16
A. HILANGNYA ILMU PENGETAHUAN DISEBABKAN KARENA HILANGNYA ORANG YANG BERILMU PENGETAHUAN Umar Bin Abdul Aziz menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm, “Kumpulkan Hadits-hadits Nabi SAW yang engkau temukan, kemudian tulislah, Aku khawatir akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama (meninggal). janganlah engkau terima kecuali dari hadits Nabi. pelajarilah ilmu dengan seksama, sampai dapat mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. ilu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia.” Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash RA katanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan jalan

Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

A. HILANGNYA ILMU PENGETAHUAN DISEBABKAN KARENA

HILANGNYA ORANG YANG BERILMU PENGETAHUAN

Umar Bin Abdul Aziz menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm, “Kumpulkan

Hadits-hadits Nabi SAW yang engkau temukan, kemudian tulislah, Aku khawatir

akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama (meninggal). janganlah engkau terima

kecuali dari hadits Nabi. pelajarilah ilmu dengan seksama, sampai dapat mengetahui

sesuatu yang tidak diketahui. ilu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia.”

Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash RA katanya dia mendengar Rasulullah SAW

bersabda, “Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan jalan

mencabutnya dari hati sanubari manusia, tetapi dengan jalan mematikan orang-

orang yang berpengetahuan (Ulama). Apabila orang berpengetahuan telah punah,

maka masyarakat akan mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin yang

akan dijadikan tempat bertanya ; Orang-orang bodoh ini akan berfatwa tanpa ilmu;

mereka itu sesat dan menyesatkan.”

Page 2: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

Keterangan Hadits :

(Tulislah). Dari kalimat ini dapat diartikan, bahwa ini adalah awal

mula penulisan hadits Nabi, karena sebelumnya umat masih bergantung kepada

hafalan. pada saat Umar Abdul Aziz merasa khawatir akan hilangnya ilmu dengan

meninggalnya para ulama, maka ia berpendapat bahwa penulisan ilu berarti usaha

untuk melestarikan ilmu itu sendiri.

(Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan

jalan mencabutnya) atau menghapus ilmu dari lubuk hati sanubari. Rasulullah

mengucapkan hadits ini pada saat haji wada’ sebagaimana hadits yang diriwayatkan

oleh Ahmad dan Thabrani dari hadits Abu Umamah, bahwa saat haji wada’ Nabi

SAW bersabda, “Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu tersebut.”

Arabi berkata, “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama (orang yang

menguasai ilmu tersebut.”

Dalam riwayat Muslim disebutkan

Dalam Riwayat Abu Al Aswad pada kitab Al I’tisham

karangan Imam Bukhari disebutkan (mereka memberikan fatwa

dengan pendapatnya), begitu pula dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Muslim.

Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang

bodoh, peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang

benar-benar mengetahui, dan larangan bagi orang yang berani mengeluarkan fatwa

tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadits ini juga dijadikan alasan oleh jumhur

ulama untuk mengatakan, bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang

mujtahid.

Page 3: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

B. KEUTAMAAN SHALAT PADA WAKTUNYA

Dari Abdullah, dia berkata, “Saya bertanya kepada Nabi SAW, apakah

perbuatan yang paling dicintai Allah?” Rasul menjawab, “Shalat pada waktunya.”

Saya bertanya lagi. “lalu apa? Rasul menjawab, “lalu berbuat baik kepada orang

tua.” Saya bertanya lagi, “lalu apa?” Rasulullah menjawab, “Jihad (berjuang di jalan

Allah.” Dia berkata “Rasulullah memberitahuku tentang itu, dan jika akau ingin

menambahkan lagi, maka beliau pasti akan menambahkan.”

Keterangan Hadits

(apakah perbuatan yang paling dicintai Allah?) Dalam

riwayat Malik bin Mighwal disebutkan (apakah

perbuatan yang lebih utama?) begitu juga dalam kebanyakan riwayat.

Nabi sering memberikan jawaban jang berbeda-beda kepada orang yang

bertanya tentang amal yang paling baik. Para ulama mengatakan bahwa hal itu

disebabkan perbedaan kondisi para penannya. maka Nabi menjawab sesuai dengan

apa yang mereka butuhkan atau apa yang mereka senangi, atau apa yang sesuai

dengan keadaan mereka. Atau juga perbedaan itu karena perbedaan waktu, dimana

perbuatan tertentu pada suatu saat lebih utama daripada perbuatan yang lain.

Pada permulaan islam, jihad merupakan perbuatan yang paling utama. Dalam

nash-nash lain dijelaskan bahwa shalat lebih utama daripada sedekah. Namun di saat

banyak terjadi kelaparan yang melanda masyarakat, maka sedekah lebih utama.

Page 4: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

Ibnu Daqiq Al Id berkata ‘Perbuatan yang disebutkan dalam hadits itu adalah

perbuatan yang bersifat badaniyah, dengan maksud menjaga keimanan, maka ia tidak

bertentangan dengan hadits (Perbuatan yang

paling adalah iman kepada Allah) karena iman adalah perbuatan hati.

(Shalat tepat pada waktunya) Ibnu Bathathal

mengatakan, bahwa shalat tepat pada waktunya adalah lebih utama daripada

mengakhirkannya, sebab syarat menjadi perbuatan yang paling dicintai adalah jika

dikerjakan pada waktu yang disukai (mustahab).

(lalu apa lagi?) Yang benar lafazh tidak di-

tanwin kan karena perkataan tersebut tidak berhenti dan penanya masih menunggu

jawabannya. sedangkan bacaan tanwin tidak boleh diberhentikan. Untuk itu jika

dibaca tanwin tapi diteruskan, maka merupakan suatu kesalahan. Ibnu Al jauzi

menceritakan dari Ibnu Al Khasyab bahwa dia membacanya dengan tanwin, karena

lafazh tersebut mu’rab dan tidak di-mudhaf- kan (dinisbatkan kepada lafazh

sesudahnya.)

Sebagian ulama berkata, “Hadits ini sesuai dengan firman Allah dalam surah

Luqman ayat 14 berbunyi, (Hendaknya kamu

bersyukur kepada-Ku dan berterimakasihlah kepada kedua orang tuamu)”.

Seolah-olah hal itu diambil dari tafsir ibnu Uyainah yang berkata, “Barang

siapa shalat lima waktu, maka ia telah berterima kasih kepada Allah, dan barang siapa

berdoa untuk kedua orang tuanya setelah shalat, maka ia berterima kasih kepada

mereka.”

(jika aku ingin menambahkan) kemungkinan meksudnya

adalah jenis perbuatan utama sepertinya, atau mungkin juga dimaksudkan pertanyaan

yang dibutuhkannya. Imam Tirmidzi menambahkan dari jalur Al Mas’udi dari Walid,

“lalu rasulullah

diam terhadapku, maka aku menambahkan (bertanya lagi), niscaya beliau akan

menambahkannya (menjawab lagi)

Page 5: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

Seakan-akan dia merasakan adanya kesulitan dari rasulullah. Hal ini

dikuatkan dalam riwayat Muslim yang menyebutkan,

(aku tidak meninggalkan untuk bertanya lagi melainkan

agar Rasulullah tidak merasa bosan)

C. KEWAJIBAN SHALAT BERJAMAAH

Al Hasan berkata. “Apabila seseorang dilarang oleh ibunya untuk menghadiri

shalat isya’ berjamaah karena sayang kepadanya maka ia tidak boleh menaatinya.”

Dari abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Demi dzat yang

jiwaku di tangan-Nya, sungguh telah timbul keinginanku untuk memerintahkan agar

kayu bakar dikumpulkan, kemudian akau memrintahkan shalat dan dikumandangkan

adzan, lalu akau memerintahkan seseorang untuk mengimami manusia. Kemudian

aku pergi kepada beberapa orang laki-laki lalu aku bakar rumah-rumah mereka.

Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya. apabila salah seorang mereka mengetahui

Page 6: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

bahwa ia memperoleh tulang yang gemuk atau daging yang baik. niscaya ia akan

menghadiri shalat Isya.”

Keterangan Hadits

(Bab kewajiban shalat berjamaah). Demikianlah Imam Bukhari menetapkan

dengan tegas hukum persoalan ini, seakan-akan Imam Bukhari melihat dalil yang

menyatakan demikian sangat kuat. Hanya saja dia tidak mengaitkan kata “wajib”

dengan sesuatu yang lain, sehingga bisa saja yang dimaksud adalah kewajiban

individu (fardhu ‘Ain) dan bisa pula kewajiban sosial (fardhu kifayah). akan tetapi

atssr yang dia nukil dari Al Hasan memberi asumsi bahwa yang beliau maksudkan

adalah kewajiban individu (fardhu ‘Ain). hal ini dipahami dari kebiasaan Imam

Bukhari yang menyebutkan atsar-atsar di bawah suatu bab untuk menjelaskan

maksud bab tersebut dan menyempurnakannya, serta menentukan salah satu dari

kemungkinan yang terkandung dalam hadits bab itu. berdasarkan keterangan ini

maka terjawab kritikan sebagian orang yang menyatakan bahwa atsar Al- Hasan ini

justru masih membutuhkan dalil lain, dan bukan dijadikan sebagai dalil.

Banyak perbedaan para ulama Hadits tentang hukum shalat berjamaah.

secara lahiriah hadits yang disebutkan diatas tadi menyatakan bahwa hal itu

kewajiban individu (fardhu ain), Sebab apabila hukum perbuatan itu adalah sunah,

maka tidak ada ancaman untuk dibakar rumahnya. sedangkan apabila fardhu kifayah,

maka kewajibannya telah dilaksanakan oleh Nabi SAW beserta orang-orang yang

bersamanya. kemungkinan lain dapat dikatakan “Ancaman pembakaran itu mungkin

diberlakukan pada seseorang yang meninggalkan fardhu kifayah, seperti disyariatkan

untuk memerangi mereka yang meninggalkan fardhu kifayah.” Tapi pernyataan ini

kurang tepat, karena membakar yang kadang menyebabkan terbunuhnya seseorang

lebih khusus daripada peperangan. Sesungguhnya tindakan untuk memerangi hanya

disyariatkan apabila semua telah sepakat untuk meninggalkan kewajiban sosial

(fardhu kifayah).

Page 7: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

Adapun mereka yang mengatakan shalat berjamaah merupakan kewajiban

individu (fardhu ain) adalah Atha’ Al Auza’I, Ahmad dan sejumlah ulama ahli hadits

dalam madzhab Syafi’I seperti Abu Tsaur, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Al Mundzir serta

Ibnu Hibban. Sementara Daud dan orang-orang yang sepaham dengannya

mengemukakan pendapat yang ekstrim, dimana mereka menjadikan jamaah sebagai

syarat sahnya shalat. Ibnu Daqiq Al Id mengisyaratkan bahwa pemdapat tersebut

dilandasi bahwa semua yang diwajibkan pada shalat telah menjadi syarat sah shalat

itu. Oleh karena keinginan Nabi SAW tersebut menunjukkan pada konsekuensinya

(yakni kehadiran), sementara kewajiban untuk hadir merupakan dalil (petunjuk)

kepada konsekuensinya (yakni shalat), maka diketahui bahwa berjamaah merupakan

syarat shalat. akan tetapi logika (pemahaman) seperti ini tidak dapat diterima, kecuali

apabila diakui bahwa semua yang diwajibkan pada shalat menjadi syarat bagi shalat

itu sendiri. Menurut sebagian ulama memang demikian umumnya. Namun oleh

karena “syarat” terkadang dapat dipisahkan dari “kewajiban”, maka Imam Ahmad

mengatakan “sesungguhnya shalat berjamaah hukumnya wajib dan bukan sebagai

syarat sahnya shalat.”

Adapun makna lahiriah pernyataan tekstual Imam syafi’I menyatakan bahwa

shalat berjamaah adalah kewajiban sosial (fardhu kifayah). inilah yang menjadi

pendapat di kalangan mayoritas ulama madzhab syafi’i. pendapat demikian

dikemukakan pula oleh sejumlah ulama di kalangan Hanafi dan Maliki. Sedangkan

pendapat yang masyhur di kalangan ulana lainnya adalah bahwa shalat berjamaah

hukumnya sunah mu’akkadah (sunah yang sangat dianjurkan).

Page 8: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

1. Fathul Baari syarah : Shahih bukhari / Al Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al

Asqalani ; penerjemah, Amiruddin, Lc. – Jakarta ; Pustaka Azzam, 2003

Page 9: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

PENDAHULUAN

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat

kesehatan dan nikmat keimanan, semoga kita semua mendapat hidayah dari-Nya di

Akhirat kelak.

Shalawat beserta kita curah ke baginda Nabi Muhammad SAW. Yang telah

menerangi dunia ini menjadi terang-benderang dengan budi pekertinya,

perjuangannya, untuk menjauhkan umat manusia dari kegelapan/kejahiliyahan.

Sebelumnya penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang

telah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada kami, sehingga kami dapat

mengembangkan ilmu yang telah diberikan kepada kami selaku mahasiswa.

Adapun isi makalah ini membahas tentang “Ilmu, Sholat pada waktunya,

Sholat berjamaah” yang ini semua tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari

teman-teman mahasiswa sekalian. Dan kami selaku penyusun sangat mengharap

kritikan dan saran apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam ketikan ataupun

hal-hal lainnya. Hanya kepada Allah lah kami mohon ampun. Sekian dan terima

kasih.

Tanggal 28 Oktober 2008

TIM PENYUSUN

Page 10: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. DAFTAR ISI

III. HILANGNYA ILMU PENGETAHUAN DISEBABKAN

KARENA HILANGNYA ORANG YANG BERILMU

PENGETAHUAN … ………………………………………..1

1. HILANGNYA ILMU PENGETAHUAN DISEBABKAN

KARENA HILANGNYA ORANG YANG BERILMU

PENGETAHUAN ….………………………………... 1

2. KEUTAMAAN SHALAT PADA WAKTUNYA …….….3

3. KEWAJIBAN SHALAT BERJAMAAH ..……………… 5

IV. DAFTAR PUSTAKA

Page 11: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan

“ HADITS KEUTAMAAN SHOLAT TEPAT WAKTU, SHOLAT BERJAMA’AH DAN HADITS

TENTANG HILANG ILMU PENGETAHUAN”

DI

S

U

S

U

N

OLEH

1. TANZIL ALKHAIR2. ISMAIL3. USMAN4. SARIANTI

Dosen Pembimbing : Mahyiddin, S.Ag

SEMESTER III UNIT B

STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA

TAHUN 2007-2008

Page 12: Makalah Ulumul Hadits Tentang Hilangnya Ilmu Pengetahuan Disebabkan Karena Hilangnya Orang Yang Berilmu Pengetahuan