17
1 Teknik Pengolahan Tulang Sapi Sebagai Produk Kerajian Oleh: Dwi Yunanto I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan adalah salah satu bidang pertanian yang menghasilkan komoditas daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta hasil sisa produksi. Daging sebagai salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin. Disamping itu, daging memiliki rasa dan aroma yang enak, sehingga disukai oleh hampir semua orang. Daging yang umum dikonsumsi berasal dari hasil pemotongan berbagai jenis ternak potong, antara lain ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau, ternak ruminansia kecil seperti domba, kambing, babi, dan kelinci serta berbagai jenis ternak unggas seperti ayam, itik, kalkun, dan lain-lain. Konsumsi daging sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 1998 sebesar 3.672.952 kg, tahun 1999 sebesar 3.458.792 kg turun 6,19% dari konsumsi tahun 1998. Konsumsi tahun 2000 sebesar 4.427.995 kg atau naik 27,89% dari konsumsi tahun 1999, tahun 2001 sebesar 4.417.825 kg atau turun 0,23% dari tahun 2000. Secara rata-rata konsumsi daging sapi di DIY naik 7,16% per tahun (BPS DIY, 2001). Konsumsi kebutuhan daging sapi menyebabkan peningkatan permintaan daging sapi, hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah sapi yang dipotong. 60(enam puluh) ekor sapi yang dipotong perhari di RPH atau rumah pemotongan hewan di Yogyakarta. Data tersebut belum termasuk yang berada di RPH resmi giwangan dan jetis serta rumah pemotongan hewan yang milik pribadi (Dinas Peternakan, 2011). Melihat sapi yang dipotong perhari maka betapa banyak tulang sapi yang dihasilkan dari beberapa RPH dijadikan satu menjadi rata-rata perbulan sangat besar tulang yang terbuang. Bagian tulang yang masih dapat jual antara lain bagian rusuk, iga, sekengkel, tulang ekor, ujung kaki depan dan belakang. Menurut data yang diperoleh sisa tulang sapi yang dihasilkan 20% dari karkas sapi begitu besar jumlah tulang yang dihasilkan (Natasasmita.1998). Hasil dari peternakan sapi bukan hanya menghasilkan daging semata tetapi hasil turunnya seperti 1)

Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bermacam teknik pengolahan tulang untuk kerajinan.

Citation preview

Page 1: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

1

Teknik Pengolahan Tulang Sapi Sebagai Produk Kerajian

Oleh: Dwi Yunanto

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peternakan adalah salah satu bidang pertanian yang menghasilkan komoditas

daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta hasil sisa produksi. Daging sebagai

salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap

dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin.

Disamping itu, daging memiliki rasa dan aroma yang enak, sehingga disukai oleh hampir

semua orang. Daging yang umum dikonsumsi berasal dari hasil pemotongan berbagai

jenis ternak potong, antara lain ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau, ternak

ruminansia kecil seperti domba, kambing, babi, dan kelinci serta berbagai jenis ternak

unggas seperti ayam, itik, kalkun, dan lain-lain.

Konsumsi daging sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 1998 sebesar

3.672.952 kg, tahun 1999 sebesar 3.458.792 kg turun 6,19% dari konsumsi tahun 1998.

Konsumsi tahun 2000 sebesar 4.427.995 kg atau naik 27,89% dari konsumsi tahun 1999,

tahun 2001 sebesar 4.417.825 kg atau turun 0,23% dari tahun 2000. Secara rata-rata

konsumsi daging sapi di DIY naik 7,16% per tahun (BPS DIY, 2001). Konsumsi

kebutuhan daging sapi menyebabkan peningkatan permintaan daging sapi, hal tersebut

menyebabkan meningkatnya jumlah sapi yang dipotong. 60(enam puluh) ekor sapi yang

dipotong perhari di RPH atau rumah pemotongan hewan di Yogyakarta. Data tersebut

belum termasuk yang berada di RPH resmi giwangan dan jetis serta rumah pemotongan

hewan yang milik pribadi (Dinas Peternakan, 2011). Melihat sapi yang dipotong perhari

maka betapa banyak tulang sapi yang dihasilkan dari beberapa RPH dijadikan satu

menjadi rata-rata perbulan sangat besar tulang yang terbuang. Bagian tulang yang masih

dapat jual antara lain bagian rusuk, iga, sekengkel, tulang ekor, ujung kaki depan dan

belakang. Menurut data yang diperoleh sisa tulang sapi yang dihasilkan 20% dari karkas

sapi begitu besar jumlah tulang yang dihasilkan (Natasasmita.1998). Hasil dari

peternakan sapi bukan hanya menghasilkan daging semata tetapi hasil turunnya seperti 1)

Page 2: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

2

Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket 2) Tulang, dapat diolah

menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan 3) Tanduk,

digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak

manfaat sapi bagi kepentingan manusia. Hasil dari peternakan sapi ternyata dapat

menghasilkan suatu alur industri dari industri hulu sampai industri hilir, dengan demikian

sangat potensial dan prospektif hasil yang diperoleh dari pemanfaatan sapi sebagai

komoditas industri.

Memang cukup besar nilai yang terdapat pada tulang sapi, pedagang menjual

dalam keadaan masih mentah. Tulang betis sapi yang terbuang akan menimbulkan

masalah ditempat pembuangan sampah setiap harinya. Banyaknya tulang betis yang

terbuang maka timbul keinginan untuk dapat memanfaatkan tulang betis sapi sebagai

salah satu komoditas dari kerajinan tulang. Pemanfaatan tulang sapi masih sebatas untuk

pembuatan gelatin, lem, bungkus kapsul dan bubuk campuran makanan ternak belum

semuanya tercover oleh industri hilir yang memanfaatkan tulang untuk keperluan industri

yang lain. Tulang betis yang tidak dapat dipergunakan sebagai komoditas lain, akan

dikerjakan oleh para pekerja seni untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan

elemen aksesoris.

Pemanfaatkan sisa limbah tulang betis sapi yang tidak terpakai maka dalam hal

ini peneliti akan mencoba untuk dapat memanfaatan/mengolah tulang sapi sebagai

salah satu komoditas yang dapat menghasilkan nilai tambah masih terbuka lebar.

Beberapa daerah yang sudah memanfaatkan tulang sapi sebagai komoditas kerajinan

adalah di daerah Tapaksiring di Bali memanfaatkan tulang sebagai komoditas yang

kerajian yang dapat menopang komoditas ekspor di luar negeri. Ukir tulang yang

dikerjakan oleh para pengrajin dapat menghasilkan barang kerajinan yang mempunyai

nilai seni dan nilai jual tinggi. Walapun ekspor tulang dari pulau bali belum maksimal

dibanding kerajinan peraknya, tetapi prospek kerajinan tulang sangat memberikan

peluang untuk bagi pengrajin. Melihat potensi yang ada pada tulang sapi, peneliti

berkeinginan untuk dapat meneliti tentang betis tulang sapi dapat dipergunakan sebagai

komoditas kerajinan. Produk dari tulang sapi dapat memberikan dampak diversifikasi

produk kerajinan akan dihasilkan produk kerajinan yang mempunyai nilai jual tinggi.

Hasil pemanfaatan tulang sapi dapat digunakan sebagai bahan untuk isian aksesoris

Page 3: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

3

produk fungsional seperti kaca frame, isian kotak dan aksesoris barang fungsional yang

lain. Peluang pasar masih terbuka lebar oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk

memberikan informasi kepada masyarakat bahwa tulang sapi dapat dimanfaatkan sebagai

karya kerajinan mempunyai nilai jual tinggi. Dengan memanfaatkan tulang sapi sebagai

salah satu produk kerajinan berarti akan membantu masyarakat membuka usaha baru dan

lapangan kerja dengan mengolah tulang sapi dan hasil kerajinan yang lain.

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah : bagaimana proses pengolahan dari tulang sapi

sebagai bahan komoditas, bagaimana proses pembuatan komoditas kerajinan berbahan

tulang sapi, bagaimana hasil uji kadar air dan hasi uji daya rekat tulang sapi.

Adapun tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknologi dan

pemanfaatan tulang sapi bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan tulang sapi

sebagai bahan komoditas, mengetahui proses pembuatan komoditas kerajinan berbahan

tulang sapi, mengetahui hasil uji kadar air dan hasil uji daya rekat tulang sapi.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai secara pribadi, diharapkan dapat

memberikan teknologi tepat guna serta mengembangkan kreatifitas tulang sapi sebagai

komoditas produk alternative, secara keilmuan, penelitian eksperimen ini diharapkan

bermanfaat bagi studio kulit dalam pengembangan produk, secara sosial, hasil penelitian

eksperimen dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pelaku pemanfaatan tulang

sapi, sebagai referensi pelengkap untuk pembelajaran seni maupun unit produksi di studio

kulit, dan bagi P4TK Seni dan Budaya adalah sebagai sumbangsih pemikiran tentang

pemanfaatan tulang sapi untuk memperkaya ide dan kreatifitas yang dapat menambah

apresiasi seni.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Merry Nursanti (2008) dengan judul Karakteristik

fisik dan mekanik tulang sapi jantan dengan variasi umur sebagai referensi desain

material implant dengan hasil Karakteristik mekanik yang penting untuk tulang adalah

kekuatan tarik, modulus elastisitas, dan ketangguhan. Sifat-sifat ini dapat diketahui

dengan melakukan pengujian tarik. Pengujian tarik ini dilakukan dengan

menggunakan mesin uji tarik (comten testing machine) dengan standar ASTM E-8.

Berhubung karakteristik tulang kelompok vertebrata hampir sama maka pengujian

Page 4: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

4

tulang diwakili dengan tulang sapi dengan alasan lebih mudah dijumpai. Pengujian ini

dilakukan terhadap tulang tungkai belakang sapi dengan variasi umur. Dari hasil

penelitian didapatkan nilai sifat mekanik pada pengujian tarik, harga kekuatan tarik

rata-rata untuk sampel dengan mengabaikan umur hidup adalah 159 MPa, harga

regangan rata-rata 0.11 mm/mm, harga modulus elastisitas rata-rata 1.5 GPa dan harga

ketangguhan rata-rata adalah 8.9 Joule.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wira Indrayani (2011) dengan judul Pengaruh berat

hidup terhadap kuat tarik tulang sebagai referensi desain dengan judul Tulang yang

digunakan adalah tulang tungkai belakang (metatarsus) sapi dari jenis sapi induk lokal

pesisir yang diinseminasi dengan sapi mental dengan rentang berat hidup 200 kg

sampai 500 kg. Karakteristik mekanik dilakukan dengan pengujian tarik menggunakan

mesin uji tarik (comten testing machine) dengan standar benda uji ASTM E-8

sedangkan karakteristik fisik diperiksa dengan mikroskop optik dengan perbesaran 200

kali. Pada pengujian ini didapatkan bahwa pengaruh berat hidup terhadap sifat

mekaniknya meningkat terhadap berat hidup yang meningkat. Kekuatan tarik ratarata

dengan nilai tertinggi didapatkan pada berat tertinggi (500 kg), yaitu 177,26 MPa.

Pada berat yang sama regangan tarik rata-rata bernilai 0,11 MPa, modulus elastisitas

rata-rata 1,61 GPa dan ketangguhan rata-rata 9,89 Mj/m3. Peningkatan kekuatan tarik

terhadap berat hidup ini dapat dijelaskan dengan struktur fisik yang diperoleh dari

pengamatan struktur mikro dan pengukuran massa jenis tulang.

II. KAJIAN TEORI

1. Tulang Sapi

Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh

dan berkembang sejak masa embrional. Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil

perkembangan dari sel-sel mesoderm. Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan

oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut

membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka.

Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (Yunani = kering) dalam melaksanakan

fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan ligamenta (pita pengikat).

Kerangka pada ternak termasuk dalam endoskeleton. Usaha sapi potong bertujuan

Page 5: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

5

menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga potongan daging yang

bisa dikonsumsi menjadi tinggi.

Menurut (Soeparno.1994) tulang pada dasarnya adalah sebuah jaringan

penghubung seperti kartilago yang terdiri atas sel-sel yang bertempat di lakuna dan

serat-serat kolagen. Dalam tulang biasanya hanya satu sel terdapat dalam tiap lakuna

dan berhubungan dengan yang lainnya, melalui serangkaian tulang yang melintasi

sebuah matriks yang banyak terdapat pada serat kolagen/zat albuminoid dan juga

diresapi garam-garam kalsium yang paling berlimpah. Matriks dan serat-serat kolagen

tersusun atas pelat-pelat pada jaringan ossein. Tetapi menurut (Wibowo, 2005) tulang

adalah jaringan keras dalam tubuh yang terdiri dari dua tipe jaringan yaitu jaringan

kompak dan bunga karang mengandung kolagen dalam jumlah yang hampir sama.

Warna tulang segar adalah putih kekuningan dan bila direbus akan menjadi putih

bersih. Tulang terdiri dari bahan organik dan anorganik sebagian besar bahan

anorganik, seperti : kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Sedangkan sisanya adalah

ion-ion seperti Mg,K,F,CI. Bahan-bahan anorganik dalam tulang berfungsi untuk

memberikan kekerasan pada struktur tulang. Menurut (Soeparno.1998) karkas adalah

bagian tubuh ternak hasil pemotongan setelah dihilangkan kepala, kaki bagian bawah

(carpus sampai tarsus), kulit, darah, organ dalam (jantung, hati paru-paru, limpa, saluran

pencernaan dan isi, saluran reproduksi). Sapi potong terdiri atas non karkas termasuk kulit

(38% Bobot Badan), lemak karkas (17%), Tulang karkas (10%) dan daging karkas (35%).

2. Fungsi Tulang

Hewan dan manusia mempunyai kemampuan bergerak dan berpindah tempat karena

adanya kerja sama antara tulang / rangka dan otot. Otot menempel dan

menghubungkan tulang dengan kulit. Otot mempunyai kemampuan untuk berkontraksi

sehingga dapat menggerakkan tulang dan kulit. Oleh karenanya, otot disebut alat gerak

aktif, sedangkan tulang disebut alat gerak pasif.

Page 6: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

6

3. Rangka & Tulang

Adapun fungsi diantaranya sebagai berikut penopang dan penunjang tegaknya tubuh,

memberi bentuk tubuh, melindungi alat-alat atau bagian tubuh yang lunak, alat gerak

pasif, tempat melekatnya otot-otot rangka, tempat pembentukan sel darah dan tempat

penyimpanan cadangan mineral berupa kalsium , fosfat dan lemak.

4. Teknik Pengolahan

Tulang sapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang betis, tidak semua

tulang dapat dipergunakan sebagai komoditas produk. Tulang betis sapi sebelum

digunakan terlebih dahulu diproses, adapun proses sebagai mana berikut:

a. Memotong bagian tulang, tulang betis yang terdiri dari dua bagian dipisahkan dari

bagian rapuh kedua(bonggol tulang) dan tulang keras.

b. Bagian tulang keras yang sudah terpotong dibelah menjadi 2 atau 3 bagian sesuai

dengan ukuran tulang yang diperlukan.

c. Tulang yang sudah dibelah 2 atau 3 bagian diamplas dengan amplas ukuran 60 cw,

tulang yang sudah dipotong-potong kecil kemudian diamplas dengan gerindra

hingga rata. Adapun bagian yang diamplas adalah bagian dalam dan ujung,

diamplas dengan rata dengan cara dibentuk sampai membentuk persegi.

Page 7: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

7

d. Potongan tulang dalam bentuk persegi direndam dalam larutan kimia H2O2 yang

dicampur dengan air selama 24 jam. Perendaman ini dimaksudkan untuk

membersihkan tulang dari kotoran dan membuat putuh tulang.

e. Potongan kulit yang sudah direndam selama 24 jam dicuci bersih dari kotoran yang

melekat kemudian dijemur pada terik matahari sampai betul-betul kering.

f. Setelah tulang sapi dijemur hingga kemudian tulang tersebut direbus kembali 2

(dua) kali dengan ditambah diterjen. Adapun maksud dari perebusan tersebut adalah

untuk memutihkan dan memperlicin tulang.

g. Potongan kulit setelah di rebus kemudian dikeringkan pada terik matahari hingga

kering.

Page 8: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

8

5. Proses Produksi

Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu

dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dengan menambah

kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi

adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa

dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Bahwa proses produksi merupakan

kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan

menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana

agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.

6. Kadar Air

Uji kadar air ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak kandungan air dari kulit

tersebut, sehingga kita dapat mengetahui apakah kulit tersamak tersebut kering atau

tidak, sebab apabila kandungan airnya berlebihan atau lembab, maka akan

mempengaruhi kualitas kulit, sebab kulit tersebut akan menjadi mudah rusak oleh

mikroorganisme (SNI 06-0644-1989).

7. Kekuatan Rekat

Adalah batas kekuatan maksimal suatu material untuk menerima tarikan yang dapat

ditahan sampai putus dari suatu contoh uji (SNI 12-0566-1989).

8. Metode

Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode eksperimen tentang

pengolahan tulang sapi dan identifikasi produk dari bahan tulang sapi. Sedangkan

teknik pengujian dengan menggunakan media tulang sapi yang masih mentah dan

tulang sapi yang sudah di proses untuk diketahui uji kadar air serta uji daya rekat lem.

Page 9: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

9

B. Disain Penelitian

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Sumber: Disarikan dari pemikiran penulis

Deskripsi:

1. Tulang sapi belum diolah

Pemanfaatan tulang sapi sebagai hasil samping dari komoditas daging dapat

dihasilkan produk turunanya dari tulang seperti pembuatan gelatin, lem, bungkus

kapsul dan bubuk tulang campuran makanan ternak dan barang kerajinan.Tulang

yang belum dimanfaatkan secara optimal yaitu pada bagian betis tulang sapi.

Bagian betis sapi adalah tulang yang paling kuat karena tulang tersebut berfungsi

sebagai penopang atau penyangga. Tulang betis dipilih karena mempunyai

struktur tulang yang paling padat dan kuat serta mudah dipotong.

2. Tulang sapi masih berbau dan kasar permukaan

Tulang sapi yang digunakan adalah tulang panjang pada bagian betis sapi.

Tulang betis yang terdiri bentuk dua bagian tulang rapuh dan tulang panjang

dipotong untuk dibuat sebagai komoditas kerajinan dari tulang.Tidak semua

tulang sapi dapat digunakan karena lebar, panjang dan luas tidak seimbang.

Tulang sapi masih

berbau dan kasar

permukaan

Tulang sapi

belum di olah

Pengolahan

tulang sapi

Pengujian

Laboratorium

Hasil Pengujian tulang

- Uji kadar air

- Uji daya rekat lem

Tulang sapi bisa digunakan sebagai

komoditas kerajinan

Page 10: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

10

3. Pengolahan tulang sapi

Selama ini pemanfaatan tulang sapi hanya sampai pada proses pemotongan, bau

dan pemotongan masih terlihat kasar . Agar didapatkan tulang sapi yang tidak

berbau dan kasar pada permukaannya serta bertahan lama dapat digunakan

sebagai komoditas produk kerajinan.

4. Pengujian Laboratorium

Maksud dari pengujian laboratorium ini ialah untuk mengetahui kandungan dan

substansi dari tulang sapi.

5. Hasil pengujian tulang sapi

Adapun pengujian mengunakan pendekatan fisis seperti uji kadar air pada tulang

dan uji kekuatan rekat tulang untuk diketahui berapa hasil kandungan air serta

kekuatan tarik lem.

6. Tulang sapi bisa digunakan sebagai komoditas kerajinan.

Pengujian tersebut di dengan mengunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan

metode ASTMD 1002. Setelah dilakukan beberapa eksperimen pengolahan tulang

sapi dan dilakukan pengujian serta di peroleh hasil pengujian tersebut. Hasil

analisis pengujian kadar air dan daya rekat lem yang diperoleh dikomparasi

dengan standar.

IV. PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI

A. Pengolahan Tulang Sapi

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah betis tulang sapi yang sudah

diproses menghasilkan berupa bentuk iratan atau persegi. Sebelum tulang sapi tersebut

digunakan terlebih dahulu harus diproses agar diperoleh tulang sapi yang siap di proses,

adapun maksud dari pengolahan untuk mengurangi aroma yang tulang tajam, membuat

tulang menjadi putih, pengawetan tulang dan memudahkan dalam perakitan.

B. Tulang Sapi

Bagian tulang sapi yang dapat dipergunakan untuk bagian aksesoris produk dari tulang

adalah pada bagian tulang panjang yaitu pada tulang betis. Tidak semua bagian tulang

dapat dipergunakan sebagai aksesoris produk,bagian yang diambil adalah bagian yang

lurus/datar bidangnya.Proses pengolahan tulang sapi terdiri dari langkah pemotongan

Page 11: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

11

pada bonggol tulang, membelah 2 atau 3 bagian dari betis tulang sapi, merapikan atau

menghaluskan hasil pembelahan tulang, setelah menjadi iratan tulang kemudian di cuci,

dijemur, dimasak dan dibersihkan sampai kering.

C. Hasil pembuatan komoditas kerajinan berbahan tulang sapi

Tulang sapi yang telah selesai diproses menjadi bentuk iratan siap pakai, tidak serta merta

langsung dipergunakan. Tulang sapi ini menjadi unsur atau komponen dari suatu produk

atau barang jadi, sehingga diperlukan frame atau media untuk membentuk produk.

Gambar 1. Album Foto Gambar 2. Kotak Perhiasan

D. Pengujian kadar air

Langkah kerja pengujian kadar air yang pada tulang sapi guna diketahui kandungan air

yang ada dengan cara: Hasil Uji Cara pengujian yang lakukan dalam analisa kadar air ini

adalah dengan mengambil sampel tulang sapi mentah dan tulang sapi masak, kemudian

memanaskan dalam oven dengan suhu sekitar 102°C selama 2 jam. Adapun kekurangan

dari cara pengujian ini antara lain bahan-bahan organik atau gas yang mudah menguap

akan ikut menguap sehingga mengurangi ketelitian. Sedangkan ketelitian dipengaruhi

oleh ruang pengering. Penggerakan udara di dalam pengering, tebal lapisan dan ukuran

contoh konstruksi alat dan jumlah bahan serta posisinya dalam alat pengering. Dari hasil

Page 12: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

12

perhitungan yang lakukan, mendapatkan kadar air dalam sampel tulang sapi mentah:

6,00% dan tulang sapi masak sebesar tersebut adalah sebesar 7,82%. Apabila

dibandingkan dengan SNI 06-0235-1989. Kadar air dalam tulang sapi mentah dan tulang

sapi masak tersebut belum melebihi ambang batas. Kadar air dalam tulang

mempengaruhi kelembaban tulang sapi tersebut. Semakin lembab atau banyak kadar

airnya, maka tulang sapi tersebut semakin mudah terserang oleh bakteri maupun jamur

yang merusak tulang sapi tersebut.

Tabel 4.1 Kadar air dalam kayu

No Jenis Kayu Kandungan air titik jenuh air

1. Sengon buto 25.82%

2. Karet 22.865%

3. Gmelina 79.91%

4. Sengon 23.615%

5. A. Mangium 38.99%

6. Sono Keling 29.855%

7. Angsana 18.255%

Sumber Penelitian: Apri Heri Iswanto, 2008.

Tabel 4.2 Hasil Uji tulang sapi

NO Macam Uji Kode Uji 1 Uji 2 Uji 3 Metode Uji 1 Kadar Air % Tulang sapi mentah

Tulang sapi masak

6,13

7,89

6,00

7,85

6,19

7,82

Ambang batas 18%

SNI 06-0644-1989

Hasil Uji: Melihat hasil uji pada kode untuk tulang sapi mentah daya serap air minimal

6,00 dan daya serap maksimal 6,19 hal ini dipengaruhi karena lapisan yang ada serta

email tulang yang melapisi masih ada sehingga daya serap air tidak maksimal.Untuk

tulang sapi masak mempunyai daya serap tinggi, hasil pengujian minimal 7,82 dan daya

serap maksimal 7, 89 dikarenakan karena lapisan yang menempel pada tulang sudah larut

sehingga pori-pori tulang terbuka sehingga daya serap air dapat maksimal. Dari hasil

pengujian kadar air dengan bahan tulang sapi mentah dan tulang sapi masak

dibandingkan dengan metode uji serta ambang batas yang dilakukan sesuai dengan SNI

Page 13: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

13

06-0644-1989 ternyata kadar air pada tulang sapi masih rendah dari ambang batas.

Apabila dibandingkan dengan Tabel 4.1 tulang sapi baik mentah dan masak kandungan

air yang ada pada kayu, kadar air yang ada pada tulang masih rendah. Dengan demikian

pemanfaatan tulang sapi yang sudah diproses dapat digunakan sebagai salah satu

komoditas bahan baku kerajinan

E. Pengujian daya rekat lem pada tulang sapi

Langkah kerja pengujian kuat rekat lem yang pada tulang sapi guna diketahui

kekuatan rekat baik untuk sampel tulang sapi mentah dan tulang sapi masak.

a. Mengukur jumlah daerah geser dalam inci persegi atau sentimeter persegi.

b. Memuat setiap akhir spesimen dalam genggaman tarik.

c. Menerapkan kekuatan pada tingkat yang terkendali untuk spesimen sampai

rusak dan merekam kekuatan maksimum dan jenis kegagalan bersama.

Hasil Perbandingan/rujukan

Tabel 4.3 Hasil uji kekuatan lem

No Bahan Lem Ukuran Hasil

1 Kulit nerf - daging Racoll Prima D Kuat rekat kg/cm 4,98

2 Kulit nerf- nerf Racoll Prima D Kuat rekat kg/cm 3,35

3 Kulit - bludru Racoll prima D kuat rekat kg/cm 3,62

4 Kulit - vinil Aica Aibon kuat rekat kg/cm 2,94

5 Kulit - triplek Fox kuat rekat kg/cm 5,08

6 Bludru - vinil Racoll prima D kuat rekat kg/cm 2,35

7 Budru - triplek Fox D kuat rekat kg/cm 4,74

(Sumber penelitian Ir. Koentoro Soebijarso,dkk. 1989-1990)

Page 14: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

14

Hasil Uji

Tabel 4.4 Hasil uji kuat rekat lem

NO Macam Uji Kode Hasil uji Metode Uji 1

1.1

Kuat rekat lem, kg/cm2

Lem putih/ G/

Polyurethane Adhesive

Tulang sapi mentah

Tulang sapi masak

12,99

13,07

ASTM D 1002

1.2 Lem kuning/ Neoprene Tulang sapi mentah

Tulang sapi masak

7,12

7,36

Hasil Uji: Melihat hasil uji batas yang dilakukan sesuai dengan metode uji ASTMD 1002

dengan hasil: pertama daya rekat pengunaan lem putih lebih tinggi dari pada lem kuning,

kedua daya serap lem pada tulang mentah lebih rendah dikarenakan pori-pori tulang masih

tertutup. Ketiga Daya serap lem pada tulang masak lebih tinggi dikarenakan pori-pori tulang

sudah terbuka maksimal, keempat hasil perbandingan daya serap lem antara tulang sapi

dengan tulang sapi mempunyai kekuatan maksimal dibandingkan dengan bahan lain pada

tabel 4.3, kelima pembuatan produk dengan aplikasi tulang sapi sangat mungkin untuk dapat

menghasilkan produk kerajinan dan hasil perbandingan daya serap lem antara tulang sapi

dengan tulang sapi mempunyai kekuatan maksimal dibandingkan dengan bahan lain pada

tabel 4.4

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data penelitian dan hasil pengujian tulang sapi dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Mengunakan teknologi tepat guna serta proses yang sederhana dapat mengolah tulang

sapi menjadi tulang sapi yang dapat digunakan sebagai elemen dalam pembuatan

produk kerajinan.

2. Pembuatan produk kerajinan dengan bahan dasar tulang sapi diperlukan frame

atau rangka dari kayu sebagai dasar dalam laminasi dengan tulang sapi.

3. Metode uji kadar air dengan mengunakan SNI 06-0644-1989. Hasil uji kadar air

pada tulang sapi mentah rata-rata 6,10 % dan untuk tulang sapi masak rata-rata

Page 15: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

15

7,85%. Melihat data dengan standar yang ada hasil uji masih dibawah ambang

batas yang ditentukan dalam SNI 06-0644-1989 sebesar 18%.

4. Hasil uji daya rekat lem putih dengan tulang mentah minimal 12,99 kg/cm2

maksimal 13,07 kg/cm2 untuk tulang sapi masak. Sedangkan daya rekat lem kuning

dengan materi tulang mentah minimal 7,12 kg/cm2 maksimal 7,36 kg/cm2 untuk

tulang sapi masak. Hasil uji daya rekat menunjukkan bahwa lem putih lebih tinggi di

bandingkan dengan lem kuning.

B. SARAN

Berdasarkan apa yang sudah dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti menyarankan

dalam pembuatan produk kerajinan dapat memanfaatkan tulang sapi sebagai elemen

dalam dalam berkarya. Perpaduan tulang sapi dalam pembuatan produk kerajinan dapat

dikompilasi dengan bahan kayu, kulit, logam,tekstil dan bahan yang lain.

Page 16: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

16

DAFTAR PUSTAKA

Apri Heri Iswano. 2008. Sifat Kayu: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis

Kayu, Universitas Sumatra Utara.

Blakely, J. dan D.H. Bade. 1992. Ilmu peternakan diterjemahkan oleh Bambang

Srigandono. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2001. Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka. Biro Pusat

Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indrayani Wira. 2011. Pengaruh Berat Hidup Terhadap Kuat Tarik Tulang Sebagai

Referensi Desain Material Implan, Skripsi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas

Padang.

Ir.Koentoro Soebijarso,dkk.1991, Penelitian Pengembangan dan Peningkatan Mutu

Produk Koper dari bahan Kulit Untuk Konsumsi Eksport.BBKKP Yogyakarta.

Natasasmita, s. 1987. Evaluasi Daging. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor :

Bogor.

Nursanti, Merry.2008. Karakertistik Fisik Dan Mekanik Tulang Sapi Jantan Dengan

Variasi Umur Sebagai Referensi Desain. Tesis, Fakultas MIPA, Universitas Andalas

Padang.

Standar Nasional Indonesia. No 06-0644-1989

Sugiyono,2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung

Soeparno. 1994. Ilmu dan teknologi daging. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Suryanto, D. 2009. Anatomi II: Osteology (Sistem Pertulangan dan Hubungannya).

http://ddsynt.blogspot.com/. Diakses tanggal 5 Januari 2011.

Page 17: Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)

17

Dwi Yunanto, M.Pd

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 02 Juni 1971, Pendidikan D III

Akademi Teknologi Kulit di Yogyakarta, Program AKTA III UNS di

Surakarta, Pendidikan S1 Seni Rupa di UST Yogyakarta dan Pasca

Sarjana UNY Yogyakarta Tahun 2009 Jurusan Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan.Widyaiswara Program Studi Kriya Kulit di Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Seni dan Budaya ( P4TKSB ) Yogyakarta.