Upload
abubakar-ali-abi-thalib
View
74
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
METODE DUA KOLOM UNTUK PEMBUKTIAN MATEMATIS
Kodirun, Drs., M.Pd.
Staff Pengajar FMIPA Universitas Haluoleo KendariMahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
Abstrak
Makalah ini menjelaskan tentang penggunaan dua kolom dalam pembuktian teorema atau konjektur dalam Struktur Aljabar. Metode dua kolom sudah sejak lama dikenal terutama untuk pembuktian dalam Geometri. Oleh karena pembuktian dua kolom ini berhasil dengan baik dalam proses pembuktian pada bidang Geometri maka penggunaannya dilebarkan ke bidang Struktur Aljabar. Kolom pertama berisi argumen yang berurut logis dari baris pertama hingga baris akhir yaitu kesimpulan, sedangkan kolom kedua (kanan) berisi alasan mengapa argumen itu ditulis.
Kata kunci: Pembuktian Matematis, Metode Dua Kolom.
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penalaran deduktif menggunakan logika, dan pernyataan yang telah diterima
kebenarannya, untuk mencapai suatu kesimpulan. Penalaran deduktif digunakan sebagai
dasar pada metode pembuktian matematis. Pembuktian adalah suatu proses meyakinkan
orang lain, yang mungkin seorang ahli atau pakar atau yang dianggap mempunyai
wewenang untuk memutuskan kebenaran suatu proses pembuktian, melalui demonstrasi
untuk menunjukkan bahwa pernyataan adalah benar.
Pembuktian dapat menggunakan informasi yang diberikan (informasi itu
haruslah benar), menggunakan definisi, menggunakan postulat, ekivalensi logis dan
tautologi, dan pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya. Pembuktian dapat ditulis
dalam bentuk paragraf, tetapi pada saat pembuktian diperkenalkan bentuk pembuktian
dua kolom biasanya digunakan untuk menyusun informasi itu. Pernyataan benar ditulis
pada kolom pertama. Suatu alasan yang menunjukkan kebenaran masing-masing
pernyataan ditulis pada kolom kedua.
II. PEMABAHASAN
II.1 BUKTI MATEMATIS
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
Suatu bukti adalah argumen logis yang membangun kebenaran dari pernyataan.
Argumen ini menurunkan kesimpulannya dari premis-premis, teorema lainnya, definisi,
dan akhirnya, postulat dari sistem matematis yang dijadikan dasar dari klaim. Bloch
(2000) mendefinisikan bukti matematis sebagai a convincing argument that starts from
the premises, and logically deduces the desired conclusion.
Para ahli matematika berbeda dalam memaknai bukti matematis. Namun
demikian perbedaan itu hanya karena beda sudut pandangnya saja. Krantz (2007)
menyatakan bahwa suatu bukti adalah alat retoris untuk meyakinkan orang lain bahwa
pernyataan matematis adalah benar atau valid. Sedangkan Stylianides (2007)
memberikan konsepsi pembuktian dengan lebih komprehensif yaitu bahwa pembuktian
adalah argumen matematis yang merupakan suatu urutan pernyataan yang diyakini
kebenarannya dengan karakteristik tertentu. Karakteristik ini meliputi (1) menggunakan
pernyataan yang kebenarannya diterima masyarakat matematika dan tanpa harus
memerlukan penjelasannya lanjutan, (2) menggunakan bentuk penalaran yang valid dan
dikenal oleh masyarakat matematika, dan (3) dikomunikasikan dengan bentuk yang
tepat dan dikenali oleh masyarakat matematika.
Cupillari (2005) mendefinisikan bukti sebagai a logical argument that
establishes the truth of a statement beyond any doubt. Matematika adalah sekumpulan
bukti-bukti. Huang (2005) mendefinisikan bukti matematis sebagai : suatu uraian yang
menyatakan bahwa suatu teorema telah dibuktikan secara deduktif dan logis dengan
menggunakan sifat geometris dan teori-teori atau operasi dari ekspresi aljabar.
Arsac (2007) mendefinisikan bukti matematika sebagai characterized by its
form, as a text which respects some precise rules. Lebih lanjut Arsac menyatakan bahwa
bukti matematis haruslah tertulis dan harus dipublikasikan agar dibaca oleh setiap
orang. Mitchell & Johnson (2008) mendefinisikan pembuktian sebagai a mathematical
proof is an argument that begins with a set of postulates or assumptions and proceeds to
a conclusion by agreed methods of argument.
Stylianides (2007) mendeskripsikan suatu konseptualisasi tentang arti dari
pembuktian di bidang matematika yang dapat diterapkan pada konteks kelas sebagai
berikut: Bukti adalah argumen matematis, sederetan pernyataan kebenarannya tidak
diragukan yang saling berhubungan yang sepakat atau tidak sepakat terhadap suatu
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
fakta matematis, dengan karakteristik:
1. Pembuktian menggunakan pernyataan yang dapat diterima oleh komunitas
matematika yang bernilai benar dan tanpa membutuhkan jastifikasi lebih lanjut;
2. Pembuktian menggunakan bentuk penalaran (modus argumentasi) yang valid dan
dikenal, atau dengan ketercapain konseptual, dalam komunitas matematika; dan
3. Pembuktian dikomunikasikan dengan bentuk ekspresi (modus representasi argumen)
yang sesuai dan dikenal, dengan pencapaian konseptual, dalam komunitas
matematika.
Proses pembuktian dipahami sebagai penyusunan argumen logis yang konsisten
berdasarkan kepada aksioma, definisi, dan teorema. Proses pembuktian juga merupakan
kegiatan yang berujung pada penemuan fakta matematis, membangun konjektur,
mengkonstruksi jastifikasi, termasuk eksplorasi, generalisasi, penalaran, argumentasi,
dan validasi.
Bukti matematis adalah prosedur atau deretan argumen matematis untuk
membuktikan kebenaran suatu implikasi matematis. Pembuktian matematis berbentuk
seperti di bawah ini, antara lain:
- Bukti langsung
- Bukti dengan kontraposisi
- Bukti dengan kontradiksi
Suatu bukti matematis merupakan argumen logis dengan asumsi yang
dinyatakan dengan teliti, pernyataan dengan menggunakan bahasa yang tepat dan
definisi, dan penalaran yang digunakan untuk mencapai kesimpulan yang valid. Ada
beberapa alasan mengapa matematikawan menggunakan bukti. Alasan utama adalah
untuk merasa yakin bahwa sesuatu itu adalah benar. Kedua adalah untuk menjelaskan
mengapa sesuatu itu adalah benar, walaupun tidak setiap bukti menunjukkan demikian.
Ketiga adalah alasan pedagogis. Keempat adalah bahwa bukti matematis adalah suatu
cara untuk mengkomunikasikan kepada orang lain suatu gagasan bahwa seseorang
percaya secara intuitif, tetapi orang lain dengan percaya (Bloch, 2000).
Berikut ini akan dijelaskan teknik pembuktian dengan cara langsung untuk
membuktikan teorema atau proposisi yang mempunyai bentuk pernyataan implikasi.
Teknik ini disebut teknik pembuktian langsung. Untuk menyederhanakan pembahasan,
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
contoh pertama akan melibatkan pembuktian pernyataan yang hampir nyata
kebenarannya. Dengan demikian pernyataan itu akan disebut sebagai proposisi dan
bukan teorema. Untuk memahami bagaimana teknik ini sesuai, misalkan proposisi itu
berbentuk “Jika P, maka Q.”
Proposisi ini berbentuk P Q. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa
pernyataan implikasi ini benar. Perhatikan tabel kebenaran pada Tabel 1. Tabel 1
menunjukkan bahwa jika P salah maka secara otomatis pernyataan P Q adalah benar.
Hal ini mengandung maksud bahwa jika kebenaran P Q akan ditunjukkan maka tidak
perlu ragu ketika situasi P salah karena pernyataan P Q otomatis akan benar pada
semua kasus. Jika P benar, maka perlu lebih hati-hati. Kondisi P benar akan memaksa Q
dalam keadaan benar, yang berarti bahwa baris kedua dari tabel di atas itu tak mungkin
terjadi.
Tabel 1.
Tabel Kebenaran Implikasi P Q.
P Q P Q
B B B
B S S
S B B
S S B
Garis besar penting untuk membuktikan pernyataan implikasi P Q
mulai dengan mengasumsikan bahwa P benar (kondisi P salah tidak perlu
dikhawatirkan karena kesimpulannya pasti salah) dan menunjukkan bahwa Q adalah
benar. Berikut ini garis besarnya cara kerjanya.
Tabel 2.
Garis Besar Pembuktian Langsung
Argumen Alasan
P Q. Proposisi
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
Bukti. Misalkan P....
Alasan 1Alasan 2 (dideduksi dari alasan 1)..
Maka Q. Kesimpulan ditarik dari proses penalaran logis pada baris-baris sebelumnya
Teknik penyusunan dari bukti langsung adalah sederhana. Baris pertama dari
pembuktian adalah kalimat “Misalkan P”. Baris terakhir adalah “Maka Q”. Antara baris
pertama dan baris terakhir berisi uraian logis, definisi dan fakta matematis untuk
mentransformasikan pernyataan P kepada pernyataan Q.
Seperti pembuktian langsung, teknik pembuktian kontraposisi digunakan untuk
membuktikan pernyataan implikasi dalam bentuk “Jika P, maka Q.” Walaupun sangat
mungkin untuk menggunakan pembuktian langsung, kadang perlu juga pembuktian
kontraposisi digunakan karena prosesnya menjadi lebih mudah. Untuk memahami
bagaimana pembuktian kontraposisi ini berlaku, misalkan proposisi dalam bentuk “Jika
P, maka Q” akan dibuktikan.
Bentuk pernyataan implikasi ini adalah P Q. Tujuannya adalah bahwa
proposisi ini benar. Perhatikan kembali bahwa P Q ekivalen logis terhadap ~Q ~P.
Perhatikan kembali tabel kebenaran sebelumnya pada pernyataan implikasi di atas untuk
dideskripsikan ulang di bawah ini.
Tabel 3.
Tabel Kebenaran untuk ~Q ~P.
P Q ~Q ~P P Q ~Q ~P
B B S S B B
B S B S S S
S B S B B B
S S B B B B
Sesuai dengan tabel di atas, pernyataan P Q dan pernyataan ~Q ~P adalah
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
beda dalam menuliskan hal yang sama persis. Untuk membuktikan P Q adalah benar,
adalah cukup untuk membuktikan ~Q ~P adalah benar. Jika kebenaran ~Q ~P
akan dibuktikan dengan pembuktian langsung maka kita akan mengasumsikan bahwa
~Q adalah benar dan menggunakannya untuk mendeduksikan bahwa ~P adalah benar.
Garis besar pembuktian dengan kontraposisi dapat ditampilkan seperti pada Tabel 5.
Teknik penyusunan dari kontraposisi adalah sederhana. Baris pertama adalah
kalimat “Misalkan Q tidak benar.” Baris terakhir adalah kalimat “Oleh karena itu P
tidak benar.” Antara baris pertama dan baris terakhir, logika dan definisi diisi dengan
transformasi pernyataan ~Q hingga pernyataan ~P.
Tabel 4.
Garis Besar Pembuktian Langsung
Argumen Alasan
P Q. Proposisi
Bukti. Misalkan ~Q.
.
Alasan 1
Alasan 2 (dideduksi dari Alasan 1)
.
Maka ~P. Kesimpulan ditarik dari proses penalaran logis pada baris-baris sebelumnya
Metode pembuktian dengan kontradiksi adalah salah satu dari beberapa metode
pembuktian matematis. Metode ini tidak terbatas pada pembuktian pernyataan
implikasi, ini dapat digunakan untuk membuktikan sebarang pernyataan. Gagasan dasar
dari metode ini adalah mengasumsikan bahwa pernyataan yang ingin dibuktikan itu
salah, dan kemudian menunjukkan bahwa asumsi ini mengakibatkan sesuatu yang tidak
mungkin. Kemudian kita dibimbing untuk menyimpulkan bahwa kita telah salah untuk
mengasumsikan bahwa pernyataan itu adalah salah, sehingga pernyataan itu seharusnya
adalah benar.
Pembuktian mulai dengan asumsi bahwa pernyataan awal P adalah salah, yaitu
bahwa ~P adalah benar, dan dari sini dideduksikan C ~C. Dengan kata lain, kita Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
membuktikan bahwa ~P benar dan memaksa C ~C menjadi benar, dan hal ini berarti
bahwa kita membuktikan bahwa pernyataan implikasi (~P) (C ~C) adalah benar.
Untuk melihat bahwa hal ini sama dengan membuktikan P adalah benar, perhatikanlah
tabel kebenaran untuk (~P) (C ~C). Perhatikan bahwa kolom P dan kolom (~P)
(C ~C) adalah tepat sama, sehingga secara logis P dan (~P) (C ~C) adalah
ekivalen.
Tabel 5.
Tabel Kebenaran untuk (~P) (C ~C).
P C ~P (C ~C) (~P) (C ~C)
B B S S B
B S S S B
S B B S S
S S B S S
Oleh karena itu, untuk membuktikan pernyataan awal P, cukuplah dengan
membuktikan pernyataan implikasi (~P) (C ~C). Cara pembuktian ini dapat
dilakukan dengan pembuktian langsung: asumsikan (~P) dan deduksikan (C ~C).
Inilah garis besar kerangka kerjanya.
Tabel 6.
Garis Besar Pembuktian Kontardiksi
Argumen Alasan
(~P) (C ~C) Proposisi
Bukti. Misalkan ~P....
Alasan 1Alasan 2 (dideduksi dari Alasan 1)..
Maka (C ~C). Kesimpulan ditarik dari proses penalaran logis pada baris-baris sebelumnya
Salah satu fitur yang agak membingungkan dari metode ini adalah bahwa kita
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
mungkin tidak tahu pada awal proses pembuktian yaitu apakah bentuk dari pernyataan
C itu. Dalam proses pembuktian ini, yaitu dalam tulisan coretan, Anda mengasumsikan
bahwa pernyataan ~P adalah benar, kemudian mendeduksikan pernyataan baru hingga
sampai pada kesimpulan C dan negasinya yaitu ~C.
Jika metode ini nampak membingungkan, coba kita lihat dengan cara seperti ini.
Pada baris pertama dalam pembuktian kita asumsikan bahwa ~P adalah benar, yaitu kita
mengasumsikan bahwa P adalah salah. Tetapi apabila P adalah sungguh-sungguh benar
maka hal ini kontradiksi dengan asumsi kita bahwa P adalah salah. Tetapi kita belum
membuktikan bahwa P adalah benar, sehingga kontradiksinya tidaklah jelas. Kita
gunakan logika untuk mentransformasikan kontradiksi yang tidak jelas ini menjadi
kontradiksi yang jelas dari (C ~C).
Berikut ini prosedurnya akan dijelaskan dengan menggunakan kontradiksi untuk
membuktikan pernyataan implikasi. Misalkan proposisi yang berbentuk “Jika P, maka
Q” akan dibuktikan. Sebenarnya, yang akan dibuktikan adalah pernyataan P Q adalah
benar. Pembuktian dengan kontradiksi mulai dengan asumsi bahwa ~(P Q) adalah
benar, yaitu bahwa P Q adalah salah. Tetapi bahwa P Q adalah salah berarti bahwa
P benar dan Q salah. Dengan demikian langkah pertama dalam proses pembuktian
adalah mengasumsikan P benar dan ~Q salah.
Tabel 7.
Garis Besar Pembuktian Pernyataan Implikasi dengan Kontardiksi
Argumen Alasan
Jika P, maka Q Proposisi
Bukti. Misalkan P dan ~Q....
Alasan 1Alasan 2 (dideduksi dari Alasan 1)..
Maka (C ~C). Kesimpulan ditarik dari proses penalaran logis pada baris-baris sebelumnya
Teknik baru ini akan diberi ilustrasi sebegai berikut. Proposisi “Jika ...,
maka ....” akan dibuktikan dengan teknik baru ini. Menurut garis besar, baris pertama
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
dari pembuktian adalah “Misalkan, sesuai dengan kontradiksi, bahwa ....”
II.2 ILUSTRASI
Sebagai contoh pertama, kita akan mencoba membuktian proposisi sederhana
dalam Aljabar Abstrak. Perhatikan proposisi di bawah ini.
Proposisi: G = {[ a b−b a]|a , b ,∈, tidak kedua−duanyanol} adalah grup dengan operasi
perkalian matriks.
Mari kita mecoba membuktikan proposisi di atas. Langkah pertama dalam
proses pembuktian adalah melengkapi garis besar proses pembuktian secara langsung.
Hal ini nampak seperti menggambar karena struktur dasar disketsakan terlebih dahulu.
Ada baris-baris kosong yang akan dibiarkan kosong untuk sementara waktu antara baris
pertama dan baris terakhir. Urutan kerangka kerja mengindikasikan langkah-langkah
yang akan Anda ambil untuk melengkapi ruang baris kosong dengan rantai penalaran
logis.
Tabel 8.
Proses Pembuktian Proposisi
Argumen Alasan
G = {[ a b−b a]|a , b∈tidak kedua−duanya nol} adalah grup dengan operasi perkalian
matriks.
Proposisi
Jika (G,*), maka G grup.
Misalkan A = [ a b−b a], dan B = [ c d
−d c ], dan C =[ g f−f g] unsur-unsur di G.
A* B = [ a b−b a] * [ c d
−d c ] = [ ac+b(−d) ad+bc(−b ) c+a (−d ) (−b)d+ac] = [ ac−bd ad+bc
−(ad+bc) ac−bd ] unsur
di G
Aksioma
D1.1, sifat
tertutup
{A * B} * C = ¿ * [ g f−f g] = ¿ =
[acg+b(−d) g+ad (−f )+bc (−f ) ¿¿ (−b ) cg+a (−d ) g+(−b )d (−f )+ac (−f )¿ (−b ) cf +a (−d ) f+ (−b ) dg+acg¿ ]
Aksioma
D1.2, sifat
asosiatif
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
= [ acg+ad (−f )+b(−d) g+bc (−f ) acf +b (−d ) f +adg+bcg(−a ) dg+ (−a ) cf +(−b ) cg+(−b ) d (−f ) ad (−f )+adg+bc (−f )+(−b)dg] =
[ a (cg+d (−f ) )+b( (−d ) g+c (−f )) a (cf +dg )+b( (−d ) f +cg)−b(cg+d (−f ))+a((−d ) g+c (−f )) −b (cf +dg )+a( (−d ) f +cg)] = [ a b
−b a]*
[ cg+d (−f ) cf +dg(−d ) g+c (−f ) (−d ) f +cg ] =
[ a b−b a] * {[ c d
−d c ]∗[ g f−f g]} =
A * {B * C}
Karena, [ a b−b a] * [1 0
0 1] = [ a b−b a], maka [1 0
0 1]adalah unsur identitas pada (G, *)Aksioma
D1.3, ada
unsur
identitas
[ a b−b a] * [ k l
−l k ] = [1 00 1]
*
[a −bb a ]
*
[ a b−b a]
*
[ k l−l k ]
= *
[a −bb a ]
[1 00 1]
[ a2+b2 ab−baab−ba a2+b2 ] *[ k l
−l k ] = * [1 00 1]
[1 00 1] *
[ k l−l k ] =
[a −bb a ]
Aksioma
D1.4,
setiap
unsur di G
ada
inversnya
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
[ k l−l k ] = [a −b
b a ]
[ k l−l k ]=[a −b
b a ] adalah unsur invers dari [ a b−b a] G.
Sehingga, G adalah grup. Kesimpul-
an dari
atas
Sebagai contoh kedua, kita akan mencoba membuktian proposisi sederhana
dalam Aljabar Abstrak. Perhatikan proposisi di bawah ini.
Proposisi: Misalkan G adalah grup dan misalkan a, b, c G. Maka setiap unsur
di G memiliki invers tunggal.
Tabel 9.
Bukti Proposisi dalam Bentuk Dua Kolom
Argumen Alasan
Jika a G, maka invers dari a adalah tunggal.
Proposisi
Bukti. Misalkan invers dari a adalah tidak tunggal.
Negasi dari invers setiap unsur di G adalah tunggal.
Yaitu, misalnya b dan c. Penafsiran ketidaktunggalan unsur invers dari a.
Sehingga, ab = e dan ac = e.Jadi, ab = ac.
D1.4
Jadi b = c. T2Maka, kesimpulan bahwa invers dari a G tidak adalah salah. Sehingga invers dari a G, adalah tunggal.
Kesimpulan ditarik dari proses penalaran logis pada baris-baris sebelumnya
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
Berikut ini adalah contoh ketiga. Kita akan membuktikan proposisi di bawah ini
dengan menggunakan kontradiksi.
Proposisi. Misalkan a = dan b = unsur-unsur di S3.
Maka (ab)-1 a-1b-1.
Proses pembuktian pernyataan implikasi di atas dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10.
Proses Pembuktian Proposisi di atas.
Argumen Alasan
Jika a = dan b =
unsur-unsur di S3, maka (ab)-1 a-1b-1.
Proposisi
Bukti. Misalkan a = dan b =
unsur-unsur di S3 dan tidak
benar bahwa (ab)-1 a-1b-1.
Negasi dari proposisi
= dan
=
Sehingga =
Manipulasi Aljabar terhadap permutasi
unsur di S3.
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
=
dan
Sehingga,
yang artinya (ab)-1 a-1b-1.
Maka, proposisi (ab)-1 a-1b-1 dan tidak
bahwa (ab)-1 a-1b-1 saling kontradiksi,
sehingga
Kesimpulan ditarik dari proses penalaran
logis pada baris-baris sebelumnya
III. PENUTUP
Bagaimana mahasiswa menggunakan ragam pembuktian tidaklah jelas, tetapi
proses yang hati-hati yang mulai dari membuat model pembuktian dua kolom hingga
untuk membuktikan soal pembuktian atau teorema atau konjektur dalam Aljabar
Abstrak membantu mahasiswa membangun konsep pembuktian model dua kolom.
Pembelajaran yang progresif melalui model pembuktian dua kolom menyumbang
pemahaman pemahaman terhadap materi tersebut.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Arsac, G. 2007. Origin of Mathematical Proof, History and Epistemology. Dalam Boero (ed.), Theorems in Schools: From history epistemology and cognition to classroom
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.
PROSIDING ISBN : XXX – XXX – XXXXX – X – X
practise, 27-42. Sense Publishers. Rotterdam/Taipe. ISBN 978-90-77874-21-9.
Bloch, E. D. 2000. Proofs and Fundamentals. A First Course in Abstract Matehamtics. Birkhäuser Boston, c/o Springer-Verlag New York, Inc., 175 Fifth Street Avenue, New York, NY 10010, USA. ISBN 0-8176-4111-4.
Cupillari, A. 2005. The Nuts and Bolts of Proofs. Third Edition. Elsevier Academic Press. 30 Corporate Drive, Suite 400, Burlington, MA 01813, USA. ISBN 13: 978-0-12-088509-1.
Krantz, S. G. (2007). The History and Concept of Mathematical Proof. [Online]. Tersedia: www. math .wustl.edu/~sk/eolss.pdf [11 Januari 2011].
Mitchell, J.C. & Johnson, M. (2008). Mathematical Proofs. Handout #35. CS103A. Robert Plummer. [Online]. Tersedia: http://www.stanford.edu/class/cs103a/handouts/35%20Mathematical%20Proofs.pdf [29 Januari 2011].
Stylianides, A. J. (2007). Proof and proving in schools mathematics. Journal for Research in Mathematics Education. Vol. 38 (3), 289-321.
Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika “Pengembangan Keterampilan Berpikir serta Pembinaan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika”. Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang, 07 April 2012.