34
1 BAB I PENDAHULUAN Angka harapan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, mulai dari 80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang menjadi sekitar 60% di negara- negara berpenghasilan menengah dan dibawah 40% di negara-negara berpenghasilan rendah. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di negara berkembang kurang dapat dijelaskan terutama oleh kurangnya program deteksi dini, mengakibatkan tingginya proporsi wanita dengan penyakit stadium akhir, dan juga oleh kurangnya diagnosis yang memadai dan fasilitas pengolahan. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per 100.000 perempuan. Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau setidaknya dengan deteksi dini. Namun pasien kanker sering datang ke dokter dengan 1

mammo lengkp

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: mammo lengkp

1

BAB I

PENDAHULUAN

Angka harapan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, mulai

dari 80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang menjadi sekitar 60% di

negara-negara berpenghasilan menengah dan dibawah 40% di negara-negara

berpenghasilan rendah. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di negara

berkembang kurang dapat dijelaskan terutama oleh kurangnya program deteksi dini,

mengakibatkan tingginya proporsi wanita dengan penyakit stadium akhir, dan juga

oleh kurangnya diagnosis yang memadai dan fasilitas pengolahan.

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker

payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di

Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).  Ditambahkan, kanker

tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka

kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per

100.000 perempuan.

Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau

setidaknya dengan deteksi dini. Namun pasien kanker sering datang ke dokter dengan

kondisi yang sudah parah (stadium lanjut), karena pada stadium dini belum dirasakan

gejala yang mengkhawatirkan. Untuk kasus demikian keberhasilan penyembuhan

tergantung pada keberhasilan penanganan selanjutnya.

WHO melaksanakan program pengendalian kanker payudara secara

komprehensif yang meliputi pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan,

rehabilitasi dan perawatan paliatif. Deteksi dini dilakukan dengan menggunakan dua

metode yaitu kesadaran dari tanda-tanda awal dan gejala pada populasi yang memiliki

gejala untuk memfasilitasi diagnosis yang tepat dan pengobatan dini, dan skrining

yang dilakukan pada populasi tanpa gejala. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi

individu dengan kelainan sugestif kanker.

1

Page 2: mammo lengkp

2

Skrining mammografi adalah metode yang telah terbukti efektif. Hal ini dapat

mengurangi angka kematian kanker payudara sebesar 20 sampai 30% pada wanita

usia diatas 50 tahun pada negara-negara berpenghasilan tinggi ketika cakupan

skrining lebih dari 70%.

Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk mengenal secara dini

keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika mamografi dan

ultrasonografi dipakai bersama-sama dalam prosedur diagnostik, maka akan diperoleh

nilai ketepatan diagnosis sebesar 97%. Apabila kedua teknik tersebut dipergunakan

secara tersendiri akan diperoleh nilai ketepatan diagnostik untuk mamografi sebesar

94% sedangkan USG hanya 78%.

Mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak

yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit dan ini biasanya

ditemukan pada wanita dewasa diatas umur 40 tahun, yang pada umur tersebut

kekerapan terjadinya keganasan payudara makin meningkat. Peranan mamografi

menjadi berkurang pada payudara yang mempunyai jaringan fibroglandular padat

dimana keadaan ini sering terdapat pada wanita muda dibawah 30 tahun. Mamografi

juga berperan dalam mengenal keganasan payudara pada penderita yang secara klinis

teraba benjolan yang bersifat jinak, baik itu di payudara yang sama atau payudara

yang kontralateral. Skrining dengan menggunakan mamografi dapat memperlihatkan

kelainan yang tidak dapat diraba oleh seorang dokter.

BAB II

2

Page 3: mammo lengkp

3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PAYUDARA

Payudara terletak pada bagian anterior dinding thorax, mulai costae 2 atau 3

sampai costae 6 atau 7, berbentuk kerucut, simetris, yang bervariasi dalam bentuk dan

ukurannya. Pada dasarnya payudara terdiri dari papilla, areola, kulit, lemak subkutis,

jaringan parenkim dan jaringan ikat.

Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus yang masing-masing

mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus. Di antara

lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi

rangka untuk payudara. Lobulus merupakan unit sekresi mammae. Tiap lobulus

terdiri atas sejumlah asinus, atau kelenjar yang berada di dalam jaringan ikat longgar

dan berhubungan dengan duktus intralobularis. Tiap asinus tersusun atas dua tipe sel

yaitu epitel dan mioepitel. Sel epitel merupakan sel sekresi. Sel epitel dikelilingi oleh

sel mioepitel yang mengandung protein kontraktil yang mempunyai fungsi mekanik.

Biasanya, perempuan muda cenderung memiliki jaringan kelenjar payudara

yang lebih padat. Pada wanita yang lebih tua, kepadatan mammographic cenderung

menurun, dengan penggantian jaringan kelenjar oleh jaringan lemak. Namun, ada

wanita muda yang memiliki jaringan lemak yang padat pada gambaran

3

Page 4: mammo lengkp

4

mamografinya. Klasifikasi sistem telah dikembangkan untuk menggambarkan

kepadatan jaringan payudara pada mamografi. Salah satu yang paling dikenal adalah

klasifikasi Wolfe.

Wolfe N1 pola mengacu pada payudara yang mengandung proporsi yang tinggi

dari jaringan lemak, tidak tampak bayangan duktus

Wolfe DY mengacu pada jaringan payudara yang sangat padat, jaringan

kelenjar lebih dominan disebut dysplastic breast

Wolfe P1 mengacu pada payudara didominasi jaringan lemak dengan jaringan

kelenjar terlihat di bagian anterior <25%

Wolfe P2 mengacu pada payudara dengan jaringan kelenjar lebih dominan

terlihat > 25%.

Klasifikasi lain yang biasanya digunakan oleh American College of Radiology

adalah BI-RADS (Breast Imaging Reporting and Data System) :

BI-RADS tipe 1 = hampir seluruhnya lemak, jaringan kelenjar < 25% (disebut

sebagai densitas rendah)

BI-RADS tipe 2 = kelenjar fibroglandular tersebar sekitar 25%-50% dari

payudara (densitas rata-rata)

BI-RADS tipe 3 = kepadatan heterogen, kelenjar berkisar 51%-75% dari

payudara (densitas tinggi)

BI-RADS tipe 4 = sangat padat, jaringan kelenjar > 75% dan fibrosa (kepadatan

sangat tinggi)

4

Page 5: mammo lengkp

5

Representasi payudara berdasarkan klasifikasi BI-RADS. Keterangan: BI-RADS tipe 1 (A), BI-

RADS tipe 2 (B), BI-RADS tipe 3 (C), BI-RADS tipe 4 (D)

2.2 MAMMOGRAFI

Mammografi adalah pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar-X yang

terutama bertujuan untuk menyaring adanya kelainan neoplasma ganas, namun lebih

dari itu mammografi juga bermanfaat untuk mendeteksi kelainan selain keganasan.

Pemeriksaan penyaring didefinisikan sebagai evaluasi terhadap suatu populasi wanita

'normal', tanpa keluhan atau gejala yang mengarah ke tumor payudara dalam usaha

mendeteksi kanker dini.

Secara tidak langsung tindakan ini merupakan upaya untuk menekan mortalitas

yang disebabkan oleh kanker payudara. Karena seperti diyakini bahwa makin dini

kanker payudara ditemukan, makin baik prognosisnya. Namun masih banyak suara-

suara yang tidak menyetujui atau meragukan pendapat di atas, terutama peranan

mammografi dalam mendeteksi kelainan payudara pada pasien tanpa gejala.

5

Page 6: mammo lengkp

6

2.3 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MAMOGRAFI

Upaya pertama penggunaan radiografi untuk diagnosis kelainan payudara

dibuat di akhir 1920-an, tapi mamografi yang kita pahami saat ini, menggunakan X-

ray unit baru dikembangkan di tahun 60an. Secara singkat ada tiga periode utama

dalam sejarah mamografi. Periode yang pertama dimulai pada tahun 1913 dengan

pengamatan seorang ahli bedah Jerman, A. Salomon memberikan konstribusi yang

penting dalam sejarah mamografi. Pada saat ini anatomi radiologi dibandingkan

dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Pada tahun 1940 sampai sekitar 1970

pengembangan teknik oleh ahli radiologi dan kemudian oleh industri, dibawah

dorongan Ch. Gross, sejak tahun “Compagnie Generale de Radiologie” (CGR)

membuat “Senographe”. Pemasaran peralatan mamografi mendorong revolusi dalam

pencitraan payudara. Pada kuarter terakhir sampai pada abad 20 ini, terutama sejak

tahun 1970 mamografi merupakan teknik yang tepat skrining kanker payudara. Salah

satu pelopor adalah Ph Strax dari Amerika Serikat dengan penelitiannya yang diberi

nama “Health Insurance Plan (HIP) of NY” dimana dilaporkan penurunan angka

mortalitas karena mamografi. Kemudian pada akhir tahun 80an USG dan MRI

merupakan teknik tambahan untuk menunjang mamografi dalam diagnosis kanker

payudara.

Senographe pertama (A), mesin mamografi yang dproduksi pertama oleh CGR (B)

6

BA

Page 7: mammo lengkp

7

Mammografi pada awalnya dikembangkan secara konvensional dengan gambar

yang dituangkan dalam film (film dalam kaset yang dirancang khusus). Namun

semakin berkembangnya zaman, produsen mengembang alat mamografi digital.

Keuntungan utama dari sistem mamografi digital adalah pemisahan gambar,

pengolahan akuisisi dan tampilan, yang memungkinkan masing-masing langkah yang

harus dioptimalkan. Mamografi digital juga banyak mengalami perkembangan, dari

yang menggunakan Photostimulable Fosfor Computed Radiografi (CR), kemudian

“Charge Couple Device” (CCD) dengan tujuan menghasilkan gambar dalam format

digital yang dapat memanipulasi tampilan dari gambar untuk mengoptimalkan

kualitas gambar. Mammogram digital terbaik dilaporkan menggunakan workstation

dilengkapi dengan monitor resolusi tinggi.

Mesin mamografi digital

Pembaca lebih suka film tampilan mammogram digital. Daerah anatomis yang

berbeda seperti kulit, wilayah dan daerah parenkim retromamillary padat terlihat

lebih baik digital dari pada layar/mammogram film. Kelainan seperti

microcalcifications dan massa mungkin lebih mencolok pada mammogram digital.

Hal ini penting untuk menentukan apakah peningkatan dalam visualisasi struktur di

payudara berkaitan peningkatan tingkat deteksi kanker.

7

Page 8: mammo lengkp

8

Skrening mammogram pada wanita usia 57 tahun, dengan parenkim payudara padat

dan microcalcifications jinak yang tersebar dengan proyeksi MLO (A) konvensional /

film (B) sistem mamografi digital.

2.4 TEKNIK PEMERIKSAAN

Mammografi adalah foto rontgen payudara dengan mempergunakan peralatan

khusus. Cara ini sederhana dan dapat dipercaya untuk menemukan kelainan-kelainan

di payudara, tidak sakit dan memerlukan kontras. Mammografi mampu mendeteksi

karsinoma payudara ukuran kecil, lebih kecil dari 0,5 cm bahkan pada tumor yang

tidak teraba (unpalpable tumor). Cara ini dapat dipergunakan untuk scrining massal

terutama golongan resiko tinggi. Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah

untuk mengenali secara dini keganasan payudara.

Mamografi yang efektif membutuhkan gambar berkualitas tinggi dengan

densitas film dan kontras yang optimal, dengan resolusi tinggi dan dosis radiasi yang

rendah. Hal ini sangat penting untuk mendeteksi kanker kecil karena tanda-tanda

radiologis mungkin sangat halus. Peralatan mamografi dan teknik yang digunakan

oleh karena itu harus memperhitungkan variasi luas dalam ukuran payudara, variasi

dalam jumlah relatif dari jaringan lemak, kelenjar dan stroma jaringan, dan kontras

8

BA

Page 9: mammo lengkp

9

rendah antara jaringan payudara yang normal dan lesi patologis pada umumnya.

Untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi alat Xray mamografi harus dilengkapi

dengan fitur sebagai berikut :

1. Generator. Generator modern dengan tegangan tinggi menghasilkan potensial

output yang konstan dengan output yang tinggi diharapkan dapat mengurangi

waktu paparan dan meminimalisasi ketidakjelasan gambar karena adanya

pergerakan.

2. Tabung X-ray. Yang paling sering digunakan dengan kombinasi target-filter

yaitu target Molybdenum (Mo) dengan filter Mo 0,03 mm. Puncak kilovoltase

antara 26-30 kv dan tersering 28 kv. Energy yang lebih rendah antara 17-20 kv,

dapat menghasilkan kontras maksimum yang berasal dari jaringan lunak

payudara.

3. Automatic exposure control (AEC). AEC secara otomatis mengontrol durasi

pemaparan densitas optimum dari mammogram dapat dipertahankan pada

berbagai ukuran dan kepadatan payudara yang berbeda. Biasanya perangakat

AEC ini diposisikan 3-5 cm posterior putting susu dimana diperkirakan

jaringan kelenjar yang paling padat.

4. Grid radiasi sekunder. Penggunaan system grid yang bergerak meningkatkan

resolusi dan kontras dengan menurunkan radiasi hambur.

5. Kompresi. Biasanya kompresi payudara diharapkan mencapai ketebalan 4cm.

Efek dari kompresi adalah :

Menurunkan dosis

Mengurangi sinar hambur, meningkatkan kontras

Mengurangi ketidakjelasan geometric

Mengurang ketidakjelasan karena gerakan

Mengurangi perbedaan ketebalan dari berbagai bagian payudara

Mengurangi overlapping jaringan, meningkatkan resolusi.

Mamografi menggunakan radiasi pengion untuk gambar payudara. Risiko

radiasi pengion sudah banyak diketahui, untuk itu dijaga agar dosis radiasi yang

9

Page 10: mammo lengkp

10

diberikan serendah mungkin. Dosis radiasi untuk pemeriksaan dua tampilan standar

dari kedua payudara adalah sekitar 4,5 mGy. Dosis yang lebih tinggi dalam program

screening, dapat merangsang terjadinya kanker payudara setelah terkena radiasi.

Diperkirakan bahwa risiko merangsang kanker payudara pada wanita telah

dpublikasikan di Inggris melalui National Health Service Breast Screening Program

(NHSBSP) yaitu 1 dari 100 000 per mGy. Perhitungan antara risiko dan manfaat telah

dipertimbangkan dan hasilnya menunjukan bahwa manfaat dari skrining jauh lebih

besar daripada risiko merangsang kanker, dengan rasio perbandingan nyawa yang

diselamatkan dan yang hilang kira-kira 100 : 1.

2.5 PROYEKSI MAMOGRAFI

Ada dua proyeksi standar mamografi yaitu : proyeksi obliq mediolateral (MLO)

dan proyeksi kraniokaudal (CC). MLO diambil dengan sinar X-ray yang diarahkan

dari superomedial ke inferolateral, biasanya pada sudut 30-60°, dengan kompresi

yang diterapkan miring di dinding dada, tegak lurus dengan sumbu panjang dari otot

pectoralis mayor. Proyeksi MLO adalah proyeksi satu-satunya di mana semua

jaringan payudara dapat ditunjukkan pada gambar yang tunggal. Proyeksi MLO

dengan posisi yang baik harus menunjukkan sudut inframammary, puting diposisikan

pada level batas bawah dari otot pectoralis major, dengan otot melintasi batas

posterior dari film pada sudut 25-30 ° ke vertikal.

Untuk proyeksi CC, sinar X-ray diarahkan dari atas ke inferior. Posisi dicapai

dengan menarik payudara ke atas dan ke depan menjauh dari dinding dada, dengan

kompresi yang diterapkan dari atas. Proyeksi CC dengan posisi yang baik harus

menunjukkan hampir semua jaringan medial dan mayoritas dari jaringan lateral

dengan pengecualian ekor aksiler payudara. Otot pektoralis major terletak di tengah

film CC pada sekitar sekitar 30% dari individu dan kedalaman jaringan payudara

harus didemonstrasikan dalam jarak 1 cm dari puting ke pectoralis major pada

proyeksi MLO.

10

Page 11: mammo lengkp

11

Titik Pandang Pengambilan Citra

Berdasarkan citra yang diperoleh dari hasil pemeriksaan mamografi ini maka dapat

dilihat normal atau tidaknya payudara.

Proyeksi standart mamografi. Keterangan : proyeksi MLO (A), proyeksi CC (B)

11

BA

Page 12: mammo lengkp

12

Mamogram. Keterangan : Proyeksi MLO (A). proyeksi CC (B)

Proyeksi tambahan dapat diambil untuk memecahkan masalah diagnostik

tertentu. Misalnya, tampilan CC bisa diputar untuk memvisualisasikan gambar yang

lebih baik dari aspek lateral atau medial payudara dibandingkan dengan proyeksi CC

standar. Kompresi lokal atau 'paddle wiew' dapat dilakukan melibatkan aplikasi

kompresi lebih kuat untuk area lokal dengan menggunakan dayung kompresi.

Proyeksi ini digunakan untuk membedakan lesi nyata dari superimposisi jaringan

normal dan untuk menentukan batas dari massa.

12

A B

Page 13: mammo lengkp

13

Posisi untuk proyeksi dengan kompresi local

Pandangan lateral dapat digunakan agar dapat membedakan superimposisi

struktur normal dari lesi nyata atau untuk meningkatkan ketepatan lokalisasi dari lesi

yang tidak teraba. Pandangan lateral yang benar dilakukan dengan unit mamografi

yang diputar 90° dan sinar X-ray mediolateral atau lateromedial.

Proyeksi dengan pembesaran (magnifikasi) merupakan proyeksi yang paling

sering dilakukan untuk memeriksa area microcalcifications dalam payudara, untuk

menentukan ciri dan menetapakan luas dari kalsifikasi tersebut. Proyeksi dengan

pembesaran biasanya dilakukan dalam proyeksi craniocaudal dan lateral.

Teknik mammographi mungkin perlu dimodifikasi pada perempuan dengan

payudara implan. Silikon dan implan saline adalah radio-opak dan dapat

mengaburkan banyak jaringan payudara. Akibatnya, mamografi adalah nilai

diagnosis yang terbatas pada beberapa perempuan. Teknik Eklund dapat digunakan

untuk menggantikan implan posterior, belakang plat kompresi, memaksimalkan

volume jaringan payudara yang dikompresi dan dicitrakan.

13

Page 14: mammo lengkp

14

Proyeksi tambahan pada mamografi. Keterangan: (A) suatu daerah yang

menjadi perhatian identifikasi pada proyeksi lateral kiri, (B) “paddle view” dilakukan

kecurigaan adanya dua lesi massa speculates. Keduanya terbukti menjadi karsinoma

invasive pada biopsy berikutnya

2.6 INDIKASI MAMOGRAFI

Indikasi pemeriksaan mamografi :

1. Adanya benjolan pada payudara

2. Adanya rasa tidak enak pada payudara

14

B B

A

Page 15: mammo lengkp

15

3. Pada penderita dengan riwayat risiko tinggi untuk mendapatkan keganasan

payudara

4. Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan

5. Penyakit paget pada puting susu

6. Adanya penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer

7. Pada penderita dengan cancer-phobia.

Menurut referensi lainya, indikasi mamografi adalah :

1. Skrening pada wanita asimptomatik pada wanita usia 50 tahun atau lebih.

2. Skrening pada wanita asimptomatik pada usia 35 tahun atau lebih yang

mempunyai resiko berkembangnya kanker payudara:

Wanita yang memiliki satu atau lebih saudara pada derajat pertama

keluarga yang didiagnosis menderita kanker payudara postmenopause.

Wanita yang memiliki faktor resiko yang ditemukan secara histologik

pada operasi yang dilakukan sebelumnya contohnya hyperplasia duktal

atipik.

3. Investigasi pada wanita dengan gejala pada usia 35 tahun atau lebih dengan

benjolan di payudara atau bukti klinis lain dari kanker payudara.

4. Pengawasan payudara setelah eksisi lokal kanker payudara.

5. Evaluasi benjolan payudara pada wanita setelah mendapat mammoplasty.

6. Investigasi benjolan payudara yang mencurigakan pada pria.

2.7 SKRINING KANKER PAYUDARA

Tujuan utama skrining dengan mamografi adalah untuk menurunkan angka

mortalitas dari kanker payudara dengan mendeteksi kanker ketika masih kecil,

sebelum kanker tersebut berkembang dan menyebar secara lebih luas dan prognosis

dari terapi yang dilakukan akan lebih baik dibandingkan tumor yang lebih besar.

Ketepatan mamografi bergantung pada banyak factor diantaranya teknik,

kualitas gambar, pengalaman ahli radiologi dalam membaca mamogram, namun

ketepatan mamografi ini berkisar antara 66-98%. Nilai ketepatan diagnostik

15

Page 16: mammo lengkp

16

mamografi berkisar antara 80-94% untuk tumor ganas dan 90-93% untuk tumor

jinak.

2.8 PERSIAPAN PASIEN

Persiapan mammogram dimulai pada penjadwalan ketika pasien diberi petunjuk

khusus untuk mempersiapkan diri untuk melakukan pemeriksaan. Penjadwalan

mammogram setelah menstruasi akan mengurangi ketidaknyamanan yang mungkin

terjadi saat menekan payudara. Cara terbaik adalah untuk jadwal mammogram bagi

perempuan yang tidak menopause 5 sampai 7 hari terakhir setelah mens.

Pasien akan melepas semua pakaian dari pinggang ke atas, sehingga disarankan

untuk memakai celana dan blus yang mudah dilepas. Pasien tidak boleh

menggunakan deodoran, parfum, atau bedak sebelum pemeriksaan karena dapat

menghasilkan artefak pada mammogram yang mengakibatkan salah tafsir.. Riwayat

penyakit pasien harus diketahui karena dapat mengungkapkan apakah diperlukan

proyeksi mammogram tambahan. Setiap mammogram yang sudah dilakukan di

tempat lain sebelumnya dibawa.

2.9 PEMBACAAN MAMOGRAM

Mammogram harus dilihat dalam kondisi pencahayaan yang optimal. Film-film

harus diperiksa apakah identifikasinya label benar dan kualitas radiografi. Pola

parenkim keseluruhan payudara dinilai. Standar gambaran proyeksi mediolateral

oblique dan craniocaudal dipelajari dengan tepat pada film payudara kiri dan kanan

`back to back' sehingga simetri payudara jaringan dapat diperiksa. Sebuah pencarian

sistematis untuk tanda-tanda mammographic abnormal dibuat dan tanda-tanda

abnormal apapun harus dianalisis untuk memutuskan perlunya penyaringan

pemeriksaan lainya.

Gambaran patologi payudara :

16

Page 17: mammo lengkp

17

1. Kelainan jinak payudara (benigna)

Untuk tumor jinak mamografi memberikan tanda :

Lesi dengan densitas meningkat, batas tegas, licin, dan teratur

Adanya halo

Kadang-kadang tampak perkapuran yang kasar dan umumnya dapat dihitung

a) Kista

Kista merupakan penyebab paling umum dari massa payudara,

walaupun mereka sering multiple dan bilateral. Biasanya sering terjadi antara

usia 20 dan 50 tahun, dengan insiden puncak antara 40 dan 50 tahun. Kista

sederhana (simple cyst) tidak terkait dengan peningkatan risiko keganasan dan

tidak memiliki potensi ganas. Pada mamografi terlihat massa bulat atau oval

dan kadang terlihat karakteristik halo. Diagnosis yang lebih akurat dari

pemeriksaan USG tampak masa oval dengan posterior enhancement.

Kista dengan masa bulat batas tegas dengan halo.

b) Fibroadenoma

Fibroadenoma merupakan penyebab paling umum dari suatu massa

padat jinak di payudara, secara klinis masa halus, batas tegas, benjolan

mobile. Paling sering ditemui pada wanita muda dengan puncak kejadian pada

dasawarsa ketiga. Pada mamografi, fibroadenoma dipandang sebagai massa

17

Page 18: mammo lengkp

18

yang jelas, bulat atau oval. Pada kebanyakan kasus mereka soliter, tetapi pada

10-20% multipel. Kalsifikasi kasar dapat ditemukan pada fibroadenoma,

terutama pada wanita yang lebih tua.

Fibroadenoma.

c) Papiloma

Papiloma adalah neoplasma jinak, timbul di saluran, baik secara

sentral atau perifer dalam payudara. Banyak papiloma mengeluarkan material

cair yang mengarah ke puting mengakibatkan nipple discharge. Papiloma

sering rapuh dan mudah berdarah, sehingga mungkin berlumuran darah. Pada

mamografi, dapat dilihat sebagai massa yang jelas, umumnya di lokasi

retroareolar. Kadang-kadang massa dikaitkan dengan microcalcifications.

Papiloma kecil multipel

18

Page 19: mammo lengkp

19

d) Lipoma

Lipoma adalah tumor jinak terdiri dari lemak secara klinis lembut,

massa lobulated. Lipoma besar mungkin terlihat pada mammografi sebagai

massa radiolusen

Lipoma, masa dengan densitas lemak, dengan kapsul yang tipis.

e) Hamartoma

Hamartoma adalah massa payudara jinak terdiri dari struktur lobular,

stroma dan jaringan adiposa, komponen yang membentuk jaringan payudara

normal. Mereka terjadi pada semua usia. Pada pencitraan mereka mungkin

dibedakan dari massa jinak lainnya, seperti fibroadenoma. Hamartomas

kadang-kadang besar, dan mudah terdeteksi pada pemeriksaan mammogram,

massa berbatas tegas baik berisi campuran daerah padat dan berkilau, yang

mencerminkan komponen jaringan yang berbeda ini. Diagnostiknya sulit

karena spesimen biopsi perkutan dapat dilaporkan sebagai jaringan payudara

normal.

19

Page 20: mammo lengkp

20

Hamartoma, tampak masa lobulated dengn berbagai daerah padat yang

mencerminkan adanya unsure-unsur jaringan lemak dan jaringan lunak.

2. Kelainan ganas payudara

Tanda primer :

Kepadatan tumor dengan peningkatan densitas, batas tumor tak teratur,

merupakan spikula atau mempunyai ekor seperti komet.

Perbedaan besar tumor pada pemeriksaan klinis dan mamografi.

Adanya mikrokalsifikasi yang spesifik.

Tanda sekunder :

Perubahan pada kulit berupa penebalan dan retraksi.

Kepadatan yang asimetris.

Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular yang tak teratur.

Bertambahnya vaskularisasi yang asimetri.

Pembesaran kelenjar aksiler.

Bentuk tumor ganas mempunyai banyak variasi :

a) Tumor yang dikelilingi akar radier (speculated mass= stellate mass)

Merupakan gambaran mamografi yang paling sering ditemukan pada kanker

payudara invasive. Terdiri atas masa tumor jaringan lunak di sentral dan spikula

pada permukaan yang menyebar ke skitarnya. Semakin besar tumor, akar spikula

akan semakin panjang. Kadang disertai dengan kalsifikasi yang kasar dan sering

dikaitkan dengan besarnya tumor yang mengakibatkan nekrosis.

20

Page 21: mammo lengkp

21

Masa spikula (ditunjukan dengan tanda panah) karsinoma invasive, (A) proyeksi

lateral, (B) kompresi local dengan magnifikasi.

b) Tumor dengan batas yang rata.

Tumor dengan batas yang rata (malignan) paling sering terdapat pada intracystic

carcinoma, medullary carcinoma (tumbuh dengan cepat biasanya pada wanita

umur kurang dari 50 tahun, mucinous/ colloid carcinoma (prognosisnya baik, dan

biasanya pada wanita lebih dari 50 tahun) dan jarang terdapat pada carcinoma

ductal invasive atau sarcoma.

1. Karsinoma duktus invasive, 2. Mucinous carcinoma

21

BA

Page 22: mammo lengkp

22

Intracistic carcinoma. Dengan kompresi local menunjukan masa berbatas tegas dan

mikrokalsifikasi ireguler.

c) Mikrokalsifikasi

Deteksi adanya mikrokalsifikasi yang ditemukan secara tunggal menunjukan

kelainan sebesar 25% dalam mendeteksi karsinoma. Kalsifikasi duktal ditemukan

pada Ductal Carcinoma in situ (DCIS) yang merupakan transformasi ganas dari

sel epitel yang melapisi saluran yang dapat meluas ke lobulus dan di mana sel

berkembang biak yang dibatasi oleh membran basal utuh.

22

Page 23: mammo lengkp

23

Duktal karsinoma in situ-tipe (A-C) microcalcification bercabang tidak teratur linier

23

Page 24: mammo lengkp

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Breast cancer : prevention and control. Available from:

http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index[cited 2011 May

23]

2. Coleman MP et al. Cancer survival in five continents: a worldwide

population-based study (CONCORD). Lancet Oncol 9 : 730–56, 2008.

3. Anonim. Jika tidak dikendalikan 26 juta orang di dunia menderita kanker.

Pusat komunikasi publik, Sekretariat Jenderal Kementrian kesehatan RI.

Available from:

http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/34-press-

release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-

kanker-.pdf [cited 2011 May 23]

4. Boyle P, Levin B. Word cancer report 2008. Available from :

http://www.iarc.fr/en/publications/pdfs-online/wcr/2008/index.php [cited

2011 May 23]

5. Makes D : Mamografi payudara. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta.

Departemen Radiologi FK UI RSCM. 2005.

24

Page 25: mammo lengkp

25

6. James JJ et al. The Breast in Women’s Imaging. Grainger & Allison's

Diagnostic Radiology, 5th ed. Philadelpia. Churcill Livingstone. 2008.

7. Meschan I, Bertrand ML. Radiologi of the breast. Roentgen Signs in

Diagnostic Imaging second edition. Philadelpia. W.B Saunders Company.

1987:221-262.

8. Joseph N. Breast Mammography: Correlated Ultrasound, MRI, CT, and

SPECT-CT.2008. Available from : http://www.ceessentials.net/article40.html

[cited 2011 May 23]

9. Brisson J, Diorio C, Masse B : Wolfe’s Parenchymal pattern and percentage

of the breast with mammographic densities: redundant or complementary

classification? Cancer Epidemiol Biomarkers 12:728-732, 2003.

10. Kerlikowske K et al: Longitudinal Measurement of Clinical Mammographic

Breast Density to Improve Estimation of Breast Cancer Risk. J Natl Cancer

Inst 99: 386 – 95, 2007.

11. Steen VA, Tiggelen RV: Short History of Mammography: A Belgian

Perspective. JBR-BTR 90: 151-153, 2007.

12. Michell MJ. The breast in Textbook of Radiology and Imaging Volume II

seventh edition. Philadlpia : Churchill Livingstone. 2003: 1451-86.

25