26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat (SSP)manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah virus rabies yang termasuk genus Lyssa virus, famili Rhabdoviridae, Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewanlainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah. Penyakit rabies mempunyai gejala patognomik takut air (hydrophobia), takut sinar matahari ( photophobia), takut suara, dan takut udara (aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan air mata berlebihan (hiperlakrimasi), air liur berlebihan (hipersalivasi), timbul kejang bilaada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas gigitan hewan penular rabies. Menurut laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia, kasus gigitan rabies ke Kelompok 3-Penyakit Rabies

Makalah Penyakit Rabies

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Penyakit Rabies

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangRabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat (SSP)manusia dan mamalia dengan mortalitas 100%. Penyebabnya adalah virus rabies yang termasuk genusLyssavirus, famili Rhabdoviridae, Virusrabies terdapatdalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewanlainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Banyak hewanyang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumberdari rabies adalah anjing, hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar,rakun, sigung, rubah. Penyakit rabies mempunyaigejala patognomik takut air (hydrophobia), takut sinar matahari (photophobia), takut suara, dan takut udara (aerophobia). Gejala tersebut disertai dengan air mataberlebihan (hiperlakrimasi), air liur berlebihan (hipersalivasi), timbul kejang bilaada rangsangan, kemudian lumpuh dan terdapat tanda bekas gigitan hewan penularrabies.Menurut laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia, kasus gigitan rabies ke Indonesia mencapai jumlah 20.926 kasus gigitan per tahun pada tahun 2010 yang terlaporkankepada Dinas-Dinas Kesehatan di seluruh Kabupatendi Indonesia.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana sejarah penyakit rabies ?2. Apa definisi dari penyakit rabies ?3. Bagaiman penyebab penyakit rabies berdasarkan metode trias epidemiologi ?4. Apa saja ciri-ciri hewan yang terkena rabies ?5. Bagaimana proses penularan penyakit rabies ?6. Bagaimana gejala dan tanda penyakit rabies ?7. Bagaimana penanganan penyakit rabies ?

C. Tujuan1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah penyakit rabies.2. Untuk mengetahui definisi dari penyakit rabies.3. Untuk mengetahui bagaimana penyebab penyakit rabies berdasarkan metode trias epidemiologi.4. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri hewan yang terkena rabies.5. Untuk mengetahui bagaimana proses penularan penyakit rabies.6. Untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit rabies.7. Untuk mengetahui bagaimana penanganan penyakit rabies.

D. ManfaatDengan adanya makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penyakit rabies sehingga kita dapat mencegah penyakit rabies ini. Makalah ini pula dapat menjadi referensi dalam pembuatan makalah mengenai penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit rabies.

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Penyakit RabiesRabies pertama kali ditemukan pada 2000 tahun SM, yaitu ketika Aristoteles menemukan bahwa anjing dapat menularkan infeksi kepada anjing yang lain melalui gigitan. Lalu pada tahun 1885, ketika seorang anak laki-laki berumur 9 tahun digigit oleh seekor anjing yang terinfeksi virus rabies, Louis Pasteur mengobatinya dengan vaksin dari medulla spinalis anjing tersebut. Hal ini menjadikannya orang pertama yang mendapatkan imunitas, karena anak tersebut tidak menderita rabies. Kemudian pada tahun 1903 ditemukan badan Negri yang bersifat diagnostik. Pada tahun 1940-an sudah dimulai penggunaan vaksin rabies pada anjing. Penambahan globulin imun rabies untuk manusia setelah pemaparan pengobatan vaksinasi dilakukan pada tahun 1954. Lalu pada tahun 1958 dilakukan penumbuhan virus rabies dalam biakan sel. Pada tahun 1959 dilakukan pengembangan tes antibodi fluoresen diagnostik.

B. Definisi Penyakit RabiesRabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies (Rhabdovirus). Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti berbentuk batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti batang.Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Rabies merupakan salah satu penyakit di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi kucing, anjing, rakun, kelelawar atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan yang terinfeksi. Rabies disebut juga penyakit anjing gila. Setiap tahun, rabies menyebabkan kematian sebanyak 50,000 orang dan jutaan hewan di seluruh dunia. Setelah gejala-gejala muncul, penyakit ini akan berakhir dengan fatal. Apabila sebuah kelompok masyarakat terkena penyakit ini, maka perbandingannya bisa mencapai 5 : 1.Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing gila.Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).Data Kasus Rabies DUNIA Penyakit rabies terjadi lebih dari 150 negara dan wilayah 40% dari irang yang digigit oleh hewan gila adalah anak dibawah 15 tahun 99% host virus rabies adalah anjing. lebih dari 55.000 orang meninggal dunia akibat penyakit rabies

INDONESIASampai pada bulan Agustus 2010 sudah 113 orang positif terjangkit virus rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan sehingga tidak mengherankan apabila kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini mencapai 100%.Tahun 2005 KLB terjadi di Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat. Pada akhir tahun 2007 terjadi KLB di Banten. Pada November 2008 terjadi KLB di Kab. Bandung, Bali, Pulau Nias, Sumatra Utara sampai pada Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies.

C. Penyebab Penyakit Rabies Berdasarkan Metode Trias Epidemiologi Faktor AgentFaktor penyebab rabies adalah virus rabies yang termasuk famili Rhabdovirus. Bentuknya menyerupai peluru, berukuran 180 nm dengan diameter 75 nm, dan pada permukaannya terlihat struktur seperti paku dengan panjang 9 nm. virus ini tersusun dari protein, lemak, RNA, dan karbohidrat. Virus rabies tidak dapat bertahan lama diluar jaringan hidup. Virus mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet. Dengan pemanasan 60C selama 5 menit, virus rabies akan mati. Virus ini tahan terhadap suhu dingin, bahkan dapat bertahan beberapa bulan pada suhu -4C.Gambar.

Faktor HostHewan-hewan yang terkena virus rabies seperti anjing, kucing, monyet, musang, dan manusia.Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies, kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras. Faktor EnvironmentRabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim. Penyakit ini sering terjadi dilingkungan dimana anjing lebih banyak daripada orang yang tinggal disitu. Port of Entry and ExitPada Hewan, Pertama-tama, virus rabies ini akan melekat atau menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis virus dimasukan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi, virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ia tempati. Lalu terjadilah transkripsi dan translasi. Kemudian hewan mengeluarkan air liur yang mengandung virus rabies (Rhabdovirus) dan dapat menularkan kepada sesame hewan maupun manusia.

D. Ciri-ciri Hewan dan Manusia yang Terkena RabiesGejala rabies pada binatang bisa dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: Fase Prodromal

Selama fase awal yang berlangsung selama beberapa hari, penyakit ini menghasilkan perubahan yang tidak terlalu terlihat, yaitu: Hilang nafsu makan Lesu Demam kadang muncul kadang hilang Mudah marah atau keinginan untuk sendiri

Fase Mad Dog

Fase ini biasa berlangsung kurang dari seminggu, ini adalah yang paling menakutkan karena biasanya gejala kekerasan paling sering terjadi pada fase ini, meskipun perlu dicatat bahwa tidak semua hewan yang terinfeksi rabies melalui fase ini. Beberapa orang dan hewan melewati fase ini dan langsung menuju ke fase ke-3, yaitu Paralytic.Gejala yang muncul pada fase ini adalah : Kurangnya kordinasi, gerakan otot yang tidak teratur atau kejang Perilaku agresif terhadap benda atau makhluk lain Gelisah dan berkeliaran tanpa tujuan dari satu tempat ke tempat lain Kurangnya rasa takut Kebingungan dan tidak begitu mengenali orang-orang dan tempat yang seharusnya dia tau.

Fase Paralytic

Dalam tahap akhir dan mematikan dari penyakit ini, manusia dan anjing yang terinfeksi rabies memperlihatkan gejala-gejala berikut ini: Mulut berbusa : Gejala ini disebabkan oleh kelumpuhan yang terjadi pada tenggorokan dan otot rahang, yang membuat sulit untuk menelan ludah. Akibatnya, kebanyakan hewan tidak akan mau makan dan minum sama sekali pada tahap ini. Rahang mengendur yang juga disebabkan oleh berkembangnya kelumpuhan. Kelumpuhan seluruh tubuh yang berakhir pada kematian.

Perlu diketahui bahwa virus dapat tetap aktif di dalam tubuh hewan yang mati untuk waktu 48 jam dan darah serta cairan tubuh lainnya dari hewan tersebut bisa menularkan virus jika terkontak dengan luka segar yang terbuka atau selaput lendir.

Gejala sakit yang akan dialami oleh seseorang apabila terkena virus rabies dibagi dalam 4 tahap, yaitu : Stadium ProdnormalDalam stadium prodnormal sakit yang timbul pada penderita tidak mencolok/ tidak khas. Hanya menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan, pusing, pening, dan sebagainya.

Stadium SensorisDalam stadium sensoris penderita yang terkena virus rabies umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, hiperhidrosis, hiperlakriminasi, hipersalivasi dan lain sebagainya. Stadium EksitasiPada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi aerofobia, fotofobia dan hidrofobia. Kejang-kejang ini terjadi sebagai akibat dari adanya gangguan di daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Stadium ParalitikPada stadium ini menunjukkan tanda-tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif. karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka keempat stadium sebelumnya akan terlihat sangat jelas perbedaannya.Anjing Apa Yang Paling Beresiko Tinggi Terkena RabiesAnjing yang tidak di vaksin dan diizinkan untuk berkeliaran di luar rumah tanpa pengawasan adalah yang paling beresiko tinggi. Mereka bisa bertemu dengan hewan liar dan memiliki kemungkinan besar untuk berkelahi dengan anjing atau kucing liar yang terinfeksi.Bagaimana Rabies Di-Diagnosis Tidak ada tes akurat untuk mendiagnosa rabies pada hewan hidup. Tes antibody fluorescent adalah yang paling akurat untuk diagnosa yang telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam pendiagnosaan penyakit rabies. Namun karena memerlukan jaringan otak, maka hal ini hanya bisa dilakukan setelah kematian hewan tersebut dengan menggunakan suntik mati terlebih dahulu, jadi tidak dapat di praktekkan pada manusia. Akan tetapi, uji serupa dapat tetap dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita walaupun tidak akurat 100%.E. Proses Penularan PenyakitSumber penularan penyakit rabies 90% dari anjing, 6% dari kucing, 4% dari monyet dan hewan lain.Setelah menyerang dan mengakibatkan radang otak. Virus akan menyebar ke air liur penderita rabies. Pada anjing, virus ditemukan kurang dari 5 hari sebelum timbulnya gejala. Gigitan hewan terinfeksi bias langsung menularkan penyakit. Cakaran hewan terinfeksi perlu diwaspadai karena kebiasaan hewan yang menjilati cakarnya.Masa inkubasi pada hewan hampir sama dengan masa inkubasi pada manusia. Pada manusia, masa inkubasi virus rabies ini sekitar 20-90 hari. Beberapa literature menyatakan 30-60 hari. Masa inkubasi dipengaruhi oleh beberapa factor, di antaranya: Virulensi/srain virus Banyak sedikitnya virus Jarak lokasi gigitan dengan kepala (Susunan saraf pusat) Jumlah luka gigitan Dalam dan luasnya luka gigitan Jumlah saraf pada luka gigitan Respon imun penderita.

Setelah tergigit, virus rabies akan tetap berada pada lokasi gigitan sampai selama+2 minggu, kemudian virus akan bergerak menuju ujung syaraf posterior untuk menuju ke otak. Dalam perjalanannya, Virus akan bereplikasi (memperbanyak diri). Di otak, Virus akan menempati bagian neuron saraf pusat terutama di hipotalamus, bagian otak , dan pada system limbic.Selanjutnya, virus akan bergerak menuju saraf tepi melalui saraf eferen, volunteer, dan otonom, untuk mencapai hamper semua organ, terutama pada kelenjar air liur, air mata dan ginjal. Pergerakan virus tidak melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada saat perjalanan virus ke otak , tubuh penderita belum menunjukkan gejala-gejala terserang penyakit. Setelah berkembang biak di otak, Jumlah virus akan cukup signifikan untuk menyebabkan gangguan fungsi. Adanya virus pada system limbik yang mengontrol emosi yang menyebabkan penderita kehilangan control kesadaran emosinya. Pada hewan, hal ini dapat menyebabkan serangan pada pihak lain secara tiba-tiba tanpa provokasi sebelumnya.

F. Gejala dan Tanda 1. Pada manusiaGejala awal biasanya tidak jelas. Pasien merasa tidak enak dan gelisah. Gejala yang menonjol adalah rasa nyeri, panas, dan gatal disekitar luka, kemudian bisa di ikuti kejang, sakit kepala, demam, dan sulit menelan. Apabila telah terjadi kelumpuhan otot pernapasan, maka penderita dapat terancam meninggal. Gejala khas lainnya adalah hidrofobia, yaitu ketakutan penderita terhadap air yang bisa sampai terjadi kejang bila berdekatan dengan air. Gejala aerofobia dapat juga terjadi kejang bila berdekatan dengan air. 2. Pada hewan (anjing peliharaan)Hewan terinfeksi mengeluarkan banyak liur karena sulit menelan. Anjing seringkali menjepit ekor diantara kedua kakinya atau bertingkah laku aneh seperti tidak mengenal majikanya. Selain itu, anjing yang biasa keluar malam akan lebih sering keluar pada siang hari. Anjing yang tadinya jinak bisa menjadi ganas. Ia akan menyerang apa saja yang bergerak dan takut terhadap air (hidrofobia).

G. Penanganan Penyakit Rabies PencegahanPencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin, hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies. Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan.Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak segera dilakukan dapat mematikan (letal). Imunisasi prapajanan harus dilakukan terhadap orang yang berisiko tinggi terkena rabies mungkin perlu dilakukan dengan HDCV (human diploid cell rabies vaccine), RVA (rabies vaccine adsorbed) atau PCBC (purified chick embryo cell vaccine) misalnya pada orang -orang yang bekerja sebagai dokter hewan, petugas suaka alam pada daerah anzootik atau epizootic, petugas karantina hewan, petugas laboratorium atau petugas lapangan yang bekerja dengan rabies atau wisatawan yang berkunjung dalam waktu lama pada daerah endemis rabies.Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini. PengobatanJika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies kemungkinan tidak akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing dan tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies. Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberikan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan. Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalur pernafasan (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang penderita selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies. PenanggulanganTindakan Penanganan Kasus Gigitan :Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah: Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70%1. Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut. Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat. Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies. Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanRabies adalah penyakit infeksi virus yang berlangsung akut dan menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh rabiesvirus yang berasal dari family Rhabdovirus. Penyebaran bisa terjadi kebanyakan dari hewan anjing melalui gigitan hewan penderita tersebut atau kontak langsung dengan air liur dari hewan yang menderita rabies. Gejala yang akan timbul pada manusia adalah sensasi dingin atau kesemutan di tempat gigitan, tidak enak badan, sakit kepala, anoreksia, mual, sakit tenggorokan, rasa gugup/keresahan, hiperestesia, fotofobia, takut terhadap air dan sensitive terhadap suara keras. Pandangan islam mengenai penyakit ini juga sangat terkait dengan pandangan klinis dari rabies tersebut, yang diamana islam mengatakan kenajisan dari air kiur anjing tersebut serta toleransi dalam memelihara anjing hanya untuk sebab tertentu. Seperti berburu, menjaga tanaman dan hewan ternak.

B. Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatannya dan juga lingkungan sekitar. Dengan makalah ini juga diharapkan pemahaman masyarakat tentang penyakit rabies dan juga cara agar terhindar dari penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Penyakit Rabies. (online), (http://www.slideshare.net/dhiahbw/ penyakit-rabies-40198885, diakses 12 April 2015).Fajrina, Nur. 2012. Penyakit Rabies. (online), (http://nurfajrina.blogspot.com/ 2012/10/penyakit-rabies.html, diakses 12 April 2015).Nupratama, Kurniawan. 2014. Makalah Rabies. (online), (http://akurniaaa. blogspot.com/2014/04/makalah-rabies.html, diakses 12 April 2015).Nurhidayah, Andi. 2012. Makalah Epidemiologi Penyakit Rabies. (online), (http://idha2793.blogspot.com/2012/12/makalah-epidemiologi-penyakit-rabies.html, diakses 12 April 2015).Widoyono. 2011. Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya: Erlangga. jakarta

Kelompok 3-Penyakit Rabies 15