17
MALARIA I. PENDAHULUAN Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa yang berada di sel – sel darah merah manusia, ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles betina. Seorang penulis dari Italia mengira bahwa malaria disebabkan oleh uap yang berasal dari rawa-rawa di Tibet. Kata ‘malaria’ berasal dari Italia yang berarti ‘udara yang tidak sehat’. Malaria disebabkan oleh 4 spesies dari genus Plasmodium yang menginfeksi manusia. Diantara keempat spesies, Plasmodium falciparum adalah spesies yang paling banyak menyebabkan komplikasi yang berat dan kematian. Spesies yang lain adalah P. vivax, P.ovale, P. malariae. Komplikasi berat yang disebabkan oleh ketiga spesies tersebut jarang terjadi, walaupun beberapa pasien meninggal karena pecahnya lien yang semakin membesar. Infeksi Plasmodium juga menyebabkan kematian neonatus karena berkurangnya berat bayi pada saat lahir oleh ibu yang terinfeksi malaria. II. EPIDEMIOLOGI Pada umumnya, Plasmodium berada di setiap belahan bumi, namun setiap spesies mempunyai tempat dominan untuk berkembang biak. P. falciparum lebih banyak ditemukan di Afrika, Papua New Guinea dan Haiti. P. vivax di Afrika tengah, selatan, utara, timur tengah, cina dan negara- negara yang berbatasan. Kedua spesies tersebut juga dapat ditemukan di Amerika selatan dan Asia timur. P.ovale lebih banyak ditemukan di Sahara-Afrika. P. malariae dapat ditemukan di setiap tempat, walaupun jumlahnya tidak begitu banyak dibandingkan di Afrika. Malaria ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina. Penularan ini tidak dapat dilakukan pada suhu di bawah 16 o C dan diatas 33 o C, serta pada ketinggian lebih dari 2000m diatas permukaan laut. Kondisi yang paling baik bagi Plasmodium untuk berkembang biak adalah pada suhu kelembaban yang tinggi yaitu antara 20 o C dan 30 o C. Musim hujan juga mendukung perkembangbiakkan penyakit karena pada saat itu nyamuk Anopheles betina bertelur.

Malaria

Embed Size (px)

DESCRIPTION

malaria

Citation preview

Page 1: Malaria

MALARIA

I. PENDAHULUANMalaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa yang berada di sel

– sel darah merah manusia, ditularkan oleh gigitan nyamuk anopheles betina. Seorang penulis dari Italia mengira bahwa malaria disebabkan oleh uap yang berasal dari rawa-rawa di Tibet. Kata ‘malaria’ berasal dari Italia yang berarti ‘udara yang tidak sehat’.

Malaria disebabkan oleh 4 spesies dari genus Plasmodium yang menginfeksi manusia. Diantara keempat spesies, Plasmodium falciparum adalah spesies yang paling banyak menyebabkan komplikasi yang berat dan kematian. Spesies yang lain adalah P. vivax, P.ovale, P. malariae. Komplikasi berat yang disebabkan oleh ketiga spesies tersebut jarang terjadi, walaupun beberapa pasien meninggal karena pecahnya lien yang semakin membesar. Infeksi Plasmodium juga menyebabkan kematian neonatus karena berkurangnya berat bayi pada saat lahir oleh ibu yang terinfeksi malaria.

II. EPIDEMIOLOGIPada umumnya, Plasmodium berada di setiap belahan bumi, namun setiap spesies

mempunyai tempat dominan untuk berkembang biak. P. falciparum lebih banyak ditemukan di Afrika, Papua New Guinea dan Haiti. P. vivax di Afrika tengah, selatan, utara, timur tengah, cina dan negara-negara yang berbatasan. Kedua spesies tersebut juga dapat ditemukan di Amerika selatan dan Asia timur. P.ovale lebih banyak ditemukan di Sahara-Afrika. P. malariae dapat ditemukan di setiap tempat, walaupun jumlahnya tidak begitu banyak dibandingkan di Afrika.

Malaria ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina. Penularan ini tidak dapat dilakukan pada suhu di bawah 16o C dan diatas 33 o C, serta pada ketinggian lebih dari 2000m diatas permukaan laut. Kondisi yang paling baik bagi Plasmodium untuk berkembang biak adalah pada suhu kelembaban yang tinggi yaitu antara 20 o C dan 30 o C. Musim hujan juga mendukung perkembangbiakkan penyakit karena pada saat itu nyamuk Anopheles betina bertelur.

Yang perlu diperhatikan dalam membasmi penularan Plasmodium adalah lamanya nyamuk Anopheles betina dapat hidup. Setidaknya, setelah nyamuk menggigit manusia yang carrier, diperlukan waktu seminggu untuk siklus hidup Plasmodium dari gametosit menjadi sprozoit. Hambatan-hambatan lain dalam membasmi malaria adalah tempat dimana mereka berkembang biak. Pada negara-negara di asia tenggara, nyamuk-nyamuk malaria hidup di atas pohon yang memiliki banyak air, sehingga sulit bagi kita untuk membasmi dengan insektisida.

Malaria mudah menyerang anak-anak usia 2-9 tahun dibandingkan dengan remaja dan orang dewasa. Siklus hidup Plasmodium :

1. Siklus hidup Aseksual :Dalam tubuh manusia :

Siklus ekso-eritrositer Sporozoit beredar dalam darah manusia selama 0,5 jam → masuk ke hati → tropozoit → skizon ( terdiri dari 10.000-30.000 merozoit ) → pecah, masuk ke dalam darah

Siklus eritrositer

Page 2: Malaria

Merozoit → Tropozoit → Skizon (terdiri dari 8-30 Merozoit yang telah matang) → pecah, menginfeksi sel darah merah lainnya

Sebagian tripozoit ada yang tidak langsung membelah tapi membentuk hipnozoit yang tinggal selama berbulan-bulan/ bertahun-tahun → menimbulkan relaps

Setelah 2-3 siklus skizogoni dalam darah maka sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan mulai membentuk stadium seksual yang terdiri dari gametosit jantan dan betina.

2. Siklus hidup Seksual : Dalam nyamuk Anopheles betina :

Gametosit jantan dan betina → pembuahan → zigot →ookinet →ookista → sporozoit.

III. PATOFISIOLOGI Inti dari patofisiologi malaria adalah : hasil dari dekstruksi eritrosit, pelepasan parasit dan eritrosit ke sirkulasi dan reaksi host terhadap kedua hal tersebut.

1. Toksisitas Parasit malaria mengandung toxin yang dilepaskan pada saat eritrosit yang mengandung skizon pecah dan menimbulkan gejala-gejala. Pada umumnya, toxin yang dilepaskan oleh parasit mempunyai cara kerja yang sama dengan endotoxin bakteri, dimana toxin tersebut akan mempengaruhi pelepasan sitokin, namun toxin parasit lebih kuat sehingga menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Sel-sel makrofag, monosit, sel T, CD 14 dan endothelium merangsang untuk mengeluarkan berbagai macam sitokin seperti TNF, IL-1 dan gamma interferon yang mempengaruhi pelepasan IL-8,IL-12,IL-18 yang merupakan jenis sitokin ‘pro-inflamasi’. Hal ini diimbangi oleh sitokin yang ‘anti-inflamasi’ seperti IL-6 dan IL-10. pelepasan sitokin mempengaruhi berbagai macam gejala-gejala seperti demam dan malaise. Konsentrasi sitokin dalam plasma meningkat pada saat infeksi akut P.vivax dan P.falciparum. Tubuh berusaha untuk menghancurkan P.vivax lebih dulu dalam darah, yang menyebabkan pelepasan TNF pada saat skizon pecah, mengakibatkan gejala-gejala menggigil, ekstremitas terasa dingin, sakit kepala, demam dan terkadang kejang diikuti dengan berkeringat dan vasodilatasi. P.vivax lebih kuat mempengaruhi pelepasan TNF daripada P.falciparum.

2. Pembentukan sekuestrum Proses dimana eritrosit yang mengandung matur P.falciparum melekat pada endothelial mikrovaskuler (sitoadheran) dan kemudian menghilang dari sirkulasi dinamakan sekuetrasi. Sekuetrasi diperkirakan merupakan patofisiologi utama dari malaria falciparum. Bila P.falciparum telah melekat di eritrosit, mereka tidak akan kembali ke sirkulasi, tetapi mereka tinggal didalam eritrosit hingga pecah dan mengeluarkan skizon. Sitoadheran timbul setelah 48 jam periode aseksual. Inilah sebabnya mengapa P.falciparum jarang ditemukan pada sediaan apus darah tepi. Sekustrasi biasanya terdapat di venul-venul organ-organ vital, seperti otak, jantung, mata, hati, ginjal, saluran pencernaan, jaringan lemak dan paling sedinkit terdapat di kulit.sitoaderan menyebabkan obstruksi di mikrovaskuler yang menyebabkan penurunan suplai oksigen. Bila hal ini berlangsung terus-menerus, maka akan menyebabkan anaerob glikolisis, asidosis laktat dan disfungsi sel-sel.

Page 3: Malaria

3. Sitoadheran Pelekatan P.falciparum pada endothelial mikrovaskuler dipengaruhi oleh molekul-molekul tertentu. Pada ilustrasi di bawah,di dalam sel darah merah terlihat bahwa ikatan parasit yang terdiri dari strain tertentu yaitu P.falciparum erythrosite membrane protein (Pf EMP) berikatan dengan knob associated histidine rich protein (KAHRP). Melalui modified band 3 dan sequestrin sebagai transporter, Pf EMP berikatan dengan molekul-molekul di otak, hati, dll.

4. Rosetting Parasit yang membentuk rosett di sel darah merah adalah spesies Plasmodium yang tidak mengalami sekuestrasi. Formasi rosett dibentuk oleh perlekatan eritrosit yang mengandung parasit matur ke eritrosit yang belum terinfeksi. Pembentukan rosett dimulai setelah 16 jam siklus aseksual. Pembentukan ini memerlukan mediator-mediator seperti :CR1, heparin sulfat, sel-sel kelompokan antigen A dan molekul-molekul di permukaan sel-sel darah merah lainnya. Perlekatan difasilitasi oleh komponen serum. Rosett sulit dipisahkan, dan menyebabkan aliran darah berkurang, yang mempresipitasi terjadinya anaerob glikolisis dan penurunan pH darah.

5. Deformitas Pada saat parasit matur masuk ke dalam eritrosit, bentuk eritrosit normal yaitu bikonkaf, berubah menjadi bentuk speris dan kaku. Jumlah eritrosit yang berubah bentuk merupakan kontribusi utama dalam menentukan beratnya penyakit dan prognosis. Malaria berat dapat ,menyebabkan :a. Koma Penyebab koma pada malaria serebral tidak diketahui. Teori yang paling memungkinkan adalah sitokin meningkatkan produksi nitrit oksidasi yang merupakan inhibitor kuat di neurotransmitter. Peningkatan sintesis nitrit oksidase di otak memungkinkan gangguan pada kesadaran. Perlu diketahui bahwa pada cerebral malaria terjadi penurunan suplai darah dan pasien yang bangun dari koma akan menyebabkan peningkatkan kebutuhan untuk metabolisme otak. Jadi, koma pada serebral malaria falciparum adalah kompensasi tubuh untuk melindungi sel-sel saraf.b. Gagal ginjal Vasokonstriksi korteks ginjal dan berikutnya terjadi hipoperfusi ginjal terdapat di falciparum malaria yang berat. Resistensi pembuluh darah ginjal meningkat di gagal ginjal akut. Nekrosis tubulus ginjal akut terdapat pada malaria yang berat.c. Edema paru dan jantung Edema paru terjadi akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler paru secara tiba-tiba. Biasanya terjadi pada malaria vivax. Perdarahan pada epicardium dapat terjadi. Pada pasien anemia jantung akan berdilatasi dan tampak pucat.d. Perubahan elektrolit Volume plasma meningkat pada moderate dan severe malaria, sehingga terjadi hiponatremia dan hipokloremia ringan.e. Anemia Penyebab dari anemia bermacam-macam antara lain dekstruksi dari eritrosit baik yang mengandung parasit atau tidak dan proses eritropoesis di sumsum tulang belakang.f. Koagulopati dan trombositopenia

Page 4: Malaria

Pada akut malaria terjadi peningkatan pemakaian anti-thrombin III, penurunan factor XIII dan peningkatan konsentrasi fibrin degradatiojn product yang mempengaruhi proses koagulasi. Peningkatan platelet clearance pada lien menyebabkan trombositopenia.g. Black water fever Timbul dalam 3 keadaan : pasien dengan defisiensi G6PD yang terinfeksi malaria dan mengkonsumsi obat-obatan oksidan (primaquin atau sulfonamide) atau pasien dengan defisiensi G6PD yang terinfeksi malaria dan mendapat terapi quinine atau pasien dengan G6PD normal dan mendapat terapi quinine dengan dosis yang tinggi (pada malaria falciparum berat)h. Splenomegali dan hepatomegali Lien berperan dalam melepaskan parasit yang meninfeksi eritrosi dan kembali ke dalam sirkulasi darah. Hal ini berhubungan dengan kemampuan lien untuk memodulasi sitoadheran. Bila lien gagal memodulasi sitoaheran (pada severe malaria) maka lien akan tampak hitam karena pigmen malaria. Lien penuh dengan eritrosit yang mengandung matur dan immature parasit. Pada infeksi akut lien teraba membesar dan lunak. Pada malaria yang berulang lien teraba keras. Sekuestrasi menyebabkan pembengkakan hepar akibat sumbatan di lobus sentral dan iskemi pada vena. Terkadang terdapat nekrosis pada bagian sentral hepar.i. Gangguan gastrointestinal Hal ini disebabkan oleh sekuestrasi dan vasokonstriksi visceral.j. Disfungsi plasenta Mempunyai patogenesis yang sama dengan gangguan gastrointestinalk. Infeksi bakteri Infeksi bakteri lebih mudah terjadi pada severe malaria, bakteri yang menginfeksi antara lain Salmonellal. Asidosis Pada orang dewasa yang terkena malaria, dapat menyebabkan asidosis laktat. Sedangkan pada anak, lebih dominant ketoasidosis. Asidosis laktat terjadi karena glikolisis anaerob pada jaringan akibat obstruksi mikrovaskular, kegagalan fungsi hepar dan ginjal sebagai lactate clearance dan produksi laktat oleh parasit. Parasit menggunakan glukosa 70 kali lebih banyak dari sel yang tidak terinfeksi, dan diubah menjadi L-lactic acid.

IV. GEJALA KLINIS Secara klinis, pada pasien malaria yang teriinfeksi tunggal non-imun terdapat gejala yaitu serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme) yang diselingi suatu periode (periode laten) bebas demam. Pada infeksi campuran serangan demam terus menerus, sedangkan pada pejamu imun, gejala klinisnya minimal.

Masa inkubasi plasmodium :Parasit Periode pre-paten (hari) Periode inkubasi (hari)

P. falciparumP. vivaxP.ovale

P. malariae

11123212

13133414

Periode pre-paten adalah : periode antara inokulasi sporozoit sampai ditemukannya parasit malaria positif dalam darah

Page 5: Malaria

Masa pre-paten dan inkubasi dipengaruhi oleh imunitas masing-masing individual. Masa inkubasi juga dapat dipengaruhi oleh pengobatan antimalaria yang tidak efektif atau profilaksis.

Pada infeksi campuran, yang sering dijumpai diluar afrika adalah P. falciparum dan P. vivax. Infeksi campuran ini justru mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang berat pada P. falciparum 4 kali lipat, karena P. vivax menekan jumlah P. falciparum yang bermultiplikasi sehingga mengurangi terjadinya anemia berat dan gametosit yang carrier. Beberapa penelitian menemukan bahwa P. vivax dapat merupakan vaksin yang terbaik bagi malaria falciparum.

Jumlah parasit dalam darah yang dapat menyebabkan demam (>37,3oC) disebut densitas pirogenik. Pada pejamu imun, jumlah P. falciparum >100000/ l dan P. vivax lebih rendah yaitu <100000/ l. Pada penderita non imun jumlah P. falciparum kurang lebih 10000/ l. Jumlah spesies lain tidak diketahui dengan pasti. Setelah lewat masa inkubasi dijumpai 3 stadium :

a. Stadium dingin : diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari sianosis, kulit kering dan pucat, berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

b. Stadium demam : pasien merasa kepanasan, muka merah, kulit kering, nyeri kepala, terjadi mual dan muntah. Nadi menjadi kuat lagi. Pasien menjadi sangat haus dan suhu badan meningkat hingga 41o C atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2-12 jam. Tipe demam tergantung pada maturasi skizon setiap spesies. Pada P.ovale dan P. vivax maturasi terjadi tiap 48 jam. Serangan demam pertama dihitung sebagai hari ke-1. Terhitung dari serangan demam sebelumnya menjadi setiap hari ke-3 sehingga disebut malaria tertiana. Pada P.falciparum setiap 24-48 jam, tidak dapat ditentukan, biasanya demam setiap hari. Pada P. malariae setiap 72 jam, serangan demam pertama dihitung sebagai hari ke-1. Terhitung dari serangan demam sebelumnya menjadi setiap hari ke-4 sehingga disebut malaria kuartana.

c. Stadium berkeringat: pasien berkeringat banyak sekali, kadang-kadang suhu tubuh di bawah normal, kadang-kadang terdapat hipotensi ortostatik.

Pada malaria, relaps terutama disebabkan karena terapi yang tidak teratur atau tidak lengkap. Pada malaria falciparum dapat terjadi 2-4 minggu setelah pemberian terapi. Pada malaria vivax relaps dapat terjadi lebih lama sekitar 3-6 minggu.

Komplikasi pada anak Komplikasi pada dewasa Komplikasi pada kehamilana.Koma (malaria serebral)b. Distress

pernapasanc.Hipoglikemia (sebelum

terapi kina)d. Anemia berate.Kejang umum yang

berulangf. Asidosis metabolicg. Kolaps sirkulasi,

syok hipovolemia, hipotensi (tek sistolik <50 mmHg)

h. Gangguan

a.Koma (malaria serebral)b.Gagal ginjal akutc.Edem paru, termasuk

ARDSd.Hipoglikemia (umumnya

sesudah terapi kina)e.Anemia beratf.Kejang umum yang

berulangg. Asidosis metabolich.Kolaps sirkulasi, syok

hipovolemia, hipotensii.Gangguan kesadaran lain

selain coma

a. Komplikasi maternal (ibu) Anemia berat Malaria serebral Hipoglikemia Edem paru Infeksi plasenta Puerperal sepsis dan

perdarahan post partumb. Komplikasi fetal (janin) BBLR Abortus spontan ,

kelahiran mati dan kelahiran premature

Malaria congenital

Page 6: Malaria

kesadaran selain komai. Kelemahan yang sangat

(severe prostration)j. Hiperparasitemiak. Ikterusl. Hiperpireksia (>41oc)m.Ikterusn.Hemoglobinuria (black

water fever)o. Gagal ginjal

Komplikasi terbanyak pada anak :

Hipoglikemia (sebelum terapi kina)

Anemia berat

j.Hemoglobinuria (black water fever)k. Hiperparasitemial.Ikterus (bilirubin total > 3

mg%)m. Hiperpireksia (>40oc)Komplikasi terbanyak pada dewasa : Gagal ginjal akut Edem paru Malaria serebral Ikterus

Anemia janin

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada SADT dinyatakan dalam :(-) : SD negative (tidak ditemukan parasit dalam 100 LP)(+) : SD positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LP)(++) : SD positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LP)(+++) : SD positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 10 LP)(++++) : SD positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 10 LP)Kepadatan parasit lebih tepat pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit

per 200 lekosit, atau sediaan tipis per 1000 eritrosit

P.falciparum P. vivax P. ovale P. malariae

Aseksual parasit

Merozoit (skizoit)

ring form , sitoplasma oval, sirkular atau koma berwarna biru, satu atau dua kromatin. Parasitemia 2%

Jarang terdapat pada darah

Bentuk cincin besar yanf ireguler, pada saat parasit matur menjadi bentuk pleomorfik.Satu kromatin berbentuk titik.

12-18 merozoit,

Bentuk cincin yang membesar menjadi tropozoit matur yang berwarna biru. Satu kromatin berbentuk titik.

8-14 merozoit, pigmen coklat

Trofozoit yang kecil bulat dan kompak berisi pigmen yang menutup atau band form. Satu kromatin berbentuk titik yang membesar berwarna merah (rosette form). Parasitemia dalam jumlah yang sedikit

8-10 merozoit,

Page 7: Malaria

Gametosit

Perubahan sel darah merah

perifer (8-32 merozoit), pigmen hitam atau coklat tua

Gametosit berbentuk pisang, : biru terang, : biru gelap. Nukleus merah-hitam dengan granul pigmen biru-hitam di sitoplasma

Ukuran normal. Terdapat bintik maurer pada sel darah merah

pigmen coklat-oranye

Oval atau bulat : bulat, biru pucat : oval, biru gelap. Nucleus triangular, beberapa granul oranye terang.

Membesar, terdapat titik schuffner pada sel darah merah

Biru, bulat seperti P. malariae tapi terdapat james dots. Pigmen coklat

Menjadi oval pada ujungnya berumbai-rumbai. Terdapat titik James.

pigmen hitam

Oval. : biru pucat. : biru.Granul pigmen hitam

Ukuran normal. Tidak ada bintik2 merah,

a. P.falciparum : menyerang semua bentuk eritrosit. Sediaan tebal ; cincin tanpa bentuk lain yang dewasa (stars in the sky)

b. P. vivax : terutama menyerang retikulosit. Sediaan tebal ; sitoplasma amuboid dan bayangan merah di belakang parasit

c. P. malariae :terutama menyerang eritrosit matur. Pada anemia malaria dapat ditemukan gambaran poikilositosis, anisositosis, polikromatosis. Dijumpai trombositopenia dan fibrinogen plasma menurun. Pada tes fungsi hati terdapat peningkatan transaminase, penurunan kadar glukosa dan fosfatase alkali. Protein plasma menurun terutama albumin.

Tes serologis yang dapat digunakan untuk diagnosis malaria adalah : IFA (indirect fluorescent antibody test), IHA (indirect haemoglutination test) dan ELISA (enzyme linked immunoabsorbent assay). Tetapi tes-tes tersebut terbatas pada malaria akut. Teknik diagnostic lainnya adalah QBC (quantitative buffy coat) dan yang paling mutakhir adalah DNA probe.

VI. PENGOBATAN1. Pengobatan klinis (tanpa pemeriksaan parasit malaria) Terdiri dari 2 regimen yaitu lini pertama dan kedua Pengobatan lini pertama :

Hari Jenis obatJumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

0-1 bulan

2-11 bulan

1-4 tahun

5-9 tahun

10-14 tahun

>=15 tahun

Page 8: Malaria

0Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4

Primakuin 1 ½ 2 2-31 Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-42 Klorokuin 1/8 1/4 ½ 1 1 ½ 2

Pada bayi diberikan terapi berdasarkan berat badan.Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita defisiensi

G6PD.Pemantauan :

a. Apabila pada hari ke-4 (H3)setelah pengobatan lini I penderita tetap demam tetapi tidak memburuk, di daerah yang sulit pemeriksaan laboratorium pengobatan diulangi dengan kina selama 7 hari dan primakuin 1 hari.

b. Bila ada 1 atau lebih tanda-tanda bahaya selama pengobatan maka ditangani sebagai malaria berat.Tanda – tanda bahaya :

Tidak bisa makan/minum Tidak sadar Kejang Muntah berulang Sangat lemah (tidak dapat duduk/berdiri)

Bila gagal diberikan Pengobatan lini kedua :

Hari Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

<1 bulan

1-4 bulan

5-9 tahun

10-14 tahun

>=15 tahun

0-6 Kina 3 x ½ 3 x 1 3x1 ½ 3 x 2

1 Primakuin 3/4 1 ½ 2 2-3

Pemantauan : bila pada hari ke-4 (H3) setelah pengobatan lini II tetap demam, segera dirujuk

2. Pengobatan radikal (dengan pemeriksaan mikroskopis) Ditemukan P.falciparum :

Pengobatan lini pertama:

Hari Jenis obatJumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

0-1 bulan

2-11 bulan

1-4 tahun

5-9 tahun

10-14 tahun

>=15 tahun

0Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4

Primakuin 3/4 1 ½ 2 2-31 Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-42 Klorokuin 1/8 1/4 ½ 1 1 ½ 2

Pemantauan : pada H3, H6, H27, bila malaria bertambah berat atau SADT positif maka diberikan pengobatan lini kedua.

Bila gagal diberikan Pengobatan lini kedua :Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis

Page 9: Malaria

tunggal)<1

bulan1-4

bulan5-9

tahun10-14 tahun

>=15 tahun

0-6 Sulfadoksin 3/4 1 ½ 2 3

1 Primakuin 3/4 1 ½ 2 2-3Pemantauan sama dengan pengobatan lini I, bila gagal diberikan pengobatan lini

ketiga.

Bila gagal diberikan Pengobatan lini ketiga :

Hari Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

<1 bulan

1-4 bulan

5-9 tahun

10-14 tahun

>=15 tahun

0-6 Kina 3 x ½ 3 x 1 3x1 ½ 3 x 2

1 Primakuin 3/4 1 ½ 2 2-3

Ditemukan P. vivax / P.ovale :

Hari Jenis obatJumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

0-1 bulan

2-11 bulan

1-4 tahun

5-9 tahun

10-14 tahun

>=15 tahun

0Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4

Primakuin 1/4 ½ 3/4 2

1Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4

Primakuin 1/4 ½ 3/4 2

2Klorokuin 1/8 1/4 ½ 1 1 ½ 2

Primakuin 1/4 ½ 3/4 23-13 Primakuin 1/4 ½ 3/4 2

Pengobatan P. vivax / P.ovale yang gagal dengan klorokuin :

Hari Jenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

<1 bulan

1-4 bulan

5-9 tahun

10-14 tahun

>=15 tahun

1-7 Kina 3 x ½ 3 x 1 3x1 ½ 3 x 2

1-14 Primakuin 1/4 ½ 3/4 1

Pengobatan P. vivax / P.ovale yang relapse:

MingguJenis obat

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)0-1

bulan2-11 bulan

1-4 tahun

5-9 tahun

10-14 tahun

>=15 tahun

1s/d8-12 Klorokuin 1/4 ½ 1 2 3 3-4

1s/d8-12 Primakuin 3/4 1½ 2 1/4 3

Page 10: Malaria

Bila terdapat tanda-tanda bahaya : tidak bisa makan/minum, tidak sadar, kejang, muntah berulang dan sangat lemah (tidak dapat duduk/berdiri) segera rujuk ke rumah sakit terdekat.

Pengobatan malaria berat :Ada 3 komponen penting :

a. Pengobatan spesifik dengan obat anti malariab. Pengobatan supportifc. Pengobatan komplikasi

I Pengobatan supportif Tindakan umum : a. Jaga jalan nafas, bila diperlukan, beri oksigen b. Perbaiki keadaan umum (terapi cairan dan perawatan umum c. Untuk konfirmasi diagnostik, lakukan SD tebal. Penilaian sesuai dengan kriteria diagnostic d. Bila hipotensi, tidurkan dalam posisi trendenlenburg dan diawasi secara intensif tensi, warna kulit, suhu laporkan ke dokter e. Rujuk ke rumah sakit f. Buat status penderita

Pengobatan simtomatik :a. antipiretik untuk menccegah hipertermi :parasetamol 15 mg/kgBB beri setiap

4 jam dan lakukan kompres hangatb. antikonvulsan bila kejang :diazepam 5-10 mg iv ulang 15 menit kemudian

bila masih kejang. Jangan dibeikan lebih dari 100 mg/24 jamc. alternative : Phenobarbital im 2x/hariII Pengobatan antimalaria Cara pemberian : Kina HCL 25 % (perinfus), dosis 10 mg/kgBB atau 1 ampul (isi 2ml=500mg) dilarutkan dalam dextrose 5% 500ml atau dextrose in salin tiap 8 jam. Diulang terus menerus sampai penderita dapat minum kina peroral. Bila tidak dapat dilakukan pemberian iv, maka diberikan dosis I kinin antipirin 10 mg / kgBB im (dosis tunggal) pemberian im dilakukan pada kedua paha masing-masing 0,5 dosis. Kina diencerkan dengan normal salin untuk menmdapatkan konsentrasi 60-100mg/ml. Kina tidak dapat diberikan secara bolus. Total dosis kina yang diperlukan : hari 0 : 30 mg/kgBB, hari I : 30 mg/kgBB, hari II dan berikutnya : 15-20 mg/kgBB, dosis max : 2000 mg/hari Hindari sikap badan tegak pada malaria akut selama pemberian kina, untuk menghindari hipotensi postural berat.III Pengobatan komplikasi Pada malaria serebral, bila koma selalu memakai prinsip ABC. Pada anemia berat, bila Ht < 15% atau Hb < 5 gr/dl berikan tranfusi darah dengan PRC, 10-20 ml/kgBB. Untuk mencegah overload, berikan furosemid 20 mg iv. Bila pasien gagal ginjal berikan tranfusi darah saja. Pada pasien hipoglikemi berikan 10-100ml glukosa 10% iv secara injeksi bolus. Infuse glukosa 5% atau 10% perlahan-lahan untuk maintenance. Monitoring tiap 4-6 jam. Pada pasien hipotensi sistolik <70 mmHg, koreksi hipovolemia dan monitor dengan CVP.

Page 11: Malaria

Pada pasien black water fever, beri cairan rehidrasi, monitoring CVP, bila Ht < 20% tranfusi darah, kemudian lanjutkan dengan pemberian kemoterapi antimalaria. Pada komplikasi lain tidak ada terapi khusus.

VII. PROGNOSISPrognosis buruk apabila :Indikator klinis :

Umur < 3 tahun Koma berat Kejang berulang Refleks kornea negative Deserebrasi Dijumpai disfungsi organ Terdapat perdarahan retina

Indikator laboratorium : Hiperparasitemia (.250000/ml atau .5%) Skizontemia dalam darah perifer Leukositosis PCV <20% Kadar hemoglobin ,7,1gr/dl Kadar glukosa darah <40mg/dl Kadar ureum . 60mg/dl Kadar glukosa LCS rendah Kadar kreatinin >3mg/dl Kadar laktat dalam LCS meningkat Kadar SGOT meningkat >3 kali normal Antitrombin rendah Peningkatan kadar 5-nukleotidase plasma