Upload
fajar-muhammad
View
238
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hgdgjfkhh
Citation preview
2.1. Fluida Kerja Geotermal dan Pemanfaatannya Pada PLTP
Fluida kerja geothermal diproduksi di dalam suatu reservoir yang terperangkap di dalam
perut bumi. Kualitas dari fluida kerja panas bumi bergantung dari kualitas reservoir itu sendiri.
Reservoir sebagai penghasil fluida kerja panas bumi diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :
1. Entalpi rendah, mempunyai batas suhu <125oC dengan rapat daya spekulatif 10 MW/km2
dan konversi energi 10%.
2. Entalpi sedang, mempunyai kisaran suhu antara 125oC hingga 225oC dengan rapat daya
spekulatif 12,5 MW/km2 dan konversi energi 10%.
3. Entalpi tinggi, mempunyai batas suhu >225oC dengan rapat daya spekulatif 15 MW/km2
dan konversi energi 15%.[6]
Fluida kerja yang dihasilkan dari reservoir panas bumi tentu tidak hanya terdiri dari satu atau dua
zat atau unsur saja, kandungan berbagai unsur yang berada dalam perut bumi akan ikut terbawa
hingga ke permukaan sumur produksi. Beberapa diantaranya adalah Chlorida (Cl), Silika (SiO2),
Sodium (Na), Potasium (K), Calcium (Ca), dan komponen gas meliputi H2S dan CO2.
Karakteristik reservoir yang berbeda di seluruh dunia menyebabkan potensi fluida kerja yang
dihasilkan juga akan berbeda, tergantung dari parameter-parameter yang telah dijelaskan
sebelumnya. Secara umum, pemanfaatan fluida kerja geothermal diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu untuk pemanfaatan suhu tinggi (high-temperature applications) dan pemanfaatan
suhu rendah (low-temperature applications). Untuk temperature rendah, fluida panas bumi dapat
dimanfaatkan untuk akuakultur (20°C), pemanas greenhouse (90°C), pengering bahan organik
seperti rumput laut dan sayuran (100°C), distilasi (120°C), dll.pemanfaatan high-temperature
applications dapat digunakan sebagai penghasil daya (180°C-200°C), dan pembangkit listrik
(200°C-230°C).
Sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi pada dasarnya memanfaatkan fluida kerja
panas bumi sebagai energi penggeraknya. Dalam pemanfaatannya sebagai pembangkit listrik,
fluida kerja panas bumi diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu fluida kerja satu fasa dan fluida
kerja dua fasa atau fasa campuran. Fluida kerja satu fasa terdiri dari hanya fasa air saja atau fasa
uap saja, sedangkan fluida kerja dua fasa yaitu terdiri dari campuran fasa air dan uap, baik
dengan dominasi air (water dominated system) ataupun dominasi uap (vapor dominated system).
Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan reservoir dengan
fluida kerja satu fasa yaitu dengan metode flashing, double-flashing, dan dry-steam.
2.1.1. Fluida Kerja Fasa Air
Dalam suatu reservoir panas bumi, jika temperaturnya lebih rendah dari temperatur saturasi
atau temperatur titik didih air pada tekanan reservoir tersebut, maka fluida yang dihasilkan hanya
terdiri dari satu fasa saja, yaitu fasa air.[7] Fluida yang keluar dari sumur produksi berupa air
panas bertekanan tinggi, atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan fluida ini diperlukan
suatu perlakuan untuk merubah fasa cair tersebut menjadi uap sebagai fluida kerja. Metode yang
dapat digunakan untuk proses penguapan tersebut yaitu metode flashing dan double-flashing,
keduanya merupakan metode penguapan dengan mengubah parameter fluida, tergantung dari
bagaimana karakteristik fluida yang dihasilkan oleh reservoir.
a. Metode Flashing
Fluida kerja satu fasa baik itu fasa air ataupun fasa uap tentu akan mendapatkan
perlakuan yang berbeda dalam siklusnya. Jika diambil contoh kasus, untuk fluida kerja
dengan fasa air perlu dilakukan perubahan nilai parameter agar didapatkan kualitas uap yang
baik, karena fluida yang keluar dari reservoir dengan komposisi air yang tinggi dapat
mengakibatkan kerusakan pada komponen turbin sehingga kinerja pembangkit menjadi
rendah. Dalam proses perubahan fasa dari fluida kerja panas bumi dapat digunakan metode
flashing
Flashing adalah sistem yang paling banyak digunakan oleh reservoir panas bumi yang
menghasilkan fluida dengan fasa air. Proses ini terjadi diantara reservoir dan separator dimana
fluida panas bumi mengalami penurunan tekanan dan temperatur secara drastis yang
mengakibatkan pengembunan sehingga terjadi perubahan fasa cair menjadi uap. Proses ini
menggunakan komponen throttle valve yang merupakan suatu katup pada pipa untuk
mengatur tekanan fluida.
Throttling valve
b. Double-Flashing
Alas an double flashing
Metode double-flashing merupakan perbaikan dari metode single-flashing guna
menghasilkan efisiensi pembangkit yang lebih tinggi hingga 15%-25%. Metode ini jelas
lebih kompleks dari single-flashing karena menggunakan dua proses pemisahan fluida
yaitu pada separator dan flasher dan digunakan komposisi dua turbin yaitu pada tekanan
tinggi (high pressure) dan pada tekanan rendah (low pressure)
2.1.2. Fluida Kerja Fasa Uap
Reservoir panas bumi yang memiliki temperatur lebih tinggi dari temperatur saturasi atau
temperatur titik didih air pada tekanan reservoir tersebut, maka fluida yang terbentuk adalah fasa
uap saja. Pada kondisi tersebut, uap disebut sebagai superheated steam. Fluida dengan fasa uap
jenuh atau disebut dry-steam merupakan fluida dengan kualitas uap yang baik karena tidak
terdapat kandungan airnya dan dapat langsung dimanfaatkan untuk ekspansi pada turbin. Dry-
steam merupakan jenis fluida panas bumi yang pertama kali digunakan sebagai fluida kerja
pembangkit listrik. Reservoir penghasil fluida ini jumlahnya terbatas di seluruh dunia, beberapa
diantaranya terdapat di Jepang (Matsukawa), Indonesia (Kamojang), New Zealand (Poihipi
Road), dan Amerika (Utah). Namun, untuk memanfaatkan fluida panas bumi uap kering
dibutuhkan beberapa syarat tertentu antara lain: uap memiliki suhu yang relatif tinggi (>230°C),
memiliki tekanan uap yang cukup besar (>3,5 atm), memiliki volume uap yang cukup banyak
(10 ton/jam), letak reservoir tidak terlalu dalam (maksimal 2,5 KM), dan fluida tidak bersifat
korosif. Fluida jenis dry-steam ini memiliki komponen yang lebih sederhana karena tidak
membutuhkan pemisahan fasa uap dan air pada siklusnya, hanya dibutuhkan separator sebagai
pemisah uap dengan partikel yang ikut terbawa dari sumber panas bumi.
2.1.3. Fluida Kerja Dua Fasa
Fluida dua fasa adalah fluida yang fasanya tidak terdiri dari substansi kimia yang sama.
Sebagai contoh, fasa uap air (H2O)gas – air (H2O)liquid adalah fluida dua fasa.[5] Dalam konteks
geotermal fluida dua fasa terdiri dari dua jenis, yaitu fluida dengan dominasi uap atau vapor
dominated dan fluida dengan dominasi air atau water dominated.
Sistem dominasi uap atau vapor dominated system adalah jenis sistem pembangkit listrik
tenaga panas bumi dimana sumur produksinya menghasilkan uap. Pada reservoir dengan sistem
ini terdapat rongga-rongga yang berisi uap panas. Berdasarkan perubahan fasa dan suhunya,
sistem dominasi uap dapat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Sistem dominasi uap : Air berubah fasa seluruhnya menjadi uap. Suhu yang dibutuhkan
>500˚C(posisinya dimana?). Energi panasbumi sistem uap kering umumnya ditemukan di
daerah intrusi magma yang sumber panasnya dangkal, dimana sirkulasi aliran air di dalam batuan
dalam kondisi uap kering dan perpindahan panasnya berbentuk aliran uap kering. Dari hasil analisis
kimia, sistem panas bumi ini menunjukan kandungan khlorida dan derajat keasaman yang rendah
serta mempunyai temperature permukaan antara 200°C sampai 240°C pada tekanan 35 kg/cm2 dan
entalpi sebesar 669,7 kal/grm
2. Sistem dominasi uap basah : pada sistem ini terjadi penurunan panas dan air bergerak
ke permukaan. Suhu yang dibutuhkan minimal 100°
2.2. Siklus Termodinamika
Dalam menganalisis sistem, kerja dan konsep energi yang terjadi pada sebuah pembangkit
listrik tenaga panas bumi digunakan siklus termodinamika. Siklus termodinamika
menggambarkan suatu pembangkit pada satu keadaan atau titik awal dan berubah pada keadaan
lain hingga akhirnya kembali lagi pada keadaan awal. Pemahaman dan analisis berdasarkan
siklus termodinamika sangatlah penting dalam sebuah pembangkit listrik, selain untuk
mempertahankan kualitas pembangkit, kita dapat meningkatkatkan efisiensi pembangkit dengan
meninjaunya dari siklus termodinamika. Siklus termodinamika juga didasari oleh hukum
termodinamika, sehingga pemahaman mengenai hukum-hukum termodinamika juga menjadi
sangat penting.
SIKLUS RANKIN IDEAL
Siklus rankin atau rankine cycle adalah siklus ideal yang mendasari siklus kerja dari suatu
pembangkit listrik dengan daya uap. Siklus rankin memiliki prinsip perubahan fasa selama
proses siklus terutama terjadi pada saat evaporasi dan kondensasi. Transfer panas selama siklus
ini berlangsung terjadi secara isotermal. Siklus rankin ideal digambarkan dalam diagram T-s
pada gambar dibawah ini.
Diagram T-s siklus rankin
Siklus rankin ideal terdiri dari 4 tahapan proses :
1-2 Kompresi isentropik dengan pompa.
2-3 Penambahan panas dalam boiler secara isobar.
3-4 Ekspansi isentropik pada turbin.
4-1 Pelepasan panas pada kondenser secara isobar dan isotermal.
Pada siklus ini terjadi beberapa proses, pertama air masuk menuju pompa pada keadaan 1
dan terjadi kompresi hingga keadaan 2. Fluida yang mengalir melalui pompa kemudian menuju
boiler dan terjadi perubahan fasa cair menjadi uap pada keadaan 3. Pada boiler terjadi transfer
panas yang berasal dari bahan bakar yang menyebabkan fluida cair menguap dengan tekanan
operasi boiler. Uap superheated yang dihasilkan pada keadaan 3 memasuki turbin dan terjadi
ekspansi hingga menghasilkan kerja.
W t
m=h1−h2
Efisiensi pembangkit dengan siklus rankin dideskripsikan oleh bwr (back work ratio), yang
merupakan rasio kerja pompa dengan kerja pada turbin, sehingga dapat dituliskan,
bwr=W p/mW t/m
=(h4−h3)(h1−h2)
2.2.1. Single-Flash Power Plant
Sistem single-flash menunjukkan bahwa geofluida telah mengalami proses flashing
tunggal, yaitu, proses transisi dari cairan bertekanan ke campuran cair dan uap, sebagai akibat
dari penurunan tekanan geofluida di bawah tekanan saturasi sesuai dengan temperatur fluida.
Proses flash dapat terjadi di beberapa tempat: (1) di reservoir sebagai fluida yang mengalir
melalui pembentukan permeabel yang disertai penurunan tekanan; (2) di sumur produksi dari
titik masuk ke kepala sumur sebagai akibat hilangnya tekanan akibat gesekan dan gravitasi; atau
(3) di inlet ke pemisah siklon sebagai hasil dari proses throttling disebabkan oleh control valve
atau pelat orifice.
Skema
pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem
single-flash
Diagram siklus single-flash
Urutan proses dimulai dengan fluida kerja di bawah tekanan pada keadaan 1, dekat dengan
kurva saturasi. Proses flashing dimodelkan pada entalpi konstan, yaitu proses isenthalpic, karena
terjadi secara steady, spontan, adiabatik, dan tanpa keterlibatan kerja. Kita juga mengabaikan
setiap perubahan energi kinetik atau energi potensial fluida. Jadi, kita dapat menulis
h1=h2
Proses pemisahan diilustrasikan pada keadaan isobarik, setelah terjadi flashing. Faktor
kualitas x, dari Campuran yang terbentuk setelah flashing, keadaan 2, dapat dirumuskan
x2=h2−h3
h4−h3
dengan menggunakan aturan termodinamika. Hal ini membuat fraksi massa uap campuran dan
jumlah uap yang masuk ke turbin per unit massa mengalir ke separator.
Kerja yang dihasilkan oleh turbin per satuan massa uap yang mengalir diberikan oleh
W t=h4−h5
dengan asumsi tidak ada heat loss dari turbin dan mengabaikan perubahan kinetik dan energi
potensial fluida yang masuk dan meninggalkan turbin. Kerja maksimum yang dapat dihasilkan
jika turbin beroperasi secara adiabatik dan reversibel, yaitu pada entropi konstan atau
isentropically. Proses yang ditunjukkan gambar, dari 4-5s adalah proses ideal. Kita dapat
mendefinisikan efisiensi turbin isentropik, ηt, sebagai rasio kerja yang sebenarnya per kerja
isentropik, yaitu,
ηt=h4−h5
h4−h5 s
Daya yang dihasilkan turbin adalah sebesar
W t=ms W t=x2mtotal W t
Persamaan diatas merupakan daya mekanik kotor dari turbin. Daya listrik kotor akan sama
dengan daya turbin dikalikan dengan efisiensi generator :
W e=ηg W t
Semua daya tambahan untuk pembangkit harus dikurangi untuk mendapatkan daya bersih.
Beban tersebut mencakup semua pompa listrik, menara pendingin, dan pencahayaan pembangkit.
Efisiensi isentropik dari turbin dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung selama proses
ekspansi; semakin tinggi kelembaban, semakin rendah efisiensi. Efek ini dapat diukur dengan
menggunakan apa yang disebut aturan Baumann yang mengatakan bahwa rata-rata kelembaban
1% menyebabkan sekitar penurunan 1% efisiensi turbin. Selama turbin panas bumi beroperasi di
wilayah basah, kita harus memperhitungkan degradasi kinerja. Mengadopsi aturan Baumann,
efisiensi isentropik untuk turbin dengan uap basah adalah sebesar
ηtw=η td×[ x4+x5
2 ]
di mana efisiensi turbin kering, ηtd, secara konservatif dapat diasumsikan konstan, katakanlah,
85%:
ηtd=0.850
EFISIENSI
Hokum pertama termodinamika menyebutkan bahwa kalor bersih yang diberikan ke sistem
harus sama dengan kerja bersih yang dihasilkan oleh sistem, sehingga kita dapat rumuskan daya
termal dan mekanik adalah :
Q¿−Qo=W e
Juga untuk siklus pembangkit, kita dapat definisikan efisiensi termal sebagai berikut :
ηth
W e
Q¿
Pembangkit listrik tenaga panas bumi biner memiliki efisiensi termal dalam rentang 10-13%.
Dan kita dapat tuliskan kembali efisiensi termal sebesar :
Qo
W e= 1
ηth−1
2.2.2. Double-Flash Power Plant
Pada siklus ini dipakai komposisi dua turbin, HP-turbin dan LP-turbin yang disusun ganda.
Dimana pada bagian HP-Turbin adalah turbin bertekanan tinggi (High Preassure) dan bagian
LP-Turbin adalah turbin bertekanan rendah (Low Preassure).[1] Pada siklus ini juga digunakan
dua pemisahan fluida yaitu separator I dan separator II. Karakteristik dan Sistem siklus
penguapan ganda dapat dilihat pada gambar 2.2 dan 2.3
Skema pembangkit listrik tenaga panas bumi
sistem double-flash
diagram siklus double-flash
Perhitungan daya listrik menggunakan sistem penguapan ganda (double flash) dengan
tahapan prosesnya yang dimulai dari kepala sumur produksi ke separator. Entalpi separator h2
sama dengan enthalpi kepala sumur h1.
h1=h2
maka jumlah fraksi uap x2 yang masuk ke turbin dihitung:
x2=h2−h3
h4−h3
h3=h6
x6=h3−h7
h8−h7
Laju aliran massa uap untuk high-pressure dan low-pressure dirumuskan sebagai berikut :
mhp=x2 mtotal=m4=m5
mhp=(1−x2) mtotal=m3=m6
mlp=(1−x2 ) x6mtotal=m8
mlp=(1−x2 ) (1−x6 ) mtotal=m7
Aliran massa tersebut akan digunakan untuk menghitung daya yang dihasilkan dari dua ekspansi
turbin high-pressure dan low-pressure.
PROSES EKSPANSI TURBIN
2.2.3. Dry Power Plant
Pembangkit listrik uap kering adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama yang
digunakan secara komersial. Selama fluida kerja yang dihasilkan reservoir hanya terdiri dari uap,
maka pengoperasian dan penggunaan komponen pembangkit akan lebih mudah. Pembangkit uap
kering lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan sistem flash sejenisnya. Jika dilihat dari
siklusnya, sistem dry-steam memiliki alur yang lebih sederhana dibandingkan siklus
termodinamika jenis lainnya.
Skema
pembangkit listrik tenaga panas bumi sistem dry-steam
Diagram siklus dry-steam
Kerja yang dihasilkan oleh turbin per satuan massa uap yang mengalir melaluinya diberikan
oleh,
W t=h1−h2
Dengan asumsi turbin dalam keadaan adiabatik dan perubahan energi kinetik dan potensial fluida
yang masuk dan keluar turbin diabaikan. Kerja maksimum dapat dihasilkan jika turbin yang
dioperasikan adiabatik dan reversibel, yaitu pada entropi konstan atau isentropically. Efisiensi
turbin isentropik, ηt, adalah rasio kerja aktual dengan kerja isentropik, yaitu
ηt=h1−h2
h1−h2 s
daya yang dibangkitkan turbin diberikan oleh
W t=ms w t=ms ( h1−h2 )=ms ηt(h1−h2)
Dan daya listrik bruto akan sama dengan daya turbin dikalikan efisiensi pembangkit:
W e=ηg W t
Untuk mendapatkan daya bersih maka jumlah daya kotor harus dikurangi dengan semua
beban termasuk daya pompa kondensat, menara pendingin, kipas dan pencahayaan pembangkit.
Dengan menggunakan aturan Baumann untuk menghitung degradasi kinerja dari turbin uap
basah, maka kita dapatkan
ηtw ¿ηtd ×[ 1+x2
2 ]
di mana efisiensi turbin kering, ηtd, secara konservatif dapat bernilai konstan pada 85%. Karena
kita menganggap bahwa efisiensi turbin kering diketahui dan konstan untuk proses 1-4, kita
dapat menulis
ηd=h1−h4
h1−h4 s
kemudian daya output spesifik dari dari ekspansi uap kering adalah :
W td=h1−h4
dan daya output spesifik dari ekspansi uap basah adalah :
W tw=h4−h2
EFISIENSI
Persamaan kerja untuk kondensor, menara pendingin, dan pemanfaatan efisiensi sama
seperti untuk pembangkit single-flash. Kita dapat definisikan efisiensi termal sebagai berikut :
ηth
W e
Q¿
Dan kita dapat tuliskan kembali efisiensi termal sebesar :
Qo
W e= 1
ηth−1
2.2.4. Binary Cycle Power Plant
Pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan binary cycle atau siklus biner pertama kali
digunakan di Paratunka dengan dengan kota Petropavlovsk di Russia pada tahun 1967.
Pembangkit tersebut menghasilkan daya sebesar 670kW dan menghidupi sebuah desa dan
beberapa perkebunan dengan listrik dan panas yang dihasilkan untuk greenhouse.[2] Jika kita
tinjau histogram sumber panas bumi berdasarkan temperaturnya di seluruh dunia, kita akan
mendapatkan hasil sumber panas bumi dengan dominasi temperatur yang rendah. Jika temperatur
geofluida sebesar 150°C (300°F) atau kurang, maka akan sulit dan menjadi masalah untuk
teknologi flashing.
Dalam sebuah pembangkit binary cycle, sumur produksi dilengkapi dengan pompa yang
diletakan diatas kepala sumur untuk menarik fluida panas bumi yang kemudian dialirkan
kedalam Heat Exchanger (HE), dimana energi termal ditransfer ke fluida kerja, setelah keluar
dari HE fluida panas bumi tersebut diinjeksikan kembali ke dalam bumi.[3]
Skema pembangkit
listrik tenaga panas bumi sistem binary-cycle
Diagram siklus binary-cycle
Anilisis yang digunakan untuk turbin biner sama seperti analisis pada turbin uap, dengan asumsi
energi potensial dan kinetik dalam keadaan steady dan adiabatik, dan daya turbin dapat
dituliskan
W t=mwf (h1−h2)=mwf ηt (h1−h2)
Dengan ɳt adalah efisiensi turbin isentropik.
Analisis heat exchanger untuk transfer panas fluida panas bumi ke fluida kerja
menggunakan prinsip termodinamika dan konservasi massa. Kita asumsikan heat exchanger
sebagai sumur yang terisolasi sehingga transfer panas berada di antara fluida panas bumi dan
fluida kerja. Transfer panas kita tinjau dalam dua komponen yaitu preheater dan evaporator yang
diberikan sebagai berikut:
QE=mb cb ¿
QPH=mb cb ¿
EFISIENSI
performa siklus dapat kita dapatkan dengan menggunakan efisiensi termal :
ηth=W net
QPH /E
Karena daya bersih siklus berbeda dengan input daya termal dan thermal power rejected, maka
dapat kita tulis
ηth=1−h2−h3
h1−h4
Dan rasio heat rejection,
Qc
W net= 1
ηth−1
[1] Raihansyah, Muhammad. 2011. STUDI ANALISA KAPASITAS ENERGI LISTRIK
PANAS BUMI GUNUNG SEULAWAH AGAM ACEH.
[2] DiPippo, Ronald. 2008. Geothermal Power Plants: Principles, Applications, Case Studies
and Enviromental Impact. Oxford OX2 8DP, UK: Elseiver.
[3] SETYA ISMAWATI, AYU. 2012. ANALISIS EKSERGI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA PANAS BUMI SIKLUS BINER DENGAN REGENERATIVE ORGANIC
RANKINE CYCLE
[4] WIBAWA, READYAS. 2012. SIKLUS TERMODINAMIKA SIKLUS RANKINE
ORGANIK DENGAN FLUIDA KERJA R-22. UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK.
[5] Heru Adiwibowo, Priyo. 2010. Eksperimental Karakterisitik Pressure Drop pada Aliran Dua
Fase Gas-Cairan Melewati Pipa Vertikal. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
[6] Z Herman, Danny. 2012. POTENSI PANAS BUMI DAN PEMIKIRAN
KONSERVASINYA http://psdg.bgl.esdm.go.id/
[7] Miryani Saptadji, Nenny. 2009. KARAKTERISASI RESERVOIR PANAS BUMI. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Abstrak
- Kelangkaan energy fosil menjadikan energy geothermal diakselerasi untuk digunakan agar bisa mengatasi krisis energy. Mengapa sumber ini digunakan, karena bersifat renewable dan ramah lingkungan.
- Fluida geothermal Fakta bahwa fluida geothermal memiliki rentang temperature yang cukup lebar dari 140-….. menyebabkan jenis pembangkit geothermal yang dipilih harus menyesuaikan diri dengan kondisi fluida geotermalnya.
- Di dunia, telah dilakukan upaya untuk merespon kondisi di atas dengan membuat pembangkit (single flash, double flash, dry cycle, binary cycle, dan beberapa pengembangannya yang masih dalam bentuk model).
- Prinsip kerja pembangkit listrik geothermal adalah upaya rekayasa engineering untuk mengaplikasikan siklus termodinamika. Oleh karena itu, prinsip kerja pembangkit geothermal dapat diwakili oleh sebuah siklus termodinamika.
- Dalam tulisan ini dijelaskan berbagai macam siklus termodinamika baik yang sudah ada maupun yang akan dikembangkan untuk merespon rentang temperature fluida kerja yang sangat lebar. Dibandingkan pula efisiensi dari masing-masing siklus tersebut.
- Sekalipun sumber geothermal disebut energy yang renewable, ternyata tekanan dan temperature sumur geothermal dari waktu ke waktu menurun.
- Isu lain yang dibahas adalah upaya untuk peningkatan efisiensi dari pembangkit listrik tenaga geothermal yang telah ada dengan memodifikasi siklus termodinamika yang sudah ada sehingga diperoleh berapa persen peningkatan efisiensinya.