41
Syok Hipovolemik et causa Perdarahan Intraabdomen Alfoncius Rolando 102008121 Jamil Hasim Masahida 102009114 Umar Syahmi bin Mohd Raghid 102009277 Melissa Trixiana 102010101 Raymond Andika 102010140 Krenni Sepa 102010228 Che Wan Nur Hajar binti Saimi 102010368 Kelompok E 1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 Email: [email protected] 21 November 2013 Pendahuluan 1 Trauma tumpul adalah cidera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi (perlambatan), atau 1

Makalah Pleno b29 Kasus 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

OL DE BEST

Citation preview

Page 1: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Syok Hipovolemik

et causa

Perdarahan Intraabdomen

Alfoncius Rolando 102008121

Jamil Hasim Masahida 102009114

Umar Syahmi bin Mohd Raghid 102009277

Melissa Trixiana 102010101

Raymond Andika 102010140

Krenni Sepa 102010228

Che Wan Nur Hajar binti Saimi 102010368

Kelompok E 1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

Email: [email protected]

21 November 2013

Pendahuluan 1

Trauma tumpul adalah cidera atau perlukaan pada abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga

peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi (perlambatan), atau

kompresi. Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh

tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya. Benturan pada

trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cidera pada organ berongga berupa perforasi atau

pada organ padat berupa perdarahan. Cidera deselerasi sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas

karena setelah tabrakan badan masih melaju dan tertahan suatu benda keras sedangkan bagian

1

Page 2: Makalah Pleno b29 Kasus 7

tubuh yang relatif tidak terpancang bergerak terus dan mengakibatkan robekan pada organ

tersebut. Perdarahan intraabdomen akibat trauma tumpul pada kecelakaan dapat menyebabkan

syok hipovolemik.

Syok hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terdapat kehilangan volume darah sirkulasi

efektif. Ini merupakan tipe syok paling umum. Syok hipovolemik disebabkan oleh kehilangan

cairan eksternal akibat hemoragi; perpindahan cairan internal, yaitu dehidrasi berat, edema hebat,

atau asites, kehilangan cairan akibat muntah atau diare berkepanjangan.

Skenario 7

Seorang laki- laki berusia 45 tahun dibawa ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan sepeda

mototr sekitar 3 jam yang lalu. Menurut saksi mata yang ikut mengantarkan korban ke RS, saat

kejadian,korban melaju dengan kecepatan sedang, tiba- tiba sebuah mobil dari arah kiri korban

melaju dengan cukup cepat setelah menerobos lampu merah dan akhirnya menabrak korban.

Setelah tertabrak, korban terpelanting dari sepeda motornya dan sempat terguling beberapa

meter.

Anamnesis 2

Dalam cidera serius, anamnesis akan perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan

resusitasi dan pemeriksaan fisik. Tanyakan tentang kapan trauma terjadi dan apa yang terjadi.

Jika merupakaan kecelakaan kendaraan bermotor, di mana pasien duduk, apakah mengenakan

sabuk pengaman, dan berapa kecepatan kendaraan saat kecelakaan, cidera apa yang diderita

penumpang lain, apa penyebab kecelakaan, apa yang terjadi tepat sebelum kecelakaan.

Adakah pajanan oleh bahaya lain (misalnya asap, kabut), apa yang pasien ingat. Dapatkan

anamnesis dari saksi lain, paramedis, polisi, dan sebagainya.

Pastikan perawatan apa saja yang sudah didapat dari pasien sebelum masuk rumah sakit dan

tanyakan kapan terakhir kali pasien makan.

Riwayat Penyakit Dahulu2

Adakah riwayat kondisi medis yang signifikan, khussnya gangguan kardiovaskular.

Obat-obatan dan Riwayat Alergi2

2

Page 3: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Tanyakan konsumsi alkohol dan obat rekreasional yang terakhir kali. Pertimbangkan

antikoagulasi, imunosupresi, dan imunisasi tetanus. Adakah pasien memiliki riwayat alergi.

Anamnesis Biomekanik Kecelakaan3

Bertujuan untuk memprediksi kemungkinan bagian tubuh atau organ yang terkena cedera dan

waspada pada perlukaan tertentu adalah manfaat dari mengetahui biomekanik

trauma. Biomekanik Trauma adalah proses/mekanisme kejadian kecelakaan pada sebelum, saat

dan setelah kejadian. Oleh karena itu penting sekali bagi setiap petugas gawat darurat untuk

bertanya. 2

1. Apa yang terjadi ?

2. Apa cedera yang mungkin diderita korban?

Informasi yang rinci mengenai biomekanik dari suatu kecelakaan dapat membantu identifikasi

sampai dengan 90 % dari trauma yang diderita penderita. Informasi yang rinci dari biomekanik

trauma ini dimulai dengan keterangan dari keadaan / kejadian pada fase sebelum terjadinya

kecelakaan seperti minum alkohol, pemakaian obat, kejang, sakit dada, kehilangan kesadaran

sebelum tabrakan dan sebagainya. 

Anamnesis yang berhubungan dengan fase ini meliputi :

a. Tipe kejadian trauma, misalnya : tabrakan kendaraan bermotor, jatuh atau trauma / luka

tembus.

b. Perkiraan intensitas energi yang terjadi misalnya : kecepatan kendaraan, ketinggian dari

tempat jatuh, kaliber atau ukuran senjata.

c. Jenis tabrakan atau benturan yang terjadi pada penderita : mobil, pohon, pisau dan lain-

lain

Gambar 1: tabrakan antara dua mobil.3

3

Page 4: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Mekanisme trauma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : tumpul, tembus, thermal dan

ledakan (Blast Injury). Pada semua kasus diatas terjadi pemindahan energi (Transfer energy) ke

jaringan, atau dalam kasus trauma thermal terjadi perpindahan energi (panas /dingin) ke jaringan.

Pemindahan energi (transfer energy) digambarkan sebagai suatu gelombang kejut yang bergerak

dengan kecepatan yang bervariasi melalui media yang berbeda-beda. Teori ini berlaku untuk

semua jenis gelombang seperti gelombang suara, gelombang tekanan arterial, seperti

contoh shock wave yang dihasilkan pada hati atau korteks tulang pada saat terjadi benturan

dengan suatu objek yang menghasilkan pemindahan energi. Apabila energi yang dihasilkan

melebihi batas toleransi jaringan, maka akan terjadi disfungsi jaringan dan terjadi suatu trauma.2

Trauma Pada Pengendara Roda Dua3

Pengendara roda dua tidak dilindungi oleh perlengkapan pengaman sebagaimana halnya

pengendara mobil. Mereka hanya dilindungi oleh pakaian dan perlengkapan pengaman yang

dipakai langsung pada badannya, helm, sepatu, dan pakaian pelindung. Dari beberapa pengaman

tersebut hanya helm yang memiliki kemampuan untuk meredistribusi transmisi energi dan

mengurangi intensitas benturan, inipun sangat terbatas.jelas bahwa semakin sedikit alat

pelindung semakin besar resiko terjadinya trauma. Mekanisme trauma yang terjadi pada

pengendara sepeda motor dan sepeda meliputi :

1. Benturan frontal

Gambar 2: benturan frontal3

Bila roda depan menabrak suatu objek dan berhenti mendadak maka kendaraan akan berputar

kedepan,dengan momentum mengarah kesumbu depan. Momentum kedepan akan tetap, sampai

pengendara dan kendaraannya dihentikan oleh tanah atau benda lain. Pada saat gerakan kedepan

ini kepala, dada atau perut pengendara mungkin membentur stang kemudi. Bila pengendara

4

Page 5: Makalah Pleno b29 Kasus 7

terlempar keatas melewati stang kemudi, maka tungkainya mungkin yang akan membentur stang

kemudi, dan dapat terjadi fraktur femur bilateral.

2. Benturan lateral

Gambar 3: benturan lateral3

Pada benturan samping, mungkin akan terjadi fraktur terbuka atau tertutup tungkai bawah. Kalau

sepeda / motor tertabrak oleh kendaraan yang bergerak maka akan rawan untuk menglami tipe

trauma yang sama dengan pemakai mobil yang mengalami tabrakan samping. Pada tabrakan

samping pengendara juga akan terpental karena kehilangan keseimbangan sehingga akan

menimbulkan cedera tambahan.

3. Laying the bike down

Gambar 4: laying the bike down3

Untuk menghindari terjepit kendaraan atau objek yang akan ditabraknya pengendara mungkin

akan menjatuhkan kendaraannya untuk memperlambat laju kendaraan dan memisahkannya dari

kendaraan. Cara ini dapat menimbulkan cedera jaringan lunak yang sangat parah.5,8

5

Page 6: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Pemeriksaan Fisik

Jika dalam anamnesis menunjukan kemungkinan trauma yang signifikan, maka:

Pemeriksaan Fisik untuk mengidentifikasi adanya syok2

Seperti pada paseien lain yang sakit berat, pastikan jalan nafas terjaga, pasien bernafas adekuat,

dan lakukan pemeriksaan fisik lengkap. Khususnya, periksa tanda-tanda syok.

- Denyut nadi: takikardia atau bahkan bradikardia.

- Tekanan darah: menurun dengan perubahan posisi jika tidak hipotensif

- Warna kulit pucat dan suhu

- Keluaran urin berkurang

Adanya syok memerlukan terapi segera (berikan oksigen, pasang jalur vena dengan selang

berdiameter besar, berikan cairan intravena langsung sambil memantau dengan ketat, dan ambil

darah untuk cross-match), serta tegakkan diagnosis akurat. Periksa dengan teliti status hidrasi:

- Periksa turgor kulit

- Periksa membran mukosa, kering atau tidak

- Periksa JVP: meningkat atau menurun? (mungkin memerlukan pemeriksaan CVP

atau PCWP jika tidak yakin)

- Periksa denyut nadi, tekanan darah (perubahan postural) dan pulsus paradoksus

(penurunan tekanan sistolik saat inspirasi)

Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara sistematik

meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

Pada inspeksi, perlu diperhatikan :2

- Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya

kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.

- Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organ-

organ apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank

(Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan

retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.

- Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh ( pinggang ) pada perdarahan

retroperitoneal .

6

Page 7: Makalah Pleno b29 Kasus 7

- Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum atau labia pada fraktur

pelvis

- Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena kemungkinan

adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi peritoneal.

- Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang tertinggal

maka kemungkinan adanya peritonitis.

Pada auskultasi, perlu diperhatikan :2

- Ditentukan apakah bising usus ada atau tidak, pada robekan (perforasi) usus bising

usus selalu menurun, bahkan kebanyakan menghilang sama sekali.

- Adanya bunyi usus pada auskultasi toraks kemungkinan menunjukkan adanya trauma

diafragma.

- Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas

ketika dilakukan perkusi pada hematoma limfe

Pada palpasi, perlu diperhatikan :2

- Adanya defence muscular menunjukkan adanya kekakuan pada otot-otot dinding

perut abdomen akibat peritonitis.

- Ada tidaknya nyeri tekan, lokasi dari nyeri tekan ini dapat menunjukkan organ-organ

yang mengalami trauma atau adanya peritonitis.

- Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan

limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi recumbent.

Pada perkusi, perlu diperhatikan :2

- Redup hati yang menghilang menunjukkan adanya udara bebas dalam rongga perut

yang berarti terdapatnya robekan (perforasi) dari organ-organ usus.

- Nyeri ketok seluruh dinding perut menunjukkan adanya tanda-tanda peritonitis

umum.Adanya “Shifting dullness” menunjukkan adanya cairan bebas dalam rongga

perut, berarti kemungkinan besar terdapat perdarahan dalam rongga perut.

7

Page 8: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis dilakukan, langkah diagnosis selanjutnya tergantung

pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan stabilitas dari kondisi pasien itu sendiri.

Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain:4

1. Pemeriksaan darah dan urin, meliputi:4

- Hemoglobin dan hematokrit: Pada fase awal renjatan syok karena perdarahan kadar

Hb dan hematokrit masih tidak berubah, kadar Hb dan hematokrit akan menurun

sesudah perdarahan berlangsung lama, karena proses autotransfusi. Hal ini tergantung

dari kecepatan hilangnya darah yang terjadi. Pada syok karena kehilangan plasma

atau cairan tubuh seperti pada dengue fever atau diare dengan dehidrasi akan terjadi

haemokonsentrasi.

- Urin: Produksi urin akan menurun, lebih gelap dan pekat. Berat jenis urin menigkat

>1,020. Sering didapat adanya proteinuria.

- Pemeriksaan elektrolit serum: Pada renjatan sering kali didapat adanya gangguan

keseimbangan elektrolit seperti hiponatremi, hiperkalemia, dan hipokalsemia

terutama pada penderita dengan asidosis

- Lipase serum atau amylase sensitif sebagai marker trauma pancreas mayor atau

usus. Tingkat elevasi dapat disebabkan oleh trauma kepala dan muka atau campuran

penyebab non traumatic (alcohol, narkotik, obat-obat yang lain).

- Amylase atau lipase mungkin berkurang karena iskemi pancreas akibat hipotensi

sistemik yang disertai trauma. Akan tetapi, hiperamilasemia atau hiperlipasemia

meningkatkan sugesti trauma intra-abdominal dan sebagai indikasi radiografi dan

pembedahan.

- Semua pasien harus menceritakan riwayat imunisasi tetanusnya. Jika belum dilakukan

maka diberikan profilaksis.

8

Page 9: Makalah Pleno b29 Kasus 7

2. Pemeriksaan radiologi5

Hal yang penting dalam evaluasi pasien trauma tumpul abdomen adalah menilai kestabilan

hemodinamik. Pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil, evaluasi yang cepat harus

ditegakkan untuk mengetahui adanya hemoperitonium. Hal ini dapat diketahui dengan DPL atau

FAST scan. Pemeriksaan radiografik abdomen diindikasikan pada pasien stabil saat pemeriksaan

fisik dilakukan.

1. Radiografi/ rontgen

- Radiografi dada membantu dalam diagnosis trauma abdomen seperti ruptur

hemidiafragma atau pneumoperitonium.

- Radiografi pelvis atau dada dapat menunjukkan fraktur dari tulang thoracolumbar.

Mengetahui fraktur costa dapat memperkirakan kemungkinan organ yang terkena trauma.

- Tampak udara bebas intra intraperitoneal, atau udara retroperitoneal yang terjebak dari

perforasi duodenal.

2. Ultrasonografi

- Pemeriksaan digunakan untuk mendeteksi hemoperitonium dan diinterpretasikan positif

jika cairan ditemukan dan negatif jika tidak tampak cairan.

- Pemeriksaan FAST (Focused Assessment with Sonography in Trauma) berdasar pada

asumsi bahwa kerusakan abdomen berhubungan dengan hemoperitonium. Meskipun,

deteksi cairan bebas intraperitoneal berdasar pada faktor-faktor seperti lokasi trauma,

adanya perdarahan tertutup, posisi pasien, dan jumlah cairan bebas.

- Protokol pemeriksaan sekarang ini terdiri dari 4 area dengan pasien terlentang. Lokasi

tersebut adalah perikardiak, perihepatik, perisplenik, dan pelvis. Penggambaran

perikardial digunakan lubang subcosta atau transtoraksis. Memberikan 4 bagian

penggambaran jantung dan dapat mendeteksi adanya hemoperikardium yang ditunjukkan

dengan pemisahan selaput viseral dan parietal perikardial. Perihepatik menunjukkan

gambar bagian dari liver, diafragma, dan ginjal kanan. Menampakkan cairan pada ruang

9

Page 10: Makalah Pleno b29 Kasus 7

subphrenik dan ruang pleura kanan. Perisplenik menggambarkan splen dan ginjal kiri dan

menampakkan cairan pada ruang pleura kiri dan ruang subphrenik. Pelvis

menggambarkan penggunaan vesika urinaria sebagai lubang sonografi. Gambar ini

dilakukan saat bladder penuh. Pada laki-laki, cairan bebas tampak sebagai area tidak

ekoik (warna hitam) pada celah rektovesikuler. Pada wanita, akumulasi cairan pada

cavum Douglas, posterior dari uterus.

- Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST positif memerlukan CT scan

untuk menentukan sebab dan luasnya kerusakan.

- Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST negative memerlukan observasi,

pemeriksaan abdomen serial, dan follow-up pemeriksaan FAST.

- Pasien dengan hemodinamik tidak stabil dengan hasil FAST negative merupakan

diagnosis yang meragukan untuk penanganan dokter.

3. Computed Tomography (CT) Scan

- CT scan tetap kriteria standar untuk mendeteksi kerusakan organ padat. CT scan

abdomen dapat menunjukkan kerusakan yang lain yang berhubungan, fraktur vertebra

dan pelvis dan kerusakan pada cavum toraks.

- Memberikan gambaran yang jelas pancreas, duodenum, dan sistem genitourinarius.

Gambar dapat membantu banyak jumlah darah dalam abdomen dan dapat menunjukkan

organ dengan teliti.

- Keterbatasan CT scan meliputi kepekaannya yang rendah untuk diagnostik trauma

diafragma, pancreas, dan organ berongga. CT scan juga mahal dan memakan dan

memerlukan kontras oral atau intravena, yang menyebabkan reaksi yang merugikan.

Prosedur Diagnostik :

4. Diagnostic peritoneal lavage

- DPL diindikasikan untuk trauma tumpul pada (1) pasien dengan trauma tulang belakang,

(2) dengan trauma multiple dan syok yang tidak diketahui, (3) Pasien intoksikasi yang

mengarah pada trauma abdomen, (4) Pasien lemah dengan kemungkinan trauma

abdomen, (5) pasien dengan potensial trauma intra-abdominal yang akan menjalani

anestesi dalam waktu lama untuk prosedur yang lain

10

Page 11: Makalah Pleno b29 Kasus 7

- Kontraindikasi absolut untuk DPL yaitu pasien membutuhkan laparotomi.

- Kontraindikasi relatif meliputi kegemukan, riwayat pembedahan abdomen yang multipel,

dan kehamilan.

- Metode bervariasi dalam memasukkan kateter ke ruang peritoneal. Meliputi metode open,

semiopen dan closed. Metode open memerlukan insisi kulit infraumbilikal sampai dan

melewati linea alba. Peritoneum dibuka dan kateter diletakkan langsung. Metode

semiopen hampir sama hanya peritoneum tidak dibuka dan kateter melalui perkutaneus

melalui peritoneum ke dalam ruang peritoneal. Metode closed memerlukan kateter untuk

dipasang di dalam kulit, subkutan, linea alba dan peritoneum.

- Hasil DPL dinyatakan positif pada trauma tumpul abdomen jika menghasilkan aspirasi 10

mL darah sebelum pemasukan cairan lavase, mempunyai RBC lebih dari 100.000

RBC/mL, lebih dari 500 WBC/mL, peningkatan amylase, empedu, bakteri, atau urin.

Hanya sekitar 30 mL darah dibutuhkan dalam peritoneum untuk menghasilkan DPL

positif secara mikroskopik.

- DPL di tunjukkan pada beberapa studi mempunyai akurasi diagnostik 98-100%,

sensivitas 98-100% dan spesifikasi 90-96%. DPL mempunyai keuntungan termasuk

sensitivitas tinggi, interpretasi cepat, dan segera. Positif palsu dapat terjadi jika jalan

infraumbilikal digunakan pada pasien fraktur pelvis. Sebelum dilakukan DPL, vesica

urinaria dan lambung harus di dekompresi.

- Dengan kemampuan yang cepat, noninvasive, dan lebih menggambarkan (pemeriksaan

FAST, CT scan), peranan DPL kini terbatas untuk evaluasi pasien trauma yang tidak

stabil yang hasil FAST negative atau tidak jelas.

Trauma Tumpul Abdomen6

Trauma tumpul abdomen bisa terjadi akibat benturan langsung atau kompresi cepat dan tiba-tiba

pada abdomen. Trauma ini bisa juga disebabkan oleh gaya geser akibat deselerasi cepat yang

tiba-tiba, seperti yang terjadi pada kecelakaan lalu lintas atau terjatuh dari tempat yang cukup

tinggi.

Pada trauma tumpul abdomen, organ padat lebih sering terciderai ketimbang organ berongga.

Organ padat mengalami laserasi seperti letupan pada parenkimnya akibat mekanisme gaya

tumpul, laserasi ini memicu perdarahan diikuti timbulnya takikardia, hipotensi, dan tanda-tanda

11

Page 12: Makalah Pleno b29 Kasus 7

lain syok hipovolemik. Organ yang paling sering terciderai pada kasus trauma tumpul adalah

limpa (organ padat). Pada cidera organ berongga terjadi akibat ruptur yang disebabkan oleh gaya

tekan. Ruptur organ berongga intra-abdomen ini menimbulkan perdarahan dan kontaminasi

peritoneum oleh isi organ bersangkutan. Cidera organ padat sekaligus organ berongga bisa

ditemukan pada banyak kasus trauma tumpul abdomen.

Perlekatan pembuluh darah bisa saja terobek atau tertarik, menimbulkan perdarahan lebih lanjut

dan kecenderungan cidera iskemik pada parenkim. Perlu dicatat bahwa risiko cidera intra-

abdominal meningkat pada orang usia lanjut dan para pecandu alkohol karena tonus dinding

abdomennya menurun. 3Tanda penting dari perdarahan intra abdomen yang terus-menerus ialah

peningkatan tekanan darah yang menjadi seperti tekanan darah normal selama beberapa menit,

lalu diikuti hipotensi walaupun dengan pemberian cairan perinfus 500-1000 mL larutan ringer

laktat secara cepat. Pasien yang hipotensi karena kehilangan sedikit darah atau neurogenik syok

biasanya tidak menunjukkan gambaran tersebut. Hipotensi postural, ketika pasien hendak berada

pada posisi tegak, merupakan tanda lain yang berguna pada perdarahan intra abdomen yang terus

menerus. Sering juga tanda perdarahan tidak jelas misalnya; takikardi ringan sedang, takipnea,

penyempitan tekanan nadi, kulit yang dingin, bias menjadi tanda dini perdarahan intra abdomen.

Kehilangan darah 30-40% volume darah tubuh akan mengakibatkan hipotensi yang jelas dengan

tekanan sistolik konsisten di bawah 60-70 mmHg.

Perdarahan intraabdomen akibat trauma tumpul pada kecelakaan tersebut dapat menyebabkan

syok hipovolemik.

Tanda-tanda klinis4

1. Status mental. Perubahan dalam sensorium merupakan tanda khas dari stadium syok.

Ansietas, tidak bias tenang, takut, apati, stupor, atau koma dapat ditemukan. Kelainan-

kelainan ini menunjukkan adanya perfusi serebral yang menurun.

2. Tanda-tanda vital.

a. Tekanan darah . Perubahan awal dari tekanan darah akibat hipovolemia adalah

adanya pengurangan selisih antara tekanan sistolik dan diastolic. Ini merupakan

akibat adanya peningkatan tekanan diastolic yang disebabkan oleh vasokonstriksi atas

rangsangan simpatis. Tekanan sistolik dipertahankan pada batas normal sampai

terjadinya kehilangan darah 15-25%. Hipotensi postural dan hipotensi pada keadaan

12

Page 13: Makalah Pleno b29 Kasus 7

berbaring akan timbul. Perbedaan postural lebih besar dari 15 mmHg adalah

bermakna.

b. Denyut nadi. Takikardi postural dan bahkan dalam keadaan berbaring adalah

karakteristik untuk syok. Perubahan postural lebih dari 15 denyutan permenit adalah

bermakna. Dapat ditemukan adanya penurunan dari amplitudo denyutan. Takikardi

dapat tidak ditemukan paada pasien yang diobati dengan beta blocker.

c. Pernapasan. Takipnea adalah karakteristik, dan alkalosis respiratorius sering

ditemukan pada tahap awal dari syok.

3. Kulit

a. Kulit dapat terasa dingin, pucat, dan berbintik-bintik. Secara keseluruhan mudah

berubah menjadi pucat.

b. Vena-vena ekstremitas menunjukkan tekanan yang rendah ini yang dinamakan vena

perifer yang kolaps. Tidak ditemukan adanya distensi vena jugularis.

4. Gejala-gejala. Pasien mengeluh mual, lemah atau lelah. Sering ditemukan rasa haus yang

sangat.

Klasifikasi

Berdasarkan jenis organ yang cedera dapat dibagi dua :6

1. Pada organ padat seperti hepar dan limpa dengan gejala utama perdarahan

2. Pada organ berongga seperti usus dan saluran empedu dengan gejala utama adalah peritonitis

Berdasarkan daerah organ yang cedera dapat dibagi dua, yaitu :6

a. Organ Intraperitoneal

Intraperitoneal abdomen terdiri dari organ-organ seperti hati, limpa, lambung, colon transversum,

usus halus, dan colon sigmoid.

13

Page 14: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Ruptur Limpa2,6

Limpa merupakan organ yang paling sering cedera pada saat terjadi trauma tumpul

abdomen. Ruptur limpa merupakan kondisi yang membahayakan jiwa karena adanya

perdarahan yang hebat. Limpa terletak tepat di bawah rangka thorak kiri, tempat yang

rentan untuk mengalami perlukaan. Limpa membantu tubuh kita untuk melawan infeksi

yang ada di dalam tubuh dan menyaring semua material yang tidak dibutuhkan lagi

dalam tubuh seperti sel tubuh yang sudah rusak. Limpa juga memproduksi sel darah

merah dan berbagai jenis dari sel darah putih. Robeknya limpa menyebabkan banyaknya

darah yang ada di rongga abdomen. Ruptur pada limpa biasanya disebabkan hantaman

pada abdomen kiri atas atau abdomen kiri bawah. Kejadian yang paling sering

meyebabkan ruptur limpa adalah kecelakaan olahraga, perkelahian dan kecelakaan mobil.

Perlukaan pada limpa akan menjadi robeknya limpa segera setelah terjadi trauma pada

abdomen.

Pada pemeriksaan fisik, gejala yang khas adanya hipotensi karena perdarahan.

Kecurigaan terjadinya ruptur limpa dengan ditemukan adanya fraktur costa IX dan X kiri,

atau saat abdomen kuadran kiri atas terasa sakit serta ditemui takikardi. Biasanya pasien

juga mengeluhkan sakit pada bahu kiri, yang tidak termanifestasi pada jam pertama atau

jam kedua setelah terjadi trauma. Tanda peritoneal seperti nyeri tekan dan defans

muskuler akan muncul setelah terjadi perdarahan yang mengiritasi peritoneum. Semua

pasien dengan gejala takikardi atau hipotensi dan nyeri pada abdomen kuadran kiri atas

harus dicurigai terdapat ruptur limpa sampai dapat diperiksa lebih lanjut. Penegakan

diagnosis dengan menggunakan CT scan. Ruptur pada limpa dapat diatasi dengan

splenectomy, yaitu pembedahan dengan pengangkatan limpa. Walaupun manusia tetap

bisa hidup tanpa limpa, tapi pengangkatan limpa dapat berakibat mudahnya infeksi

masuk dalam tubuh sehingga setelah pengangkatan limpa dianjurkan melakukan

vaksinasi terutama terhadap pneumonia dan flu diberikan antibiotik sebagai usaha

preventif terhadap terjadinya infeksi.

14

Page 15: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Tabel 1. Spleen Organ Injury Scaling:7

Grade Deskripsi Cidera AIS-90

I Hematom

Subcapsular, <10% area permukaan 2

Laserasi Robekan capsular, <1cm kedalaman parenkimal 2

 

II Hematom

Subcapsular, 10-50% area permukaanIntraparenkimal, diameter <5cm

2

Laserasi 1-3cm kedalaman parenkimal tidak melibatkan pembulu darah parenkimal 2

 

III Hematom

Subcapsular, >50% area permukaan atau meluas. Ruptured subcapsular or parenkimal Hematom. Intraparenkimal Hematom >5cm

3

Laserasi >3cm kedalaman parenkimal atau melibatkan pembulu darah vaskular 3

 

IV Laserasi Laserasi segmental atau devaskularisasi pembulu darah hilar mayor (>25% of lien)

4

 

V Laserasi Lien hancur sepenuhnya 5

Vaskular Cidera vaskular Hilar yang membuat lien devaskularisasi 5

 

Ruptur Usus Halus2,6

Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena trauma tumpul

menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala ‘burning

epigastric pain’ yang diikuti dengan nyeri tekan dan defans muskuler pada abdomen.

Perdarahan pada usus besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala peritonitis secara

umum pada jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus dua belas jari biasanya

bergejala adanya nyeri pada bagian punggung. Diagnosis ruptur usus ditegakkan dengan

ditemukannya udara bebas dalam pemeriksaan Rontgen abdomen. Sedangkan pada

pasien dengan perlukaan pada usus dua belas jari dan colon sigmoid didapatkan hasil

pemeriksaan pada Rontgen abdomen dengan ditemukannya udara dalam retroperitoneal.

15

Page 16: Makalah Pleno b29 Kasus 7

b. Organ Retroperitoneal

Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan vena cava. Trauma pada

struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik. Evaluasi regio ini

memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous pyelogram.

Ruptur Ginjal2,6

Trauma pada ginjal biasanya terjadi karena jatuh dan kecelakaan kendaraan bermotor.

Dicurigai terjadi trauma pada ginjal dengan adanya fraktur pada costa ke XI – XII atau

adanya tendensi pada flank. Jika terjadi hematuri, lokasi perlukaan harus segera

ditentukan. Laserasi pada ginjal dapat berdarah secara ekstensif ke dalam ruang

retroperitonial. Gejala klinis : Pada ruptur ginjal biasanya terjadi nyeri saat inspirasi di

abdomen dan flank, dan tendensi CVA. Hematuri yang hebat hampir selalu timbul, tapi

pada mikroscopic hematuri juga dapat menunjukkan adanya ruptur pada ginjal.

Diagnosis, membedakan antara laserasi ginjal dengan memar pada ginjal dapat dilakukan

dengan pemeriksaan IVP atau CT scan. Jika suatu pengujian kontras seperti aortogram

dibutuhkan karena adanya alasan tertentu, ginjal dapat dinilai selama proses pengujian

tersebut. Laserasi pada ginjal akan memperlihatkan adanya kebocoran pada zat warna,

sedangkan pada ginjal yang memar akan tampak gambaran normal atau adanya gambaran

warna kemerahan pada stroma ginjal. Tidak adanya visualisasi pada ginjal dapat

menunjukkan adanya ruptur yang berat atau putusnya tangkai ginjal. Terapi : pada memar

ginjal hanya dilakukan pengamatan. Beberapa laserasi ginjal dapat diterapi dengan

tindakan non operatif. Terapi pembedahan wajib dilakukan pada ginjal yang

memperlihatkan adanya ekstravasasi.

Ruptur Pankreas2,6

Trauma pada pankreas sangat sulit untuk di diagnosis. Kebanyakan kasus diketahui

dengan eksplorasi pada pembedahan. Perlukaan harus dicurigai setelah terjadinya trauma

pada bagian tengah abdomen, contohnya pada benturan stang sepeda motor atau benturan

setir mobil. Perlukaan pada pankreas memiliki tingkat kematian yang tinggi. Perlukaan

16

Page 17: Makalah Pleno b29 Kasus 7

pada duodenum atau saluran kandung empedu juga memiliki tingkat kematian yang

tinggi.

Gejala klinis, kecurigaan perlukaan pada setiap trauma yang terjadi pada abdomen.

Pasien dapat memperlihatkan gejala nyeri pada bagian atas dan pertengahan abdomen

yang menjalar sampai ke punggung. Beberapa jam setelah perlukaan, trauma pada

pankreas dapat terlihat dengan adanya gejala iritasi peritonial.

Diagnosis, penentuan amilase serum biasanya tidak terlalu membantu dalam proses akut.

Pemeriksaan CT scan dapat menetapkan diagnosis. Kasus yang meragukan dapat

diperiksa dengan menggunakan ERCP ( Endoscopic Retrogade Canulation of the

Pancreas) ketika perlukaan yang lain telah dalam keadaan stabil.

Terapi, penanganan dapat berupa tindakan operatif atau konservatif, tergantung dari

tingkat keparahan trauma, dan adanya gambaran dari trauma lain yang berhubungan.

Konsultasi pembedahan merupakan tindakan yang wajib dilakukan.

Ruptur Ureter 6,7

Trauma pada ureter jarang terjadi tetapi berpotensi menimbulkan luka yang mematikan.

Trauma sering kali tak dikenali pada saat pasien datang atau pada pasien dengan multipel

trauma. Kecurigaan adanya cedera ureter bisa ditemukan dengan adanya hematuria paska

trauma.

Mekanisme trauma tumpul pada ureter dapat terjadi karena keadaan tiba-tiba dari

deselerasi/ akselerasi yang berkaitan dengan hiperekstensi, benturan langsung pada

Lumbal 2 – 3, gerakan tiba-tiba dari ginjal sehingga terjadi gerakan naik turun pada

ureter yang menyebabkan terjadinya tarikan pada ureteropelvic junction. Pada pasien

dengan kecurigaan trauma tumpul ureter biasanya didapatkan gambaran nyeri yang hebat

dan adanya multipel trauma. Gambaran syok timbul pada 53% kasus, yang menandakan

terjadinya perdarahan lebih dari 2000 cc. Diagnosis dari trauma tumpul ureter seringkali

terlambat diketahui karena seringnya ditemukan trauma lain, sehingga tingkat kecurigaan

tertinggi ditetapkan pada trauma dengan gejala yang jelas.

Pilihan terapi yang tepat tergantung pada lokasi, jenis trauma, waktu kejadian, kondisi

pasien, dan prognosis penyelamatan. Hal terpenting dalam pemilihan tindakan operasi

17

Page 18: Makalah Pleno b29 Kasus 7

adalah mengetahui dengan pasti fungsi ginjal yang kontralateral dengan lokasi

trauma.6,7,10

Penatalaksanaan pada Multiple Trauma7

Terapi untuk trauma yang serius membutuhkan pemeriksaan yang cepat, juga terapi awal

yang dapat menyelamatkan jiwa. Tindakan ini dikenal sebagai Initial assessment dan meliputi:

1. Primary survey (ABCDE)

2. Resusitasi terhadap fungsi vital

3. Riwayat kejadian

4. Secondary survey (evaluasi dari kepala- ujung kaki)

5. Monitoring post resusitasi yang berkelanjutan

6. Reevaluasi

7. Perawatan definitive

Kedua pemeriksaan yaitu primary dan secondary survey harus diulang secara berkala untuk

memastikan tidak adanya proses deteriorasi.

1. Primary Survey (ABCDE) dan Resusitasi7

Selama dilakukannya Primary Survey, kondisi yang mengancam jiwa harus

diidentifikasi dan ditangani secara simultan. Ingat bahwa tindakan lanjutan yang logis

harus disesuaikan dengan prioritas yang didasari oleh pemeriksaan pasien secara

keseluruhan.

Pemeriksaan Jalan Nafas dengan kontrol Cervical Spine

Pemeriksaan jalan nafas dan cari adanya: Benda asing, fraktur mandibula/facial,

fraktur trakeal/laryngeal

Pemeriksaan singkat Untuk mencari Obstruksi jalan nafas: Stridor, retraksi, sianosis

Manajemen : Pertahankan jalan nafas yang paten

Lakukan manuver ‘chin lift’ atau ‘jaw thrust’

Bersihkan jalan nafas dari benda asing

Masukkan orofaringeal atau nasofaringeal airway

18

Page 19: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Pertahankan definitive airway

a. Intubasi orotracheal atau nasotrakeal

b. Needle cricothyrotomy dengan jet insufflation pada jalan nafas

c. Krikotirotomi dengan pembedahan

Pemeriksaan2

Periksa bagian leher dan dada : pastikan immobilisasi leher dan kepala.

Tentukan laju nafas dan dalamnya pernafasan.

Inspeksi dan palpasi leher dan dada untuk mencari deviasi trakeal, gerakan dada

yang unilateral atau bilateral, penggunaan otot aksesorius, dan adanya tanda-tanda

injury.

Auskultasi dada secara bilateral, basal dan apeknya.

Jika terdapat suara yang berbeda antara kedua sisi dada, maka perkusi dada untuk

mengetahui adanya ‘dullness’ atau ‘hiperresonan’ untuk menentukan adanya

hemotorak atau pneumothorax secara berturut-turut:

a. Tension pneumothorax

b. Flail chest dengan kontusio pulmonal

c. Pneumothorax terbuka

d. Hemothorax massive

Penatalaksanaan7

Pasang pulse oksimetri pada pasien

Berikan oksigen konsentrasi tinggi

FiO2 > 0,85 tidak dapat dicapai dengan nasal prongs atau dengan face mask yang

simple. Non-rebreather mask dengan reservoir diperlukan untuk mencapai FiO2

100%.

Ventilasi dengan bag-valve mask

Ringankan keadaan tension pneumothorax dengan memasukkan jarum ukuran

besar secara cepat kedalam ICS 2 pada midklavikular line dari sisi paru yang

terkena, kemudian diikuti dengan pemasangan chest tube pada ICS 5 anterior dari

mid aksilari line.

19

Page 20: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Tutup penumothorax yang terbuka dengan pelekat kassa steril, cukup besar untuk

menutupi tepi luka, dan lekatkan pada tiga sisi untuk menciptakan efek flutter-

valve. Kemudian masukkan chest tube pada sisi sisanya.

Pasang peralatan monitoring end tidal CO2 (jika tersedia) pada endotrakeal tube.

Sirkulasi dengan Kontrol perdarahan4

Hipotensi setelah terjadi injury harus dipertimbangkan sebagai akibat hipovolemik

sampai terbukti tidak. Identifikasi sumber perdarahannya.

Pemeriksaan cepat dan akurat terhadap status hemodinamik sangat penting. Elemen

yang penting antara lain:

Tingkat kesadaran : Penurunan tekanan perfusi serebral dapat terjadi akibat

hipovolemi.

Warna kulit: kulit kemerahan, jarang menandakan hipovolemia. Wajah keabu-

abuan/kelabu, kulit ektremitas putih menunjukkan hipovolemi; biasanya

mengindikasikan kehilangan volume darah setidaknya 30%.

Nadi

Tekanan darah

a. jika nadi pada radialis teraba,TD >80mmHg

b. Jika hanya ada di Carotid TD > 60 mmHg.

c. Periksa kualitas nadi; penuh dan cepat

d. Nadi irregular menandakan kemungkinan cardiac impairment

Pasang kateter urin dan NGT kecuali ada kontraindikasi.

Catatan : output urin adalah indicator sensitive untuk mengetahui status volume tubuh.

Kateter urin merupakan kontra indikasi jika ada kecurigaan injury pada urethra, misal:

a. Darah pada meatus uretra

b. Henatom skrotum

c. Prostate tidak bisa dipalpasi

20

Page 21: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Tabel 2. Syok Hipovolemik karena Perdarahan (menurut Advanced Trauma Life Support)8

Klasifikasi Penemuan Klinis Pengelolaan

Kelas I : kehilangan volume

darah < 15 % EBV

Hanya takikardi minimal, nadi

< 100 kali/menit

Tidak perlu penggantian

volume cairan secara IVFD

Kelas II : kehilangan

volume darah 15 – 30 %

EBV

Takikardi (>120 kali/menit),

takipnea (30-40 kali/menit),

penurunan pulse pressure,

penurunan produksi urin (20-

30 cc/jam)

Pergantian volume darah yang

hilang dengan cairan

kristaloid (NaCl 0,9% atau

RL) sejumlah 3 kali volume

darah yang hilang

Kelas III : kehilangan

volume darah 30 - 40 %

EBV

Takikardi (>120 kali/menit),

takipnea (30-40 kali/menit),

perubahan status mental

(confused), penurunan

produksi urin (5-15 cc/jam)

Pergantian volume darah yang

hilang dengan cairan

kristaloid (NaCl 0,9% atau

RL) dan darah

Kelas IV : kehilangan

volume darah > 40 % EBV

Takikardi (>140 kali/menit),

takipnea (35 kali/menit),

perubahan status mental

(confused dan lethargic),

Bila kehilangan volume darah

> 50 % : pasien tidak sadar,

tekanan sistolik sama dengan

diastolik, produksi urin

Pergantian volume darah yang

hilang dengan cairan

kristaloid (NaCl 0,9% atau

RL) dan darah

21

Page 22: Makalah Pleno b29 Kasus 7

minimal atau tidak keluar

Keterangan : EBV (estimate Blood Volume) = 70 cc / kg BB

Penatalaksanaan7

1. Pemantauan. Parameter di bawah ini harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan:

denyut jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP) dan

pengeluaran urin. Pengeluaran urin yang kurang dari 30 ml/jam (atau 0,5 ml/kg/jam)

menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.

2. Penatalaksanaan pernapasan. Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui

masker atau kanula. Jalan napas yang bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala

dan mandibula yang tepat dan aliran pengisapan darah dan secret yang sempurna.

Penentuan gas darah arterial harus dilakukan untuk mengamati ventilasi dan oksigenasi.

Jika ditemukan kelainan secara klinis atau laboratorium analisis gas darah, pasien harus

diintubasi dan diventilasi dengan ventilator yang volumenya terukur. Volume tidal harus

diatur sebesar 12 sampai 15 ml/kg, frekuensi pernapasan sebesar 12-16 per menit.

Oksigen harus diberikan untuk mempertahankan PO2 sekitar 100 mmHg. Jika pasien

melawan terhadap ventilator, maka obat sedative atau pelumpuh otot harus diberikan.

Jika cara pemberian ini gagal untuk menghasilkan oksigenasi yang adekuat, atau jika

fungsi paru-paru menurun harus ditambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir positif.

3. Pemberian cairan

a. Penggantian cairan harus dimulai dengan memasukkan larutan ringer laktat atau

larutan garam fisiologis secara cepat. Kecepatan pemberian dan jumlah aliran

intravena yang diperlukan bervariasi tergantung beratnya syok. Umumnya paling

sedikit 1 sampai 2 liter larutan ringer laktat harus diberikan dalam 45-60 menit

pertama atau bias lebih cepat lagi apabila dibutuhkan. Jika hipotensi dapat diperbaiki

dan tekanan darah tetap stabil, ini merupakan indikasi bahwa kehilangan darah sudah

minimal. Jika hipotensi tetap berlangsung. Harus dilakukan transfuse darah pada

pasien-pasien ini secepat mungkin, dan kecepatan serta jumlah yang diberikan

disesuaikan dengan respons dari parameter yang dipantau.

22

Page 23: Makalah Pleno b29 Kasus 7

1. Darah yang belum dilakukan reaksi silang atau yang bergolongan O-negatif

dapat diberikan terlebih dahulu, apabila syok menetap dan tidak ada cukup

waktu (kurang lebih 45 menit) untuk menunggu hasil reaksi silang selesai

dikerjakan.

2. Segera setelah hasil reaksi silang diperoleh, jenis golongan darah yang sesuai

harus diberikan.

3. Koagulopati delusional dapat timbul pada pasien yang mendapat transfuse

darah masif. Darah yang disimpan tidak mengandung trombosit hidup dan

factor pembekuan V dan VI. Satu unit plasma segar beku harus diberikan

untuk setiap 5 unit whole blood yang diberikan. Hitung jumlah trombosit dan

status koagulasi harus dipantau terus menerus pada pasien yang mendapatt

transfusi massif.

4. Hipotermia juga merupakan konsekuensi dari transfuse massif. Darah yang

akan diberikan harus dihangatkan dengan koil penghangat dan suhu tubuh

pasien dipantau.

4. Vasopresor, - Pemakaian obat ini pada penanganan syok hipovolemik akhir-akhir ini

kurang disukai. Alasannya adalah bahhwa hal ini akan lebih mengurangi perfusi jaringan.

Pada kebanyakan kasus, vasopresor tidak boleh digunakan; tetapi vasopresor mungkin

bermanfaat pada beberapa keadaan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan

sementara untuk meningkatkan tekanan darah sam pai didapatkan cairan pengganti yang

adekuat. Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner

atau penyakit pembuluh darah otak yang berat. Zat yang digunakan adalah norepinefrin 4

sampai 8 mg yang dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa dalam air (D5W), yang bersifat

vasokonstriktor predominan dengan efek yang minimal pada jantung. Dosis harus

disesuaikan dengan tekanan darah. 1, 7

Disabilitas (Evaluasi Neurologik)8

Cek tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.

Metode AVPUP untuk menentukan tingkat kesadaran

A Alert

V respon terhadap rangsang Vokal

23

Page 24: Makalah Pleno b29 Kasus 7

P respon terhadap rangsang Pain

U Unresponsif

Pengukuran dan Reaksi Pupil

Catatan: GCS lebih detil namun termasuk pada secondary survey, kecuali jika akan melakukan

intubasi maka pemeriksaan GCS harus dilakukan lebih dulu.Tabel 3: Nilai GCS 8

Jenis Pemeriksaan Nilai

Respon buka mata (Eye Opening, E)

·      Respon spontan (tanpa stimulus/rangsang)

·      Respon terhadap suara (suruh buka mata)

·      Respon terhadap nyeri (dicubit)

·      Tida ada respon (meski dicubit)

4

3

2

1

Respon verbal (V)

         Berorientasi baik

         Berbicara mengacau (bingung)

         Kata-kata tidak teratur (kata-kata jelas dengan substansi tidak jelas & non-

kalimat, misalnya, “aduh… bapak..”)

         Suara tidak jelas (tanpa arti, mengerang)

         Tidak ada suara

5

4

3

2

1

Respon motorik terbaik (M)

·      Ikut perintah

·      Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang

nyeri)

6

5

24

Page 25: Makalah Pleno b29 Kasus 7

·      Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang)

·      Fleksi abnormal (dekortikasi: tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada

& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)

·      Ekstensi abnormal (deserebrasi: tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,

dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri)

·      Tidak ada (flasid)

4

3

2

1

Interpretasi atau hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol

E…V…M…Selanjutnya nilai tiap-tiap pemeriksaan dijumlahkan, nilai GCS yang tertinggi

adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1. Biasanya, pasien dengan nilai GCS

dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit dipertahankan keselamatannya.  GCS berguna untuk

menentukan derajat trauma/cedera kepala (trauma capitis).

Gambar 5: cara penilaian kesadaran8

25

Page 26: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Kontrol terhadap Paparan/Lingkungan

Lepas semua pakain pasien, cegah hipotermi dengan memakaikan selimut dan atau

cairan IV yang hangat, berikan cahaya hangat.

Monitoring nadi, BP, pulse oksimetri, EKG, dan output urin terus-menerus.

2. Secondary Survey 1,7

Evaluasi keseluruhan termasuk tanda vital, BP, nadi, respirasi dan temperature

Dilakukan setelah primary survey, resusitasi, dan pemeriksaan ABC.

Dapat disingkat menjadi ‘tubes and fingers in every orifice’

Dimulai dengan anamnesa AMPLE:

A Alergi

M Medikasi yang dikonsumsi baru-baru ini

P Past illness (RPD)

L Last meal (makan terakhir)

E Event/environment yang terkait injury

Pemeriksaan penunjang lebih lanjut (EKG, X-Ray, MRI, CT Scan)

Evaluasi pada setiap organ

Komplikasi 4

Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul adalah cidera yang terlewatkan,

terlambat dalam diagnosis, cidera iatrogenic, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture

spleen yang muncul kemudian. Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena

adanya ruptur pada organ. Penyebab yang paling serius dari peritonitis adalah terjadinya suatu hubungan (viskus)

ke dalam rongga peritoneal dari organ-organ intraabdominal (esofagus, lambung, duodenum, intestinal, colon,

rektum, kandung empedu,apendiks,dan saluran kemih), yang dapat disebabkan oleh trauma, darah yang

menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus yang mengalami strangulasi, pankreatitis

26

Page 27: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Komplikasi akibat syok hipovolemik: 6

1. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan.

2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.

3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.

Prognosis

Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data statistik yang menggambarkan jumlah

kematian di luar rumah sakit, dan jumlah pasien total dengan trauma abdomen, gambaran spesifik prognosis

untuk pasien trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10%.

Syok hipovolemik selalu merupakan darurat medis. Namun, gejala-gejala dan hasil dapat bervariasi tergantung

pada: 6

1. Jumlah volume darah yang hilang

2. Tingkat kehilangan darah

3. Cidera yang menyebabkan kehilangan

4. Mendasari pengobatan kondisi kronis, seperti diabetes dan jantung, paru-paru, dan penyakit ginjal.

Kesimpulan 1

Syok hipovolemik yang disebabkan karena perdarahan intraabdomen merupakan kedaruratan

medis. Oleh karena itu harus dilakukan penanganan yang cepat dan tepat. Primary survey

meliputi ABCDE dan secondary survey merupakan bentuk penanganan lanjut yang lebih spesifik

dan terperinci. Tindakan primary dan secondary survey sangat mempengaruhi prognosis pasien.

27

Page 28: Makalah Pleno b29 Kasus 7

Daftar Pustaka

1. Eliastam M, Sternbach GL, Bresler MJ. Penuntun kedaruratan medis ed 5. Jakarta:

EGC;2003.h.4-7

2. Gridale J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Erlangga. Jakarta; 2005.h. 105-7

3. Sudiharto. Biomekanik trauma. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh dari

http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-content/uploads/2012/03/BIOMEKANIK-

TRAUMA.pdf pada tanggal 15 November 2013

4. Henderson SO. Vademacum kedokteran emergensi. Jakarta: EGC;2013.h.520-5

5. Schwartz, Seymour I. Intisari prinsip prinsip ilmu bedah ed 6. Jakarta: EGC;2004.h.82-3

6. Brooks A, Mahoney P, Hodgetts T. Major trauma. Elsevier Limited. Philadelphia; 2005.h.

239, 40.

7. Amisani I. Tatalaksana awal multiple trauma, 31 Oktober 2010. Diunduh dari:

http://www.scribd.com/doc/Tatalaksana-Awal-Multiple-Trauma#download, 8 November 2013.

Pkl.13.42

8. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Buku saku ilmu bedah sabiston ed

17. Jakarta: EGC;2011.h.238-46

28