72
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diabetes Mellitus(DM) adalah masalah serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Berdasarkan data dari international Diabetes federation (IDF) tahun 2009 memperkirakan bahwa India menduduki urutan pertama penderita Diabetes Mellitus (DM) terbanyak di dunia yaitu sebanyak 50,8 juta jiwa tahun 2010, disusul oleh negara Cina yaitu sebanyak 43,2 juta jiwa dan Amerika serikat sebanyak 26,8 juta jiwa, sedangkan Indonesia sendiri berada diurutan ke sembilan dengan jumlah penderita sebanyak 7 juta jiwa. Sedangkan untuk kejadian selulitis di Amerika serikat sendiri yaitu sebanyak 32-48/1000 populasi dari tahun 1997 sampai 2005 (Humphrey, 2009). Indonesia merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk 234,9 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahunnya 1,5 % dan merupakan negara keempat terbesar populasinya di dunia. Indonesia juga merupakan negara keempat terbanyak memiliki penderita Diabetes Mellitussetelah India, China, dan USA (WHO, 2005, dalam Handayani 2010). Badan perserikatan Diabetes Mellitus menyatakan 8,4 juta jiwa penduduk Indonesia adalah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2000 dan angka ini akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 jika penduduk Indonesia tidak merubah gaya hidupnya. 1

Makalah Seminar Dm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ertter

Citation preview

Page 1: Makalah Seminar Dm

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes Mellitus(DM) adalah masalah serius bagi kesehatan masyarakat di

seluruh dunia. Berdasarkan data dari international Diabetes federation (IDF) tahun

2009 memperkirakan bahwa India menduduki urutan pertama penderita Diabetes

Mellitus (DM) terbanyak di dunia yaitu sebanyak 50,8 juta jiwa tahun 2010, disusul

oleh negara Cina yaitu sebanyak 43,2 juta jiwa dan Amerika serikat sebanyak 26,8 juta

jiwa, sedangkan Indonesia sendiri berada diurutan ke sembilan dengan jumlah

penderita sebanyak 7 juta jiwa. Sedangkan untuk kejadian selulitis di Amerika serikat

sendiri yaitu sebanyak 32-48/1000 populasi dari tahun 1997 sampai 2005 (Humphrey,

2009).

Indonesia merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk 234,9 juta

jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahunnya 1,5 % dan merupakan

negara keempat terbesar populasinya di dunia. Indonesia juga merupakan negara

keempat terbanyak memiliki penderita Diabetes Mellitussetelah India, China, dan

USA (WHO, 2005, dalam Handayani 2010). Badan perserikatan Diabetes Mellitus

menyatakan 8,4 juta jiwa penduduk Indonesia adalah penderita Diabetes Mellitus

pada tahun 2000 dan angka ini akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun

2030 jika penduduk Indonesia tidak merubah gaya hidupnya.

Di Riau khususnya kota pekanbaru diketahui terdapat 6.018 pasien dengan

penyakit Diabetes Mellitus pada tahun 2007 berdasarkan data yang diperoleh dari

RSUD Arifin Achmad. Diruang Murai II RSUD Arifin Achmad pada tahun 2009

penyakit Diabetes Mellitus menduduki peringkat keempat terbanyak dengan jumlah

pasien sebanyak 122 orang setelah febris (401 orang), dispepsia (298 orang), dan GE

(126 orang).

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa penderita Diabetes Mellitus

yang pernah rawat inap dan rawat jalan di RSUD Arifin Ahmad memilki angka yang

cukup besar. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya angka morbiditas dan

mortalitas setiap tahun akibat penyakit Diabetes Mellitusterutama jika penyakit

1

Page 2: Makalah Seminar Dm

Diabetes Mellitusini tidak dapat dikendalikan dan tidak dikontrol secara teratur

(Handayani, 2010)

Meningkatnya angka prevalensi dari penyakit Diabetes Mellitus yang dapat

diperparah dengan adanya komplikasi yang dapat diakibatkan oleh kontrol yang buruk

terhadap penyakit Diabetes Mellitus itu sendiri. Komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita Diabetes Mellitus dalam jangka waktu yang singkat adalah hipoglikemi,

ketiasidosis, dan infeksi fungal. Sedangkan komplikasi dalam jangka waktu yang lama

adalah retinophaty, neprophaty, neurophaty, gangguan pada system sirkulasinya, dan

amputasi (International Diabetes Federation, 2009).

Oleh karena selalu meningkatnya angka prevalensi Diabetes Mellitus di

Indonesia khususnya di RSUD Arifin Achmad provinsi Riau serta banyaknya

komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat adanya kontrol yang buruk terhadap

penyakit tersebut, membuat kelompok tertarik untuk mempelajari asuhan keperawatan

pada klien dengan Diabetes Mellitus dan Selulitis di ruang Murai II RSUD Arifin

Achmad provinsi Riau.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang ada

adalah :

1. Apa pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan

medis dan pemeriksaan diagnostik serta laboratorium Diabetes Mellitus?

2. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penderita Diabetes

Mellitus?

3. Bagaimana rencana asuhan keperawatan dan intervensi yang tepat pada

penderita Diabetes Mellitus?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

serta penatalaksanaan medis dan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium

Diabetes Mellitus.

2. Mampu membuat diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penderita

Diabetes Mellitus.

2

Page 3: Makalah Seminar Dm

3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan dan intervensi yang tepat pada

penderita Diabetes Mellitus.

4. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan keperawatan dan

intervensi yang tepat pada penderita Diabetes Mellitus.

5. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes

Mellitus.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam memahami Diabetes

Mellitus

2. Melatih mahasiswa dalam membuat kasus dan penyelesainnya mulai dari

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

3

Page 4: Makalah Seminar Dm

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Diabetes Mellitus

A. Definisi

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan

Suddart, 2006). Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit sistemik kronik yang

ditandai dengan adanya defisiensi insulin atau penurunan kemampuan tubuh dalam

menggunakan insulin (Black & Hawks, 2005). Pengertian lain menyebutkan, Diabetes

Mellitus adalah penyakit endokrin yang ditandai dengan adanya hiperglikemia atau

kenaikan kadar glukosa dalam darah dan kelainan metabolik serta komplikasi jangka

panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Isselbacher,

Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, & Kasper, 2000).

Glukosa secara normal bersirkulasi dalam darah pada jumlah tertentu. Glukosa

dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi, sementara insulin merupakan suatu

hormon yang diproduksi di pankreas, berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa

dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannnya (Smeltzer & Bare,

2001).

B. Klasifikasi

Diabetes dibedakan atas beberapa tipe, klasifikasi Diabetes yang utama antara

lain sebagai berikut:

a) Diabetes Mellitus Tipe I

DM tipe I merupakan Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent

Diabetes Mellitus) atau IDDM. Kurang lebih 5%-10% dari penderita Diabetes

mengalami DM tipe I ini. Pada DM tipe I sel-sel beta pankreas yang

menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun sehingga tidak ada

insulin yang dihasilkan oleh tubuh penderitanya. Akibatnya, penyuntikan

insulin merupakan satu-satunya cara untuk mengontrol kadar glukosa dalam

darah. DM tipe I ditandai awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia <30

tahun. Selain itu, penderita biasanya bertubuh kurus saat terdiagnosis.

4

Page 5: Makalah Seminar Dm

Komplikasi yang sering terjadi yaitu ketoasidosis diabetik, yang jarang terjadi

pada DM tipe II (Smeltzer & Bare, 2001).

b) Diabetes MellitusTipe II

Diabetes Mellitustipe II merupakan Diabetes Mellitustidak tergantung insulin

(Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau NIDDM. Kurang lebih 90%-

95% penderita mengalami DM tipe II ini. Diabetes Mellitustipe II terjadi akibat

penurunan sensitivitas terhadap insulin/resistensi insulin atau akibat penurunan

jumlah produksi insulin. Diabetes tipe II pada awalnya diatasi melalui diet dan

latihan. Akan tetapi, jika kadar glukosa darah tetap tinggi penanganannya

dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral atau bahkan penyuntikan insulin.

Diabetes tipe II paling sering ditemukan pada indivisu yang berusia >30 tahun

dan obesitas. Komplikasi yang biasanya terjadi adalah sindrom hiperosmolar

nonketotik, sedangkan ketoasidosis jarang terjadi kecuali jika klien dalam

keadaan stres ataupun menderita infeksi (Smeltzer & Bare, 2001).

c) Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes tipe ini biasanya terjadi selama kehamilan pada trimester kedua atau

ketiga. Diabetes gestasional terjadi akibat adanya hormon disekresikan oleh

plasenta dan berefek dengan menghambat kerja insulin.

C. Etiologi

1. DM tipe 1

a) Faktor genetik

Diabetes diturunkan secara genetik pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA (Human Leucocyte Antigen) DR3 atau DR4. Individu yang memiliki

salah satu antigen ini mempunyai risiko terkena DM sebesar 3-5 kali.

b) Faktor imunologi

Adanya respon autoimun dimana antibodi menyerang jaringan normal tubuh.

Autoimun terjadi pada sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen sehingga

terjadi pengahancuran sel-sel beta pankreas.

5

Page 6: Makalah Seminar Dm

c) Faktor lingkungan

Adanya virus atau toksin yang memicu proses autoimun sehingga

mengakibatkan destruksi sel-sel beta pankreas (Smeltzer & Bare, 2001).

2. DM tipe 2

a) Obesitas

Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dan dalam sel target

insulin di seluruh tubuh. Obesitas sentral (penumpukan lemak didaerah

abdominal, bukan lemak subkutan) diketahui sebagai faktor predisposisi

terjadinya resistensi terhadap insulin, ini berkaitan dengan pengeluaran

hormon yang disebut adipokines (merusak toleransi glukosa). Pasien dengan

obesitas daerah abdominal kira-kira 55% diantaranya didiagnosa menjadi DM

Tipe 2.

b) Riwayat keluarga

Pada dekade terakhir tipe ini terus berkembang dan telah mempengaruhi

anak-anak dan remaja.

D. Patofisiologi

1. DM tipe 1

Terjadinya kerusakan atau destruksi sel-sel beta pankreas akibat proses

autoimun sehingga pankreas tidak menghasilkan insulin/defisiensi insulin.

Akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat (hipergilkemia). Apabila kondisi

hiperglikemia ini terjadi dalam jangka waktu yang lama dan cukup parah maka

ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring sehingga

glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan

dieksresikan ke dalam urine, maka akan terjadi pengeluaran cairan dan elektrolit

yang berlebihan (diuretik osmotik) akibat sifat glukosa yang menahan cairan. Hal

ini menyebabkan peningkatan jumlah urine ketika klien berkemih (poliuria) dan

rasa haus akibat kekurangan cairan (polidipsia).

Selain itu, klien akan mengalami peningkatan selera makan (polifagia)

akibat menurunnya simpanan kalori dan dapat menimbulkan kelelahan serta

6

Page 7: Makalah Seminar Dm

kelemahan. Lebih lanjut lagi akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan

peningkatan produksi badan keton yang dapat mengganggu keseimbangan asam-

basa. Alhasil terjadi ketoasidodis yang ditandai dengan adanya nyeri abdomen,

mual-muntah, hiperventilasi dan napas bau aseton yang apabila tidak diatasi dapat

menyebabkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

2. DM tipe 2

Masalah utama DM tipe 2 adalah terjadinya resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin. Normalnya insulin akan berikatan dengan reseptor khusus pada

permukaan sel, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan transport

glukosa menembus membran sel ke dalam sel. Pada pasien dengan Diabetes tipe 2

terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptornya. Hal ini terjadi

akibat berkurangnya jumlah reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Ada

3 tahap abnormalitas pada DM tipe 2 ini, pertama glukosa plasma tetap normal

meskipun terlihat resistensi insulin karena adanya mekanisme kompensasi tubuh

berupa hipersekresi insulin. Kedua resistensi insulin cenderung memburuk

sehingga meskipun kadar insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam

bentuk hiperglikemia setelah makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak

berubah, tetapi sekresi insulin menurun yang menyebabkan hiperglikemia puasa

dan Diabetes yang nyata (Copstead & Banasik, 2005).

7

Page 8: Makalah Seminar Dm

WOC DIABETES MELITUS

Faktor genetik Faktor imunologi Faktor lingkungan

Kerusakan sel pankreas bawaan dari lahir Perubahan fungsi imun Virus & toksik memicu perubahan fungsi imun

Antibodi merusak jaringan normal tubuh (pankreas)

Gangguan fungsi pankreas

Penurunan produksi insulin

Gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak

Ambilan glukosa katabolisme protein meningkat lipofisis meningkat

Hiperglikemi asam amino kehilangan nitrogen asam lemak bebas ↑

glikogenesis gliserol meningkat ketoagenesis

kehilangan cairan glukosa darah glukosa sel ↓ glukosuria ketoanemia

penebalan membran nutri sel ↓ diaresis osmotik hipotensi ketoasidosis dasar vaskuler

sel lapar poliuria, polidipsi shockketonuria pernapasan

disfungsi endotel disfungsi endotel oksigen keotak ↓ kusmauli mikrovaskuler makrovaskuler & nafas bau

kematian aseton mikro angiopati

8

Peningkatan suhu tubuh

Gangguan nutrisi

Page 9: Makalah Seminar Dm

aterosklerosis neuropati retinopati netropati perifer oklusi

katarak GFR kondisi syaraf PJK mikroangiospati penyempitan pembuluh darah otak

kesemutan GGKMCI penyakit pemb. darah kapiler stroke

Ulkus tidak sembuh Gangren

9

Pola nafasTidak efektif

MK: gangguan rasa nyaman nyeri

Resiko cidera- intoleran aktifitas- pola eliminasi

Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit MK: MK: Resiko tinggi infeksi

Intervensi: Pantau TTV Pantau intake-output Observasi keadaan kulit

dan mukosa Kolaborasi berikan

terapi cairan sesuai indikasi

Intervensi: Kaji nyeri, catat lokasi,

karakteristik, derajat nyeri (skala 1-10),. Laporkan perubahan nyeri dengan tepat

Pertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler

Berikan pilihan tindakan nyaman, dorong teknik relaksasi, dan aktivitas hiburan

Intervensi: Cuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan pasien Anjurkan klien untuk

meningkatkan intake nutrisi Pantau TTV Kolaborasi berikan antibiotik

sesuai indikasi

Page 10: Makalah Seminar Dm

E. Manifestasi klinis

1. Diabetes Tipe I

a. Hiperglikemia saat berpuasa.

b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia dan polifagia.

c. Gejala-gejala lain termasuk keletihan dan kelemahan.

d. Ketoasidosis diabetik (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala-gejala

nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, jika tidak segera ditangani

akaan berlanjut pada perubahan tingkat kesadaran, koma dan kematian

(Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2006).

2. Diabetes Tipe II

a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.

b. Gejala-gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah

tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit dengan kesembuhan yang

lambat, infeksi vaginal, atau penglihatan kabur (jika kadar gula darah sangat

tinggi).

c. Komplikasi jangka panjang jira Diabetes tidak terdeteksi dalam waktu

selama beberapa tahun (mis. penyakit mata, neuropati perifer, penyakit

vaskuler perifer) yang mungkin telah terjadi sebelum diagnosa aktual

ditetapkan (Smeltzer & Bare, 2001).

F. Komplikasi

1. Komplikasi Akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka

pendek dalam glukosa darah, antara lain:

a) Hipoglikemi

Adalah keadaan dimana kadar gula darah kurang dari 60mg/dl atau kurang dari

80mg/dl dengan gejala klinis.

b) Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Ketoasidosis diabetika merupakan kondisi dekompensasi metabolik akibat

defisiensi insulin absolute atau relatif dan merupakan komplikasi akut yang

serius. Ketoasidosis juga dapat dialami penderita non DM yang mendapat 10

Page 11: Makalah Seminar Dm

terapi dilantin dengan dosis tinggi, suntikan intravena diaksosida, atau

kortikosteroid dalam dosis tinggi. Gambaran klinis utama KAD berupa

hiperglikemia, ketosis, asidosis metabolik, ketonuria, poliuria, polidipsi,

pernapasan kussmaul, nyeri otot skelet dan perut.

c) Sindrom Hiperglikemi Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)

Biasanya merupakan penyulit DM tipe II. Merupakan sindrom dehidrasi berat

karena diuresis hiperglikemik berkepanjangan pada keadaan pasian tidak dapat

minum cukup air untuk mengatasi kehilangan cairan melalui urine. Biasanya

pada pasien lanjut usia, stroke yang memperburuk hiperglikemia dan

menghalangi asupan air yang cukup.

2. Komplikasi Kronis

Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan. Komplikasi kronis

yang terjadi adalah:

a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar)

1) Sirkulasi koroner (penyakit jantung koroner)

2) Vaskular serebral (penyakit serebrovaskuler seperti CVA)

3) Vaskular perifer (penyakit pambuluh darah tungkai)

b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil)

1) Retinopati (penyakit mata): retinopati samar, makulopati, retinopati pra-

proliferatif, retinopati proliferatif, katarak, glukoma.

2) Nefropati: penyakit yang mengenai ginjal yaitu pada nefron ginjal yang

dapat menyebabkan gangguan pada filtrasi glomerulus dan mendukung

terjadinya gagal ginjal.

3) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta

menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.

11

Page 12: Makalah Seminar Dm

G. Penatalaksanaan

1. Diet

Tinggi karbohidrat, rendah lemak dan tinggi serat atau tinggi KH, tinggi asam

lemak: lemak tidak jenuh berikatan tunggal.

a. Tujuan umum penatalaksanaan diet

1) Mencapai dan mempertahankan kepada mendekati kadar

normal

2) Kadar normal

3) Mencegah komplikasi akut atau kronik

4) Meningkatkan kualitas hidup

b. Prinsipnya

1) Cukup kalori untuk mencapai dan mempertahankan

kadar normal.

2) Perhatikan adanya komplikasi

3) Cukup vitamin dan mineral

c. Komposisi diet

1) Karbohidrat : 60-70 %

2) Protein : 10-15 %

3) Lemak : 20-25 %

4) Kolesterol : < 300 mg/hr

d. Penentuan kebutuhan kalori per hari:

1) Kebutuhan basal

– Laki-laki: BB ideal × 30 kalori

– Perempuan : BB ideal × 25 kalori

2) Penyesuaian

– Umur > 40 tahun: - 5%

– Aktivitas ringan (duduk-duduk, nonton): + 10%

– Aktivitas sedang (kerja kantoran, perawat): + 20%

– Aktivitas berat (olahragawan): + 30%

– Berat badan gemuk: -20%

– Berat badan lebih: -10%12

Gambar 2. Komplikasi Diabetes pada aliran darah perifer dan saraf perifer

Page 13: Makalah Seminar Dm

– Berat badan kurus: +20%

3) Stres metabolik (infeksi, operasi): + 30% (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,

Simadibrata, & Setiati, 2006).

2. Olahraga / latihan jasmani

Efeknya: terlalu banyak insulin akan menurunkan produksi glukosa hati dan

menurunkan lipofisis sehingga menurunkan cadangan tenaga yang diperlukan.

Apabila insulin dalam jumlah yang cukup/sedikit berkurang, olahraga menurunkan

glukosa darah akibat pemakaian yang meningkat dan perbaikan dalam glikogenolisis

hati. Latihan jasmani dilakukan 3-4 x/minggu yang sesuai dengan CRIPE

(Continouse, Rhythmical, Interval, Progresis, Endurance training).

3. Obat-obatan

Obat-obat antidiabetik oral:

a. Golongan sulfonilurea: untuk meningkatkan produksi hormon insulin.

b. Alfa glukosidose inhibiti, contohnya: glibenclamid.

c. Inusulin sensitizing agent untuk memperbaiki sensitivitas hormon insulin,

contohnya: actrapid.

A. Penatalaksanaan

Pemberian antibiotik yang tepat (penicillin, penicillinase-resistant penicillin,

erytliromycin, cephalosporin).

Nyeri lokal dapat dihilangkan dengan kompres dingin.

Analgesik (aspirin, acetaminophen dan lain-lain), mungkin juga membantu

menghilangkan nyeri.

Infeksi anerob, gunakan antibiotik yang tepat secara sistemik.

Bila disertai dengan fasutis akibat infeksi Streptokokus, diperlukan tindakan

"debridement" segera.

B. Pemeriksaan diagnostik

1. Gula darah meningkat : 200-1000 mg/dl atau

lebih.

13

Page 14: Makalah Seminar Dm

- Glukosa darah sewaktu

- Kadar glukosa darah puasa

- Tes toleransi glukosa

Pemeriksaan Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar glukosa darah

sewaktu

• Plasma vena

• Darah kapiler

Kadar glukosa darah

puasa

• Plasma vena

• Darah kapiler

< 100

<80

<110

<90

100-200

80-200

110-120

90-110

>200

>200

>126

>110

2. Aceton plasma : positif secara mencolok

3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol

4. Osmolalitas serum : <330 mOs/dl

5. Elektrolit

a. Natrium : meningkat / menurun

b. Kaium : Normal/meningkat

c. Fosphor : lebih sering meninggi

d. GDA : biasanya menunjukkan pH rendah

dan menurun pada HCO3 dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

e. Darah :

1) Trombosit darah : H+ mungkin meninggi (dehidrasi)

2) Ureum kreatinin: meningkat atau normal

3) Insulin darah

Pada tipe I mungkin menurun atau tidak ada.

Pada tipe II mungkin normal.

f. Urin

14

Page 15: Makalah Seminar Dm

1) Gula dan aseton (+), berat jenis menurun.

2) Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi saluran

kemih.

C. Asuhan Keperawatan

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot

menurun gangguan tidur/istirahat.

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas latergi/disorientasi, koma.penurunan kekuatan otot.

2. Sirkulasi

Gejala : Ada nya riwayat hipertensi : IMA

Kebas, kesemutan pada ektremitas

Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda : Takikadia

Perubahan tekanan darah postural : hipertensi

Nadi yang menurun/tak ada.

Disritmia

Krekels, DVJ (GJK)

Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung

3. Integritas ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain

Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsangan

4. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliurea), nokturnal

Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi) ISK

baru/berulang nyeri tekan abdomen

Diare

15

Page 16: Makalah Seminar Dm

Tanda : Urine encer, pucat,kuning,poliuria (dapat berkembang menjadi

oliguri/anuria, jika terjadi hipovolemik berat)

urine berkabut, bau busuk infeksi abdomen keras, adanya asites

bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)

5. Makanan/cairan

Gejala : Hilang nafsu makan

Mual/muntah

Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat

penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu

Penggunaan diuretik (tiazid)

Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek

Kekakuan/distensi abdomen, muntah

Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan

peningkatan GD)

Bau buah (nafas aseton)

6. Neurosensori

Gejala : Pusing /pening

Sakit kepala

Kesemutan, kebes kelemahan pada otot, parastesia

Gangguan penglihatan

Tanda : Disorientasi: mengantuk, latergi, stupor/koma (baru, masa lalu)

kacau mental

Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma)

Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen tegang/nyeri (sedang/berat)

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati

16

Page 17: Makalah Seminar Dm

8. Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk/dengan tanpa sputum purulen

(tergantung adanya infeksi/tidak)

Tanda : Lapar udara

Batuk,dengan/tampa sputum purulen (infeksi)

Frekuensi pernafasan meningkat

9. Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : demam, diaporosis

Kulit rusak, lesi, ulserasi

Parasetia/paralysis

Menurunnya kelemahan umum/rentang gerak.

10. Seksualitas

Gejala : Rebas vagina (cendrung infeksi)

Masalah impotensi pada pria, kesulitan organisme pada wanita.

11. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor risiko pada keluarga ,DM, penyakit jantung, stroke,

hipertensi, penyembuhan yang lambat

Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid), dilantin dan

penobarbital dapat meningkatkan kadar glukosa darah

D. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes antara lain

sebagai berikut:

1. Risiko kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral,

anoreksia.

3. Risiko infeksi b/d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada

sirkulasi infeksi pernapasan yang ada sebelumnya atau ISK.

17

Page 18: Makalah Seminar Dm

4. Perubahan sensori-persepsi b.d ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit.

5. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi:

status hipermetabolik/infeksi.

6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan.

7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d

kurangnya informasi, kesalahan interpretasi informasi.

E. Intervensi Keperawatan

No.Diagnosa

keperawatan

Tujuan dan

kriteria hasil

Intervensi

KeperawatanRasional

1 kekurangan

volume cairan

b.d

ketidakseimban

gan antara

intake dan

output

Setelah dilakukan

tindakan selama

4×6 jam,

diharapkan

volume cairan

tubuh klien

adekuat.

Kriteria hasil:

TTV dalam

rentang

normal.

Turgor kulit

baik.

Tidak ada

tanda-tanda

dehidrasi.

Mandiri:

Dapatkan riwayat

pasien terdekat

sehubungan dengan

lamanya intensitas

dari gejala muntah,

pengeluaran urin yang

sangat berlebihan.

Pantau tanda-tanda

vital, catat adanya

perubahan TD

ortostatik.

Pantau pernapasan

seperti adanya

pernapasan kusmaul

atau berbau keton.

Membantu dalam

memperkirakan

kekurangan volume

total, tanda dan gejala

mungkin sudah ada

pada bebrapa waktu

sebelumnya.

Hipovolemik dapat

dimanifestasikan oleh

hipotensi dan

takikardia.

Paru-paru

mengeluarkan asam

karbonat melalui

pernapasan yang

menghasilkan

kompensasi alkalosisi

respiratorik terhadap

18

Page 19: Makalah Seminar Dm

Pantau frekuensi dan

kualitas pernapasan,

penggunaan otot bantu

pernapasan dan

adanya periode apnea

dan munculnya

cianosis.

Pantau suhu, warna

kulit dan

kelembabannya.

Kolaborasi:

Berikan terapi cairan

sesuai indikasi, seperti

normal salin dengan

atau tanpa dekstrosa.

Pasang/pertahankan

kateter urin tetap

terpasang.

keadaan ketoasidosis,

Koreksi

hiperglikemia dan

asidosis akan

menyebabkan pola

dan frekueansi

pernapasan

mendekati normal

Meskipun demam,

menggigil dan

diaphoresis

merupakan hal umum

terjadi pada infeksi,

demam dengan kulit

yang kemerahan,

kering mungkin

sebagai cerminan dari

dehidrasi.

Tipe dan jumlah dari

cairan tergantung

pada derajat

kekurangan cairan

dan respon pasien

secara individual.

Memberikan

pengukuran yang

tepat/akurat terhadap

pengukuran haluaran

19

Page 20: Makalah Seminar Dm

urin terutama jika

neuropati otonom

menimbulkan

gangguan kandung

kemih.

2 Perubahan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh b.d

penurunan

masukan oral,

anoreksia.

Setelah dilakukan

tindakan selama

4×6 jam,

diharapkan

kebutuhan nutrisi

klien adekuat.

Kriteria hasil:

BB dalam

batas normal.

Edema (-).

Hasil

laboratorium

dalam nilai

normal.

Mandiri:

Timbang berat badan

tiap hari.

Tentukan program

diet dan pola makan

klien bandingkan

dengan makanan yang

dapat dihabiskan oleh

klien.

Auskultasi bising

usus, catat adanya

nyeri abdomen/ perut

kembung, mual,

muntahan makanan

yang belum sempat

dicerna, pertahankan

keadaan puasa sesuai

indikasi.

Identifikasi makanan

yang

disukai/dikehendaki

temasuk kebutuhan

etnik/kultural.

Memberikan

informasi tentang

kebutuhan diet.

Mengidentifikasikan

kekurangan dan

penyimpangan dari

kebutuhan terapeutik.

Hiperglikema dan

gangguan

keseimbangan dan

cairan elektrolit dapat

menurunkan motilitas

fungsi lambung yang

akan mempengaruhi

pilihan intervensi.

Jika makanan yang

disukai klien dapat

dimasukkan dalam

perencanaan

makanan, kerjasama

20

Page 21: Makalah Seminar Dm

Libatkan keluarga

klien pada

perencanaan makanan

ini sesuai dengan

indikasi

Kolaborasi:

Pemeriksaan gula

darah dengan finger

stick.

Pantau pemeriksaan

ini dapat diupayakan

setelah pulang.

Meningkatkan rasa

keterlibatannya,

memberikan

informasi pada

keluarga untuk

memahami kebutuhan

nutrisi klien.

Analisa ditempat

tidur terhadap gula

darah yang lebih

akurat (menunjukkan

keadaan saat

dilakukan

pemeriksaan)

daripada memantau

gula dalam urin

(reduksi urin) yang

tidak cukup akurat

untuk mendeteksi

fluktuasi kadar gula

darah dan dapat

dipengaruhi oleh

ambang ginjal klien

secara individu atau

adanya retensi urin

(gagal ginjal).

Gula darah akan

21

Page 22: Makalah Seminar Dm

laboratorium, seperti

glukosa darah.

menurun perlahan

dengan penggantian

cairan dan terapi

insulin terkontrol.

3 Risiko tinggi

infeksi b.d kadar

glukosa tinggi.

Setelah dilakukan

tindakan selama

4×6 jam,

diaharapkan

risiko infeksi

tidak terjadi.

Kriteria hasil:

TTV dalam

rentang

normal.

Tidak ada

tanda-tanda

infeksi.

Tidak ada

pengeluaran

pus.

Tidak terjadi

demam.

Mandiri:

Observasi tanda-tanda

infeksi dan

peradangan seperti

demam, kemerahan,

adanya pus atau luka,

sputum purulent, urine

warna keruh atau

berkabut.

Tingkatkan upaya

pencegahan dengan

melakukan cuci

tangan yang baik pada

semua orang yang

berhubungan dengan

klien termasuk klien

sendiri.

Berikan perawatan

kulit dengan teratur

dan sungguh-

sungguh,masase

tulang yang tertekan.

Berikan lingkungan

Klien mungkin masuk

dengan infeksi,

biasanya telah

mencetuskan keadaan

ketoasidosis atau

dapat mengalami

infeksi nosokomial.

Mencegah timbulnya

infeksi silang.

Sirkulasi perifer bisa

terganggu yang

menempatkan klien

pada peningkatan

risiko terjadinya

kerusakan pada kulit

iritasi dan infeksi.

Meningkatkan

22

Page 23: Makalah Seminar Dm

tenang dan istirahat.

Anjurkan untuk

makan dan minum

adekuat (kira-kira

3000 ml/hari).

Kolaborasi:

Pemeriksaan kultur

dan sensitivitas sesuai

indikasi.

Kolaborasi dalam

pemberian obat

antibiotik yang sesuai.

relaksasi dan

membantu

menurunkan ansietas.

Menurunkan

kemungkinan

terjadinya infeksi,

meningkatkan aliran

urine.

Mengidentifikasi

organism sehingga

dapat

memilih/memberikan

terapi antibiotik yang

terbaik.

Penanganan awal

dapat membantu

mencegah timbulnya

sepsis.

23

Page 24: Makalah Seminar Dm

BAB III

PENGKAJIAN

A. INFORMASI UMUM

Nama : Ny. S Umur : 46 th

Tanggal lahir : 17-8-1966 Jenis Kelamin : perempuan

Suku bangsa : Sunda Tanggal masuk : 31-12-2012

Tanggal pengkajian : 8-1-2013 Dari/rujukan : RS Teluk Kuanta

Diagnosa medik : DM tipe II No. MR : 78 94 58

B. ALASAN MASUK

Klien masuk dengan keluhan sakit kepala, batuk, dan nafas sesak. Klien mengatakan

nafas mulai sesak sejak 3 hari yang lalu, klien mengeluh badan terasa bengkak dan kepala

pusing.

C. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan pusing, mual, lemas dan nyeri pada luka yang ada di kaki sebelah kiri.

D. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA

Klien telah menderita DM ±2 tahun yang lalu. Sekitar 4 bulan yang lalu klien dibawa ke

RS PMC untuk dioperasi pada kaki sebelah kiri. Luka ini terjadi karena digigt nyamuk

kemudian bengkak, bernanah, dan memerah tiba-tiba berair dan berbau busuk, pada saat

itu gula darah klien mencapai 600. Sekitar sebulan yang lalu klien diopersi lagi dengan

keluhan yang sama di RS Teluk Kuantan dan kemudian dirujuk ke RS Arifin Ahmad

untuk proses penyembuhan.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit DM.

24

Page 25: Makalah Seminar Dm

F. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda vital:

TD : 100/70 mmHg Suhu : 37,3˚C

Nadi : 82 x/mnt Pernafasan : 22 x/mnt

Tinggi badan : 150 cm Berat badan : ±60 kg

I. Kepala

Rambut: panjang/pendek/tanpa rambut/kotor/mudah rontok/gatal-gatal

Lain-Lain: rambut klien berwarna hitam, pendek sebahu dan rambut bersih, tidak

rontok dan tidak gatal.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Mata: ikterik/midriasis/pakai kacamata/kontak lens/gangguan penglihatan

Lain-Lain: konjungtiva tidak anemis, mata tidak mengalami gangguan dan tidak

memakai kaca mata.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Hidung: perdarahan/sinusitis/gangguan penciuman/malformasi/terpasang NGT

Lain-Lain: hidung tidak ada mengalami gangguan dan tidak terpasang NGT

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Mulut: kotor/bau/terpasang ETT/gudel/perdarahan/lidah kotor/gangguan

pengecapan

25

Keterangan:

: Perempuan meninggal

: Laki-laki meninggal

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

46

Page 26: Makalah Seminar Dm

Lain-Lain: mulut tidak terpasang ETT dan tidak ada gangguan pengecapan dan

tampak bersih

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Gigi: gigi palsu/kotor/kawat gigi/karies/tidak ada gigi

Lain-Lain: gigi klien bersih dan tidak memakai gigi palsu

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Telinga: perdarahan/terpasang alat bantu dengar/infeksi/gangguan pendengaran

Lain-Lain: tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada infeksi.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

II. Leher: pembesaran KGB, kaku kuduk, terpasang trakeostomi/JVP

Lain-Lain: tidak ada kaku kuduk dan tidak terpasang trakeostomi, JVP: 3 cm

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

III. Dada

Inspeksi: bentuknya simetris tidak ada lesi.

Palpasi: tidak ada massa, taktil premitus kanan=kiri, tidak ada nyeri tekan,

Perkusi: tidak ada kelainan

Auskultasi: bunyi nafas bronkovesikuler di IC3 dan IC4.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

IV. Tangan: utuh/luka/lecet/sianosis/capillary refill > 3 detik/clubbing

finger/dingin/fraktur/edema

Lain-Lain: terpasang infus NaCl 0,9% pada tangan kanan,tangan klien kering da

mengelupas, CRT <3 detik.

Masalah keperawatan: kekurangan volume cairann, risiko infeksi

V. Abdomen

Inspeksi: perutnya simetris dan terpasang kateter

Palpasi: tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi: tidak ada kelainan

26

Page 27: Makalah Seminar Dm

Auskultasi: bising usus 10x/i

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

VI. Genitalia: perdarahan/terpasang kateter/trauma/malformasi/menstruasi/infeksi

Lain-Lain: terpasang pemper’s

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

VII. Kaki: fraktur/edema/malformasi/luka/infeksi/keganasan/sianosis/dingin

Lain-Lain: terdapat luka, terpasang balutan dan kulit kering.

Masalah keperawatan: resiko infeksi dan kekurangan cairan elektrolit

VIII. Punggung: lordosis/kiposis/skoliosis/dekubitus/infeksi

Lain-Lain: punggung normal dan tidak ada kelainan.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik

a) Laboratorium serum (3-1-2013)

– Glukosa : 131 mg/dl (N: 70-125 mg/dl)

– Albumin : 1,5 gr/dl (N: 3,5-5,0)

b) Hematologi (18-10-2010)

– Hb : 8,1 gr/dl (N: 12-14 gr/dl)

Medikasi/obat-obatan yang diberikan saat ini

– Ranitidin 2x1 ampul

– Parasetamol 3x1

– Infus NaCl 0,9% 20 tetes/mnt

– Insulin pagi dan sore

27

Page 28: Makalah Seminar Dm

Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output

2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka pada kaki

3. Risiko infeksi b.d peningkatan kadar glukosa dalam darah dan penurunan fungsi

insulin.

.

Pekanbaru, 19-10-2010

Mahasiswa

28

Page 29: Makalah Seminar Dm

ANALISA DATA

Data yang dikaji Etiologi Masalah keperawatan

Data subjektif :

- Klien mengatakan sering

BAK (1500 ml)

- Klien mengatakan sedikit

minum air putih

- Klien mengatakan lemah

dan sedikit pusing

Data objektif :

- Klien tampak pucat dan

lemah

- Tangan klien tampak

terpasang infus NaCl 0,9 %

- Klien terpasang kateter

Defisiensi insulin

Penurunan pemakaian

glukosa oleh sel

hiperglikemia

glikosuria

osmotik diuresis

poliuria

kekurangan volume

cairan

Kekurangan volume cairan

Data subjektif :

- Klien mengatakan nyeri

pada bagian yang luka dan

berdenyut-denyut

- Klien mengatakan susah

bergerak.

- Klien mengatakan lemah

pada kaki yang luka.

Data objektif :

- Kaki kiri klien tampak luka

dari mata kaki sampai lutut

- Klien tampak grlisah dan

mengeluh sakit

- Klien terdengar meringis

Terputusnya kontinuitas jaringan

Pelepasan mediator kimia (bradikinin, serotonin,

histamin, prostaglandin)

Merangsang ujung-ujung saraf bebas

Stimulus ke medulla spinalis melalui radiks

dorsalis

Talamus

Korteks serebri

Gangguan rasa nyaman

nyeri

29

Page 30: Makalah Seminar Dm

- Saat duduk, klien dibantu

oleh keluarga

Persepsi nyeri

Gangguan rasa nyaman

nyeri

Data subjektif :

- Klien mengatakan ada luka

pada bagian kaki kiri

- Klien takut lukanya tambah

parah

- Klien mengatakan ia

menderita DM sejak 2

tahun yang lalu

Data objektif :

- Glukosa : 131 mg%

- Albumin : 1,5 gr/dl

- Ada pus pada tepi luka

- Luka tampak merah dan

sudah mulai kering

- Ada benjolan pada tepi luka

- Luka berdiameter 25 cm

Defisiensi insulin

hiperglikemia

glukosa sel turun

penebalan membran dasar

vaskuler

disfungsi endotel

mikrovaskuler

neuropati perifer

resiko infeksi

Risiko infeksi

30

Page 31: Makalah Seminar Dm

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S Nama Mahasiswa : Liana Asnita

Ruang : Murai II NIM : 1111113960

No. M.R : 78 94 58

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output

Tujuan:

Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume cairan pada klien dapat teratasi.

Kriteria hasil:

- Klien tidak mengalami kekurangan cairan

- Klien dapat mempertahanka

1. Awasi masukan dan haluaran urin yang berlebihan.

2. Observasi tanda-tanda vital secara teratur.

3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit..

4. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan dan adanya periode apnea dan munculnya

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit.

Hipovolemik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi

Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekueansi pernapasan mendekati normal.

31

Page 32: Makalah Seminar Dm

n atau meningkatkan masukan caiaran.

sianosis.

5. Pantau suhu, warna kulit dan kelembabannya

6. Berikan terapi cairan sesuai indikasi, seperti normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.

Meskipun demam, menggigil dan

diaphoresis merupakan hal umum

terjadi pada infeksi, demam dengan

kulit yang kemerahan, kering mungkin

sebagai cerminan dari dehidrasi

Tipe dan jumlah dari cairan tergantung

pada derajat kekurangan cairan dan

respon pasien secara individual..

2. Gangguan rasa

nyaman: nyeri b.d luka

pada kaki

Tujuan:

Diharapkan setelah

dilakukan tindakan

keperawatan nyeri

pada klien dapat

diatasi

Kriteria hasil:

- Klien

melaporkan

- Kaji nyeri, catat lokasi,

karakteristik, derajat nyeri

(skala 1-10),. Laporkan

perubahan nyeri dengan tepat

- Pertahankan tirah baring

dengan posisi semi fowler

- Berikan pilihan tindakan

nyaman, dorong teknik

Perubahan pada karakteristik nyeri

menunjukan terjadinya peritonitis/

abses, memerlukan evaluasi medik dan

intervensi

Membantu meminimalkan nyeri karena

gerakan

Meningkatkan relaksasi dan pasien

dapat memfokuskan perhatian dapat

32

Page 33: Makalah Seminar Dm

nyeri hilang atau

terkontrol

- Klien tampak

rileks dan

mampu istirahat

dengan tepat

relaksasi, dan aktivitas hiburan meningkatkan koping

3. Resiko Infeksi

berhubungan dengan

kadar glukosa yang

tinggi dalam darah,

penurunan fungsi

leukosit

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

3x24 jam

diharapkan

tercapainya proses

penyembuhan luka.

Kriteria Hasil:

- Berkurangny

a oedema sekitar

luka.

- Pus dan

jaringan

berkurang

-

benar : membersihkan luka

secara abseptik menggunakan

larutan yang tidak iritatif,

angkat sisa balutan yang

menempel pada luka dan

nekrotomi jaringan yang mati.

-

proses penyembuhan.

-

dapat menjaga kontaminasi luka dan

larutan yang iritatif akan merusak

jaringan granulasi tyang timbul, sisa

balutan jaringan

-

dan proses penyembuhan akan

membantu dalam menentukan

tindakan selanjutnya. nekrosis dapat

menghambat proses granulasi.

33

Page 34: Makalah Seminar Dm

- Adanya

jaringan

granulasi.

- Bau busuk

luka berkurang.

- Tidak ada

tanda-tanda

infeksi

-

pemberian insulin,

pemeriksaan kultur pus

pemeriksaan gula darah

pemberian anti biotik.

Insulin akan menurunkan kadar gula

darah, pemeriksaan kultur pus untuk

mengetahui jenis kuman dan

antibiotik yang tepat untuk

pengobatan, pemeriksaan kadar gula

darahuntuk mengetahu perkembangan

penyakit.

34

Page 35: Makalah Seminar Dm

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny. S

Diagnosa Medis : Dm tipe II

Ruang Rawat : Murai II

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Ttd

8-1-2013 Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output

- Mengkaji masukan dan keluaran urin

yang berlebihan.

- Memantau tanda-tanda vital secara

teratur, hasil :

TD :120/80 mmHg

N :97 x/mnt

S :36˚C

RR :18 x/mnt.

- Mengkaji warna kulit dan membran

mukosa, penurunan turgor kulit

- Mengkaji suhu, warna kulit, dan

Subjektif

- Klien mengatakan sering BAK

(1500 ml)

- Klien mengatakan sedikit minum

air putih

- Klien mengatakan lemah dan

sedikit pusing

Objektif :

- Klien tampak pucat dan lemah

- Tangan klien tampak terpasang

infus NaCl 0,9 %

- Klien terpasang kateter

35

Page 36: Makalah Seminar Dm

kelembapannya

- Mengkaji terapi cairan sesuai indikasi

dan kolaborasi dengan dokter

.

Analisa: Defisit volume cairan masih

terjadi

Planning: Intervensi dilanjutkan

8-1-2013 Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan

dengan luka pada kaki

- Mengkaji lokasi nyeri, karakteristik,

derajat nyeri (skala 1-10), laporan

perubahan nyeri yang tepat

- Mempertahankan tirah baring dengan

posisi semi fowler

- Memberikan tindakan yang nyaman,

teknik relaksasi, dan nafas dalam

- Menciptakan lingkungan yang

nyaman

Subjektif :

- Klien mengatakan nyeri pada

bagian yang luka dan berdenyut-

denyut

- Klien mengatakan susah bergerak.

- Klien mengatakan lemah pada

kaki yang luka.

Objektif :

- Kaki kiri klien tampak luka dari

mata kaki sampai lutut

- Klien tampak grlisah dan

mengeluh sakit

- Klien terdengar meringis

- Saat duduk, klien dibantu oleh

keluarga

Analisa: Masalah gangguan rasa nyaman

36

Page 37: Makalah Seminar Dm

nyeri teratasi sebagian

Planning: Intervensi dilanjutkan.

8-1-2013 Risiko infeksi b.d

peningkatan kadar

glukosa dalam darah,

penurunan fungsi

leukosit

- Mengobservasi tanda-tanda infeksi

dan peradangan, seperti demam,

kemerahan, adanya pus pada luka,

sputum purulen, urin berwarna keruh

dan berkabut

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah

beriinteraksi dengan klien

- Mempertahankan teknik aseptik saat

melakukan perawatan luka

- Mengkaji kedalaman luka

- Mengajarkan klien dan keluarga untuk

merawat luka yang tepat

- Menganjurkan untuk makan dan

minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika

Subjektif:

- Klien mengatakan ada luka pada

bagian kaki kiri

- Klien takut lukanya tambah parah

- Klien mengatakan ia menderita

DM sejak 2 tahun yang lalu

Objektif:

- Glukosa : 131 mg%

- Albumin : 1,5 gr/dl

- Ada pus pada tepi luka

- Luka tampak merah dan sudah

mulai kering

- Ada benjolan pada tepi luka

- Luka berdiameter 25 cm

- Klien tampak berkeringat

Analisa: Masalah risiko infeksi sistemik

belum teratasi

Planning: Intervensi dilanjutkan

37

Page 38: Makalah Seminar Dm

tidak ada kontraindikasi.

9-1-2013 Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output

- Mengkaji masukan dan keluaran urin

yang berlebihan.

- Memantau tanda-tanda vital secara

teratur, hasil :

TD :120/80 mmHg

N :97 x/mnt

S :36˚C

RR :18 x/mnt.

- Mengkaji warna kulit dan membran

mukosa, penurunan turgor kulit

- Mengkaji suhu, warna kulit, dan

kelembapannya

- Mengkaji terapi cairan sesuai indikasi

dan kolaborasi dengan dokter

Subjektif

- Klien mengatakan sering BAK

(1500 ml)

- Klien mengatakan sedikit minum

air putih

- Klien mengatakan lemah dan

sedikit pusing

Objektif :

- Klien tampak pucat dan lemah

- Tangan klien tampak terpasang

infus NaCl 0,9 %

- Klien terpasang kateter

.

Analisa: Defisit volume cairan masih

terjadi

Planning: Intervensi dilanjutkan

9-1-2013 Gangguan rasa nyaman

nyeri berhubungan

dengan luka pada kaki

- Mengkaji lokasi nyeri, karakteristik,

derajat nyeri (skala 1-10), laporan

perubahan nyeri yang tepat

Subjektif :

- Klien mengatakan nyeri pada

bagian yang luka dan berdenyut-

38

Page 39: Makalah Seminar Dm

- Mempertahankan tirah baring dengan

posisi semi fowler

- Memberikan tindakan yang nyaman,

teknik relaksasi, dan nafas dalam

- Menciptakan lingkungan yang

nyaman

denyut

- Klien mengatakan susah bergerak.

- Klien mengatakan lemah pada

kaki yang luka.

Objektif :

- Kaki kiri klien tampak luka dari

mata kaki sampai lutut

- Klien tampak grlisah dan

mengeluh sakit

- Klien terdengar meringis

- Saat duduk, klien dibantu oleh

keluarga

Analisa: Masalah gangguan rasa nyaman

nyeri teratasi sebagian

Planning: Intervensi dilanjutkan.

9-1-2013 Risiko infeksi b.d

peningkatan kadar

glukosa dalam darah,

penurunan fungsi

leukosit

- Mengobservasi tanda-tanda infeksi

dan peradangan, seperti demam,

kemerahan, adanya pus pada luka,

sputum purulen, urin berwarna keruh

dan berkabut

Subjektif:

- Klien mengatakan ada luka pada

bagian kaki kiri

- Klien takut lukanya tambah parah

- Klien mengatakan ia menderita

39

Page 40: Makalah Seminar Dm

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah

beriinteraksi dengan klien

- Mempertahankan teknik aseptik saat

melakukan perawatan luka

- Mengkaji kedalaman luka

- Mengajarkan klien dan keluarga untuk

merawat luka yang tepat

- Menganjurkan untuk makan dan

minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika

tidak ada kontraindikasi.

DM sejak 2 tahun yang lalu

Objektif:

- Glukosa : 131 mg%

- Albumin : 1,5 gr/dl

- Ada pus pada tepi luka

- Luka tampak merah dan sudah

mulai kering

- Ada benjolan pada tepi luka

- Luka berdiameter 25 cm

- Klien tampak berkeringat

Analisa: Masalah risiko infeksi sistemik

belum teratasi

Planning: Intervensi dilanjutkan

40

Page 41: Makalah Seminar Dm

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini perawat akan membahas kesesuaian antara tinjauan teoritis dan tinjauan

kasus pada klien dengan Diabetes Mellitusdi ruangan murai II RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang perawat temukan di ruangan

Murai II pada tanggal 8-9 Januari 2013. Pembahasan ini dibuat dengan langkah proses

keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan

evaluasi.

A. Pengkajian

Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan ananda dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien. Di dalam melakukan pengkajian ananda tidak

menemukan kesulitan yang berarti, hal ini disebabkan karena mendapatkan dukungan

dari pasien dan keluarga dimana pasien dan keluarga bersedia memberi keterangan serta

kooperatif dalam setiap tindakan.

Dari hasil pengkajian didapatkan data-data bahwa klien mengalami Diabetes

tidak terkontrol dengan kadar glukosa pada pengkajian awal 131 mg/dl. Menurut

keterangan klien, dia telah menderita DM selama 2 tahun yang lalu dan kaki kirinya telah

dioperasi sejak 4 bulan yang lalu. Dari hasil wawancara klien didapatkan bahwa tidak ada

anggota keluarga klien yang pernah menderita DM selain klien sendiri.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan= 150 cm, dan berat badan

diperkirakan 60 kg. Jika dihitung dari berat badan ideal klien melebihi nilai ideal dan

dapat digolongkan obesitas. Hal ini sesuai dengan Smeltzer & bare (2001), yang

menyatakan salah satu faktor penyebab DM adalah obesitas. Obesitas dapat menurunkan

jumlah reseptor insulin dan dalam sel target insulin di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan

oleh adanya pengeluaran hormon yang disebut adipokines (merusak toleransi glukosa).

Pasien dengan obesitas kira-kira 55% diantaranya didiagnosa menjadi DM Tipe 2.

Selain itu, dari hasil pemeriksaan fisik dan wawancara juga didapatkan bahwa

kondisi fisik klien lemah, adanya riwayat operasi pada kaki kiri, sedikit bengkak,

memerah seperti semangka, dan sedikit bernanah dibagian tepi. Gejala-gejala ini sesuai

dengan teori yang menyatakan bahwa gejala DM mencakup keletihan, mudah

41

Page 42: Makalah Seminar Dm

tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit dengan kesembuhan yang lambat,

memerah, dan bernanah.

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang dapat diangkat pada Ny. S dari hasil pengkajian adalah:

1) Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output

2) Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka pada luka

3) Risiko infeksi b.d peningkatan kadar glukosa dalam darah dan penurunan

fungsi leukosit

Ketiga diagnosa di atas disusun berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan

pada Ny. S. Dari ke-tiga diagnosa di atas terdapat 1 diagnosa yang sesuai dengan teori

yang telah disebutkan pada bab sebelumnya yaitu diagnosa ke-1

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam intervensi keperawatan adalah

buku karangan Marilyn E Doenges dan buku keperawatan lainnya yang disesuaikan

dengan keadaan klien dan situasi serta kondisi yang ada di ruang rawat Murai II.

Adapun rencana untuk diagnosa pertama “ kekurangan volume cairan

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan output ”

1. Awasi masukan dan haluaran urin yang berlebihan.

2. Observasi tanda-tanda vital secara teratur.

3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit..

4. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan dan

adanya periode apnea dan munculnya sianosis.

5. Pantau suhu, warna kulit dan kelembabannya

6. Berikan terapi cairan sesuai indikasi, seperti normal salin dengan atau tanpa

dekstrosa.

Rencana intervensi untuk diagnosa kedua “Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka

pada kaki “ adalah:

1. Pantau/ catat karakteristik nyeri (lokasi, intensitas,durasi, skala) catat laporan

verbal dan nonverbal terhadap nyeri.

2. Monitor tanda-tanda vital, catat peningkatan suhu.

42

Page 43: Makalah Seminar Dm

3. Lakukan kompres hangat pada eksteremitas yang mengalami inflamasi.

4. Berikan tindakan kenyamana, seperti pijatan dan masase atau berikan posisi yang

nyaman.

5. Anjurkan klien untuk melakukan teknin relaksasi nafas dalam.

6. Berikan analgesik sesuai instruksi.

1. Bantu penuhi kebutuhan klien.

Rencana intervensi untuk diagnosa kedua “Risiko infeksi b.d peningkatan kadar

glukosa dalam darah dan penurunan fungsi leukosit ” adalah:

1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya

pus pada luka, sputum purulen, urin berwarna keruh dan berkabut.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah beriinteraksi ke klien.

3. Pertahankan teknik aseptik saat melakukan perawatan luka.

4. Auskultasi bunyi napas.

5. Bantu penuhi kebutuhan klien .

6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika tidak ada

kontraindikasi.

7. Berikan antibiotik yang sesuai.

Pada hari ke-2 kelolan, tidak ditemukan adanya permasalahan baru dan

melanjutkan diagnosa yang ada.

D. Implementasi

Pelaksanaan implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan

adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga klien dengan perawat dalam

melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah disusun

sebelumnya.

Untuk implementasi diagnosa pertama “kekurangan volume cairan berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara intake dan output “ adalah:

- Mengkaji masukan dan keluaran urin yang berlebihan.

- Memantau tanda-tanda vital secara teratur, hasil :

TD :120/80 mmHg

N :97 x/mnt

S :36˚C

RR :18 x/mnt.

43

Page 44: Makalah Seminar Dm

- Mengkaji warna kulit dan membran mukosa, penurunan turgor kulit

- Mengkaji suhu, warna kulit, dan kelembapannya

- Mengkaji terapi cairan sesuai indikasi dan kolaborasi dengan dokter

Pelaksanaan implementasi di atas dapat dilakukan sendiri secara keseluruhan.

Tidak ada hambatan yang ditemukan kelompok selama pelaksanaan implementasi di

atas.

Implementasi diagnosa kedua “ Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka pada kaki”

adalah:

- Mengkaji lokasi nyeri, karakteristik, derajat nyeri (skala 1-10), laporan perubahan

nyeri yang tepat

- Mempertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler

- Memberikan tindakan yang nyaman, teknik relaksasi, dan nafas dalam

- Menciptakan lingkungan yang nyaman

Pelaksanaan implementasi untuk diagnosa kedua di atas dapat dilakukan oleh

sendiri secara keseluruhan. Selama pelaksanaan implementasi diagnosa kedua di atas,

kelompok tidak menemukan hambatan apapun.

Implementasi diagnosa ketiga “ Risiko infeksi b.d peningkatan kadar glukosa

dalam darah dan penurunan fungsi leukosit” adalah:

- Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan,

adanya pus pada luka, sputum purulen, urin berwarna keruh dan berkabut

- Mencuci tangan sebelum dan sesudah beriinteraksi dengan klien

- Mempertahankan teknik aseptik saat melakukan perawatan luka

- Mengkaji kedalaman luka

- Mengajarkan klien dan keluarga untuk merawat luka yang tepat

- Menganjurkan untuk makan dan minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika tidak ada

kontraindikasi.

Semua implementasi di atas dapat dilakukan dengan baik. Tidak ada hambatan

yang ditemui selama pelaksanaan implementasi tersebut. Jadi, secara keseluruhan dapat

melakukan implementasi dengan baik.

E. Evaluasi

Evaluasi yang telah dilakukan adalah evaluasi sumatif yang mana dilakukan setiap

hari setelah tindakan keperawatan dilaksanakan yang diuraikan dalam bentuk SOAP, dari

44

Page 45: Makalah Seminar Dm

3 diagnosa yang ditegakkan terdapat 1 diagnosa yang belum teratasi yaitu ” Risiko infeksi

b.d peningkatan kadar glukosa dalam darah dan penurunan fungsi leukosit”. Sedangkan 2

diagnosa lainnya dapat teratasi sebagian yaitu “Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d proses

lika pada kaki” dan “kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan

output”.

45

Page 46: Makalah Seminar Dm

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Diabetes Mellitus

di ruangan murai II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru maka dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemeriksaan dan diagnosis kasus ini dapat diterima dan sesuai dengan literatur

yang ada.

2. Faktor penyebab/risiko terjadinya DM pada Ny. S adalah obesitas.

3. Mengatasi masalah yang ditemukan pada klien perlu direncanakan beberapa

tindakan keperawatan dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai sesuai

dengan prioritas masalah.

4. Tidak semua klien dengan Diabetes Mellitus mengalami masalah kaki dengan

ulkus, tapi klien dapat juga mengalami gangguan lain.

5. Implementasi dalam hal ini menerapkan rencana tindakan yang nyata pada klien

sesuai dengan perencanaan yang disusun. Hubungan perawat dengan klien yang

terbuka terutama dalam mengadakan kontrak kerja tindakan selama melakukan

atau melaksanakan pekerjaan sehingga memudahkan perawat untuk mengadakan

pendekatan untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan.

B. Saran

1. Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar bisa melaksanakan secara tepat

dan benar, sehingga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan

penanganannya lebih cepat.

2. Bagi perawat evaluasi dapat dilakukan secara berkesinambungan dan diharapkan

agar perawat ruangan lebih memaksimalkan SOP yang sudah ada dan lebih

bersikap caring dan menggunakan komunikasi terapeutik kepada pasien dan

keluarga.

46

Page 47: Makalah Seminar Dm

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing: Clinical management for

positive outcomes. (7th ed). Vol.2. Missouri: Elsevier Saunders.

Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Copstead, L. C., & Banasik, J. L. (2005). Pathophysiology. (3th ed). Philadelphia: Elsevier

Saunders.

Doenges & Moorhouse. (1999). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian perawatan pasien. (ed. 2). Jakarta: EGC.

Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, & Kasper. (2000). Harrison: Prinsip-prinsip

ilmu penyakit dalam. (ed. 13). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2006). Buku ajar keperawatan medikal-bedah: Brunner &

suddart. edisi 8. Jakarta: EGC.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu

penyakit dalam. (ed. 4). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FK-UI.

47