolah seperti diantaranya keterbatasan adana
pendidikan karena kesulitan ekonomi, kurangnya niat seseorang individu
untuk mengenyam pendidikan, kurangnya fasilitas pendidikan di daerah
terpencil atau daerah tertinggal dan selain itu karena adanya faktor lingkungan
( pergaulan).
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, isu mengenai keterbatasan akses
pendidikan yang dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi masih akan terus
menjadi wacana yang hangat dalam beberapa waktu kedepan. Hal ini tentunya
erat kaitannya dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini. Tapi akan menjadi
pemahaman yang salah bila ketidakterjangkauan biaya pendidikan dipahami
sebagai bentuk dikotomi atas akses pendidikan bagi kalangan tertentu saja.
Pada masa sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer,
dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan
sangatlah penting peranannya. Orang-orang berlomba untuk dapat mengenyam
pendidikan setinggi mungkin untuk mengejar tehknologi yang semakin
canggih. Tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat tidak dapat mengenyam
pendidikan secara layak baik dari strata tingkat dasar sampai jenjang yang
lebih tinggi. Selain itu ada juga sebagian masyarakat yang sudah dapat
mengenyam pendidikan dasar namun pada akhirnya putus sekolah juga.
Dan kebanyakan dari mereka hanya mengenyam pendidikan hanya sampai
Sekolah Menengah Pertama. Yang pada saat ini tenetu amatlah sulit kaitannya
dengan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia, karena minimal calon
pekerja sebagai buruh pabrik haruslah lulusan SMA/SMK. Itupun sangatlah
sulit untuk mendapatkannya, apalagi untuk nantinya bersaing dengan mereka
yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi. Seperti saat ini Indonesia
sedang giat-giatnya mencanangkan program belajar 12 tahun.
Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) sebagai salah satu unsur
sumberdaya manusia yang potensial sangat diperlukan dalam rangka mencapai
kemajuan bangsa, “Di Indonesia, pendidikan diarahkan pada pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya sebagai warga Negara yang pancasila
Berdasarkan fakta yang konkret, bahwa setiap anak yang telah memasuki
usia balita atau berusia sekitar 7 tahun akan membutuhkan pendidikan, baik itu
pendidikan di dalam rumah tangga maupun dalam lingkungan yang formal
seperti sekolah, kursus atau bahkan dalam lingkungan masyarakat, pendidikan
tidak hanya didapat melalui pendidikan formal atau yang sering disebut
sekolah, tetapi pendidikan juga didapat dalam lingkungan informal yang
bersumber dari keluarga dan lingkungan. Pendidikan dapat diartikan sebagai
perbuatan mendidik, pendidikan dapat pula diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan budaya
masyarakat.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap
manusia secara keseluruhan, setiap manusia berhak mendapatkan atau
memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal, maupun nonformal,
sehingga pada gilirannya ia akan memiliki mental, akhlak, moral, dan fisik
yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan
tugas, kewajiban, dan tanggungjawabnya didalam masyarakat.
B. Permasalahan
Dengan memperhatikan latar belekang tersebut diatas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja yang menjadi problematika pendidikan dijenjang SMA?
2. Bagaimana cara pemecahan masalah tersebut?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini tidak lain agar para pembaca
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia pendidikan saat
sekaarang ini. Sebab banyak msalah-masalah yang terjadi dalam dunia
pendidikan saat sekarang ini.
Disamping itu, agar para pembaca dapat menyadari bahwa pendidikan
sangatlah penting guna menghadapi perkembangan zaman yang terjadi saat
ini.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta
didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka
meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas
pendidikan pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problematika yang Muncul di Masyarakat
Berbagai problematika pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Pertama
yang sering muncul adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya anak dan remaja rawan DO/ putus sekolah.
2. Kasus siswa atau remaja yang tinggal kelas dan prestasi balajar buruk atau
kurang.
3. Banyaknya siswa yang bersikap cuek / acuh tak acuh dalam menerima
mata pelajaran dan mengerjakan PR, dan bahkan bersikap acuh terhadap
penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru.
4. Banyaknya pengamen usia remaja yang saat ini berkeliaran di seluruh
wilayah negri ini.
5. Banyaknya anak-anak usia remaja yang hidup di jalanan sangat potensial
disalahgunakan oleh kejahatan yang terorganisasi.
6. Keadaan remaja yang masih labil, memudhkan mereka dibujuk dengan
gampang untuk melakukan tindak kriminal.
B. Faktor yang Menjadi Problematika Pendidikan Dijenjang
Sekolah Menengah Atas
1. Faktor internal
a. Keluarga
Keluarga Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama
atas perawatan dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja.
Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-
norma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga.
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati.
Apalagi setelah anak lahir, pengenalan diantara orang tua dan anak-
anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaian.
Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam
lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu
merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan pertama sehingga
sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja
maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan
mempengaruhi pendidikan selanjutnya.
Faktor yang menyebabkan banyaknya anak dan remaja putus sekolah
adalah kurangnya ikhwal serta peranan orang tua.
1) Ketidak mampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya
pendidikan yang berdampak terhadap masalah psikologi anak
sehingga anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik dalam pergaulan
dengan teman sekolahnya selain itu adalah peranan lingkungan .
2) Kurangnya perhatian / pengawasan orang tua terhadap kegiatan
belajar anak di rumah.
3) Figur orang tua yang senantiasa melihat keberhasilan seseorang dari
ukuran yang praktis dan pragmatis. Artinya dimata orang tua yang
terpenting adalah si anak dapat cepat bekerja dan mencari uang
sendiri.
4) Kesadaran akan kebutuhan belajar anak kurang.
5) Kesibukan orang tua yang sangat padat, sampai-sampai tidak ada
waktu juga untuk mengetahui serta membantu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh anak-anaknya di sekolah
6) Latar belakang keluarga yakni dari orang tua yang tidak pernah
mengayam pendidikan, sehingga mereka beranggapan pendidikan
tidak begitu penting.
b. Faktor dari Diri sendiri
1) Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi
sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu
membayar kewajiban biaya sekolah dll.
2) Kurangnya minat belajar anak sehingga menyebabkan mereka
malas sekolah bahkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
3) Kurangnya kesadaran dari anak tersebut akan pentingnya
pendidikan.
Misalnya, ada siswa yang bersikap cuek / acuh tak acuh dalam
menerima mata pelajaran dan mengerjakan PR, dan bahkan bersikap
acuh terhadap penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru, justru
murid sepertinya tampak gembira kalau guru menyatakan bahwa hari
ini tidak ada pelajaran / kosong.
4) Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena
Droup Out.
5) Kurangnya waktu belajar yang cukup buat remaja / anak sekolah
pada akhirnya membuat mereka kelabakan sendiri jika PR dari
sekolah.
6) Karena sifat malas yang dibiarkan berlarut-larut oleh para orang
tua, misalnya anak-anak cenderung akan belajar hanya jika ada PR
saja. Jangankan belajar untuk materi yang akan datang, materi yang
sudah diajarkan saja tidak jarang anak-anak tidak belajar untuk
mengulangnya lagi.
1) Faktor eksternal
a. Lingkungan sekolah
1) Masalah lingkungan sekolah, yang mana jarak sekolah dengan
tempat tinggal meraka tersebut jauh, sehingga kebanyakan remaja
mengatakan kepada orang tuanya mereka ke sekolah tetapi ternyata
mereka tidak sampai di sekolah.
2) Masalah standarisasi untuk menentukan seorang siswa layak atau
tidak naik kelas, masalah pemberian sanksi bagi siswa yang tidak
mengerjakan PR. Bagi seorang guru adalah sesuatu yang sangat
dilematis. Di satu sisi jika guru bertindak lunak, tetapi di sisi lain jika
guru bertindak kasar, mungkin siswa yang bersangkutan akan malas
dan tidak masuk sekolah, atau bahkan pada akhirnya siswa tersebut
lebih memilih untuk tidak lanjut lagi dan akhirnya mereka putus
sekolah.
3) Dana BOS yang hanya dioperasionalkan pada jenjang SD dan SMP
saja, menyebabkan banyak orang tua yang enggan menyekolahkan
anaknya ke jenjang yang lebih tinggi seperti SMA/SMK bahkan
Perguruan Tinggi.
4) Selain itu tidak jarang adanya penyalahgunaan dana BOS oleh
oknum-oknum tertentu di Sekolah yang tidak bertanggung jawab.
Sehngga Dana BOS tidak ter-realisasi dengan baik.
5) Rendahnya kualitas Guru juga berpengaruh terhadap perkembangan
anak didik di sekolah.
b. Lingkungan Masyarakat
1) Lingkungan masyarakat desa
a) Kurangnya kesadaran masyarakat desa akan pentingnya
pendidikan serta rendahnya teraf hidup masyarakat di desa.
b) Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan serta kurangnya
mutu pendidikan di desa.
c) Masalah lingkungan sosial masyarakat desa, dimana sudah
menjadi rahasia umum lulusan SMP banyak anak yang tidak
melanjutkan pendidikannya ke sekolah lanjutan atas ( SMA )
atau bahkan ke perguruan tinggi, tetapi mereka lebih memilih
untuk mencari kerja.
2) Lingkungan masyarakat kota
a) Makin banyaknya tuntutan kebutuhan di kota- kota besar
mengakibatkan anak remaja sekarang lebih memilih untuk
bekerja agar dapat membeli apa yang diinginkannya.
b) Kondisi psikologi anak remaja yang masih labil, menjadi factor
munculnya berbagai tindakan criminal di kota-kota besar.
c) Pergaulan bebas yang selalu melanda di kota-kota besar
mengakibatkan banyak anak remaja yang putus sekolah,
misalnya karena mengkonsumsi narkoba sehingga mereka di DO.
d) Biaya sekolah di kota-kota besar yang cendrung mahal, menjadi
faktor utama penyebab putus sekolah.
e) Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain
seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak
naik kelas , prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali
ke sekolah.
C. Cara Penanggulangannya
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua
solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem
sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem
pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem
pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem
ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang
menyangkut perihal pembiayaan, seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan
guru, dan mahalnya biaya pendidikan. Berarti menuntut juga perubahan sistem
ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem
pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka
sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem
ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan
menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang
berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan
masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-
upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya
kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan,
juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan
kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat
peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Disamping dua solusi tersebut di atas, sangat diperlukan juga kesadaran
dari setiap manusia untuk peduli dengan kondisi pendidikan di Indonesia saat
ini. Untuk membangkitkan kesadaran tersebut tidak hanya pemerintah namun
juga setiap warga negaranya bersama-sama melaksanakan sosialisasi ataupun
penyuluhan mengenai pentingnya peranan pendidikan untuk anak Indonesia,
demi terwujudnya kecerdasan Bangsa. Melalui sosialisasi yang dilaksanakan
bersama ini diharapkan mampu membangkitkan kesadaran mengenai
bagaimana pentingnya pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki
era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.
Adapun saat ini banyak problematika pendidikan khususnya dijenjang Sekolah
Menengah Atas. Masalah yang muncul di antaranya adalah masalah
banyaknya anak yang terpaksa putus sekolah, selain itu banyak terjadi
tindakan criminal anak remaja.
Adapun faktor yang mempengaruhi masalah tersebut berasal dari 2 faktor
umum yakni:
1. Faktor Internal
Keluarga
Diri sendiri
2. Faktor Eksternal
Lingkungan sekolah
Lingkungan masyarakat
Sedangkan cara pemecahan masalahnya dapat melalui 2 aspek yakni:
1. Solusi sistemik
2. Solusi teknis
Selain dua aspek di atas yang tidak kalah pentingnya adalah kesadaran
mengenai pentingnya pendidikan, untuk membangkitkan kesadaran tersebut
dapat dilakukan dengan sosialisasi ataupun penyuluhan mengenai pentingnya
pendidikan, yang dilakukan tidak hanya oleh pemerintah namun juga oleh
seluruh warga Negara yang sadar akan pentingnya pendidikan.
B. Saran
Sangat diperlukan sekali kesadaran dan kepedulian dari berbagai kalangan
baik dari pemerintah, pihak sekolah, maupun para orang tua. Dimana
kesemuanya ( pemerintah, pihak sekolah, orang tua ) sangat berpengaruh
terhadap jumlah anak yang akan putus sekolah.
Sepatutnya kita tidak bersikap masa bodoh, dan berdalih bahwa itu
tanggungjawab pemerintah. Tapi paling tidak ada diantara kita yang tersentuh
dan ingin ikut membantu berandil pada perbaikan rakyat, bangsa, dan negara
ini. Banyak orang lain yang peduli dan mendedikasikan hidupnya untuk
membantu mereka yang kurang beruntung.
Jadi, jangan bilang kita, anda, tidak sanggup membantu. Sedikit kepedulian
kita, sangat besar artinya bagi mereka,baik itu dengan membantu dorongan
moral dan sedikit menyadarkan mereka akan pentingnya pendidikan bagi
kehidupan. Dan juga berikanlah rasa iba kita kepada mereka karena mereka
bagian dari anak-anak bangsa ini yang setidaknya bisa mendapatkan
kesempatan mengenyam dunia pendidikan untuk masa depan yang lebih cerah.
DAFTAR PUSTAKA
Hardi. 2010. “Masalah Pendidikan dan Cara Penyelsaiannya” (oneline),
("http://www.wordpress.com"www.wordpress.com, diakses tanggal 13
Desember 2011).
Yuniati. 2009. “Banyaknya Anak Putus Sekolah” (online),
(http://blog.appidi.or.id/?p=430,edukasi.kompas.com/banyak.anak.putus.sek
olah.karena.bekerja, diakses tanggal 13 Desember 2011).