Makalah RAS THT Debbiefirazjuns

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurding THT RS Mardi Rahayu Kudus Periode 2015

Citation preview

Journal Reading

Recurrent Aphthous Stomatitis: Investigation of Possible Etiologic Factors

Counselors: dr. Tris Sudyartono, Sp. THT-KLdr. Santo Pranowo, Sp. THT-KLdr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

Edited By : Debbie Cinthia Dewi 112014194M. Firas Khusyi 112014185Noviajun Dwi Putri 112014270

DEPARTMENT OF OTOLARYNGOLOGYCHRISTIAN KRIDA WACANA UNIVERSITYMARDI RAHAYU HOSPITAL25 MAY 27 JUNE 2015KUDUS

Bacaan Jurnal

Sariawan Kambuhan (Recurrent Aphthous Stomatitis) : Investigasi Kemungkinan Faktor - faktor Etiologi

Pembimbing: dr. Santo Pranowo, Sp. THT-KLdr. Tris Sudyartono, Sp. THT-KLdr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

Oleh : Debbie Cinthia Dewi 112014194M. Firas Khusyi 112014185Noviajun Dwi Putri 112014270

Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala LeherRumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Kudus25 Mei 27 Juni 2015Sariawan Kambuhan (Recurrent Aphthous Stomatitis) : Investigasi Kemungkinan Faktor - faktor EtiologiSerap Koybasi, MDa,*, Ali Haydar Parlak, MDb, Erdinc Serin, MDC, Fahrettin Yilmaz, MDa, Didem Serin, MDdaDepertement of Otolaryngology, Abant Izzet Baysal University, Izznet Baysal Faculty of Medicine, Bolu, TurkeybDepartement of Dermatology, Abant Izznet Baysal University, Izznet Baysal Faculty of Medicine, Bolu, TurkeycDepartment of Biochemistry, Abant Izznet Baysal University, Izznet Baysal Faculty of Medicine, Bolu, TurkeydDepartment of Ophthalmology, Abant Izznet Baysal University, Izznet Baysal Faculty of Medicine, Bolu, TurkeyReceived 17 August 2005

AbstrakTujuan: Untuk menyelidiki hubungan level serum vitamin B12, asam folat, zat besi, kalsium, magnesium, dan fosforus serta riwayat keluarga dan merokok dengan seriawan kambuhan (recurrent aphthous stomatitis (RAS).Metode: Tiga puluh empat pasien dengan RAS dan 32 subjek kontrol dimasukkan dalam bakal studi skrining yang dikendalikan. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan tes X2 dan analisis regresi logistik biner.Hasil: Riwayat keluarga didapati merupakan faktor predisposi yang paling signifikan bagi RAS di antara faktor-faktor yang terinvestigasi. Mengenai tes serum, hanya vitamin B12 yang didapati memiliki korelasi yang signifikan dengan RAS. Pasien dengan kekurangan vitamin B12, riwayat keluarga positif, dan status tidak merokok didapati memiliki risiko tertinggi memiliki RAS.Kesimpulan: RAS merupakan penyakit multifaktor. Riwayat keluarga positif, kekurangan vitamin B12, dan status tidak merokok berada di antara faktr-faktor predisposi yang penting. 2006 Elsevier Inc. Hak cipta dilindungi.

1. PendahuluanSariawan kambuhan (recurrent aphthous stomatitis) (RAS) adalah salah satu penyakit mulut yang paling umum di seluruh dunia. Prevalensi berkisar dari 2% hingga 66% dalam populasi yang berbeda [1,2]. RAS adalah penyakit yang ditandai dengan kambuhnya ulser di mukosa mulut tanpa tanda-tanda penyakit lain. Sariawan (ulkus aftosa) adalah ulkus yang menyakitkan dan kecil, biasanya ditutupi dengan pseudomembran putih keabu-abuan yang dikelilingi oleh margin eritematosa. Sariawan kambuhan (recurrent aphthous ulcer) muncul pada mukosa mulut yang tidak berkeratin seperti margin lateral lidah dan mulut (buccal) serta mukosa labial.RAS diklasifikasikan menurut karakteristik klinis dari ulkus sebagai ulkus kecil, ulkus besar, dan ulkus herpetiform. Jenis yang paling umum adalah RAS dengan ulkus kecil dan terdiri dari sekitar 80% kasus. Dalam jenis ini, ulkus diameternya kurang dari 1 cm, ulkus bulat, jelas, dan menyakitkan serta sembuh dalam waktu 10 sampai 14 hari tanpa bekas luka. Dalam RAS besar (penyakit Sutton), jejas (lesion) yang menyakitkan diameternya lebih dari 1 cm, dapat berlangsung selama berminggu-minggu, dan biasanya sembuh dengan pembentukan bekas luka. Seriawan kambuhan (herpetiform aphthous stomatitis), jenis yang kurang umum, hadir sebagai beberapa kelompok jejas (lesion) yang tepat yang dapat menimbulkan ulkus besar yang tidak teratur yang berlangsung selama 7 sampai 10 hari [3].Meskipun ada banyak faktor yang dicurigai dalam etiologi RAS, kami masih perlu mencari laporan yang lebih akurat dan kuat mengenai etiologi karena literatur kontradiktif dan untuk kepentingan pasien.Dalam penelitian prospektif ini, kami bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan peran faktor predisposi untuk RAS. Faktor-faktor ini mencakup riwayat keluarga, merokok, dan tes serum. Tes serum meliputi vitamin B12, asam folat, zat besi (Fe++), tingkat kejenuhan Fe++, kapasitas total pengikat besi (TIBC), tingkat feritin, kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), dan fosfor (P). Dilakukan juga hitungan darah yang menyeluruh dengan tingkat hemoglobin dan hematokrit.

2. Materi dan MetodeTiga puluh empat pasien dengan diagnosis RAS dengan ulkus kecil kambuhan dimasukkan dalam penelitian ini.Kelompok kontrol terdiri dari 32 relawan sehat tanpa riwayat seriawan mulut dan menjalani tes darah sebelum operasi untuk operasi septoplasti dengan diagnosis penyimpangan septum hidung. Setelah memperoleh izin yang diberitahukan (menurut prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Deklarasi Helsinki), kedua kelompok diberi kuesioner tentang penyakit ini. Kueioner mencakup usia, jenis kelamin, status merokok, riwayat keluarga, dan gangguan sistemik. Kedua kelompok mengakui tentang penyakit ini dan bertanya apakah ada anggota keluarga mereka yang memiliki gejalanya. Selain itu, kelompok pasien ditanyai tentang frekuensi dan durasi penyakit dan ulkus tersebut. Riwayat keluarga diterima positif apabila ada penyakit tersebut dalam setidaknya satu kerabat tingkat pertama. Pasien yang merokok lebih dari 1 rokok setiap hari rutin diakui sebagai perokok aktif.Selain pemeriksaan otolaryngological, dilakukan pemeriksaan dermatologi dan oftalmologi untuk tujuan pengecualian. Tes patergi dan tes antibodi antinuklir dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit sistemik yang hidup bersama; pasien dengan penyakit Behet atau gejala gastrointestinal yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.Hitungan darah yang lengkap dan kadar vitamin B12, asam folat, Ca++, Mg++, P, Fe++, tingkat kejenuhan Fe++, TIBC, dan feritin diselidiki. Tes ini dilakukan pada serum yang dikumpulkan setelah berpuasa semalam.Hasilnya diteliti dengan menggunakan tes X2 dan analisis regresi logistik biner.

3. Hasil TemuanKelompok pasien terdiri dari 34 pasien dengan 17 laki-laki dan 17 perempuan, dan kelompok kontrol terdiri dari 32 individu dengan 13 laki-laki dan 19 perempuan. Usia berkisar antara 10 dan 66 tahun dengan rata-rata 36,7 tahun pada kelompok pasien dan antara 11 dan 74 tahun pada kelompok kontrol dengan rata-rata 34,3 tahun. Kami tidak menunjukkan pengaruh usia atau jenis kelamin yang signifikan pada RAS (analisis regresi logistik biner, P > .05).

Gbr. 1. Ringkasan pengaruh faktor-faktor predisposi yang diteliti untuk RAS dalam hubungannya dengan vitamin B12. Seperti yang jelas terlihat, pasien dengan kadar vitamin B12 yang rendah, riwayat keluarga positif, dan status tidak merokok memiliki risiko tertinggi memiliki RAS.

Tabel 1Di antara tes-tes serum yang dilakukan, hanya vitamin B12 yang didapati memiliki korelasi yang secara statistik signifikan dengan RAS (P = .028)Tes serumKelompokRata-rataSDP

Vitamin B12PenyakitKontrol245,5294,097,980,0.028

Asam folatPenyakitKontrol8,7568,6584,4223,172.916

Fee++PenyakitKontrol67,8271,1633,4131,98.675

Kejenuhan Fee++PenyakitKontrol21,9722,8810,5013,53.757

TIBCPenyakitKontrol359,21333,650,1866,0.074

FeritinPenyakitKontrol68,553,516149,48.267

HemoglobinPenyakitKontrol13,53213,4192,0461,543.797

HematokritPenyakitKontrol40,0638,376,367,31.303

Caa++PenyakitKontrol9,44129,60310,37750,4748.122

Mg++PenyakitKontrol2,17652,08440,20900,2142.074

PPenyakitKontrol3,2033,27190,6960,5607.654

Hasil yang paling mencolok adalah pengaruh riwayat keluarga pada RAS. Tingkat riwayat keluarga yang positif pada pasien dan kelompok kontrol masing-masing sebesar 54,2% dan 9%. Dengan adanya riwayat keluarga, kami menemukan risiko yang secara statistik signifikan memiliki RAS (X2 = 16,8, P > .001).Menurut kisaran normal laboratorium kami (200-835 pg/mL), kami menemukan 12 (35,2%) dari 34 pasien kekurangan vitamin B12, sedangkan pada kelompok kontrol, tidak ada pasien yang mengalami kekurangan vitamin B12. Analisis regresi logistik biner mengungkapkan hubungan yang signifikan antara vitamin B12 dan probabilitas RAS (P = .028).Sepanjang merokok dipertimbangkan, 8 (20%) dari 34 pasien adalah perokok pada kelompok pasien dibandingkan dengan 14 perokok (43,7%) dalam kelompok kontrol; uji X2 mengungkapkan tingkat signifikansi batas (X2 = 3.73, P = .052) mengenai RAS dan status merokok.Ketika dipikirkan bersama-sama, pengaruh riwayat keluarga, kekurangan vitamin B12, dan merokok pada probabilitas RAS dihitung secara statistik signifikan dengan menggunakan analisis regresi logistik biner (P < .001). Temuan ini diringkas dalam Gbr. 1. Para pasien yang tidak merokok dengan riwayat keluarga positif dan kekurangan vitamin B12 didapati memiliki risiko yang lebih besar memiliki RAS.Kadar asam folat, Ca++, Mg++, P, Fe++, tingkat kejenuhan Fe++, TIBC, feritin, hemoglobin, dan hematokrit didapati memiliki sedikit tingkat korelasi dengan RAS, yang secara statistik tidaklah signifikan (analisis regresi logistik biner, P > .05) . Hasil evaluasi tersebut dirangkum dalam Tabel 1.Kami mempelajari frekuensi dan durasi jejas aftus dan apakah jejas aftus ini terkait dengan riwayat keluarga, kekurangan vitamin B12, atau merokok. Kami tidak bisa menunjukkan hubungan yang signifikan antara parameter dan RAS (analisis regresi logistik biner P > .05).

4. PembahasanMorbiditas menjadi cukup tinggi di RAS; kualitas hidup pasien RAS dipengaruhi di mana jejas mukosa intraoral berulang dan menyakitkan serta peningkatan keluarnya air liur memberikan ketidaknyamanan saat makan, minum, dan berbicara. Karena etiologi RAS yang tepat masih belum diketahui, sebagian besar pasien dengan RAS biasanya diberikan beberapa obat untuk menghilangkan rasa sakit mereka saja, bukannya skrining etiologi dan pengobatan kuratif.RAS dapat berhubungan dengan beberapa penyakit seperti penyakit Behet, sensitif gluten enteropati, anemia pernisiosa, neutropenia siklik, penyakit radang usus, dan FAPA (demam periodik, seriawan (aphthous stomatitis), faringitis, dan adenitis). Meskipun dilakukan penyelidikan yang ekstensif, penelitian telah gagal menemukan etiologi dan patofisiologi RAS yang tepat. Faktor keturunan, kekurangan hematinis, disregulasi kekebalan tubuh, beberapa makanan, obat-obatan, tekanan (stres), trauma lokal, gangguan hormonal, infeksi, kebiasaan merokok, dan kebersihan mulut yang buruk adalah faktor-faktor yang diusulkan [4-8].Kejadian seriawan (aphthous stomatitis) yang tinggi dilaporkan oleh Miller et al [8] pada kembar identik dibandingkan dengan kembar non-identik (90% vs