20
MAKALAH MASALAH KEFARMASIAN YANG JADI BERITA HANGAT AKHIR -AKHIR INI “PERAN STRATEGIS FARMASIS DALAM MENGHADAPI HARMONISASI ASEAN” DISUSUN OLEH : NAMA : SITI RISKA PURNAMA INDRIANI NIM : 093 901 S 11 044 TINGKAT : II A

makalah peran strategis farmasi.doc

  • Upload
    01tamie

  • View
    25

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH MASALAH KEFARMASIAN

MAKALAH MASALAH KEFARMASIAN

YANG JADI BERITA HANGAT

AKHIR -AKHIR INI

PERAN STRATEGIS FARMASIS DALAM MENGHADAPI HARMONISASI ASEAN

DISUSUN OLEH :

NAMA: SITI RISKA PURNAMA INDRIANI

NIM : 093 901 S 11 044

TINGKAT : II A

AKADEMI FARMASI MUHAMMADIYAH CIREBON

TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini tepat pada waktunya..

Didalam pembuatan makalah ini, penulis berusaha menguraikan dan menjelaskan tentang Peran Strategis Farmasis dalam Menghadapi Harmonisasi ASEAN.

Akhir kata penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik dan petunjuk dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.

Semoga makalah yang telah dibuat ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan informasi pada masa yang akan datang, khususnya bagi Mahasiswa/I Akfar Muhammadiyah Cirebon. Terima kasih

Penulis,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pasar bebas ASEAN / ASEAN Free Trade (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional. ASEAN memiliki enam anggota yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, singapura, thailand, vietnam, laos, myanmar dan kamboja.

Tujuan AFTA :

Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global

Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI)

Meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN (Intro ASEAN Trade)

Pelaksanaan AFTA :

Negara yang tergabung dalam ASEAN bakal memberlakukan penyatuan masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community/AEC) mulai 2015 sehingga :

Tarif-tarif bea masuk impor di semua negara ASEAN dihapus

Pergerakan barang-barang, jasa dan investasi di ASEAN bebas

ASEAN sebagai kawasan pasar tunggal dan basis produksi

Peluang Pelaksanaan AFTA

Peluang pasar yang semakin besar dan luas bagi produk indonesia, dengan jumlah penduduk sebesar dan tingkat pendapatan masyarakat yang beragam

Biaya produksi yang semakin rendah terutama bagi pengusaha/produsen indonesia yang sebelumnya membutuhkan barang modal dan bahan baku/penolong dari negara anggota ASEAN lainnya dan termasuk biaya pemasaran

Pilihan konsumen atas jenis / ragam produk yang tersedia di pasar domestik semakin banyak dengan tingkat harga dan mutu tertentu

Kerjasama dalam menjalankan bisnis semakin terbuka dengan beraliansi dengan pelaku bisnis di negara anggota ASEAN lainnya

Tantangan

Pengusaha / produsen indonesia dituntut terus-menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis secara profesional guna dapat memenangkan kompetisi dari produk yang berasal dari negara-negara anggota ASEAN lainnya baik dalam memanfaatkan peluang domestik maupun pasar negara anggota ASEAN lainnya.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

Secara teori, liberalisasi perdagangan atau dalam kasus ini ME-ASEAN 2015 bisa mempengaruhi secara negatif atau positif perusahaan-perusahaan di Indonesia secara individu melalui empat (4) cara.

A. Pertama

Melalui peningkatan persaingan di pasar domestik. Dengan tidak adanya hambatan hambatan terhadap impor barang dan jasa, maka persaingan di pasar dalam negeri antara perusahaan-perusahaan lokal dengan barang dan jasa impor akan sangat ketat. Kondisi pasar seperti ini akan memaksa perusahaan-perusahaan lokal yang tidak efisien/produktif untuk memperbaiki atau meningkatkan daya saingnya dengan berbagai cara antara lain melakukan secara terus menerus inovasi produk atau/dan proses produksi, meningkatkan efisiensi (menghilangkan pemborosan-pemborosan) atau produktivitas dengan cara antara lain menggunakan teknologi terkini, memberikan pelatihan bagi pekerja, lebih agresif dalam melakukan promosi, mengeksploitasi skala Ekonomis eksternal, mengembangkan skop, dan lain-lain; atau sebalinya, kalah bersaing dan akhirnya terpaksa menutup usaha. Keterbukaan sepenuhnya suatu ekonomi terhadap perdagangan luar negeri seperti di dalam konteks ME-ASEAN 2015 nanti, juga dapat dilihat sebagai pemicuh atau pemaksaan peningkatan skala usaha/pabrik hingga mencapai efisiensi skala dari perusahaan perusahaan lokal dengan cara mengadopsi teknologi-teknologi, manajemen, organisasi dan metode -metode produksi yang lebih efisien.

B. Kedua

Melalui penurunan biaya produksi. Karena tidak ada lagi tarif impor dan hambatan-hambatan impor lainnya maka harga-harga dari bahan-bahan baku dan input lainnya yang diimpor men- jadi murah, sehingga memperkuat posisi dari perusahaan-perusahaan domestik dalam persain -an di pasar domestik dengan barang- barang jadi impor dan/atau di pasar ekspor.

C. Ketiga

Melalui peningkatan ekspor. Penerapan ME-ASEAN 2015 dengan sendirinya memberikan peluang ekspor bagi perusahaan-perusahaan Indonesia (seperti juga bagi perusahaan- perusahaan di negara-negara anggota ASEAN lainnya).

D. Keempat

melalui pengurangan ketersediaan bahan-bahan baku atau input lainnya di pasar dalam negeri. Dengan menghilangnya hambatan-hambatan terhadap ekspor bahan-bahan baku (seperti pajak atau kuota ekspor), maka ekspor dari bahan-bahan baku akan meningkat, dan ini berarti perusahaan-perusahaan di dalam negeri akan mengalami kelangkaan atas bahan-bahan baku. Ini memang merupakan suatu efek negatif dari liberalisasi perdagangan luar negeri terhadap perusahaan-perusahaan domestik.

Melihat kondisi industri nasional yang tidak memuaskan, khususnya daya saingnya yang relatif rendah, maka tidak heran jika ekspektasi umum selama ini adalah bahwa penerapan ME-ASEAN 2015 yang pasti akan meningkatkan persaingan ketat di pasar domestik akan berdampak buruk terhadap industri nasional, terutama UMKM yang kebanyakan tidak efisien atau berdaya saing rendah.

Dengan diberlakukannya ME- ASEAN 2015, paling tidak, sesuai tujuannya ASEAN akan menjadi pasar tunggal, yang artinya semua barang dan jasa dari negara-negara anggota ASEAN lainnya akan mendapatkan kebebasan 100 persen masuk ke pasar dalam negeri. Demikian juga, barang dan jasa Indonesia akan sepenuhnya bebas masuk ke negara-negara tersebut. Yang menjadi persoalan serius saat ini dan di masa akan datang adalah apakah industri nasional mampu membuat barang-barang yang tidak hanya mampu menyaingi barang-barang yang sama buatan negara-negara ASEAN lainnya Yang masuk ke pasar domestik, tetapi juga apakah mampu menembus pasar di negara-negara Anggota lainnya.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 HARMONISASI ASEAN

Industri farmasi Nasional harus mempersiapkan diri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, serta pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014. jika kedua moment itu berlangsung, maka tantangan semakin berat karena persaingan dunia farmasi akan semakin terbuka, sementara volume kebutuhan produk farmasi Nasional meningkat tajam, dua sampai tiga kali lipat. Oleh karenanya, industri farmasi Nasional harus segera meningkatkan teknologi untuk menambah kapasitas produksi, guna memenuhi kebutuhan obat Nasional sekaligus menghadapi persaingan dengan industri farmasi asing.

Dengan adanya harmonisasi ASEAN maka :

a. Adanya Fasilitasi Administrasi

b. Harmonisasi dan standarisasi Tenaga Profesional

a) Kerjasama antar institusi pendidikan (ASEAN University Network-AUN)

b) Mengembangkan kompetensi dan kualifikasi inti untuk sektor jasa prioritas

c) Memperkuat kapabilitas negara ASEAN dalam peningkatan keterampilan, penempatan kerja, pengembangan jaringan informasi pasar tenaga kerja

Berdasarkan grafik di atas agar pasar farmasi indonesia terus meningkat maka dilakukan upaya pencapaian dengan cara :

1) Industri farmasi harus memiliki keunggulan yang kompetitif

Intangible asset : Human capital, Structure capital, Customer capital

Inovativeness : Reseach and Developement, Pengembangan produk

2) Farmasi komunitas

Revitalisasi fungsi apoteker, apotik, profesi, orientasi pada konsumen, profesional training

3) Pemerintah

Regulasi, pembinaan, dan pengawasan bidang farmasi, perlindungan kepada konsumen, comunity empowerement, public awarenese

4) Regulator yang visioner dan memahami substansi strategik serta berkomitmen

3.2 HARMONISASI ASEAN KOSMETIKA

Harmonisasi asean dibidang kosmetik atau asean harmonized cosmetics regulatory scheme (AHCRS) ditandatangani oleh 10 negara ASEAN pada tanggal 2 september 2003. Isi dari AHCRS itu sendiri berisi 2 schedule, yaitu

1. ASEAN Mutual Recognition Arrangement of Product Registration Approval for Cosmetics, yang diterapkan pada tahun 2003-2007

2. ASEAN Cosmetics Directive (ACD), yang diterapkan mulai dari 1 januari 2008 sampai dengan sekarang

3.2.1 Penerapan Harmonisasi ASEAN

Setiap produsen kosmetik yang akan memasarkan produknya harus menotifikasikan produk tersebut terlebih dahulu kepada pemerintah di tiap negara ASEAN dimana produk tersebut akan dipasarkan.

Setiap produsen yang menotifikasi produknya harus menyimpan data mutu dan keamanan produk (Product Informasi File) yang siap diperiksa sewaktu waktu oleh petugas pengawas Badan POM RI (atau petugas lain yang berwenang di tiap negara).

Perbedaan mendasar dari harmonisasa ASEAN dari sistem terdahulu (sistem registrasi) adalah pada sistem registrasi ada pengawasan sebelum produk beredar (Pre Market Approval) oleh pemerintah sedangkan pada harmonisasi ASEAN tidak ada dan hanya ada pengawasan setelah beredar (Post Market Surveillance). Alasannya, karena dari analisa penilaian resiko, kosmetik merupakan produk beresiko rendah sepanjang peraturan /regulasi kosmetik telah dipatuhi oleh produsen. Hal tersebut menguntungkan produsen karena dapat mempersingkat proses untuk memperoleh izin edar, karena tidak perlu evaluasi pre market terlebih dahulu, tapi konsumen tetap terlindungi karena adanya pengawasan post market berupa sampling dan pengujian mutu dan keamanan dari Badan POM, industri kosmetik dituntut untuk bertanggung jawabpenuh terhadap mutu dan keamanan produknya, untuk itu perusahaan kosmetik harus memahami semua ketentuan ACD dan membuat database keamanan bahan dan produknya.

A. Produk Kosmetik Yang Telah Dinotifikasi Berdasarkan Harmonisasi ASEAN, Dapat Dilihat Dari Nomer Izin Edarnya

Nomer izin edar kosmetik (sistem registrasi), terdiri atas 12-14 digit:

2 digit huruf + 10 digit angka + 1-2 digit huruf (opsional, tergantung produk)

CD / CL 12345678910 E/L/EL

CD : kosmetik dalam negeri

CL : kosmetik luar negeri / impor

ANGKA 1-10 : menunjukkan jenis kosmetik, tahun registrasi, dan nomer urut registrasi

E : kosmetik khusus untuk ekspor

L : kosmetik golongan 2 (resiko tinggi)

B. Nomer Izin Edar Kosmetik Harmonisasi ASEAN, Terdiri Atas 13 Digit :

2 digit huruf + 11 digit angka

CA 1234567891011

C : kosmetik

A : kode benua (Asia)

Angka 1-11 : kode negara, tahun notifikasi, jenis produk, dan nomer urut notifikasi.

3.2.2 ASEAN Cosmetics Directive (ACD)

Yaitu peraturan dibidang kosmetik yang menjadi acuan peraturan bagi negara ASEAN dalam pengawasan kosmetik yang beredar di ASEAN.

ACD merupakan aturan baku yang terdiri dari:

1). Ketentuan umum

2). Definisi dan Ruang Lingkup produk kosmetik

3). Persyaratan keamanan

4). Daftar Bahan kosmetik, terdiri dari

Negative list : daftar bahan yang dilarang

Positive list : daftar bahan yang diizinkan, meliputi : pewarna, pengawet, dan tabir surya

5). ASEAN Handbook of Cosmetic Ingredient (AHCI)

Adalah daftar bahan kosmetik yang masih diizinkan penggunaannya di Negara ASEAN tertentu, walaupun tidak termasuk dalam daftar bahan kosmetik ASEAN, Negara anggota dapat menggunakan bahan kosmetik yang tidak tercantum dalam daftar yang diperbolehkan dengan syarat :

a. Maksimal digunakan selama 3 tahun

b. Harus dilakukan pengawasan terhadap produk tersebut

c. Sebelum 3 tahun, bahan tersebut harus diusulkan untuk dimasukkan kedalam AHCI untuk dievaluasi keamanannya

6). Penandaan

Informasi yang harus dicantumkan dalam label adalah :

Nama produk

Cara penggunaan

Daftrar bahan yang digunakan

Nama dan alamat perusahaan

Negara produsen

Berat / isi netto

Kode produksi

Tanggal produksi/tanggal kadaluwarsa

Peringatan, bila ada termasuk pernyataan asal bahan dari hewan

7). Klaim produk

Klaim didukung dengan data ilmiah dan formulasi dari bentuk sediaan. Penentuan suatu produk termasuk dalam kosmetik atau obat didasarkan pada 2 factor, yaitu komposisi dan tujuan penggunaan dari produk tersebut. Klaim yang dimaksud disini adalah klaim mengenai manfaat kosmetik dan bukan klaim sebagai obat / efek terapi.

8). Product Informasi File (PIF)

Meliputi data keamanan dan data pendukung untuk komposisi dan pembuatan sesuai dengan cara pembuatan kosmetik yang baik.

9). Metode Analisa

10). Pengaturan Institusional

11). Kasus khusus

12). Implementasi

3.3 HARMONISASI ASEAN DIBIDANG OBAT TRADISIONAL DAN SUPLEMEN KESEHATAN (TMHS)

3.3.1 Tujuan

Untuk menyatukan persepsi terhadap berbagai aspek yang terkait dengan TMHS

Meningkatkan daya saing produk negara ASEAN tetapi juga melindungi masyarakat ASEAN agar memperoleh produk yang terjamin keamanan, khasiat, dan kualitasnya (Safety, Efficacy and Quality)

3.3.2 Guidelines for

Establishing maximum level of vitamins and minerals

Limit of contaminants

The use of additives and excipients

Stability study and self-life

Safety substantiation

Claims and claims substantiation

Negative list of substances

Good manufacturing practice

Labeling requirement

Minimising risk of transmission of TSE

3.3.3. Informasi Penting Untuk Meningkatkan Peran Apoteker

Usaha dibidang Health Supplement sangat menguntungkan dan tidak memerlukan modal besar

Pengetahuan tentang peluang pasar, inovasi produk yang biasanya dikombinasi dengan herbal

Pengetahuan tentang interaksi antara vitamin, mineral, asam amino dengan kandungan kimia herbal sangat dibutuhkan

Pengetahuan tentang safety dan claim substantiation sangat diperlukan

3.3.5 Pengembangan Obat Herbal yang tepat

Pilih bahan atau formula ramuan berdasarkan data empiris yang ditunjang data ilmiah bahan penyusunnya

Daftarkan sebagai jamu dengan bentuk sediaan tradisional

Matangkan penelitian farmakologi ekstrak atau tren sekarang adalah ekstrak terpurifikasi / fraksi

Buat sediaan dengan dosis berdasarkan hasil penelitian farmakologi

Lakukan uji toksisitas pada hewan

Daftarkan sebagai OHT dengan bahan baku berupa ekstrak atau ekstrak terpurifikasi

Lakukan observasi terhadap khasiat produk

Lakukan uji klinik jika observasi menunjukkan hasil positif

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

AFTA (ASEAN Free Trade/ Pasar bebas ASEAN) yang akan dimulai tahun 2015 memerlukan kesiapan dari seluruh stakeholder baik, pemerintah dan pelaku bisnis. Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menghadapi pemberlakuannya dengan cara meningkatkan kemampuan industri farmasi nasional melalui riset dan peningkatan kemampuan. Sehingga hasil produksi bisa kompetitif dan berkesinambungan. Dengan adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), diharapkan MEA bisa memacu industri farmasi domestik untuk lebih kompetitif, sehingga bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dengan memiliki daya saing tinggi, industri obat dalam negeri bakal mampu eksis, bahkan menguasai pasar ASEAN.Sebagaimana diketahui, dalam pelaksanaannya MEA akan menghilangkan hambatan tarif sehingga arus barang dan jasa menjadi bebas. Dengan kata lain, pergerakan barang, modal, jasa dan investasi akan bebas keluar masuk di antara negara-negara anggota ASEAN.

Adapun peran farmasis sangat diperlukan dalam menghadapi Harmonisasi ASEAN yaitu dengan cara

Tunjukan bahwa seorang farmasis memiliki pengetahun dan keterampilan khusus yang tidak dimiliki orang lain

Tunjukkan kreativitas dan inovasi dimanapun kita bekerja

Tingkatkan promosi dan daya saing bahan baku asli indonesia

Sebagai tenaga kesehatan harus tetap memiliki misi melindungi konsumen dari produk yang tidak aman, tidak berkhasiat dan bermutu rendah

Meningkatkan kompetensi, kapabilitas dan keterampilan profesional dalam berbagai bidang ( bahasa, komputer, attitude dll) agar mampu bersaing dengan profesional dari negara lain

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

http://www.timlo.net/baca/68719517992/masyarakat-ekonomi-asean-tantangan-industri-farmasi-nasional/

http://apotekerums.blogspot.com/2008/11/membangun-daya-saing-farmasi-indonesia.html?m=1

http://www.slideshare.net/bermand/memahami-kerjasama-asean-afta#btnNext

http://www.unhas.ac.id/content/unhas-adakan-seminar-persaingan-indonesia-dalam-hadapi-aec-2015-0

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan 2013