Upload
aiey-fanie
View
67
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan pasien rheumatoid artritis
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan hasil diskusi kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid”.
Penulisan makalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III di Stikes Pemkab Jombang.
Makalah ini tersusun atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Heni Maryati,S.Kep. Ns. M.Kes selaku dosen mata kuliah KMB III.
Dalam hasil diskusi kami ini, kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada penulisan laporan pendahuluan maupun dalam pembuatan kasus semu, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah hasil diskusi ini.
Jombang, 16 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi dari Artritis Reumatoid ...................................................................2.2 Etiologi dari Artritis Reumatoid ....................................................................2.3 Klasifikasi Artritis Reumatoid .......................................................................2.4 Patofisiologi Artritis Reumatoid ..................................................................2.5 Manifestasi klinis pada pasien Artritis Reumatoid .......................................2.6 Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada pasien Artritis
Reumatoid ....................................................................................................2.7 Penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk penderita Artritis
Reumatoid .....................................................................................................2.8 Asuhan Keperawatan Teori............................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Tinjauan kasus .................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................
4.2 Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Artritis reumatoid adalah penyakit multisistem kronis yang penyebabnya
tidak diketahui. Terdapat berbagai manifestasi sistemik pada penyakit ini,
karakteristiknya adalah peradangan yang menetap pada cairan sendi (sinovitis),
biasanya menyerang area sekitar sendi dengan distribusi yang simetris. Potensi
dari inflamasi yang terjadi pada cairan sendi dapat menyebabkan kerusakan
kartilago, erosi pada tulang, dan perubahan yang lebih lanjut pada integritas sendi
sebagai tanda khas pada penyakit ini. Walaupun berpotensi merusak, artritis
reumatoid cukup bervariasi. Beberapa penderita hanya menunjukkan penyakit
oligoartikular yang ringan dengan durasi yang singkat disertai dengan kerusakan
sendi yang minimal, sedangkan pada penderita yang lain dapat menunjukkan
poliartritis progresif yang ditandai kerusakan fungsional.
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Pada usia lanjut individu akan
mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual yang
mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan
baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan
fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami
keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama
sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan
85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu
masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dan jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik
jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia,
melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta
diabetes(Health-News,2007).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Artritis Reumatoid?
2. Apa saja etiologi dari Artritis Reumatoid?
3. Bagaimana klasifikasi Artritis Reumatoid?
4. Bagaimana patofisiologi Artritis Reumatoid?
5. Apa saja manifestasi klinis pada pasien Artritis Reumatoid?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada pasien Artritis
Reumatoid?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk penderita
Artritis Reumatoid?
8. Bagaimana contoh kasus semu dan asuhan keperawatan pada penderita
Artritis Reumatoid?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mempelajari penyakit Artritis Reumatoid yang
berhubungan dengan system muskuloskeletal
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Artritis Reumatoid
2. Untuk mengetahui etiologi dari Artritis Reumatoid
3. Untuk mengetahui klasifikasi Artritis Reumatoid
4. Untuk mengetahui patofisiologi Artritis Reumatoid
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien Artritis Reumatoid
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada
pasien Artritis Reumatoid
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk
penderita Artritis Reumatoid
8. Untuk mengetahui contoh kasus semu dan asuhan keperawatan pada
penderita Artritis Reumatoid
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi dari Artritis Reumatoid
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. Insiden : artritis reumatoid merupakan
inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi. Insidennya
sering 3% dari penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan
pada usia 20-30tahun. Lebih sering pada wanita daripada pria, dengan
perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi sendi kecil pada tangan
serta pergelangan kaki dan sendi sendi besar seperti lutut, panggul serta
pergelangan tangan.
Gambar 1.1 Rematoid Artritis
Lokasi persensian yang biasa mengalami rematoid artritis adalah
sebagai berikut :
Gambar 1.2 Lokasi Rematoid Artritis
2.2 Etiologi dari Artritis Reumatoid
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus, streptokokus non hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor grnrtik serta faktor pemicu lingkungan
pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.
2.3 Klasifikasi Artritis Reumatoid
a. Kelainan pada sinovial, tendon dan tulang
Kelainan yang terjadi pada daerah artikuler dibagi atas 3 stadium, yaitu :
Stadium I ( stadium sinovitis) pada tahap ini terjadi kongesti vaskuler,
proliferasi sinovial disertai infiltrasi lapisan subsinovial oleh sel-sel
polimorf limfosit dan sel plasma. Selanjutnya terjadi penebalan struktur
kapsul sendi disertai pembentukan vili pada sinovium dan efusi pada sendi
serta pembungkus tenon.
Stadium II ( stadium destruksi) pada stadium ini inflamasi berlanjut
menjadi kronik serta terjadi destruksi sendi an tendon. Kerusakan pada
tulang rawan sendi disebabkan oleh enzim kproteolitik dan oleh jaringan
vaskuler pada lipatan sinovial serta oleh jaringan granulasi yang terbentuk
pada permukaan sendi (panus). Erosi tulang terjadi pada bagian tepi sendi
akibat invasi jaringan granulasi dan akibat resopsi osteoklas. Pada tendon
tenosinovitis dapat menyebabkan ruptur tendon baik parsial maupun total.
Stadium III ( stadium deformitas) stadium ini kombinasi antara dekstruksi
sendi dan ruptur tendon akan menyebabkan instabilitas dan deformitas
sendi. Kelainan yang mungkin ditemukan pada stadium ini adalah
ankilosis jaringan yang selanjutnya dapat terjadi ankilosis tulang.
Inflamasi yang terjadi mungkin sudah berkurang dan kelainan yang timbul
terutama olwh karena gangguan mekanik dan fungsional pada sendi.
b. Kelainan pada jaringan ektra artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra artikuler:
otot : pada otot terjadi miopati yang elektromiograf menunjukan adanya
degenerasi serabut otot. Degeneradi ini berhubungan dengan fragmentasi
serabut otot serta gangguan retikulu, sarkoplasma dan partikel glikogen.
Selain itu umumnya pada artritis reumatoid terjadi pengecilan otot yang
disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot (disuse atrophi) akibat
inflamasi sendi yang ada.
Nodul subkutan : nodul subkutan terdiri atas jaringan nekrotik dibagoian
sentral dan dikelilingi oleh lapisan sel mononuklear yang tersusun secara
radier dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat.
Nodul subkutan hanya ditemukan paa 25% dar seluruh penderita artritis
reumatoid.
Pembuluh darah perifer : pada pembuluh darah perifer terjadi proferasi
tunika intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa. Terjadi
perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis nekrotik.
Akibatnya terjadi gangguan respon arteriol terhadap pembuluh darah
sedang dan kecil berupa artritis nekrotik. Akibatnya terjadi gangguan
respon arteriol terhadap temperatur.
Kelenjar limfe : terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran
limfe sendi, hiperplasia folikuler, peningkatan aktivitas sistem
retikuloendotelial dan proferasi jaringan ikat yang mengakibatkan
splenomegali.
Saraf : pada saraf terjadi perubahan pada jaringan perineural berupa
nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit yang menyebabkan
neuropati sehingga terjadi gangguan sensoris.
Visera : kelainan artritis reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera
seperti jantung, paru-paru, ginjal dan salurang gastrointestinal.
c. Kelainan Daerah Artikuler
Gambaran klinis artritis reumatoid sangat bervariasi tergantung onset,
distribusi, stadium dan progresivitas penyakit. Gejala awal terjadi pada beberapa
sendi sehingga disebut poli-atritis reumatoid. Persendian yang paling sering
terkena adalah sendi tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku,
pergelangan kaki, sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral
atau simetris. Tetapi kadang-kadanh artritis reumatoid dapat terjadi hanya pada
satu sendi dan sisebut artritis reumatoid mono artikuler.
Stadium awal biasanya dengan gangguan keadaan umum berupa malaise,
penurunan berat badan rasa capek, sakit demam, dan anemia. Gejala lokal yang
berupa pembengkakan, nyeri dan gangguan gerak pada sendi metakarpofalageal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan tenosinovitis pada daerah ekstensor
pergelangan tangan dan fleksor jari-jari. Pada sendi besar, misal sendi lutut gelaja
peradangan lokal berupa pembengkakan nyeri serta tanda-tanda efusi sendi.
Kurang lebih 25% dari penderita akan mengalami masa remisi, tetapi serangan
akan timbul kembali seperti semula.
Pada stadium lanjut terjadi kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat
permanen, selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi akibat ruptur tendon/ligamen
yang menyebabkan deformitas reumatoid yang khas berupa deviasi ulnar jari-jari,
deviasi radiar/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan kaki.
2.4 Patofisiologi Artritis Reumatoid
Pathway
Penyakit autoimun Perubahan musculoskeletal Bakteri,virus ,miko Sendi plasma
Terjadinya proses imunologi Penurunan elastisitas sendi Menginfeksi sendi
Destruksi jaringan sendi Tendon,Ligamen secara antigenesis
Radikal O2 Metabolik Degenerasi,erosi,klasifikasi Respon antibody terAsam bikarbonat Kartilago dan kapsul sendi hadap mikroorganime
Berkurang
Fleksibilitas sendi hilang
Penurunan luas gerak sendi
Peradangan peradangan akut
Pembengkakan sendi Pembentukan jaringanDeformitas sendi lemah Akut
Rentang gerak berkurang kekakuan sendi
Mk.Resiko terjadinya truma fisik
Mk. Hambatan Fisik
Mk.Kurang perawatan diri
Mk.Nyeri
REMATHOID ARTRITIS
Mk.gangguan citra tubuh
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimune terutama terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim
tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran
sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi
yang akan menggangu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot
akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot.
2.5 Manifestasi klinis pada pasien Artritis Reumatoid
Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien artritis
reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan.
Oleh karenanya penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang dapat tejadi kelelahan yang hebat.
Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi.kekakuan ini berbeda
dendan kekakuan sendi pada osteortritis , yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
Artritis erosif merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosif di tepi
tulang dan dapat dilihat pada radiogram.
DEFORMITAS
Kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Dapat terjarjadi pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metakarpofalangeal, deformitas boutonniere, dan leher angsa merupakan beberapa
devormitas tangan yang sering dijumpai pada klien. Pada kaki terdapat protrusi
(tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan akan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak dalam melakukan gerakan ekstensi.
Nodul-nodul reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa pendirita artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
devormitas ini adalah bursa olekrannon ( sendi siku) atau di sepajang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodu- nodul ini dapat juga timbul pada
tempat- tempat lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanyamerupakan suatu
petunjuk penyakit yang aktif dan lebih berat.
Manifestasi ekstraartikuler, artitis traumatoid juga dapat menyerang organ-organ
lain diluar sendi. Jantung ( perikarditis, paru-paru) pleuroritis mata, dan pembuluh
darah dapat rusak.
Organ Manifestasi
Kulit Nodula sukutan. faskulitis menyebabkan
bercak-bercak coklat, lesi-lesi ekimotik,
Jantung Perikarditis. Tamponade perikardium
(jarang). Lesi peradangan pada
miokardium dan katup jantung
Paru-paru Pleuritis dengan atau tanpa efusi.
Peradangan pada paru-paru.
Mata Skleritis
Sistem saraf Neuropati perifer. Sindrom kompresif
perifer, termasuk sindrom carpa
tunner,neuropati saraf ulnaris, paralisis,
peronialis, dan abnormalitas vertebra
servikal.
Sistemik Anemia (sering). Osteoporosis
generalisata. Sindrom felti. Sindrom
sjogren (keratokonjungtivitis sika).
Amiloidosis (jarang).
Tabel 15.2 Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid,
Revisi 1987.
Kriteria Definisi
1. Kaku pagi hari Kekakuan pagi hari pada persendian dan di sekitarnya,
sekurangnya selama satu jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak, persendian atau terjadi efusi
(bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya tiga sendi
secara bersamaan yang diobservasi oleh seorang dokter. Dalam
kriteria ini terdapat 14 persendian yang memenuhi kriteria yaitu
PIP*, MCP*, pergelangan tangan, siku pergelangan kaki, serta
MTP* kiri dan kanan.
3. Artritis pada persendian
tangan
Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakakn satu persendian
tangan seperti yang tertera di atas.
4. Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada kriteria
dua) pada kedua belah sisi (keterlibatan PIP,MCP atau MTP
bilateral dapat diterima walaupun tidak mutlak bersifat simetris).
5. Nodul reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta-artikular yang diobservasi oleh
seorang dokter.
6. Faktor reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal factor reumatoid serum yang
diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari
5% kelompok control yang diperiksa.
7. Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi artritis reumatoid
pada pemeriksaan sinar X tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan yang harus menunjukkan adanya erosi atau
dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah
yang berdekatan dengan sendi (perubahan akibat osteoarthritis
saja tidak memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika sekurang-
kurangnya memenuhi empat dari tujuh kriteria di atas. Kriteria satu sampai empat harus terdapat
minimal selama enam minggu. Pasien dnegan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian
diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable, atau possible tidak perlu dibuat.
* PIP : Proksimal Interphalangeal, MCP : Metacarpophalangeal, MTP : Metatarsophalangeal
2.6 Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada pasien Artritis
Reumatoid
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis Test Serologi
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Peningkatan laju endap darah
2. Anemia normostik hipokrom
3. Reaksi C protein positif dan mukoprotein yang meninggi
4. Faktor reumatoid positif 80% (uji rose water) dan antinuklera faktor positif
80%, kedua uji ini tidak spesifik
5. Pemeriksaan cairan sendi melalui biospi, cairan sendi yang keruh
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibandingan cairan sendi
yang normal
Pemeriksaan Radiologis
Foto polos : pada ahap awal penyakit foto rontgen tidak menunjukan
kelainan yang menyolok. Pada tahap selanjutnya terlihat rarefaksi korteks
sendi dengan difus dan disertai trabekulasi tulang, obliterasi ruang
sendiyang memberikan gambaran perubahan perubahan degeneratif berupa
densitas, irregularitas, permukaa sendi serta marginal spurring. Selanjunya
bila terjadi destruksi tulang rawan, maka akan terlihat penyempitan ruang
sendi dengan erosi pada beberapa tempat.
Pemeriksaan radio – isotop : Pemeriksaan ini menggunakan konsentrasi
xat radio isotop terlihat meninggi pada daerah sendi yang mengalami
kelainan.
2.7 Penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk penderita Artritis
Reumatoid
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan
a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran cerna
terhadap terapi obat
c. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga
menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
2.8 Asuhan Keperawatan Teori
Pengkajian
a. Biodata Pasien
Mencakup identitas klien, nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, no. medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Pada kasus reumatoid artritis, ditemukan keluhan utama adanya nyeri
sendi dan kekakuan sendi. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada
tangan, atau pada tungkai. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa
periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada sendi.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri atau kesemutan yang sering terjadi
sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada.
Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek
body image dan harga diri klien.
Pengkajian Fisik
Keadaan Umum :
Kaji (GCS) tingkat kesadaran dan kaji pula sensasi saraf (Nervus I-XII )
Respon Membuka
Spontan 4
Berdasarkan perintahverbal 3Berdasarka rangsangan nyeri 2Tidak member respon 1
Respon MotorikMenurut perintah 6Melikalisir rangsangan nyeri 5Menarik/berlawanan rangsangan nyeri 4Fleksi abnormal (terhadap nyeri) 3Ekstensi (terhadap nyeri) 2Tidak member respon 1
Respon VerbalOrientasi baik 5Konversi kacau (bicara bingung) 4Kata-kata kacau (tidak sesuai) 3Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2Tidak memberikan respon 1
Keterangan :
Compos mentis : 15 Somnolen : 12-14 Soporus : 8-11 Coma : 3-7
Kaji TTV (Tanda-tanda Vital) :
RR, Nadi, TD, dan Suhu. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi
mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi jantung
irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban
berubah, missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun
bila curah jantung menurun berat.
Syaraf
Nervus I Olfaktori /penciuman
Nervus II Optic /penglihatan
Nervus III Okulomotor / gerak ekstraokuler mata, kontriksi
dilatasi pupil
Nervus IV Trokhlear /gerak bola mata ke atas ke bawah
Nervus V Trigeminal / sensori kulit wajah, penggerak otot
rahang
Nervus VI Abdusen / gerak bola mata menyamping
Nervus VII Fasial / ekspresi fasial dan pengecapan
Nervus VIII Oditori /pendengaran
Nervus IX Glosovaringeal / gangguan pengecapan, kemampuan
menelan, gerak lidah
Nervus X Vagus / sensasi faring, gerakan pita suara
Nervus XI Asesori / gerakan kepala dan bahu
Nervus XII Hipoglosal / posisi lidah
Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan sendi pada pagi hari biasanya terjadi secara
bilateral dan simeteris. Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya
hidup, aktivitas istirahat, dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan
kelelahan yang hebat.
Tanda :
Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit;kontraktur/kelainan pada
sendi dan otot.
Kardiovaskular
Gejala :
Fenomena Raynaud jari tanganl/kaki, misal pucat intermitten, sianotik,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
Integritas Ego
Gejala :
Faktor – faktor stres akut/kronis, misal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan sosial.keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman
pada konsep diri, citra diri, citra tubuh, identitas diri misal ketergantungan
pada orang lain, dan perubahan bentuk angota tubuh.
Makanan/cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan/cairan
adekuat; mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah. Penurunan berat
badan, dan membran mukosa kering.
Higine
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri. Ketergantungan pada orang lain.
Neurosensori
Gejala :
Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Pembengkakan sendi simetris.
Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Kulit mengilat, tegang; nodussubkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap,
kekeringan pada mata, dan membran mukosa.
Interaksi sosial
Gejala :
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang dapat di temukan pada klien reumatoid artritis
(Doenges, 2000) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan
kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri (uraikan) berhubungan dengan kerusakan
muskuluskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau
depresi.
5. Resiko tingi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan
dengan proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung
tidak adekuat.
6. Kurang pengetahuan /kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis,
dan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat,
kesalahan interprestasi informasi.
Sementara Carpenito (1995)merumuskan diagnosiskeperawatan pada klien
reumatoid artritis, adalah sebagai berikut :
1. Kelemahan berhubungan dengan penurunan mobilitas.
2. Risiko tinggi kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan
pengaruh obat dan sindrom sjogren.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, fibrosistis.
4. Risiko tinggi isolasi sosial berhubungan dengan kelemahan dan
kesulitan ambulasi
5. Gangguan pola seksual berhubungan dengan nyeri, kelemahan, sulit
mengatur posisi, kurang adekuat lubrikasi.
6. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan
kesulitan/ketidakmampuan klien.
7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan perubahan fisik dan psikologis
akibat penyakit.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan pada klien artritis reumatoid di bawah ini,
disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan
rasionalasis (Doenges).
Diagnosis keperawatan : nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi
jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
Tindakan Rasional
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, skala
nyeri, serta cacat lokasi dan
intensitas, faktor faktor yang
mempercepatm dan respons
rasa sakit nonverbal.
1.Membantu dalam menentukan
kebutuhan manajemen nyeri dan
efektivitas program.
2. Berikan matras/kasur keras.
Tinggikan tempat tidur sesuai
kebutuhan.
2. Matras yang empuk/lembut,
bantal yang besar akan menjaga
pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stres
pada sendi yang sakit. Peninggian
tempat tidur menurunkan tekanan.
3. Berikan klien mengambil
posisi yang nyaman waktu
tidur atau duduk di kursi.
3.pada penyakit yang
berat/eksaserbasi, tirah baring
mungkin di perlukan untuk
Tingkatkan istirahat di
tempat tidur sesuai indikasi.
membatasi nyeri/cedera.
4. Tempatkan/pantau
penggunaan bantal, karung
pasir, gulungan trokanter,
bebat atau brance.
4.mengistirahatkan sendi-sendi
yang sakit dan mempertahankan
posisi netral, penggunaan brace
dapat menurunkan nyeri/kerusakan
pada sendi. Imobilisasi yang lama
dapat mengakibatkan hilang
mobilitas/fungsi sendi.
5. Anjurkan klien untuk sering
merubah posisi, batu klien
untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan di bawahm
serta hindari gerakan yang
menyentak.
5.mencegah terjadinya kelelahan
umun dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi
gerakan/rasa sakit pada sendi.
6. Anjurkan klien untuk mandi
air hangat. Sediakan waslap
hangat untuk kompres sendi
tyang sakit. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan
sebagainya
6.meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit,
dan menghilangkan kekakuan pada
siang hari. Sensivitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka dermal
dapat disembuhkan.
7. Berikan masase yang lembut 7.meningkatkan
relaksasi/menguranggi teganggan
angkut.
8. Dorong penggunaan teknik
managemen stres, misal
relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik, , visualisasi,
pedoman imajinasi, hipnosis
diri, dan pengendalian napas.
8.meningkatkan relaksasi,
memberikan rasa kontrol nyeri, dan
dapat meningkatkan kemampuan
koping.
9. Libatkan dalam aktivitas
hiburan sesuai dengan jadwal
aktivitas klien.
9.memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat.
10. Beri obat sebelum dilakukan
aktivitas/latihan yang di
rencanakan sesuai petunjuk.
10.meningkatkan relaksasi,
mengurangi teganggan otot/spasme,
memudahkan untuk ikut serta
dalam terapi.
Kolaborasi
11. Berikan obat sesuai
petunjuk :
- Asetilsalisilat (aspirin).
11.Obat – obatan:
- Bekerja sebagai antiinflamasi
dan efek analgesik ringan
dalam menguranggi kekakuan
dan meningkatkan
mobilitas.ASA harus dipakai
secara regular untuk
mendukung kadar dalam darah
terapeutik.riset
- SAID lainnya, misal ibuprofen
(motrin), naproksen, sulindak,
piroksikam (feldene),
fenoprofen.
- D-penisilamin (cupriminer).
- Antasida.
mengindikasikan bahwa ASA
memiliki indeks toksisitas
yang paling rendah dari
NSAID lain yang diresepkan.
- Dapat di gunakan bila klien
tidak memberikan respons
pada aspirin atau untuk
meningkatkan efek dari
aspirin.
- Dapat mengontrol efek-efek
sistematemik dari RA jika
terapi lainya tidak berhasil.
Efek samping yang lebih berat
misalnya trombositopenia,
leukopenia, anemia aplastik
membutuhkan pemantauan
yang ketat. Obat harus
diberikan diantara waktu
makan, karena absorbsi obat
terjadi tidak seimbang akibat
makanan dan produk antasida
dan besi.
- Diberikan bersamaan dengan
NSAID untuk meminimalkan
iritasi/ketidaknyamanan
lambung.
- Meskipun narkotik umumnya
- Produk kodein. adalah kontraindikasi, namun
karena sifatnya kronis dari
penyakit, penggunaan jangka
pendek mungkin diperlukan
selama periode eksaserbasi
akut untuk mengontrol nyeri
yang berat.
12. Bantu klien dengan terapi
fisik, misal sarung tangan
parafin, bak mandi dengan
kolam bergelombang
12.memberikan dukungan
hangat/panas untuk sendi yang
sakit.
13. Berikan kompres dingin jika
dibutuhkan
13.rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan bengkak
pada periode akut.
14. Pertahankan unit TENS jika
digunakan.
14.rangsangan elektrik tingkat
rendah yang konstan dapat
menghambat transmisi sensasi
nyeri.
15. Siapkan intervensi
pembedahan, misal
sinovektomi.
15.pengangkatan sinovium yang
meradang dapat mengurangi nyeri
dan membatasi progresi dari
perubahan degeneratif.
Diagnosis keperawatan : kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
deformitas skeletal, nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau
penurunan kekuatan otot.
Tindakan Rasional
Mandiri
1. Evaluasi/lanjutkan
pemantauan tingkat
inflamasi/rasa sakit pada
sendi.
1. Tingkat aktivitas/latihan
tergantungdari perkembangan
resolusi proses inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika
diperlukan. Buat jadwal
aktivitas yang sesuai
dengan toleransi untuk
memberikan periode
istirahat yang terus-
menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganggu.
2.Istirahat sistemik dianjurkan
selama ekserbasi akutdan seluruh
fase penyakit yang penting, untuk
mencegah kelelahan, dan
mempertahankan kekuatan.
3. Bantu klien latihan
rentang gerak pasif/aktif,
demikian juga latihan
resistif dan isometrik jika
memungkinkan.
3.mempertahankan/meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot, dan
stamina umum. Latihan yang tidak
adekuat dapat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap 4.menghilangkan tekanan pada
dua jam dengan bantuan
personel yang cukup.
Demonstransikan/ bantu
teknik pemindahan dan
penggunaan bantuan
mobilitas.
jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Mempermudah
perawatan diri dan kemandirian
klien. Teknik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit
dengan bantal,
kantungpasir, gulungan
trikanter, bebat, dan
brance.
5.meningkatkan stabilitas
jaringan(menguranggi risiko
cedera) dan mempertahankan
posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh serta dapat
menguranggi kontraktur.
6. Gunakan bantal kecil/tipis
di bawah leher.
6.mencegah fleksi leher.
7. Dorong klien
mempertahankan postur
tegak dan duduk, berdiri,
berjalan.
7.memaksimalkan funngsi sendi,
mempertahankan mobilitas.
8. Berikan lingkungan yang
aman, misal menaikkan
kursi/kloset,
menggunakan peganggan
tangga pada bak/pancuran
dan toilet, penggunaan
alat bantu mobilitas/kursi
roda.
8.menghindari cedera akibat
kecelakaan/jatuh.
Kolaborasi
9. Konsultasi dengan ahli
terapi fisik/okupasi dan
spesialis vokasional.
9.berguna dalam
memformulasikan program
latihan/aktivitas yang berdasarkan
pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasi
alat/bantuan mobilitas.
10. Berikan matras
busa/pengubah tekanan.
10.menurunkan tekanan pada
jaringan yang mudah pecah untuk
menguranggi risiko
imobilitas/terjadi dekubitus.
11. Berikan obat-obatan
sesuai
Indikasi :
- Agen Antireumatik, misal
garam emas, natrium
tiomaleat.
- Steroid
11.Obat-obatan
- Krisoterapi (garam emas) dapat
menghasilkan remisi
dramatis/terus-menerus terapi
dapat mengakibatkan inflamasi
rebound bila terjadi penghentian
atau dapat terjadi efek samping
serius, misal krisis nitrotoid
seperti pusing, penglihatan kabur,
kemerahan tubuh, dan
berkembang menjadi syok
anafilatik.
- Mungkin dibutuhkan untuk
menekan inflamasi sistemik akut
12. Siapkan intervensi bedah
- Artroplasti.
- Prosedur pelepasan tunnel,
perbaikan tendon,
ganglionektomi.
- Implan sendi.
12.Intervensi bedah:
- Perbaikan pada kelemahan
periartikuler, dan subluksasi
dapat meningkatkan stabilitas
sendi.
- Perbaikan berkenan dengan defek
jaringan penyambung,
meningkatkan fungsi, mobilitas.
- Pergantian mungkin diperlukan
untuk memperbaiki fungsi
optimal dan mobilitas.
Diagnosis Keperawatan : Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
Tindakan Rasional
Mandiri
1. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya mengenai
proses penyakit dan harapan
masa depan.
2. Diskusikan arti dari
kehilangan /perubahan pada
klien/orang terdekat.
Pastikan bagaimana
1. Memberikan kesempatan
untuk mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan konsep dan
mampu menghadapi masalah
secara langsung.
2. Mengidentifikasi bagaimana
penyakit memengaruhi
persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan
terhadap intervensi
pandangan pribadi klien
dalam berfungsi dalam gaya
hidup sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual.
3. Diskusikan persepsi klien
mengenai bagaimana orang
terdekat menerima
keterbatasan klien.
4. Akui dan terima perasaan
berduka, bermusuhan, serta
ketergantungan.
5. Observasi prilaku klien
terhadap kemungkinan
menarik diri, menyangkal
atau terlalu memperhatikan
perubahan tubuh.
6. Susun batasan pada prilaku
maladaptif. Bantu klien
untuk Mengidentiflkasi
prilaku positif yang dapat
membantu mekanisme
koping yang adaptif.
7. Ikut sertakan klien dalam
merencanakan perawatan
dan membuat jadwal
aktifitas.
8. Bantu kebutuhan perawatan
yang diperlukan klien.
/konseling lebih lanjut.
3. Isyarat verbal /nonverbal
orang terdekat dapat
memengaruhi bagaimana
klien memandang dirinya
sendiri.
4. Nyeri konstan akan
melelahkan, perasaan marah,
dan permusuhan umum
terjadi.
5. Dapat menunjukkan
emosional atau metode
koping maladaptif,
membutuhkan intervensi
lebih lanjut/ dukungan
psikologis.
6. Membantu klien untuk
mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan
perasaan harga diri.
7. Meningkatkan perasaan
kompetensi /harga diri,
mendorong kemandirian dan
mendorong partisipasi dalam
terapi.
8. Mempertahankan penampilan
yang dapat meningkatkan
citra diri.
9. Berikan resp[ons/pujian
positif bila perlu.
Kolaborasi
10. Rujuk pada konseling
psikiatrio, misal perawat
spesialis psikiatri,
psikiatri/psikulog, pekerja
sosial.
11. Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk, misal antiansietas
dan obat-obatan peningkat
alam perasaan.
9. Memungkinkan klien untuk
merasa senang terhadap
dirinya sendiri. Menguatkan
prilaku positif, dan
meningkatkan rasa percaya
diri.
10. Klien/orang terdekat
mungkin membutuhkan
dukungan selama berhadapan
dengan proses jangka
panjang/ketidakmampuan.
11. Mungkin dibutuhkan pada
saat munculnya depresi hebat
sampai klien mampu
mengembangkan
kemempuan koping yang
lebih efektif.
Diagnosis keperawatan : Kurang perawatan diri (uraikan) berhubungan
dengan kerusakan muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri
saat bergerak atau depresi.
Tindakan Rasional
Mandiri
1. Diskusian dengan klien
tingkat fungsional umum
sebelum
timbulnya/eksaserbasi
1. Klien mungkin dapat
melenjutkan aktifitas
umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan
penyakit dan resiko
perubahan yang diantisipasi.
2. Pertahankan mobilitas,
kontrol terhadap nyeri, dan
program latihan.
3. Kaji hambatan klien dalam
partisipasi perawatan diri.
Identifikasi/buat rencana
untuk modifikasi lingkungan.
Kolaborasi
4. Konsultasi dengan ahli terapi
okupasi.
5. Mengatur evaluasi kesehatan
dirumah sebelum dan setelah
pemulangan.
6. Membuat jadwal konsul
dengan lembaga lainnya,
misal pelayanan perawatan di
rumah, ahli nutrisi.
pada keterbatasan saat ini.
2. Mendukung kemandirian
fisik/ emosional klien.
3. Menyiapkan klien untuk
menyiapkan kemandirian,
yang akan meningkatkan
harga diri.
4. Berguna dalam
menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan
individual,misal memasang
kancing,menggunakan alat
bantu,memakai sepatu atau
menggantungakan
peganganan untuk mandi
pancuran.
5. Mengidentifikasi masalah-
masalah yang mungkin
dihadapi karena tingkat
ketidakmampuan aktual.
Memberikan lebih banyak
keberhasilan usaha tim
dengan orang lain yang ikut
serta dalam perawatan,
misal tim terapi okupasi.
6. Klien mungkin
membutuhkan berbagai
bantuan tambahan untuk
partisipasi situasi di rumah.
Diagnosis keperawatan : Risiko tinggi kerusakan penatalaksaan pemeliharaan
rumah berhubungan dengan proses penyakit degeneratif jangka panjang,
sistem pendukung tidak adekuat
Tindakan Rasional
Mandiri
1. Kaji tingkat fungsional fisik
klien.
2. Evaluasi lingkungan sekitar
untuk mengkaji kemampuan
klien dalam melakukan
perawatan diri sendiri.
3. Tentukan sumber-sumber
finansial untuk memenuhi
kebutuhan situasi individual.
Identifikasi sistem pendukung
yang tersedia untuk klien,
misalnya membagi
perbaikan/tugas-tugas rumah
tangga antara anggota
keluarga atau pelayanan.
4. Identifikasi peralatan yang
diperlukan untuk mendukung
aktivitas klien, misalnya
peninggian dudukan
toilet,kursi roda.
1. Mengidentifikasi tingkat
bantuan/dukungan yang
diperlukan klien.
2. Menentukan kemungkinan
susunan yang
ada/perubahan susunan
rumah untuk memenuhi
kebutuhan klien.
3. Menjamin bahwa
kebutuhan klien akan
dipenuhi secara terus-
menerus.
4. Memberikan kesempatan
untuk untuk mendapatkan
peralatan sebelum pulang
untuk menunjang aktivitas
klien dirumah.
5. Bermanfaat untuk
mengidentifikasi peralatan,
cara-cara untuk mengubah
berbagai tugas dalam
mempertahankan
Kolaborasi
5. Koordinasikan evaluasi di
rumah dengan ahli terapi
okupasi.
6. Identifikasi sumber-sumber
komunitas, misal pelayanan
pembantu rumah tangga,
pelayanan sosial (bila ada).
kemandirian.
6. Memberikan kemudahan
berpindah pada/mendukung
kontinuitas dalam situasi di
rumah.
Diagnosis Keperawatan : Kurang pengetahuan/kebutuhan belajar mengenai
penyakit, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
Tindakan Rasional
Mandiri
1. Tinjau proses penyakit,
prognosis, dan harapan masa
depan.
2. Diskusikan kebiasaan klien
dalam penatalaksanaan proses
sakit memalui diet, obat-
obatan, serta program diet
seimbang, latihan dan
istirahat.
3. Bantu klien dalam
merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi yang
ralistis, periode istirahat,
perawatan diri, pemberian
obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stres.
4. Tekankan pentingnya
melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik.
1. Memberikan pengetahuan
di mana klien dapat
membuat pilihan
berdsarkan informasi yang
disampaikan.
2. Tujuan kontrol penyakit
adalah untuk menekan
inflamasi sendi/jaringan
lain guna mempertahankan
fungsi sendi dan mencegah
deformitas.
3. Memberikan struktur dan
mengurangi ansietas pada
waktu menangani proses
penyakit kronis yang
kompleks.
4. Keuntungan dari terapi
obat-obatan tergantung
ketepatan dosis, misal
aspirin harus diberikan
secara reguler untuk
mendukung kadar
terapeutik darah 18-25 mg.
5. Rekomendasikan penggunaan
aspirin bersalut/dibuper
enterik atau salisilat nonasetil,
misal kolin slisilat
(anthropan) atau kolin
magnesium trisalisilat
(trilisate).
6. Anjurkan klien untuk
mencerna obat-obatan dengan
makanan,susu atau antasida.
7. Identifikasi efek samping
obat-obatan yang merugikan,
misal tinitus, intoleransi
lambung, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam
purpurik.
8. Tekankan pentingnya
membaca label produk dan
mengurangi penggunaan obat
yang dijual bebas tanpa
persetujuan dokter.
9. Tinjau pentingnya diet yang
seimbang dengan makanan
5. Preparat bersalut/dibufer
dicerna dengan makanan,
meminimalkan iritasi
gaster, mengurangi resiko
pendarahan. Produk
nonasetil sedikit
dibutuhkan untuk
mengurangi iritasi
lambung.
6. Membatasi iritasi gaster.
Pengurangan nyeri akan
meningkatkan kualitas tidur
dan meningkatkan kadar
darah serta mengurangi
kekakuan dipagi hari.
7. Memperpanjang dan
memaksimalkan dosis
aspirin dapat
mengakibatkan takar lajak
(overdosis). Tinitus
umumnya mengindikasikan
kadar terapeutik darah yang
tinggi. Jika terjadi tinitus,
dosis umumnya diturunkan
menjadi satu tablet setiap
tiga hari sampai berhenti.
8. Banyak produk
mengandung salisilat
tersembunyi (misal obat
diare,pilek) yang dapat
meningkatkan risiko
yang banyak mengandung
vitamin,protein, dan zat besi.
10. Dorong klien yang obesitas
untuk menurunkan berat
badan dan berikan informasi
penurunan berat badan sesuai
kebutuhan.
11. Berikan informasi mengenai
alat bantu, misal bermain
barang-barang yang
bergerak,tongkat untuk
mengambil, piring-piring
ringan, tempat duduk toilet
yang dapat dinaikkan, palang
keamanan.
12. Diskusikan teknik
menghemat energi, misal
duduk lebih baik dari pada
berdiri dalam menyiapkan
makanan dan mandi.
13. Dorong klien untuk
mempertahankan posisi tubuh
yang benar, baik saat istirahat
maupun saat aktifitas, misal
menjaga sendi tetap
meregang, tidak fleksi.
overdosis obat/efek
samping yang berbahaya.
9. Meningkatkan perasaan
sehat umum dan
perbaikan/regenerasi sel.
10. Penurunan berat badan
akan mengurangi tekanan
pada sendi, terutama
pinggul, lutut,pergelangan
kaki, dan telapak kaki.
11. Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan
memungkinkan individu
untuk ikut serta secara
lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
12. Mencegah
kepenatan,memberikan
kemudahan perawatan diri,
dan kemandirian.
13. Mekanika tubuh yang baik
harus menjadi bagian dari
gaya hidup klien untuk
mengurangi tekanan sendi
14. Tinjau perlunya inspeksi
sering pada kulit dan lakukan
perawatan kulit lainnya di
bawah bebat, gips, alat
penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang
tepat.
15. Diskusikan pentingnya obat-
obatan lanjutan/pemeriksaan
laboratorium, misal LED,
kadar salisilat, PT.
16. Berikan konseling seksual
sesuai kebutuhan.
17. Identifikasi sumber-sumber
komunitas, misal yayasan
artritis (bila ada).
dan nyeri.
14. Mengurangi resiko
iritasi/kerusakan kulit.
15. Terapi obat-obatan
membutuhkan
pengkajian/perbaikan yang
terus-menerus untuk
menjamin efek optimal dan
mencegah overdosis,serta
efek samping yang
berbahaya ,PT,peningkatan
resiko pendarahan.
Krisoterapi akan menekan
trombosit, potensi risiko
untuk trombositopenia.
16. Informasi mengenai posisi-
posisi yang berbeda dan
teknik dan/atau pilihan lain
untuk pemenuhan seksual
mungkin dapat
meningkatkan hubungan
pribadi dan perasaan harga
diri/percaya diri.
17. Bantuan/dukungan dari
orang lain dapat
meningkatkan pemulihan
maksimal.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. B berumur 25 tahun dibawa ke RSUD pukul 07.00 pada 19 Maret 2015
dengan keluhan utama rasa sakit pada jari jari tangan sebelah kanan sejak 7
minggu yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan didapat pasien terlihat kesakitan
dan terlihat letih. Pasien memegangi jari-jari tangannya sebelah kanan yang
mengalami pembengkakan dan terdapat nodul subkutan pada daerah sendi.
Pemeriksaan TTV didapat TD :130/90 mmHg S : 37,8 oC N : 110x/menit RR:
24x/menit. Dari hasil pemeriksaan penunjang (foto Rontgen) didapatkan adanya
dekalsifikasi tulang pada sendi. Dari semua pemeriksaan yang telah dilakukan
dokter mendiagnosa Tn. B menderita Remautoid Artritis Stadium II.
3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. B
Jenis Kelamin :L
Usia : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Alamat : Perak Jombang
No. Reg : 13150201
Tanggal Masuk : 19 Maret 2015
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Nyeri (Pasien mengeluh sakit dan kaku pada sendi jari)
P : Px mengatakan nyeri & kaku sendi saat dibuat bergerak/ istirahat
Q : Nyeri tertekan
R : Jari-jari tangan kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri dan kaku sendi pada pagi hari
b. Riwayat MRS
Pada tanggal 19 Maret 2015, pukul 07.00 Saat itu pasien merasa jari jari
tangannya sulit digerakkan dan terasa kesemutan yang saat amat. Keluhan ini
sebenarnya sudah dirasa sejak 7 minggu yang lalu sehingga dibawa kelurganya
ke RSUD. Setelah itu dilakukan pengkajian. Pasien mengeluh rasa sakit pada
jari-jari tangan kanannya. Jari-jari tangannya mengalami pembengkakan dan
terdapat nodul. . TD : 130/90 mmHg. Suhu : 37,8 oC. Nadi : 110x/ menit. RR :
24x/menit. Dari hasil pemeriksaan penunjang (foto rontgen) pasien didiagnosa
Remaoutoid Artritis.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah sakit pada sendi-sendi tangannya sebulan yang
lalu. Namun, pasien mengabaikan hanya di belikan obat dari toko nyeri hilang.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa tidak ada saudara dari pasien, yang menderita
penyakit Remautoid Artritis atau penyakit menular.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan rumah bersih cukup terjaga
.
f. 11 Pola Gordon
N
O
POLA Sebelum MRS Saat MRS
1. Persepsi Penggunaan obat
sesuai resep dokter
Pasien mandi dan
gosok gigi 2x sehari
Penggunaan obat
sesuai resep dokter
Pasien hanya di seka
dan tidak gosok gigi
2. Nutrisi Pasien makan 3x
sehari 1 porsi habis
Pasien makan 2x
sehari 1 porsi habis
Menu:
nasi,lauk,sayur
Menu : bubur
3 Eliminasi BAB 1x sehari.
Konsistensi :
lembek, bau khas,
warna kuning
kecoklatan
BAK 3-4 x sehari
BAB 1x sehari
Konsistensi :
lembek, bau khas,
warna kuning
kecoklatan
BAK 3-4 x sehari
4 Aktivitas Sebagai kepala
keluarga bekerja
sebagai pegawai
negeri.
Pasien hanya bisa
berbaring di tempat
tidur dan
memerlukan
bantuan perawat
Skala ADL 3
5 Istirahat tidur Pasien tidur siang 1
jam / hari
Pasien tidur malan 7
jam / hari
Pasien tidur siang 3
jam / hari sering
bangun
Pasien tidur malam
6-7 jam/ hari sering
terbangun
6 Sensori dan
kogninif
Penglihatan
Pasien
menggunakan kaca
mata (+) rabun dekat
Pendengaran
Pasien dapat mendengar
dengan baik (jarak 5-6
meter)
Penglihatan
Pasien
menggunakan kaca
mata (+) rabun
dekat ,
Pendengaran
Pasien dapat
mendengar dengan
baik (jarak 5-6
meter)
7 Persepsi dan
konsep diri
Gambaran diri
Tidak ada gangguan pada
fisik
Ideal diri
Pasien ingin selalu sehat
dan dijauhkan dari penyakit
Harga diri
Pasien berusaha untuk
kehidupan yang lebih baik
Peran diri
Berperan sebagai kepala
keluarga
Gambaran diri
Ada gangguan pada fisik
karena perubahan bentuk
jari (swan neck)
Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh
agar bisa segera pulang
Harga diri
Pasien bersikap kooperatif
dengan petugas medis
Peran diri
Peran diri terganggu karena
pasien tidak bisa
beraktifitas seperti biasanya
8 Hubungan
peran
Hubungan dengan keluarga
dan lingkungan sekitar
rumah baik
Hubungan dengan petugas
dan lingkungan rumah sakit
baik
9 Seksualitas Pasien seorang laki-laki Pasien seorang laki-laki
10 Penanganan
stress
Pasien berusaha mengatasi
masalahnya sendiri jika
berada dalam kesulitan
Pasien meminta bantuan
keluarga untuk mengatasi
maslahnya
11 Keyakinan-
nilai
Pasien beribadah rutin
sholat 5 waktu
Pasien hanya bisa berdoa di
tempat tidurya
g. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a) KeadaanUmum : Pasien baik
b) Kesadaran : Sadar penuh (Compos mentis)
4 Px membuka mata spontan
5 Orientasi baik
6 Px menurut perintah
Kepala Inspeksi
simetris,penyebaran rambut merata,warna rambut hitam
beruban,kulit kepala bersih,wajah simetris.
Mata Palpasi
tidak ada tekanan intra okuler
Inspeksi
Simetris, kelopak mata tidak peradangan, pasien
menggunakan kacamata. Skleritis
Telinga Inspeksi
Simetris, bersih, tidak ada benjolan
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Hidung Inspeksi
Terdapat pernapasan cuping hidung
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Mulut Inspeksi
Membran mukosa lembab
Leher Inspeksi
Bentuk simetris
Palpasi
Tidak ada benjolan
Dada
Paru-paru&Jantung
Palpasi
Takikardi, Tekanan darah meningkat,
Auskultasi
S1 tunggal LUB....DUB
Abdomen Palpasi
Tidak ada pembesaran Limpa, tidak adanya nyeri tekan
Tidak ada pembesaran hepar, tidak adanya nyeri telan
kanan atas
Ekstremitas Atas
dan Bawah
Kelemahan otot turun ADL 3, butuh bantuan perawat
Intergumen Turgor kulit pada jari buruk, Bengkak pada jari tangan
kanan, adanya nodul subkutan
Genetalia Klien berjenis kelamin laki-laki
h. Pemeriksaan Penunjang
Test Darah
SEL DARAH NORMAL HASIL
Eritrosit 4.0-5.5 juta sel/mm3 5 juta sel/mm3
Leukosit 8.000-10.000 sel /mm3 18.000 sel/mm3
Hematokrit 40-54% 40%
Hemoglobin 13.5-18.0 gram/dl 14 gram/dl
Laju Endap Darah <15 mm/jam pertama 20 mm/jam pertama
Test Radiologis
Analisa Data :
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS :
- Px mengatakan sakit
pada jari-jari tangan
kanannya
P : Px mengatakan
nyeri & kaku sendi saat
dibuat bergerak/
istirahat
Q : Nyeri tertekan
R : Jari-jari tangan
kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri dan kaku
sendi pada pagi hari
DO :
- TD : 130/90 mmHg.
- Nadi : 110x/ menit.
- Px terlihat kesakitan
- Px terlihat letih
- Px memegangi jari-
Nyeri akut Proses Inflamasi
jari tangannya
- Leukosit 18.000
/mm3
- Laju endap darah
120 mm/ jam
DS :
- Px mengatakan jari-
jari tangan kanannya
sakit dan sulit
digerakkan
DO :
- Px dalam
melakukan aktifitas
dibantu orang lain
- Keterbatasan
rentang gerak sendi
- ADL 3
- Pasien bed rest
- Pasien terlihat lemas
Hambatan Fisik Kontraktur
DS :
- Pasien merasa malu
menderita
penyakitnya
DO :
- Adanya Perubahan
bentuk jari-jari
sebelah kanan
- Aktivitas dibantu
oranglain
- Pasien
Gangguan Citra Tubuh Perubahan fisik
menyembunyikan
jari-tangan
kanannya yang sakit
Dx :
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi yang ditandai dengan :
- Px mengatakan sakit pada jari-jari tangan kanannya
P : Px mengatakan nyeri & kaku sendi saat dibuat bergerak/ istirahat
Q : Nyeri tertekan
R : Jari-jari tangan kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri dan kaku sendi pada pagi hari
- TD : 130/90 mmHg.
- Nadi : 110x/ menit.
- Px terlihat kesakitan
- Px terlihat letih
- Px memegangi jari-jari tangannya
- Leukosit 18.000 /mm3 dan Laju endap darah 120 mm/ jam
2. Hambatan fisik yang berhubungan dengan kontraktur yang ditandai
dengan :
- Px mengatakan jari- jari tangan kanannya sakit dan sulit digerakkan
- Px dalam melakukan aktifitas dibantu orang lain
- Keterbatasan rentang gerak sendi
- ADL 3
- Pasien bed rest
- Pasien terlihat lemas
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik yang
ditandai dengan :
- Pasien merasa malu menderita penyakitnya
- Adanya Perubahan bentuk jari-jari sebelah kanan
- Aktivitas dibantu oranglain
- Pasien menyembunyikan jari-tangan kanannya yang sakit
Intervensi 1
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
19/03/152. Nyeri akut berhubungan
dengan proses inflamasi
yang ditandai dengan :
- Px mengatakan sakit
pada jari-jari tangan
kanannya
P : Px mengatakan
nyeri & kaku sendi saat
dibuat bergerak/ istirahat
Q : Nyeri tertekan
R : Jari-jari tangan
kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri dan kaku
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x 24 jam
masalah nyeri
berkutrang
Kriteria Hasil
Px mengatakan
nyeri berkurang
skala (3-5)
TD : 120/80
mmHg
Nadi:60-100x/
menit
Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri,
skala nyeri, serta cacat
lokasi dan intensitas,
faktor faktor yang
mempercepatm dan
respons rasa sakit
nonverbal.
2. Berikan klien
mengambil posisi yang
nyaman waktu tidur
atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di
1. Membantu dalam
menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan
efektivitas program.
2. Pada penyakit yang
berat/eksaserbasi, tirah
baring mungkin di
perlukan untuk
membatasi nyeri/cedera.
sendi pada pagi hari
- TD : 130/90 mmHg.
- Nadi : 110x/ menit.
- Px terlihat kesakitan
- Px terlihat letih
- Px memegangi jari-
jari tangannya
-
Px terlihat rileks tempat tidur sesuai
indikasi.
3. Anjurkan klien untuk
sering merubah posisi,
batu klien untuk
bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan di
bawahm serta hindari
gerakan yang
menyentak.
4. Berikan masase yang
lembut
5. Dorong penggunaan
teknik managemen
3. Mencegah terjadinya
kelelahan umun dan
kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa
sakit pada sendi.
4. Meningkatkan
relaksasi/menguranggi
teganggan angkut.
5. Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol nyeri, dan dapat meningkatkan
stres, misal relaksasi
progresif, sentuhan
terapeutik, , visualisasi,
pedoman imajinasi,
hipnosis diri, dan
pengendalian napas
Kolaborasi :
- Asetilsalisilat (aspirin)
- SAID lainnya, misal
ibuprofen (motrin),
naproksen, sulindak,
piroksikam (feldene),
kemampuan koping.
- Bekerja sebagai
antiinflamasi dan efek
analgesik ringan dalam
menguranggi kekakuan
dan meningkatkan
mobilitas
- Dapat di gunakan bila
klien tidak memberikan
respons pada aspirin
fenoprofen.
- D-penisilamin
(cupriminer).
- Antasida
- Siapkan intervensi
pembedahan, misal
sinovektomi.
- Dapat mengontrol efek-
efek sistematemik dari
RA jika terapi lainya
tidak berhasil.
- Diberikan bersamaan
dengan NSAID untuk
meminimalkan
iritasi/ketidaknyamanan
lambung.
- Pengangkatan sinovium
yang meradang dapat
mengurangi nyeri dan
membatasi progresi dari
perubahan degeneratif.
Intervensi 2 :
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
19/03/15 Hambatan fisik yang
berhubungan dengan
kontraktur yang ditandai
dengan :
- Px mengatakan
jari- jari tangan
kanannya sakit dan
sulit digerakkan
- Px dalam
melakukan
aktifitas dibantu
orang lain
- Keterbatasan
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x 24 jam
masalah hambatan
fisik teratasi
Kriteria Hasil
Px mengatakan
rasa sakit
berkurang
Px belajar
melakukan
Mandiri :
1. Evaluasi / lanjutkan
pemantauan tingkat
inflamasi/rasa sakit
pada sendi.
2. Pertahankan istirahat
tirah baring/duduk
jika diperlukan. Buat
jadwal aktivitas
yang sesuai dengan
toleransi untuk
1. Tingkat aktivitas/latihan
tergantungdari
perkembangan resolusi
proses inflamasi
2. Istirahat sistemik dianjurkan
selama ekserbasi akutdan
seluruh fase penyakit yang
penting, untuk mencegah
kelelahan, dan
mempertahankan kekuatan.
rentang gerak
sendi
- ADL 3
- Pasien bed rest
- Pasien terlihat
lemas
aktifitas ringan
sendiri
memberikan periode
istirahat yang terus-
menerus dan tidur
malam hari yang
tidak terganggu.
3. Bantu klien latihan
rentang gerak
pasif/aktif, demikian
juga latihan resistif
dan isometrik jika
memungkinkan.
Kolaborasi :
- Konsultasi dengan ahli
terapi fisik/okupasi dan
spesialis vokasional.
3.Mempertahankan/meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot, dan
stamina umum. Latihan yang
tidak adekuat dapat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat
merusak sendi.
- Berguna dalam
memformulasikan program
latihan/aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam
mengidentifikasi alat/bantuan
mobilitas.
Intervensi 3 :
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
19/03/15 Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan
perubahan fisik yang
ditandai dengan :
- Pasien merasa malu
menderita
penyakitnya
- Adanya Perubahan
bentuk jari-jari
sebelah kanan
- Aktivitas dibantu
Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2x 24 jam
masalah Gangguan
citra tubuh teratasi
Kriteria Hasil
Px merasa tidak
malu lagi dengan
penyakitnya
Pasien merasa
percaya diri
Mandiri :
1. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya mengenai
proses penyakit dan
harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari
kehilangan /perubahan
pada klien/orang
terdekat. Pastikan
1. Memberikan
kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan
konsep dan mampu
menghadapi masalah
secara langsung.
2. Mengidentifikasi
bagaimana penyakit
memengaruhi persepsi
diri dan interaksi
oranglain
- Pasien
menyembunyikan
jari-tangan
kanannya yang
sakit
bagaimana pandangan
pribadi klien dalam
berfungsi dalam gaya
hidup sehari-hari,
termasuk aspek-aspek
seksual.
3. Diskusikan persepsi
klien mengenai
bagaimana orang
terdekat menerima
keterbatasan klien.
4. Akui dan terima
perasaan berduka,
bermusuhan, serta
ketergantungan.
5. Observasi prilaku klien
terhadap kemungkinan
dengan orang lain
akan menentukan
kebutuhan terhadap
intervensi /konseling
lebih lanjut.
3. Isyarat verbal
/nonverbal orang
terdekat dapat
memengaruhi
bagaimana klien
memandang dirinya
sendiri.
4. Nyeri konstan akan
melelahkan, perasaan
marah, dan
permusuhan umum
terjadi.
5. Dapat menunjukkan
menarik diri,
menyangkal atau terlalu
memperhatikan
perubahan tubuh.
6. Susun batasan pada
prilaku maladaptif.
Bantu klien untuk
Mengidentiflkasi
prilaku positif yang
dapat membantu
mekanisme koping
yang adaptif.
7. Ikut sertakan klien
dalam merencanakan
perawatan dan
membuat jadwal
aktifitas.
8. Bantu kebutuhan
emosional atau metode
koping maladaptif,
membutuhkan
intervensi lebih lanjut/
dukungan psikologis.
6. Membantu klien untuk
mempertahankan
kontrol diri, yang
dapat meningkatkan
perasaan harga diri.
7. Meningkatkan
perasaan
kompetensi /harga
diri, mendorong
kemandirian dan
mendorong partisipasi
dalam terapi.
8. Mempertahankan
perawatan yang
diperlukan klien.
9. Berikan resp[ons/pujian
positif bila perlu.
Kolaborasi
10. Rujuk pada konseling
psikiatrio, misal
perawat spesialis
psikiatri,
psikiatri/psikulog,
pekerja sosial.
penampilan yang
dapat meningkatkan
citra diri.
9. Memungkinkan klien
untuk merasa senang
terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan
prilaku positif, dan
meningkatkan rasa
percaya diri.
10. Klien/orang terdekat
mungkin
membutuhkan
dukungan selama
berhadapan dengan
proses jangka
panjang/ketidakmamp
uan.
Implementasi 1
Tanggal Tindakan Keterangan
19/03/15 1. Mengkaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta
cacat lokasi dan intensitas,
2. Mengatur posisi yang nyaman waktu tidur
atau duduk di kursi.
3. Mengubah posisi pasien
4. Melakukan masase yang lembut
5. Melakukan teknik managemen stres, misal
relaksasi
6. Memberikan obat sesuai advice dokter
Implementasi 2 :
Tanggal Tindakan Keterang
an
19/03/15 1. Mengobservasi tingkat inflamasi/rasa sakit pada
sendi.
2. Pengaturan jadwal istirahat dengan pasien
3. Melakukan latihan rentang gerak pasif/aktif,
demikian juga latihan resistif dan isometrik jika
memungkinkan.
4. Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan
spesialis vokasional.
Implementasi 3 :
Tanggal Tindakan Keterang
an
19/03/15 1. Melakukan pendekatan dengan klien
mengungkapkan perasaannya mengenai proses
penyakit dan harapan masa depan.
2. Mendiskusikan arti dari /perubahan pada
klien/orang terdekat.
3. Mendiskusikan persepsi klien mengenai
bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan klien.
4. Mengobservasi prilaku klien terhadap
kemungkinan menarik diri, menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan tubuh.
5. Meerencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktifitas.
6. Merujuk pada konseling psikiatrio,
EVALUASI
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
Tanggal Perkembangan19/03/15 S :
- Px mengatakan sakit pada jari-jari tangan kanannya
P : Px mengatakan nyeri & kaku sendi saat dibuat bergerak/
istirahat
Q : Nyeri tertekan
R : Jari-jari tangan kanan
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri dan kaku sendi pada pagi hari
O :
- TD : 110/80 mmHg.
- Nadi : 110x/ menit.
- Px terlihat kesakitan
- Px terlihat letih
- Px tidak memegangi jari-jari tangannya lagi
- Leukosit 18.000 /mm3 dan Laju endap darah 120 mm/ jam
A :Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan Intervensi ! Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta cacat lokasi dan
intensitas,.
2. Berikan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur
atau duduk di kursi.
3. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi, batu klien untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit.
4. Berikan masase yang lembut
5. Dorong penggunaan teknik managemen stres, misal relaksasi
Kolaborasi :
- Asetilsalisilat (aspirin)
- SAID lainnya, misal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak,
piroksikam (feldene), fenoprofen.
- D-penisilamin (cupriminer)
- Antasida
- Siapkan intervensi pembedahan, misal sinovektomi.
20/03/15 S :
- Px mengatakan sakit pada jari-jari tangan kanannya berkurang
P : Px mengatakan nyeri & kaku sendi saat dibuat bergerak/
istirahat
Q : Nyeri tertekan
R : Jari-jari tangan kanan
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dan kaku sendi pada pagi hari
O :
- TD : 110/80 mmHg.
- Nadi : 100x/ menit.
- Px tidak kesalitan lagi
- Px terlihat lebih rileks
- Px tidak memegangi jari-jari tangannya lagi
- Leukosit 13.000 /mm3 dan Laju endap darah 120 mm/ jam
A :Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan Intervensi ! Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta cacat lokasi dan
intensitas,
2. Berikan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau
duduk di kursi.
3. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi, batu klien untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang
4. Dorong penggunaan teknik managemen stres, misal relaksasi
Kolaborasi :
- Asetilsalisilat (aspirin)
- SAID lainnya, misal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak,
piroksikam (feldene), fenoprofen.
- D-penisilamin (cupriminer)
- Antasida
- Siapkan intervensi pembedahan, misal sinovektomi.
21/03/15
- Px mengatakan sakit pada jari-jari tangan kanannya berkurang
P : Px mengatakan nyeri & kaku sendi saat dibuat bergerak/
istirahat
Q : Nyeri tertekan
R : Jari-jari tangan kanan
S : Skala nyeri 5
T : Nyeri dan kaku sendi pada pagi hari
O :
- TD : 110/80 mmHg.
- Nadi : 100x/ menit.
- Px tidak kesalitan lagi
- Px terlihat lebih rileks
- Px tidak memegangi jari-jari tangannya lagi
- Leukosit 13.000 /mm3 dan Laju endap darah 120 mm/ jam
A :Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan Intervensi ! Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri, serta cacat lokasi dan
intensitas,
2. Berikan klien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur atau
duduk di kursi.
3. Anjurkan klien untuk sering merubah posisi, batu klien untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit.
4. Dorong penggunaan teknik managemen stres, misal relaksasi
Kolaborasi :- Asetilsalisilat (aspirin)
- SAID lainnya, misal ibuprofen (motrin), naproksen, sulindak,
piroksikam (feldene), fenoprofen.
- D-penisilamin (cupriminer)
- Antasida
- Siapkan intervensi pembedahan, misal sinovektomi.
Hambatan fisik yang berhubungan dengan kontraktur
Tanggal Perkembangan19/03/15 S :
- Px mengatakan jari- jari tangan kanannya sakit dan sulit
digerakkan
O :
- Px dalam melakukan aktifitas dibantu orang lain
- Keterbatasan rentang gerak sendi
- ADL 3
- Pasien bed rest
- Pasien terlihat lemas
A :Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi ! Mandiri :
1. Evaluasi / lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
pada sendi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
3. Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif, demikian juga
latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
Kolaborasi :
1. Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional.
.
20/03/15 S :
- Px mengatakan sakit berkurang pada jari-jari tangannya
O :
- Px dalam melakukan aktifitas dibantu orang lain
- Keterbatasan rentang gerak sendi
- ADL 3
- Pasien bed rest
- Pasien terlihat tidak lemas lagi
A :Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi ! Mandiri :
1. Evaluasi / lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa
sakit pada sendi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
3. Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif, demikian juga
latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
Kolaborasi :
1. Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis
vokasional.
21/03/15 S :
- Px mengatakan sakit berkurang pada jari-jari tangannya
O :
- Px dalam melakukan aktifitas dibantu orang lain
- Keterbatasan rentang gerak sendi
- ADL 3
- Pasien bed rest
- Pasien terlihat tidak lemas lagi
A :Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi ! Mandiri :
1. Evaluasi / lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
pada sendi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
3. Bantu klien latihan rentang gerak pasif/aktif, demikian juga
latihan resistif dan isometrik jika memungkinkan.
Kolaborasi :
1. Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis
vokasional.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fisik
Tanggal Perkembangan19/03/15 S :
- Pasien merasa malu menderita penyakitnya
O :
- Adanya Perubahan bentuk jari-jari sebelah kanan
- Aktivitas dibantu oranglain
- Pasien menyembunyikan jari-tangan kanannya yang sakit
A :Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi !
1. Dorong klien mengungkapkan perasaannya mengenai proses
penyakit dan harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari perubahan pada klien/orang terdekat.
Pastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam berfungsi
dalam gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
3. Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan klien.
4. Observasi prilaku klien terhadap kemungkinan menarik diri,
menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan tubuh.
5. Susun batasan pada prilaku maladaptif. Bantu klien untuk
Mengidentiflkasi prilaku positif yang dapat membantu
mekanisme koping yang adaptif.
6. Ikut sertakan klien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktifitas.
Kolaborasi
7. Rujuk pada konseling psikiatrio, misal perawat spesialis
psikiatri, psikiatri/psikulog, pekerja sosial..
20/03/15 S :
- Pasien masih merasa malu menderita penyakitnya
O :
- Adanya Perubahan bentuk jari-jari sebelah kanan
- Aktivitas dibantu oranglain
- Pasien menyembunyikan jari-tangan kanannya yang sakit
A :Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi !
1. Dorong klien mengungkapkan perasaannya mengenai proses
penyakit dan harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari perubahan pada klien/orang terdekat.
Pastikan bagaimana pandangan pribadi klien dalam berfungsi
dalam gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
3. Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan klien.
4. Observasi prilaku klien terhadap kemungkinan menarik diri,
menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan tubuh.
5. Susun batasan pada prilaku maladaptif. Bantu klien untuk
Mengidentiflkasi prilaku positif yang dapat membantu
mekanisme koping yang adaptif.
6. Ikut sertakan klien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktifitas.
Kolaborasi
7. Rujuk pada konseling psikiatrio, misal perawat spesialis
psikiatri, psikiatri/psikulog, pekerja sosial..
21/03/15 S :
- Pasien sudah tidak merasa malu dengan penyakitnya
O :
- Adanya Perubahan bentuk jari-jari sebelah kanan
- Aktivitas dibantu orang lain
- Pasien tidak menyembunyikan jari-tangan kanannya yang sakit
- Pasien lebih kooperatif dan mulai percaya diri
A :Masalah teratasi P : Hentikan Intervensi !
BAB IV
PENUTUP
4.1Simpulan
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi non bakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. Insiden : artritis reumatoid merupakan
inflamasi kronik yang paling sering ditemukan pada sendi. Insidennya
sering 3% dari penduduk menderita kelainan ini dan terutama ditemukan
pada usia 20-30tahun. Lebih sering pada wanita daripada pria, dengan
perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi sendi kecil pada tangan
serta pergelangan kaki dan sendi sendi besar seperti lutut, panggul serta
pergelangan tangan.
4.2 Saran
Meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasien
dengan aritmia;
Meningkatkan pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan
keperawatan dengan aritmia;mia
Memperluas kembali pengetahuan demi perkembanga keperawatan
terutama pada klien dengan gangguan pada jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC
Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan SistemMuskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Rasjad,Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Makasar : Rasjad Chairuddin
Sudoyo,Aru W.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid II,.Jakarta :FKUI