Upload
irul-aldani
View
162
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA
INDUSTRI KELAPA SAWIT(CPO DAN KPO)
DI SUSUN OLEH
NAMA : NIKEN WIDIYANTI
NIM : 12 644 009
KELAS : 3A D4
JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2013
ii
KATA PENGANTAR
ASSALAMU’ALAIKUM Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena Berkat Rahmat dan Karunia-Nya lah, saya
dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Makalah proses industri kimia “Industri Kelapa
Sawit(CPO & KPO)” dengan sebaik-baiknya, yang Insya’allah dapat menjadi tambahan ilmu
bagi saya dan siapapun yang membacanya.
Oleh karena itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
mendukung proses pembuatan tugas ini, terutama dari pihak kampus yang telah menyediakan
fasilitas internet Wi-Fi di kampus dan Bapak Muh.Syahrir ST.,MT selaku Dosen Proses Industri
Kimia(PIK). Serta teman-teman yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Makalah ini,
serta semua saran dan kritik yang menjadi masukan bagi saya untuk menyempurnakan
kekurangan yang ada pada tugas ini. Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang
berguna bagi kita semua, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan kita.
Terima kasih.
WASSALAMU’ALAIKUM Wr.Wb
Samarinda, 21 Oktober 2013
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengolahan Kelapa Sawit.........................................................................4
2.2 Gambar Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit.........................5
2.3 Alat Yang Digunakan Dalam Proses Pengolahan Kelapa Sawit..............5
1. Loading Ramp....................................................................................52. Sterilizer.............................................................................................7
Mekanisme Proses Perebusan Pada Sterilizer.............................83. Thresher..............................................................................................11
Jenis-Jenis Thresher.....................................................................12 Efisiensi Threshing.......................................................................13
4. Digester..............................................................................................15
Fungsi Digester.............................................................................15 Jenis-Jenis Digester......................................................................16
5. Screw Press.........................................................................................17 Tipe Screw Press..........................................................................20 Tekanan Kerja Screw Press..........................................................21
6. Vibrating screen.................................................................................257. CST ( Clarifier Settling Tank )...........................................................258. Crude Oil Tank...................................................................................30
Spesifikasi ...................................................................................31 Cara Kerja Alat.............................................................................31
9. Oil Clarifier .......................................................................................3210. Vakum Dryer......................................................................................3311. CPO Storage Tank..............................................................................3412. Depericarper.......................................................................................35
iv
13. Ripple Mill.........................................................................................3614. Claybath..............................................................................................3715. Silo Drier............................................................................................3816. Nut Silo...............................................................................................3817. Ketel Uap ( Boiler )............................................................................3918. Steam Turbine....................................................................................44
2.4 Proses Pengolahan Kelapa Sawit............................................................46
A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO................................46
B. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi KPO................................48
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas
bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan
minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan
areal perkebunan kelapa sawit. Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di
Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,
terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan
perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal
perkebunan besar swasta.
Kelapa Sawit merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan akan minyak
goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
standar ekonomi masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang
sangat potensial karena tidak semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di
Indonesia dan termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa
sawit.
Industri Kelapa Sawit merupakan salah satu bentuk perkembangan industry
penghasil CPO (Crude Palm Oil), kernel dan minyak inti kelapa sawit (PKO), perannya
cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan industry kelapa sawit di Indonesia
meningkat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia akan produk-produk berbahan
dasar CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) seperti minyak goreng, sabun,
kosmetik dan sebagainya.
1
2
Pengolahan kelapa sawit pada dasarnya merupakan suatu proses pengolahan
terhadap tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti
sawit (KPO). Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa
minyak sawit mentah (CPO) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO) yang tidak
berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak
goreng dan margarin), industry sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas),
industri tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif (biodisel). Pada dasarnya, CPO
dapat diolah menjadi tiga macam bahan kimia, yaitu methyl ester, asam lemak (fatty acid),
dan gliserin (glycerine).
1.2 Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Proses Industri Kimia (PIK).
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil(CPO) dan kernel palm
oil(KPO).
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambar diagram alir dari proses pengolahan kelapa sawit?
2. Alat apa saja yang dipergunakan dalam proses pengolahan kelapa sawit?
3. Bagaimana fungsi dari alat-alat tersebut?
4. Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit ?
2
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengolahan Kelapa sawit
Kelapa sawit merupakan bahan baku dari produk CPO (Crude Palm Oil) dan PKO
(Palm Kernel Oil). Dalam proses pengolahan lebih dikenal dengan TBS (Tandan Buah
Segar) merupakan buah yang berasal dari tanaman kelapa sawit. Proses transformasi TBS
menjadi CPO melalui proses pemerasan minyak yang terkandung dalam buah, sedangkan
PKO didapat dari proses pengupasan biji buah kelapa sawit.
Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan
minyak kelapa sawit. . Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit,
sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri
kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti
sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang
memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting produksi
seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam
menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya.
Perlu diketahui bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh
4
3
kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik
hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang
dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
2.2 Gambar Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit
2.3 Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Proses Pengolahan Kelapa Sawit
1. Loading Ramp
Loading ramp berfungsi untuk menampung TBS sebelum diolah. Bangunan dibuat
miring sekitar 37 degree untuk memudahkan pengisian ke lori ataupun scraper yang
kemudian dikirim ke stasiun rebusan. Kapasitas loading ramp berkisar antara 100-200 ton
disesuaikan dengan kapasitas pabrik.
5
4
Loading Ramp
Truk pengangkut buah akan membongkar muatan di stasiun ini dan selanjutnya
dilakukan grading kualitas. Grading ini digunakan untuk menentukan besarnya pembayaran
kepada pihak suplayer dan sebagai kontrol raw material (bahan baku). Kuantitas buah harus
mencukupi untuk diproses minimal 7 jam jalan proses. Jika diperkirakan dari taksasi kebun
buah yang masuk tidak mencukupi untuk diolah 7 jam maka proses sebaiknya tidak perlu
untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan proses pemisahan minyak akan mulai maksimal
ketika sudah mencapai wakttu 7 jam sehingga jika dipaksakan untuk proses kemungkinan
rendemen tidak mencapai target.
Loading Ramp
Lantai loading ramp harus terbuat dari beton dengan kekuatan di atas K 210
dikarenakan beban yang sangat berat. Operasional alat berat yaitu jenis backhoe loader
6
5
mengakibatkan gesekan pisau dengan lantai sering terjadi. Sistem bongkar yang tidak tepat
seperti mengayunkan truk dapat menyebabkan pembatas lantai dengan plat loading ramp
rusak.
2. Sterilizer
Pada pabrik pengolahan kelapa sawit sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang
berfungsi untuk merebus/memasak tandan buah sawit (TBS) dengan uap (steam). Uap yang
digunakan adalah uap saturated dengan tekanan 1,5 - 3,0 bar dengan temperatur 120 – 140 oC yang diinjeksikan dari back pressure valve (BPV), untuk mencapai suatu kondisi tertentu
pada buah yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan proses berikutnya.
Tujuan perebusan TBS adalah sebagai berikut:
Menghentikan proses perkembangan Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
Melunakkan lapisan mesocarp FFB, sehingga akan mempermudah proses digestion dan
proses pressing.
Melepaskan ikatan antara tandan buah dengan buah (Nut), sehingga mudah dalam proses
pemipilan/ pemisahan janjangan dengan brondolan (Nut).
Untuk mengurangi kadar air dan melepaskan serat dan biji sawit, sehingga akan
meningkatkan efisiensi pemecahan biji.
7
6
Gambar. Sterilizer Station
Mekanisme Proses Perebusan Pada Sterilizer
Secara umum pada pabrik pengolahan kelapa sawit digunakan banyak bermacam-
macam jenis sterilizer yaitu: vertical sterilizer, horizontal Sterilizer, continious Sterilizer,
dimana semua jenis sterilizer ini mempunya kelebihan dan kelemahan masing-masing.
namun untuk saat ini yang umum digunakan adalah jenis vertical sterilizer dan horizontal
sterilizer.
Pola perebusan yang digunakan pada sebuah PKS harus disesuaikan dengan
kemampuan boiler untuk memproduksi uap, agar tujuan dari perebusan tersebut dapat
tercapai dengan baik. Pola perebusan pada PKS yang lazim dikenal adalah sistim single peak,
sistim double peak, sisitim single peak, namun untuk saat ini yang umum digunakan adalah
8
7
sistim triple peak dengan berbagai macam modifikasi tergantung dari kodisi pabrik, buah
yang diolah, kapasitas lori dan kebijakan dari manajemen operasional.
Dalam pengoperasian alat ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
mencapai kinerja yang baik yang mana hal ini akan sangat berpengaruh pada losses dan
proses pengolahan berikutnya:
1. Pembuangan udara
Udara merupakan penghantar panas yang tidak baik, hal ini akan
berpengaruh pada proses perpindahan panas dalam rebusan yang dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan. Misalnya tekanan uap masuk
sterilizer 4 bar, dan tekanan udara yang ada dalam rebusan 1 bar, dengan
perbandingan uap dan udara 3:1, maka tekanan partial uap dalah.
3/(3+1) x 4 = 3 bar
Karena itu udara dalam sterilizer harus dikeluarkan terlebih dahulu, upaya untuk
memperkecil jumlah udara dalam sterilizer ailah dengan:
Mengatur isi lori dengan menyusun buah sebaik mungkin sehingga ruang-
ruang kosong antar buah dapat diminimalkan, sehingga udara tidak
terjebak.
Kapasitas lori diisi sesuai dengan kapasitas desain, diusahakan tidak
mengisi buah melebihi kapasitas lori karena hal ini dapat mengurangi
kapasitas olah.
Melakukan Pembuangan Udara(Daereasi), yaitu pembuangan udara dari
dalam sterilizer dengan cara medorong udara dengan uap bertekan. Hal ini
dilakukan dengan memasukan udara dari bagian atas sterilizer dan
mengeluarkan udara dari bagian bawah sterilizer.
2. Pembuangan air kondensat
Uap air yang terkondensasi dalam sterizer dan berada pada bagian dasar
dapat menghambat proses perebusan, air akan mengabsorbsi panas yang diberikan
uap bertekan, menyebabkan bertambahnya jumlah air dalam sterilizer, maka air
tersebut harus dikeluarkan dari dalam melalui pipa-pipa kondensat pada bagian
9
8
dasar sterilizer. Cara ini membuat buah hasil rebusan kering dan lebih mudah
dilumat oleh screw press.
3. Waktu perebusan
Proses perebusan pada sterilizer membutuhkan waktu penetrasi uap
sampai masuk kedalam yang paling dalam dari buah. Hubungan waktu perebusan
dengan effisiensi ekstraksi minyak, untuk perlu diperhatikan betul penyesuaian
waktu pada rebusan dimana setiap pabrik hal ini tidak harus sama tergantung dari
Jenis buah yang diolah, ukuran buah yang diolah, ketersediaan steam,dll.
4. Pembuangan uap
Proses pembuangan uap dilakukan melalui pipa exaust di bagian atas
sterilizer, umumnya ukuran pipa pembuangan uap lebih besar, sehingga proses
pembungan uap dapat terlaksana dengan cepat sehingga buah lebih mudah lepas
dari tandannya.
Untuk mempermudah proses pengaturan uap dalam sterilizer, saat ini hampir semua PKS
telah menggunakan sistem automatic control valve, semua aktifitas pemasukan uap,
pengeluaran uap, dan pembuangan kondensat menggunakan bantuan alat yang telah
deprogram.
3. Thresher
Perlakuan (treatment ) kedua pada proses pengolahan kelapa sawit setelah perebusan
adalah penebahan (Threshing). Proses penebahan ini bertujuan adalah untuk melepaskan
brondolan (fruit) dengan janjangan (Bunch).
Setelah buah (fruit bunch) direbus maka proses berikutnya adalah melepaskan
brondolan dari janjangan (bunch). Saat ini ada tiga jenis alat angkut yang digunakan untuk
men-suply buah dari sterilizer ke Thresher, yaitu :
1. Lorry yang diangkat oleh Hoisting Crane (sistem sterilizer konvensional)
2. Lorry + Tipper (sistem sterilizer konvensional)
10
9
3. Conveyor (Scrapper conveyor (Sistem Continuous Steriliser dan Vertical
Steriliser)
Alat yang digunakan untuk melakukan proses ini dinamakan THRESHER. Prinsip
kerjanya adalah Thresher berputar dengan putaran tertentu, kemudian buah (fuit bunch) ikut
berputar dan terangkat sampai ketinggian tertentu dan akibat gravitasi buah (fruit bunch)
jatuh dan mengalami bantingan. Dengan proses ini berkali-kali maka brondolan (fruit) lepas
dari janjangan (bunch).
11
10
Jenis – jenis Thresher
A. Thresher with Shaft
B. Shaftless Thresher
Effisiensi Threshing
Effisiensi Threshing adalah kemampuan Thresher untuk melepas brondolan dari
janjangan.Dan dipengaruhi oleh :
Effisiensi Sterilisasi.
Ketinggian Jatuh dari bunch, ditentukan oleh rpm thresher. (Semakin tinggi
semakin bagus-memperbesar gaya energy potensial)
Jumlah bantingan paling tidak 6 kali.
Feeding sesuai kapasitas dan konstan (jumlah janjangan dalam thresher).
12
11
Rumus Putaran Thresher
Keterangan :
n = Putaran (rpm)
D = diameter Thresher
d = diameter buah (fruit bunch)
Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa putaran thresher dipengaruhi oleh ukuran
buah, semakin besar ukuran buah semakin cepat putaran yang dibutuhkan. Tapi putaran juga
dibatasi oleh kecepatan keluarnya janjangan dari thresher (semakin cepat akan menurunkan
efisiensi Thresher).
13
12
4. Digester
Digester adalah Vessel untuk melumatkan buah/brondolan dan dipanasi sampai
temperatur 95oC +/- 2oC sehingga memenuhi kondisi untuk di press. Digester juga berfungsi
mendorong buah atau brondolan menuju mesin press.
Buah yang masuk kedalam digester akan dilumatkan oleh pisau-pisau (long arm dan short
arm) yang berputar, yang ada didalamnya. Oleh karena itu saat operasi digester harus
minimal ¾ penuh, agar buah atau brondolan mengenai keseluruh pisau sehingga proses
pelumatan akan sempurna. Setelah dilumatkan kemudian buah didorong oleh pisau
pendorong (expeller arm) menuju press.
Fungsi Digester
Mengaduk brondolan masak / Mass passing digester (MPD) sehingga
menjadi bubur (mash) untuk mempermudah proses pressing.
Memecah dinding sel dari “oil bearing cell” untuk melepas minyak dari
mesocarp.
Men-drain minyak (pure oil) yang sudah terbentuk di digester
Memanaskan brondolan untuk mempermudah proses pressing
Jika sel minyak tidak pecah, akan menyebabkan hilang di sludge dan jika tdk
diperas dari fibre maka akan hilang di press cake
Melepas pericarp dari nut
Model Digester ( produk CB industries)
14
13
Jenis-jenis Digester
1. Vertical Steriliser
Vertical Digester
Bagian-bagian Vertical Digester
15
14
2. Horizontal Digester
5. Screw Press
Screw press adalah mesin yang melanjutkan proses pemisahan minyak dari digester
yang terdiri dari double screw yang membawa massa press keluar dan diaplikasikan tekanan
lawan yang berasal dari hydraulic double cone. Worm Screw Press adalah salah satu
komponen utama pada mesin pengekstraksi Minyak Mentah Kelapa Sawit (Crude Palm Oil).
PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi
minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).
16
15
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang,
dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah diaduk
secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw
conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh
adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui
lubang – lubang press cage minyak dipishkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak
menuju stasaiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.
Bagian utama screw press adalah
1. Double screw
2. Press silinder
3. Casing/Body
4. Gear Box
5. Hydraulic double cone.
Double screw terbuat dari bahan baja tuang dengan ukuran yang berbeda tergantung
kapasitas olah yang dilayani. Satuan kapasitas screw press adalah Ton TBS/Jam.
Umumnya dalam membeli spare part screw dipasaran ditentukan jam kerja yang mampu
dicapai alat tersebut hingga penggantian berikutnya (kecuali jika screw patah).
Press Silinder atau disebut juga press cage yang terbuat dari plat baja yang diperkuat
dengan tulangan plat mild steel setebal 8 mm. Pres silinder berbentuk kaca mata yang
bagian tengahnya terhubung. Press silinder dapat juga disebut saringan, dimana
fibre/serabut daging buah sawit tidak terikut ke cairan minyak yang telah dipress.
Casing/Body screw press terbuat dari plat mild steel minimal 10 mm berbentuk kotak
dengan dilengkapi pintu sebelah kanan, kiri dan atas. Dibagian atas ada 2 pintu yaitu 1
pintu untuk melihat kondisi press silinder & satu pintu/lubang untuk menghubungkan
screw press dengan corong umpan dari digester.
17
16
Gear box terdapat dibagian belakang body screw press yang didalam nya terdapat
primary dan secondary screw yang dihungkan dengan gear agar putaran double screw
saling berlawanan arah. permasalahan yang sering terjadi digearbox yaitu sering patahnya
bearing as akibat over pressure, minyak pelumas kurang bahkan mungkin juga akibat
kualitas bearing yang tidak sesuai. Disisi gearbox umumnya dilengkapi dengan selang
sight glass untuk melihat level pelumas dari luar dan dilengkapi dengan lubang intip
dibagian atas untuk melihat kondisi bearing.
Hydraulic Double Cone merupakan alat yang ditambahkan kesistem screw press untuk
memberikan tekanan lawan terhadap daya dorong double screw di fibre/ampas
kempa,dengan ditekannya ampas kempa oleh hydraulic double cone maka minyak akan
keluar dari massa pressed melalui press silinder.
Tipe screw press
Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim,
Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda-beda
18
17
terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed screw, sehingga
kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan yang masuk
berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk kedalam screw press mempengaruhi
volume ulir yang parallel dengan penekanan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang
dan oil losses dalam ampas akan tinggi. Melihat kondisi ini beberapa pabrik pembuat screw
press menggunakan feed screw, karena disamping pengisian yang effektif juga melakukan
pengempaan pendahuluan dengan tekanan rendah sehingga minyak keluar. Hal ini akan
membantu daya kerja dari screw press, karena kandungan minyak telah berkurang, yang
sering mengganggu dalam pengepresan yaitu membuat kenaikan bahan padatan bukan
minyak dalam cairan.
Penggunaan feed screw akan menimbulkan pertambahan investasi dan biaya
perawatan yang lebih besar. Oleh sebab itu dalam pengoperasiannya perlu dilakukan
perhatian yang lebih intensif.
Type Stork memproduksikan alat press yang terdiri dari alat menggunakan feed screw
dan tanpa feed screw. Sedangkan Usine de Wecker tidak dilengkapi dengan feed screw.
Screw press terdiri dari single shaft dan double shaft yang memiliki kemampuan press
yang berbeda-beda, dimana alat press yang double shaft umumnya kapasitasnya lebih tinggi
dari single shaft (75).
19
18
Tekanan kerja Screw Press
a) Tekanan Berlawanan
Pengerak poros screw press dilakukan dengan electromotor yang dipindahkan dengan
belt, gigi dan hydroulic. Power dengan putaran sebesar 19-12 rpm untuk menggerakkan alat
screw. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tekanan tahanan lawan pada adjusting cone.
Tekanan pada Hydraulic Cone yang sesuai untuk “Single Stage Pressing” diberikan tekanan
pada tahap awal 40-50 bar dan pada Double Pressing (Gambar 4.10) menggunakan
tekananpertama 30-35 bar dan pada pengepressan kedua diberi tekanan 40-50 bar (65).
Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas, tekanan lawan dinaikkan dengan
mengatur Cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentase biji
pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan Screw Press, bahkan dapat
menyebabkan terbakarnya Electromotor .
Tekanan kerja Cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak
yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian
screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.
Kerusakan Cone yang terjadi di pabrik sering dibiarkan begitu saja tanpa diperbaiki,
dan operasi alat Press dilakukan dengan pengaturan secara manual amper arus masuk pada
Panel Board, hal seperti ini harus dihindarkan karena sangat bertentangan dengan prinsip
kerja alat Continuous Pressing dan berakibat kerusakan yang cepat pada Electromotor.
b) Stabilitas Tekanan
Tekanan yang terlalu bervariasi akan memberi pengaruh negatif terhadap proses
penge-press-an dan terhadap alat press itu sendiri. Penyetelan yang dilakukan pada
Electromotor dan Cone yang secara sendiri-sendiri akan sulitt mempertahankan tekanan
stabil yang diperlukan. Untuk menstabilkan tekanan kerja dan tekanan lawan pada Screw
Press dapat dilakukan dengan cara mengganti “Gear drive” dengan “Hydraulic Transmissi”
sehingga ganjalan-ganjalan yang terdapat dalam screw press yang disebabkan variasi bahan
baku dapat diatur secara otomatis. Alat ini kini sudah banyak dikembangkan pada Screw
Press. Keuntungan dari alat ini ialah dapat mengatur sendiri tekanan tertinggi dan tekanan
terendah dalam screw press, serta dapat diatur arah putaran Screw–nya sehingga Cake yang
berbeda dalam Cylinder Press dapat dikeluarkan.
20
19
Tujuan menstabilkan tekanan Alat Press adalah :
a. Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan ex Digester
masuk kedalam Screw Press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstraksi
minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.
b. Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press
maka jumlah biji pecah semakin tinggi.
c. Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti Screw, Cylinder Press dan
Electromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.
Untuk menstabilkan tekanan press maka dilakukan suatu sistem interlocking antara
power penggerak Screw dengan Hydraulic Cone. Dengan cara ini satu dengan lainnya saling
mengurangi lonjakan-lonjakan tekanan baik karena variasi adonan maupun akibat perobahan
tegangan arus listrik.
c) Air Pengecer
Pemberian air pengencer dilakukan dengan cara menyiram cake yang berada dalam
alat press dari atas bagian tengah dan atau di chute Screw Press. Jumlah air pengencer yang
diberikan tergantung pada suhu air pengencer, semakin tinggi suhu air pengencer maka
jumlah air yang diberikan semakin sedikit. Pemberian air pengencer yang terlalu banyak
dapat berakibat terhadap :
a. Kandungan air Cake
Kandungan air Cake yang tinggi dapat menyebabkan proses :
21
20
i. Pemecahan Cake yang lebih sulit dalam Cake Breaker Conveyor (CBC). Hal ini
sering menyebabkan beban CBC yang terlalu berat.
ii. Semakin tinggi kandungan air ampas maka kalor bakarnya akan semakin menurun
yang dapat memperkecil kapasitas dan efisiensi Boiler.
iii. Pemeraman biji yang berkadar air yang tinggi dalam silo biji akan lebih dan dapat
menyebabkan penurunan efisiensi ekstraksi biji yang lebih rendah.
b. Penurunan kapasitas Screw Press akibat bertambahnya kandungan air dan kecepatan
gerak Cake dalam formasinya.
Jumlah air pengencer yang diberikan, menurut hasil percobaan pada beberapa alat
screw press yaitu 50-75% terhadap kandungan minyak dalam adonan tersebut, misalnya
jika rendemen minyak 22% dengan kapasitas Screw Press 10 ton TBS/jam maka air yang
disemprotkan sebagai air pengencer sebanyak 1,1 – 1,65 M³.
Apabila suhu air yang terdapat pada Hot Water Tank tidak cukup panas, maka
sering dilakukan dengan pemberian steam langsung kedalam Screw Press. Cara ini tidak
dibenarkan, karena terjadi kerusakan mutu minyak yakni derajat Bleachability yang jelek
yang dapat diketahui dari nilai DOBI yang menurun (60). Oleh sebab itu disarankan agar
pemakaian uap langsung dihindarkan sedangkan kekurangan panas dapat diatasi dengan
melakukan pengawasan terhadap pemanasan air dalam Hot Water Tank.
22
21
6. Vibrating screen
Minyak dari oil gutter kemudian menuju ke Vibrating screen. Di vibrating screen
akan disaring kotoran atau benda-benda padat (pasir, shell, nut, dan kelopak sawit) yang
terikut di crude oil dari hasil press dengan menggunakan ayakan getar (vibrating screen).
Vibrtaing screen terdiri dari dua deck (Double Deck) :
Deck 1 (bagian atas) menggunakan Screen Mesh 20
Deck 2 (bagian bawah menggunakan Screen Mesh 40
Yang dimaksud dengan Screen Mesh 20 dan 40 adalah per 1 inchi2 luas jaring
ayakan (vibrating screen), terdapat 20 buah lubang (bagian atas) dan 40 lubang pada bagian
bawah. Jadi deck 2 (bagian bawah) mempunyai tingkat keberhasilan penyaringan yang lebih
baik dibandingkan deck 1 (bagian atas).
7. CST (Clarifier Settling Tank)
Settling tank adalah suatu tangki yang digunakan untuk pengendapan minyak.
Settling tank terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu :
1) Bentuk bak bersambung yang disebut continuous settling tank (CST)
2) Bentuk silinder yang disebut cylindrical settling tank (CyST).
23
22
Kedua bentuk ini memiliki mekanisme pemisahan dan pengendapan yang berbeda.
1) Continous Settling Tank
Continuous settling tank (CST) adalah tipe bak bersambung yang dapat
memisahkan lumpur sambil mengalir dari satu bak ke bak yang lain. Pemisahan dapat
berlangsung dengan baik apabila kecepatan aliran lebih lambat dari kecepatan
mengendap dari zat yang memiliki SG ≥ 1,0. Pemisahan sludge berjalan dengan baik, jika
pada bak pertama cairan memisah menjadi 2 (dua) fase, yaitu fase ringan dan fase berat.
Fase berat mengalir dari bak yang satu ke bak yang lain melalui dasar tangki,
sedangkan fase ringan mengalir dari bak satu ke bak yang lain melalui bagian atas.
Semakin banyak bak yang tersambung, maka proses pemisahan minyak dengan sludge
semakin sempurna, demikian juga dengan suhu minyak yang tinggi akan mempercepat
proses pemisahan minyak. Suhu oil tank hendaknya berkisar antara 90 0C – 95 0C.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam pada pipa tertutup. Minyak
yang terdapat pada atas dikutip dengan menggunakan talang pengutip (skimmer) dan
kemudian dikumpulkan dan dialirkan ke oil tank. Retention time dari cairan dalam CST
dari cairan dalam CST dipengaruhi oleh ukuran CST dan jumlah cairan yang ditampung
dalam CST. Ada beberapa PKS yang menggunakan alat decanter two-phase untuk
mengurangi jumlah sludge yang masuk kedalam settling tank.
2) Cylindrical settling tank
Cylindrical settling tank (CyST) adalah tipe bak berbentuk silinder. Pemisahan
sludge dalam tangki tergantung pada kecepatan inlet cairan dari COT atau Decanter.
Masuknya cairan minyak didalam settling tank ada yang masuk dari samping dan
mengikuti aliran spiral dan ada yang masuk langsung ke bagian tengah yang dibatasi
dengan tabung dan kemudian minyak yang memiliki SG < 1,0 akan memisah keatas dan
dikutip melelui skimmer. Suhu dalam tangki dipertahankan 90 0C – 95 0C, sehingga
viscositas minyak dapat dipertahankan.
Untuk memperoleh pemisahan yang baik, maka dibuat volume tangki yang
memiliki etention time antara 4 – 6 jam atau untuk PKS kapasitas 30 ton/jam TBS dibuat
CyST berukuran 90 m3. Karena ukuran CyST yang cukup besar, maka pada akhir
pengolahan tidak seluruhnya minyak tertampung dan jika minyak harus dikutip
seluruhnya pada akhir pengolahan, maka perlu power khusus untuk membangkitkan alat
24
23
klerifikasi, karena turbin tidak bekerja lagi (kekurangan bahan bakar). Untuk
mempertahankan suhu pada CyST dilakukan pemanasan dengan uap (steam).
Continous Settling Tank
Pada beberapa design terdapat pemanasan dengan menggunakan pipa uap tertutup
dan pipa uap terbuka. Pemanasan dengan uap langsung akan menyebabkan terjadinya
proses pembentukan emulsi yang dapat menurunkan efisiensi klarifikasi. Kualitas minyak
yang dihasilkan semakin jelek apabila minyak semakin lama ditahan dalam clarifier
settling tank.
Kedua jenis CST tersebut memiliki fungsi yang sama hanya berbeda dari segi
kontruksi nya saja, berfungsi sebagai tempat pemisahan minyak, sludge serta benda lain
(NOS) yang terikut ke dalam crude oil. Prinsip pemisahan tersebut berdasarkan
perbedaan berat jenis dari masing-masing komponen crude oil. Konstruksi tangki
berbentuk kerucut pada sisi bawah yang akan mempermudah drain terhadap material lain
yang harus dilaksanakan secara continue.
Proses pemisahan ini dapat berlangsung sempurna apabila temperatur minyak dapat
dipertahankan 90 – 95 0C, karena pada suhu ini kekentalan (viscositas) minyak lebih rendah,
sehingga fraksi-fraksi yang mempunyai SG ≥ 1,0 akan berada di bagian dasar tangki dan
mengendap. Campuran minyak yang terdapat dalam CST terdiri dari 3 (tiga) lapisan, yaitu
lapisan minyak, lapisan sludge dan lapisan lumpur. Kapasitas tangki bervariasi antara 60 ton
– 90 ton, dan kapasitas ini sangat mempengaruhi proses pemisahan minyak dan sludge
karena berhubungan langsung dengan “retention time” crude oil berada di tangki (semakin
lama berada dalam tangki semakin sempurna pemisahannya).
25
24
Pada CST terdapat beberapa komponen pendukung yang berfungsi untuk mengoptimalisasi
efektifitas kerja, yaitu :
1. Oil skimmer berfungsi untuk mengatur tinggi keluaran hasil pemisahan antara oil flow
dan sludge underflow. Pengaturan ketinggiannya biasa nya di sesuaikan dengan
ketinggian minyak di CST (max 60 cm dr ketinggian minyak). Pengaturan CST yang
terlalu dalam dapat mengakibatkan banyak minyak terikut ke sludge under flow,
sedangkan pengaturan yang terlalu dangkal akan memperlambat pengutipan minyak
dan dapat mengakibatkan CST menjadi penuh (mengurangi kapasitas kerja
pemisahaan minyak)
Oil Skimmer
26
25
Skimmer Sludge Under Flow
2. Stirrer Arm berfungsi untuk mengaduk kandungan minyak yang belum terpisah
sempurna. Putaran maksimal 1-3 rpm.
3. Buffer tank, alat ini terletak di atas CST berfungsi untuk menjaga bentuk aliran
bergejolak keluaran dari minyak yang di pompakan dari COT. Hal ini bertujuan agar
minyak yang turun ke CST menjadi tenang, sehingga tidak mengganggu proses
pemisahan minyak dan sludge di dalam CST.
4. Open steam dan close stem berfungsi untuk menjaga suhu tetap 90 C. Minyak dan
sudge akan cepat terpisah pada suhu 90 C karena antara minyak dan sludge
mempunyai berat jenis yg berbeda.
8. Crude Oil Tank
Crude oil tank (COT) merupakan tangki pengendap crude oil yang berasal dari
vibrating screen dan pemisah pasir atau non oil solid. Crude oil tank (COT) berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dan masih lolos dari vibrating screen.
Karena tangki ini ukurannya relatif kecil, yaitu 10 m3 dengan retention time (waktu
pengendapan) 30 – 45 menit untuk PKS kapasitas 30 ton/jam, maka dapat dikatakan bahwa
retention time minyak relatif singkat, sehingga lebih berfungsi untuk mengendapkan pasir
atau lumpur partikel besar, sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil.
27
26
Fungsi utama COT adalah menampung minyak dari vibrating screen sebelum
dipompakan ke CST. Alat ini ditempatkan tepat dibawah vibating screen, sehingga
minyak dari vibrating screen langsung ditampung. Pemisahan minyak lebih sempurna
apabila panas minyak dipertahankan 80 C – 90 C, oleh sebab itu dalam COT dipasang
alat pipa coil pemanas (steamcoil). Pemanasan dilakukan dengan closed steam dan open
steam. dan sebagai tempat penampungan sementara crude oil dari vibrating screen
sebelum dipompakan ke claifie setling tank (CST).
COT selain menampung minyak dari oil gutter juga difungsikan untuk menerima
minyak dari fat pit dan “reclaim tank”. Pengoperasian COT menerima cairan dari alat
pengolah lain akan menyebabkan penurunan retention time cairan dalam alat tersebut dan
dapat menyebabkan goncangan dan turbulensi akibat aliran cairan yang masuk pada saat
proses pengendapan dan akan menyebabkan efektivitas pemisahan minyak dengan
lumpur semakin berkurang. Oleh karena itu penggunaan COT seharusnya hanyalah untuk
menampung minyak dari oil gutter.
Spesifikasi
Tangki berbentuk segi empat dengan lantai yang dibuat miring, dilengkapi dengan
steam injector dan thermometer 30 0C – 120 0C
Tangki terbuat dari plat stainless steel 304 (EN 58B) dan penutup dengan tebal 3
mm
Tangki dilengkapi dengan lubang pembersihan ukuran 350 x 350 mm
28
27
Pemanasan dengan steam coil pipa stainless steel 38 mm dilengkapi dengan steam
trap
Cara Kerja Alat :
Tangki berbentuk segi empat dengan lantai yang dibuat miring, dilengkapi
dengan steam injector dan thermometer. Yang perlu diperhatikan didalam pengoperasian
unit ini adalah temperatur yang harus tetap terjaga (90 0C), sehingga minyak tidak
mendidih (apabila hal tersebut terjadi, maka sel-sel minyak akan pecah dan akan semakin
sulit proses pemisahan sel minyak dengan sludge), hal tersebut akan sangat berpengaruh
terhadap proses pemisahan di CST.
Cara kerja unit ini menggunakan over flow system, yaitu crude oil setelah
melalui vibrating screen masuk ke tangki, di dalam tangki terdapat sekat sehingga
minyak akan overflow melewati sekat dan selanjutnya akan dipompakan ke CST.
Untuk mempertahankan retention time dari cairan yang ada dalam COT, maka
perlu dilakukan pembuangan lumpur dan air dari lapisan bawah tangki secara terjadwal
dengan memompakan ke “solution tank” dan bila dibuang ke parit, maka terjadi
kehilangan minyak karena minyak yang melekat dalam lumpur masih tinggi.
9. Oil Clafier
29
28
Minyak sawit yang didapatkan dari expeller masih berupa minyak kental karena
mengandung partikel padat yang berwujud seperti lumpur dan susah dipisahkan dari minyak.
Berbagai metoda telah digunakan oleh banyak ilmuwan untuk memisahkan padatan dari
minyak, tetapi cara yang paling efektif adalah menambahkan banyak air pada minyak.
Penambahan ini akan memisahkan minyak bening ke atas dan air bersama kotoran ke bawah.
Alat berupa dua silinder, dengan satu silinder lebih kecil berada di dalam silinder yang lebih
besar. Minyak dimasukkan kedalam silinder yang besar melalui bagian bawahnya. Minyak
beningan akan naik ketas, seiring penambahan minyak ke dalam silinder besar. Minyak
bening dari silinder besar selanjutnya mengisi silinder kecil dan dikeluarkan melaui bagian
bawah silinder kecil. Minyak ini kemudian dipanaskan untuk mengurangi kadar air dan
didapatkan CPO.
10.Vacuum Dryer
Vacuum Dryer adalah sarana pengeringan minyak dengan vakum penguapan tekanan
dikurangi 0,8-1 kg/cm2 (700 mmHg), kadar air alat ini diperkirakan turun dari 0,3% menjadi
0,1%. Alat ini terdiri dari tabung vakum dan 3 (tiga) tinggkat uap ejector pembangkit uap
30
29
yang memanfaatkan kevacuman 12 kg/cm2 tekanan boiler, taburi minyak melalui nozel ke
dalam tabung dan hasil kevaccuman kemudian uap air akan menguap dan dimanfaatkan oleh
para ejector uap 1 dan kental, uap yang tersisa dari steam ejector tersedot oleh ejektor 2 dan
terkondensasiselanjutnya uap yang tersisa tersedot oleh ejector 3 dan dibuang ke atmosfer.
Air terbentuk dari uap ejector 1 dan 2 langsung ditampung dalam tangki air panas bawah
ejektor (Hot Yah Tank). Sementara minyak lebih sulit menguap akan jatuh mendapat di
bawah tabung vakum kemudian akan dipompa ke tangki penyimpanan.
11.CPO Storage Tank
Dari vacuum drier, minyak akan didistribusikan ke CPO storage tank yang terdiri dari
tiga unit yang memiliki kapasitas 2000 ton dan satu unit berkapasitas 100 ton. Temperatur di
dalam CPO storage tank ini harus dijaga dengan kisaran suhu 55 oC agar kadar FFA dalam
31
30
CPO tidak meningkat secara drastis. Minyak yang ada di CPO storage tank inilah yang akan
disalurkan ke jetty melalui saluran pipa khusus dan siap untuk dijual.
12. Depericarper
Depericarper berfungsi untuk memisahkan antara biji ( nut ) dengan serabut / ampas
(fiber) sehingga biji yang keluar dari drum depericarper benar - benar bersih dari serabut /
ampas ( fiber ). Di dalam depericarper ini terdapat penghisap dan dibantu oleh fiber cyclone
untuk menghisap fiber yang ringan menuju fuel conveyor sebagai bahan bakar untuk ketiga
unit boiler, sedangkan nut yang masih bercampur dengan batu - batu kecil yang lebih berat
akan jatuh ke bawah dan masuk ke nut polishing drum.
13. Ripple Mill
32
31
Sebelum masuk ke ripple mill, nut akan ditampung di nut hopper terlebih dahulu.
Ripple Mill terdiri dari :
a. Rotor Bar
Bagian alat yang bergerak terdiri dari batang-batang besi sebagai alat pemecah
nut
b. Ripple Plate
Bagian alat yang diam terdiri dari plat yang bergerigi sebagai landasan nut agar
proses pemecahannya bagus.
Ripple mill berfungsi untuk memecah biji ( nut ) yang sudah matang setelah proses
sterilisasi. Di ripple mill nut akan dipecah oleh rotor bar di atas ripple plate sehingga kernel
terlepas dari shell-nya. Namun tidak semua kernel yang berhasil dipisahkan dari shellnya di
ripple mill ini misalnya ada nut yang berukuran kecil yang sulit untuk dipecahkan.
14. Claybath
33
32
Claybath berfungsi untuk memisahkan antara kernel dan shell dari cracked mixture
(sistem LTDS) dengan menggunakan campuran air, kalsium karbonat ditambah tanah merah
untuk proses pemisahannya.
Claybath menggunakan prinsip kerja pemisahan berdasarkan perbedaan specific
gravity antara shell dan kernel. campuran kalsium karbonat mempunyai specific grafity (SG)
1,13 – 1,15. Karena SG kernel < SG kalsium karbonat, sedangkan SG Shell > SG kalsium
karbonat. maka kernel akan terapung dan shell akan tenggelam.
kernel yang memiliki SG lebih rendah dari SG CaCO3 terapung di permukaan dan
akan masuk ke Vibrating Screen Kernel. Selanjutnya kernel masuk kedalam vibrating screen
dan air kapur akan masuk kembali ke Drum Claybath selanjutnya kernel akan dibawa oleh
wet kernel conveyor ke drier silo atau ke kernel tray drier.
Sedangkan shell yang SG nya lebih besar dari SG CaCO3 akan tenggelam dan
masuk Vibrating screen Shell selanjutnya dibawa oleh shell conveyor ke tempat pembuangan
15. Silo drier
34
33
Untuk memanaskan kernel dari claybath dan LTDS dengan memakai udara panas
yang dihasilkan dari alat pemanas ( heater ) sehingga kadar air (moisture) kernel berkurang.
Standar moisture kernel adalah 7%. Temperatur pemanasan di silo drier ini berkisar antara
60oC sampai dengan 85oC.
16. Nut Silo
Nut Silo di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit berfungsi untuk tempat pengeringan nut
yang selesai dilakukan pemisahan sabut-sabut halus di nut polishing drum. Nut tersebut
dikirim melalui nut transport yang melewati cyclone nut sebelum masuk ke nut silo.
Nut Silo dilengkapi system pemanas atau heater untuk mengeringkan nut yang ada di
dalam Silo. Nut yang berada didalam Silo selanjutnya akan dipecah menggunakan ripple mill
untuk memisahkan cangkang dengan kernel.
35
34
17. Ketel Uap (Boiler)
Dalam pabrik kelapa sawit Ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari sebuah pabrik
kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga dan sumber uap yang
akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit. disini kita akan membahas sedikit tentang ketel
uap yang digunakan dalam pabrik kelapa sawit
Sebelum kita membahas ketel uap yang digunakan dipabrik kelapa sawit. ada
baiknya kalau kita mengetahui dahulu apa itu ketel uap dan berfungsi sebagai apa.
Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah Air menjadi Uap
dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari
pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.
Uap (energi kalor) yang dihasilkan ketel uap dapat digunakan pada semua peralatan
yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit, terutama turbin. Turbin disini adalah turbin
uap dimana sumber penggerak generatornya adalah uap yang dihasilkan dari ketel uap. selain
turbin alat lain di pabrik kelapa sawit yang membutuhkan uap seperti di sterilizer (Alat untuk
memasak TBS) dan distasiun pemurnian minyak (Klarifikasi). oleh karena itu kualitas uap
yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dipabrik kelapa sawit tersebut.
karena jika tidak akan mengganggu proses pengolahan dipabrik kelapa sawit.
Gambar sirkulasi air pada pipa ketel uap
36
35
Bahan Bakar Ketel Uap
Agar kualita uap yang dihasilkan dari ketel uap sesuai dengan yang
diinginkan/dibutuhkan maka dibutuhkan sejumlah panas untuk menguapkan air tersebut,
dimana panas tersebut diperoleh dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar ketel. Untuk
mendapatkan pembakaran yang sempurna didalam ketel maka diperlukan beberapa syarat,
yaitu:
1. Perbandingan pemakaian bahan bakar harus sesuai (cangkang dan serabut)
2. Udara yang dipakai harus mencukupi
3. Waktu yang diperlukan untutk proses pembakaran harus cukup.
4. Panas yang cukup untuk memulai pembakaran
5. Kerapatan yang cukup untuk merambatkan nyala api
Dalam hal ini bahan bakar yang digunakan adalah serabut dan cangkang, Adapaun
alasan mengapa digunakan serabut dan cangkang sebagai bahan bakar adalah :
1. Bahan bakar cangkang dan serabut cukup tersedia dan mudah diperoleh
dipabrik.
2. Cangkang dan serabut merupakan limbah dari pabrik kelapa sawit apabila
tidak digunakan.
3. Nilai kalor bahan bakar cangkang dan serabut memenuhi persyaratan untuk
menghasilkan panas yang dibutuhkan.
4. Sisa pembakaran bahan bakar dapat digunakan serbagai pupuk untuk tanaman
kelapa sawit.
5. Harga lebih ekonomis.
Cangkang adalah sejenis bahan bakar padat yang berwarna hitam berbentuk seperti
batok kelapa dan agak bulat, terdapat pada bagian dalam pada buah kelapa sawit yang
diselubungi oleh serabut.
Pada bahan bakar cangkang ini terdapat berbagai unsur kimia antara lain : Carbon
(C), Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2) dan Abu. Dimana unsur kimia yang
37
36
terkandung pada cangkang mempunyai persentase (%) yang berbeda jumlahnya., bahan
bakar cangkang ini setelah mengalami proses pembakaran akan berubah menjadi arang,
kemudian arang tersebut dengan adanya udara pada dapur akan terbang sebagai ukuran
partikel kecil yang dinamakan peatikel pijar.
Apabila pemakaian cangkang ini terlalu banyak dari serabut akan menghambat
proses pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api kurang sempurna, dan jika
cangkang digunakan sedikit, panas yang dihasilkan akan rendah.karena cangkang apabila
dibakar akan mengeluarkan panas yan besar.
Serabut adalah bahan bakar padat yang bebentuk seperti rambut, apabila telah
mengalami proses pengolahan berwarna coklat muda, serabut ini terdapat dibagian kedua
dari buah kelapa sawit setelah kulit buah kelapa sawit.didalam serabut dan daging buah
sawitlah minyak CPO terkandung.
Panas yang dihasilkan serabut jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan oleh
cangkang, oleh karena itu perbandingan lebih besar serabut dari pada cangkang.disamping
serabut lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian serabut yang berlebihan
akan berdampak buruk pada proses pembakaran karena dapat menghambat proses
perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran beterbangan dalam
ruang dapur dan menutupi pipa water wall,disamping mempersulit pembuangan dari pintu
ekspansion door (Pintu keluar untuk abu dan arang) akibat terjadinya penumpukan yang
berlebihan.
Gambar Serabut kelapa sawit
38
37
Gambar cangkang sawit
Ketel uap yang digunakan di pabrik kelapa sawit biasanya adalah ketel uap dengan
kapasitas uap 20.000 Kg uap/jam dan dengan tekanan 20 kg/cm2. dimana dibutuhkan 2 unit
boiler untuk pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah 45 ton TBS/jam.
Gambar Boiler yang digunakan di Pabrik Kelapa Sawit
Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel uap
yang menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan pertama kali untuk memutar
turbin sebagai pembangkit tenaga listrik kemudian sisa uap dari pembangkit tersebut
digunakan sebagai pemanasan TBS pada sterilizer.
39
38
Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagia yaitu : ketel pipa air dan ketel pipa api.
ketel yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel pipa air. maksudnya adalah air
berada didalam pipa dipanaskan oleh api yang berada diluar pipa air.Untuk menghitung
kapasitau uapa pada ketel uap yang dibutuhkan adalah dengan :
kebutuhan uap pada pabrik kelapa sawit adalah 0.6 ton uap/ton TBS
Jadi untuk pabrik 45 ton membutuhkan boiler = 45 ton x 0.6 = 27 ton
uap/jam
Maka dari itu dibutuhkan 2 unit ketel uap dengan kapasita uap 20 ton
uap/jam pada masing-masing ketel uap.
Biasanya bolier yang digunakan di pabrik kelapa sawit memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
1. Kapasita Uap : 20 Ton/jam
2. Temperatur Uap : 280 C
3. Tekanan Uap : 20 kg/cm2
4. Temperatur air umpan : 90 C
5. Effisiensi Ketel Uap :75 %
6. Pemakaian bahan bakar : 75% serabut dan 25% cangkang.
18. Steam Turbine
Dalam pabrik kelapa sawit, turbin merupakan penyuplai kebutuhan listrik untuk
menggerakkan mesin saat beroperasi. Turbin menggunakan uap dari boiler untuk
menggerakkan generator yang mengkonversikan energi kinetik menjadi energi listrik.
40
39
Uap yang dihasilkan oleh boiler akan dikonversikan menjadi energy rotasi oleh
turbin. Turbin umumnya terdiri dari beberapa bagian yang tiap bagianya terdiri dari
stationary blade (nozzle) dan rotating blade. Stationary blade mengkonversikan potensial
energi uap (temperatur dan tekanan) menjadi energi kinetik dan menggerakkan rotating
blade. Rotating blade mengkonversikan energi kinetik menjadi gaya untuk menciptakan
putaran dari turbin shaft. Turbin shaft terhubung dengan generator, yang menghasilkan
energi listrik. Kecepatan putaran berkisar di 3000 rpm (utility frekuensinya 50 Hz untuk
Australian system) dan 3600 rpm (utility frekuensinya 60 Hz untuk American system).
Noozle
Turbine Shaft
41
40
Rotating blade
2.4 Proses Pengolahan Kelapa Sawit
A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit menjadi CPO
Pengolahan buah Kelapa Sawit di awali dengan proses pemanenan Buah Kelapa
Sawit. Untuk memperoleh Hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik serta dengan
Rendemen minyak yang tinggi, Pemanenan dilakukan berdasarkan Kriteria Panen (tandan
matang panen ) yaitu dapat dilihat dari jumlah berondolan yang telah jatuh ditanah
sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh (brondolan) dari tandan yang beratnya kurang dari
10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan.
Proses pemanenan diawali dengan pemotongan pelepah daun yang menyangga
buah, hal ini bertujuan agar memudahkan dalam proses penurunan buah. Selanjutnya
pelepah tersebut disusun rapi ditengah gawangan dan dipotong menjadi dua bagian,
perlakuan ini dapat meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan Tanaman sehingga
diharapkan dapat meningkatkan produksi buah.
Kemudian buah yang telah dipanen dilakukan pemotongan tandan buah dekat
pangkal, hal ini dilakukan untuk mengurangi beban timbangan Kelapa Sawit. Berondolan
yang jatuh dikumpulkan dalam karung dan tandan buah segaar (TBS) selanjutnya di angkut
menuju tempat pengumpulan hasil (TPH) untuk selanjutnya ditimbang dan diangkut
menuju pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
42
41
Setelah tandan buah segar(TBS) diantar ke pabrik pengolahan kelapa sawit, buah
kemudian disortasi. Sortasi TBS adalah cara untuk menilai mutu panen dan menjamin
bahan baku yang diterima telah sesuai dengan kriteria matang panen. Mutu rendemen dan
hasil olah sangat dipengaruhi oleh mutu TBS yang diterima. Untuk TBS dari afdeling
dilakukan sortasi 5 hingga 10% dari total TBS atau minimal 1 Truk, sedangkan TBS pihak
III disortasi seluruhnya. Buah yang masuk dituangkan di lantai loading ramp. Sistem
pengaturan pengangkutan mengikuti FIFO (first in first out) dapat berjalan. Selanjutnya di
lantai loading ramp inilah akan dilakukan sortasi. . Tempat sortasi TBS dapat dilihat pada
Gambar:
43
42
Proses selanjutnya tandan buah segar yang telah disortasi kemudian diangkut
menggunakan lori menuju tempat perebusan (Sterilizer). Dalam tahap ini terdapat tiga cara
perebusan TBS yaitu Sistem satu puncak (Single Peak), Sistem dua puncak (double Peak)
dan Sistem tiga puncak (Triple Peak).
Sistem satu puncak (Single Peak) adalah sistem perebusan yang mempunyai satu
puncak akibat tindakan pembuangan dan pemasukan uap yang tidak merubah bentuk pola
perebusan selama proses peerebusan satu siklus.
Sistem dua puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama proses perebusan
berjumlah dua puncak akibat tindakan pembuangan uap dan pemasukan uap kemudian
dilanjutkan dengan pemasukan, penahanan dan pembuangan uap selama perebusan satu
siklus.
Sedangkan sistem tiga puncak adalah jumlah puncak yang terbentuk selama
perebusan berjumlah tiga sebagai akibat dari tindakan pemasukan uap, pembuangan uap,
dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan dan pembuangan uap selama proses
perebusan satu siklus. Perebusan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak
pertama tekanan sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2 dan
puncak ketiga tekanan sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.(Polnep,2003)
44
43
Adapun tujuan dari proses perebusan adalah menonaktifkan enzim lipase yang
dapat menstimulir pembekuan freefatty acid dan mempermudah perontokan buah pada
tresher. selain itu proses perebusan juga bertujuan untuk memudahkan ekstraksi minyak
pada proses pengempaan. Perebusan juga dapat mengurangi kadar air dari inti sehingga
mempermudah pelepasan inti dari cangkang.
Tahapan selanjutnya adalah proses pemipilan atau pelepasan buah dari tandan.
Pada proses ini, buah yang telah direbus di angkut dengan dua cara yaitu:
Cara yang pertama, dengan menggunakan Hoisting crane dan di tuang ke
dalam thresher melalui hooper yang berfungsi untuk menampung buah
rebus.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan Happering yang kemudian
diangkut dengan elevator (Auto Fedder). Pada proses ini tandan buah segar
yang telah direbus kemudian dirontokkan atau dipisahkan dari janjangnya.
Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan
kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpisah akan jatuhmelalui kisi-kisi dan
ditampung oleh Fruit elevator dan dibawa dengan Distributing Conveyor untuk
didistribusikan keunit-unit Digester.
Di dalam digester buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging buah
terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya
dipasang pisau-pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang diikatkan pada pros dan
digerakkan oleh motor listrik.
Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 C yang diberikan
dengan cara menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses
pengadukan/ pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses
pengadukan selesai kemudian dimasukan ke dalam alat pengepresan (screw press).
Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging
buah (pericarp). Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw press pada tekanan
50-60 bar dengan menggunakan air pembilas screw press suhu 90-95 C sebanyak 7 % TBS
(maks) dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Dari pengepresan
tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.
Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan
Vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing seperti
45
44
pasir, serabut dan bahan-bahan lain yang masih mengandung minyak dan dapat
dikembalikan ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas
permukaan 2 m2 . Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh, sedangkan tingkat
bawah memakai saringan 40 mesh.
Minyak yang telah disaring kemudian ditampung kedalam Crude Oil Tank (COT).
Di dalam COT suhu dipertahankan 90-95°C agar kualitas minyak yang terbentuk tetap
baik.
Tahap selanjutnya minyak dimasukkan kedalam Tanki Klarifikasi (Clarifier Tank).
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan
pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat
terpisah dari air. Pada tahapan ini dihasilkan dua jenis bahan yaitu Crude oil dan Slude .
Minyak kasar yang dihasilkan kemudian ditampung sementara kedalam Oil Tank. Di dalam
oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.
Minyak kemudian dimurnikan dalam Purifier, Di dalam purifier dilakukan
pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak
berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan
kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar
akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai
densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk dialirkan ke
vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran
pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.
Slude yang dihasilkan dari Clarifier tank kemudian di alirkan ke dalam Decanter.
Di dalam alat ini terjadi pemisahan antara Light phase, Heavy phase dan Solid. Light phase
yang dihasilkan kemudian akan di alirkan kembali ke dalam crude oil tank sedangkan
Heavy phase akan di tampung dalam bak penampungan (Fat Pit). Solid atau padatan yang
dihasilkan akan diolah menjadi pupuk atau bahan penimbun.
Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi
kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan
menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan
mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap
lebih rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dialirkan ke storage tank.
46
45
Crude Palm Oil yang dihasilkan kemudian dialirkan ke dalam Storage tank (tangki
timbun). Suhu simpan dalam Storage Tank dipertahankan sntara 45-55°C. hal ini bertujuan
agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai tiba waktunya pengiriman.
B. Proses Pengolahan Kelapa Sawit menjadi KPO
Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit. Proses
awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada pengolahan kelapa
sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara minyak
sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya.
Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan serabut kemudian diangkut
menggunakan Cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian
kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan memudahkan proses
pemisahan menuju depericarper. Pada Depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji.
Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut
Silo yang dialiri dengan udara panas antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air
turun sekitar 21% menjadi4%.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut
Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan dengan
fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke Nut Craker sebagai alat pemecah.
Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator (Proses pemisahan debu dan cangkang
halus) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti.
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam Hydro Cyclone untuk
memisahkan antara inti dengan cangkang dengan menggunakan prinsip perbedaan massa.
Cara lain untuk memisahkan inti dengan cangkang adalah dengan menggunakan Hydro
clay bath yaitu pemisahan dengan memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang
terpisah kemudian digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses pengeringan
sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan 50°C, 60°C dan 70°C
dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui
Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik pemproses
berikutnya.
47
46
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian
daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah
kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga dapat diolah
menjadi bahan baku minyak alkohol, sabun, lilin, dan industri kosmetika. Sisa pengolahan
buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan
menjadi kompos. Tandan kosong dapat dimanfaatkan untuk mulsa tanaman kelapa sawit,
sebagai bahan baku pembuatan pulp dan pelarut organik, dan tempurung kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan pembuatan arang aktif.
48
47
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pabrik Kelapa Sawit. http://donnypsi.wordpress.com/2008/08/23/pabrik-
kelapa-sawit-palm-oil-mill/. 25 Oktober 2013.
Anonim. 2012. Proses Pengolahan Kelapa Sawit.
http://budhegembu.blogspot.com/2012/11/proses-pengolahan-kelapa-sawit-
menjadi.html. 25 Oktober 2013.
Anonim. 2012. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. http://yerifebrian.blogspot.com/. 25
Oktober 2013.