Upload
anggi-nafaan
View
31
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
Angka harapan hidup kanker payudara sangat bervariasi di seluruh dunia, mulai
dari 80% atau lebih di Amerika Utara, Swedia dan Jepang menjadi sekitar 60% di
negara-negara berpenghasilan menengah dan dibawah 40% di negara-negara
berpenghasilan rendah. Tingkat kelangsungan hidup yang rendah di negara
berkembang kurang dapat dijelaskan terutama oleh kurangnya program deteksi dini,
mengakibatkan tingginya proporsi wanita dengan penyakit stadium akhir, dan juga
oleh kurangnya diagnosis yang memadai dan fasilitas pengolahan.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker
payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di
Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Ditambahkan, kanker
tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan angka
kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16 per
100.000 perempuan.
Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau
setidaknya dengan deteksi dini. Namun pasien kanker sering datang ke dokter dengan
kondisi yang sudah parah (stadium lanjut), karena pada stadium dini belum dirasakan
gejala yang mengkhawatirkan. Untuk kasus demikian keberhasilan penyembuhan
tergantung pada keberhasilan penanganan selanjutnya.
WHO melaksanakan program pengendalian kanker payudara secara
komprehensif yang meliputi pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan,
rehabilitasi dan perawatan paliatif. Deteksi dini dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu kesadaran dari tanda-tanda awal dan gejala pada populasi yang memiliki
gejala untuk memfasilitasi diagnosis yang tepat dan pengobatan dini, dan skrining
yang dilakukan pada populasi tanpa gejala. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi
individu dengan kelainan sugestif kanker.
1
2
Skrining mammografi adalah metode yang telah terbukti efektif. Hal ini dapat
mengurangi angka kematian kanker payudara sebesar 20 sampai 30% pada wanita
usia diatas 50 tahun pada negara-negara berpenghasilan tinggi ketika cakupan
skrining lebih dari 70%.
Tujuan utama pemeriksaan mamografi adalah untuk mengenal secara dini
keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika mamografi dan
ultrasonografi dipakai bersama-sama dalam prosedur diagnostik, maka akan diperoleh
nilai ketepatan diagnosis sebesar 97%. Apabila kedua teknik tersebut dipergunakan
secara tersendiri akan diperoleh nilai ketepatan diagnostik untuk mamografi sebesar
94% sedangkan USG hanya 78%.
Mamografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak
yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit dan ini biasanya
ditemukan pada wanita dewasa diatas umur 40 tahun, yang pada umur tersebut
kekerapan terjadinya keganasan payudara makin meningkat. Peranan mamografi
menjadi berkurang pada payudara yang mempunyai jaringan fibroglandular padat
dimana keadaan ini sering terdapat pada wanita muda dibawah 30 tahun. Mamografi
juga berperan dalam mengenal keganasan payudara pada penderita yang secara klinis
teraba benjolan yang bersifat jinak, baik itu di payudara yang sama atau payudara
yang kontralateral. Skrining dengan menggunakan mamografi dapat memperlihatkan
kelainan yang tidak dapat diraba oleh seorang dokter.
BAB II
2
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI PAYUDARA
Payudara terletak pada bagian anterior dinding thorax, mulai costae 2 atau 3
sampai costae 6 atau 7, berbentuk kerucut, simetris, yang bervariasi dalam bentuk dan
ukurannya. Pada dasarnya payudara terdiri dari papilla, areola, kulit, lemak subkutis,
jaringan parenkim dan jaringan ikat.
Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus yang masing-masing
mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus. Di antara
lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara. Lobulus merupakan unit sekresi mammae. Tiap lobulus
terdiri atas sejumlah asinus, atau kelenjar yang berada di dalam jaringan ikat longgar
dan berhubungan dengan duktus intralobularis. Tiap asinus tersusun atas dua tipe sel
yaitu epitel dan mioepitel. Sel epitel merupakan sel sekresi. Sel epitel dikelilingi oleh
sel mioepitel yang mengandung protein kontraktil yang mempunyai fungsi mekanik.
Biasanya, perempuan muda cenderung memiliki jaringan kelenjar payudara
yang lebih padat. Pada wanita yang lebih tua, kepadatan mammographic cenderung
menurun, dengan penggantian jaringan kelenjar oleh jaringan lemak. Namun, ada
wanita muda yang memiliki jaringan lemak yang padat pada gambaran
3
4
mamografinya. Klasifikasi sistem telah dikembangkan untuk menggambarkan
kepadatan jaringan payudara pada mamografi. Salah satu yang paling dikenal adalah
klasifikasi Wolfe.
Wolfe N1 pola mengacu pada payudara yang mengandung proporsi yang tinggi
dari jaringan lemak, tidak tampak bayangan duktus
Wolfe DY mengacu pada jaringan payudara yang sangat padat, jaringan
kelenjar lebih dominan disebut dysplastic breast
Wolfe P1 mengacu pada payudara didominasi jaringan lemak dengan jaringan
kelenjar terlihat di bagian anterior <25%
Wolfe P2 mengacu pada payudara dengan jaringan kelenjar lebih dominan
terlihat > 25%.
Klasifikasi lain yang biasanya digunakan oleh American College of Radiology
adalah BI-RADS (Breast Imaging Reporting and Data System) :
BI-RADS tipe 1 = hampir seluruhnya lemak, jaringan kelenjar < 25% (disebut
sebagai densitas rendah)
BI-RADS tipe 2 = kelenjar fibroglandular tersebar sekitar 25%-50% dari
payudara (densitas rata-rata)
BI-RADS tipe 3 = kepadatan heterogen, kelenjar berkisar 51%-75% dari
payudara (densitas tinggi)
BI-RADS tipe 4 = sangat padat, jaringan kelenjar > 75% dan fibrosa (kepadatan
sangat tinggi)
4
5
Representasi payudara berdasarkan klasifikasi BI-RADS. Keterangan: BI-RADS tipe 1 (A), BI-
RADS tipe 2 (B), BI-RADS tipe 3 (C), BI-RADS tipe 4 (D)
2.2 MAMMOGRAFI
Mammografi adalah pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar-X yang
terutama bertujuan untuk menyaring adanya kelainan neoplasma ganas, namun lebih
dari itu mammografi juga bermanfaat untuk mendeteksi kelainan selain keganasan.
Pemeriksaan penyaring didefinisikan sebagai evaluasi terhadap suatu populasi wanita
'normal', tanpa keluhan atau gejala yang mengarah ke tumor payudara dalam usaha
mendeteksi kanker dini.
Secara tidak langsung tindakan ini merupakan upaya untuk menekan mortalitas
yang disebabkan oleh kanker payudara. Karena seperti diyakini bahwa makin dini
kanker payudara ditemukan, makin baik prognosisnya. Namun masih banyak suara-
suara yang tidak menyetujui atau meragukan pendapat di atas, terutama peranan
mammografi dalam mendeteksi kelainan payudara pada pasien tanpa gejala.
5
6
2.3 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MAMOGRAFI
Upaya pertama penggunaan radiografi untuk diagnosis kelainan payudara
dibuat di akhir 1920-an, tapi mamografi yang kita pahami saat ini, menggunakan X-
ray unit baru dikembangkan di tahun 60an. Secara singkat ada tiga periode utama
dalam sejarah mamografi. Periode yang pertama dimulai pada tahun 1913 dengan
pengamatan seorang ahli bedah Jerman, A. Salomon memberikan konstribusi yang
penting dalam sejarah mamografi. Pada saat ini anatomi radiologi dibandingkan
dengan hasil pemeriksaan mikroskopik. Pada tahun 1940 sampai sekitar 1970
pengembangan teknik oleh ahli radiologi dan kemudian oleh industri, dibawah
dorongan Ch. Gross, sejak tahun “Compagnie Generale de Radiologie” (CGR)
membuat “Senographe”. Pemasaran peralatan mamografi mendorong revolusi dalam
pencitraan payudara. Pada kuarter terakhir sampai pada abad 20 ini, terutama sejak
tahun 1970 mamografi merupakan teknik yang tepat skrining kanker payudara. Salah
satu pelopor adalah Ph Strax dari Amerika Serikat dengan penelitiannya yang diberi
nama “Health Insurance Plan (HIP) of NY” dimana dilaporkan penurunan angka
mortalitas karena mamografi. Kemudian pada akhir tahun 80an USG dan MRI
merupakan teknik tambahan untuk menunjang mamografi dalam diagnosis kanker
payudara.
Senographe pertama (A), mesin mamografi yang dproduksi pertama oleh CGR (B)
6
BA
7
Mammografi pada awalnya dikembangkan secara konvensional dengan gambar
yang dituangkan dalam film (film dalam kaset yang dirancang khusus). Namun
semakin berkembangnya zaman, produsen mengembang alat mamografi digital.
Keuntungan utama dari sistem mamografi digital adalah pemisahan gambar,
pengolahan akuisisi dan tampilan, yang memungkinkan masing-masing langkah yang
harus dioptimalkan. Mamografi digital juga banyak mengalami perkembangan, dari
yang menggunakan Photostimulable Fosfor Computed Radiografi (CR), kemudian
“Charge Couple Device” (CCD) dengan tujuan menghasilkan gambar dalam format
digital yang dapat memanipulasi tampilan dari gambar untuk mengoptimalkan
kualitas gambar. Mammogram digital terbaik dilaporkan menggunakan workstation
dilengkapi dengan monitor resolusi tinggi.
Mesin mamografi digital
Pembaca lebih suka film tampilan mammogram digital. Daerah anatomis yang
berbeda seperti kulit, wilayah dan daerah parenkim retromamillary padat terlihat
lebih baik digital dari pada layar/mammogram film. Kelainan seperti
microcalcifications dan massa mungkin lebih mencolok pada mammogram digital.
Hal ini penting untuk menentukan apakah peningkatan dalam visualisasi struktur di
payudara berkaitan peningkatan tingkat deteksi kanker.
7
8
Skrening mammogram pada wanita usia 57 tahun, dengan parenkim payudara padat
dan microcalcifications jinak yang tersebar dengan proyeksi MLO (A) konvensional /
film (B) sistem mamografi digital.
2.4 TEKNIK PEMERIKSAAN
Mammografi adalah foto rontgen payudara dengan mempergunakan peralatan
khusus. Cara ini sederhana dan dapat dipercaya untuk menemukan kelainan-kelainan
di payudara, tidak sakit dan memerlukan kontras. Mammografi mampu mendeteksi
karsinoma payudara ukuran kecil, lebih kecil dari 0,5 cm bahkan pada tumor yang
tidak teraba (unpalpable tumor). Cara ini dapat dipergunakan untuk scrining massal
terutama golongan resiko tinggi. Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah
untuk mengenali secara dini keganasan payudara.
Mamografi yang efektif membutuhkan gambar berkualitas tinggi dengan
densitas film dan kontras yang optimal, dengan resolusi tinggi dan dosis radiasi yang
rendah. Hal ini sangat penting untuk mendeteksi kanker kecil karena tanda-tanda
radiologis mungkin sangat halus. Peralatan mamografi dan teknik yang digunakan
oleh karena itu harus memperhitungkan variasi luas dalam ukuran payudara, variasi
dalam jumlah relatif dari jaringan lemak, kelenjar dan stroma jaringan, dan kontras
8
BA
9
rendah antara jaringan payudara yang normal dan lesi patologis pada umumnya.
Untuk menghasilkan gambar berkualitas tinggi alat Xray mamografi harus dilengkapi
dengan fitur sebagai berikut :
1. Generator. Generator modern dengan tegangan tinggi menghasilkan potensial
output yang konstan dengan output yang tinggi diharapkan dapat mengurangi
waktu paparan dan meminimalisasi ketidakjelasan gambar karena adanya
pergerakan.
2. Tabung X-ray. Yang paling sering digunakan dengan kombinasi target-filter
yaitu target Molybdenum (Mo) dengan filter Mo 0,03 mm. Puncak kilovoltase
antara 26-30 kv dan tersering 28 kv. Energy yang lebih rendah antara 17-20 kv,
dapat menghasilkan kontras maksimum yang berasal dari jaringan lunak
payudara.
3. Automatic exposure control (AEC). AEC secara otomatis mengontrol durasi
pemaparan densitas optimum dari mammogram dapat dipertahankan pada
berbagai ukuran dan kepadatan payudara yang berbeda. Biasanya perangakat
AEC ini diposisikan 3-5 cm posterior putting susu dimana diperkirakan
jaringan kelenjar yang paling padat.
4. Grid radiasi sekunder. Penggunaan system grid yang bergerak meningkatkan
resolusi dan kontras dengan menurunkan radiasi hambur.
5. Kompresi. Biasanya kompresi payudara diharapkan mencapai ketebalan 4cm.
Efek dari kompresi adalah :
Menurunkan dosis
Mengurangi sinar hambur, meningkatkan kontras
Mengurangi ketidakjelasan geometric
Mengurang ketidakjelasan karena gerakan
Mengurangi perbedaan ketebalan dari berbagai bagian payudara
Mengurangi overlapping jaringan, meningkatkan resolusi.
Mamografi menggunakan radiasi pengion untuk gambar payudara. Risiko
radiasi pengion sudah banyak diketahui, untuk itu dijaga agar dosis radiasi yang
9
10
diberikan serendah mungkin. Dosis radiasi untuk pemeriksaan dua tampilan standar
dari kedua payudara adalah sekitar 4,5 mGy. Dosis yang lebih tinggi dalam program
screening, dapat merangsang terjadinya kanker payudara setelah terkena radiasi.
Diperkirakan bahwa risiko merangsang kanker payudara pada wanita telah
dpublikasikan di Inggris melalui National Health Service Breast Screening Program
(NHSBSP) yaitu 1 dari 100 000 per mGy. Perhitungan antara risiko dan manfaat telah
dipertimbangkan dan hasilnya menunjukan bahwa manfaat dari skrining jauh lebih
besar daripada risiko merangsang kanker, dengan rasio perbandingan nyawa yang
diselamatkan dan yang hilang kira-kira 100 : 1.
2.5 PROYEKSI MAMOGRAFI
Ada dua proyeksi standar mamografi yaitu : proyeksi obliq mediolateral (MLO)
dan proyeksi kraniokaudal (CC). MLO diambil dengan sinar X-ray yang diarahkan
dari superomedial ke inferolateral, biasanya pada sudut 30-60°, dengan kompresi
yang diterapkan miring di dinding dada, tegak lurus dengan sumbu panjang dari otot
pectoralis mayor. Proyeksi MLO adalah proyeksi satu-satunya di mana semua
jaringan payudara dapat ditunjukkan pada gambar yang tunggal. Proyeksi MLO
dengan posisi yang baik harus menunjukkan sudut inframammary, puting diposisikan
pada level batas bawah dari otot pectoralis major, dengan otot melintasi batas
posterior dari film pada sudut 25-30 ° ke vertikal.
Untuk proyeksi CC, sinar X-ray diarahkan dari atas ke inferior. Posisi dicapai
dengan menarik payudara ke atas dan ke depan menjauh dari dinding dada, dengan
kompresi yang diterapkan dari atas. Proyeksi CC dengan posisi yang baik harus
menunjukkan hampir semua jaringan medial dan mayoritas dari jaringan lateral
dengan pengecualian ekor aksiler payudara. Otot pektoralis major terletak di tengah
film CC pada sekitar sekitar 30% dari individu dan kedalaman jaringan payudara
harus didemonstrasikan dalam jarak 1 cm dari puting ke pectoralis major pada
proyeksi MLO.
10
11
Titik Pandang Pengambilan Citra
Berdasarkan citra yang diperoleh dari hasil pemeriksaan mamografi ini maka dapat
dilihat normal atau tidaknya payudara.
Proyeksi standart mamografi. Keterangan : proyeksi MLO (A), proyeksi CC (B)
11
BA
12
Mamogram. Keterangan : Proyeksi MLO (A). proyeksi CC (B)
Proyeksi tambahan dapat diambil untuk memecahkan masalah diagnostik
tertentu. Misalnya, tampilan CC bisa diputar untuk memvisualisasikan gambar yang
lebih baik dari aspek lateral atau medial payudara dibandingkan dengan proyeksi CC
standar. Kompresi lokal atau 'paddle wiew' dapat dilakukan melibatkan aplikasi
kompresi lebih kuat untuk area lokal dengan menggunakan dayung kompresi.
Proyeksi ini digunakan untuk membedakan lesi nyata dari superimposisi jaringan
normal dan untuk menentukan batas dari massa.
12
A B
13
Posisi untuk proyeksi dengan kompresi local
Pandangan lateral dapat digunakan agar dapat membedakan superimposisi
struktur normal dari lesi nyata atau untuk meningkatkan ketepatan lokalisasi dari lesi
yang tidak teraba. Pandangan lateral yang benar dilakukan dengan unit mamografi
yang diputar 90° dan sinar X-ray mediolateral atau lateromedial.
Proyeksi dengan pembesaran (magnifikasi) merupakan proyeksi yang paling
sering dilakukan untuk memeriksa area microcalcifications dalam payudara, untuk
menentukan ciri dan menetapakan luas dari kalsifikasi tersebut. Proyeksi dengan
pembesaran biasanya dilakukan dalam proyeksi craniocaudal dan lateral.
Teknik mammographi mungkin perlu dimodifikasi pada perempuan dengan
payudara implan. Silikon dan implan saline adalah radio-opak dan dapat
mengaburkan banyak jaringan payudara. Akibatnya, mamografi adalah nilai
diagnosis yang terbatas pada beberapa perempuan. Teknik Eklund dapat digunakan
untuk menggantikan implan posterior, belakang plat kompresi, memaksimalkan
volume jaringan payudara yang dikompresi dan dicitrakan.
13
14
Proyeksi tambahan pada mamografi. Keterangan: (A) suatu daerah yang
menjadi perhatian identifikasi pada proyeksi lateral kiri, (B) “paddle view” dilakukan
kecurigaan adanya dua lesi massa speculates. Keduanya terbukti menjadi karsinoma
invasive pada biopsy berikutnya
2.6 INDIKASI MAMOGRAFI
Indikasi pemeriksaan mamografi :
1. Adanya benjolan pada payudara
2. Adanya rasa tidak enak pada payudara
14
B B
A
15
3. Pada penderita dengan riwayat risiko tinggi untuk mendapatkan keganasan
payudara
4. Pembesaran kelenjar aksiler yang meragukan
5. Penyakit paget pada puting susu
6. Adanya penyebab metastasis tanpa diketahui asal tumor primer
7. Pada penderita dengan cancer-phobia.
Menurut referensi lainya, indikasi mamografi adalah :
1. Skrening pada wanita asimptomatik pada wanita usia 50 tahun atau lebih.
2. Skrening pada wanita asimptomatik pada usia 35 tahun atau lebih yang
mempunyai resiko berkembangnya kanker payudara:
Wanita yang memiliki satu atau lebih saudara pada derajat pertama
keluarga yang didiagnosis menderita kanker payudara postmenopause.
Wanita yang memiliki faktor resiko yang ditemukan secara histologik
pada operasi yang dilakukan sebelumnya contohnya hyperplasia duktal
atipik.
3. Investigasi pada wanita dengan gejala pada usia 35 tahun atau lebih dengan
benjolan di payudara atau bukti klinis lain dari kanker payudara.
4. Pengawasan payudara setelah eksisi lokal kanker payudara.
5. Evaluasi benjolan payudara pada wanita setelah mendapat mammoplasty.
6. Investigasi benjolan payudara yang mencurigakan pada pria.
2.7 SKRINING KANKER PAYUDARA
Tujuan utama skrining dengan mamografi adalah untuk menurunkan angka
mortalitas dari kanker payudara dengan mendeteksi kanker ketika masih kecil,
sebelum kanker tersebut berkembang dan menyebar secara lebih luas dan prognosis
dari terapi yang dilakukan akan lebih baik dibandingkan tumor yang lebih besar.
Ketepatan mamografi bergantung pada banyak factor diantaranya teknik,
kualitas gambar, pengalaman ahli radiologi dalam membaca mamogram, namun
ketepatan mamografi ini berkisar antara 66-98%. Nilai ketepatan diagnostik
15
16
mamografi berkisar antara 80-94% untuk tumor ganas dan 90-93% untuk tumor
jinak.
2.8 PERSIAPAN PASIEN
Persiapan mammogram dimulai pada penjadwalan ketika pasien diberi petunjuk
khusus untuk mempersiapkan diri untuk melakukan pemeriksaan. Penjadwalan
mammogram setelah menstruasi akan mengurangi ketidaknyamanan yang mungkin
terjadi saat menekan payudara. Cara terbaik adalah untuk jadwal mammogram bagi
perempuan yang tidak menopause 5 sampai 7 hari terakhir setelah mens.
Pasien akan melepas semua pakaian dari pinggang ke atas, sehingga disarankan
untuk memakai celana dan blus yang mudah dilepas. Pasien tidak boleh
menggunakan deodoran, parfum, atau bedak sebelum pemeriksaan karena dapat
menghasilkan artefak pada mammogram yang mengakibatkan salah tafsir.. Riwayat
penyakit pasien harus diketahui karena dapat mengungkapkan apakah diperlukan
proyeksi mammogram tambahan. Setiap mammogram yang sudah dilakukan di
tempat lain sebelumnya dibawa.
2.9 PEMBACAAN MAMOGRAM
Mammogram harus dilihat dalam kondisi pencahayaan yang optimal. Film-film
harus diperiksa apakah identifikasinya label benar dan kualitas radiografi. Pola
parenkim keseluruhan payudara dinilai. Standar gambaran proyeksi mediolateral
oblique dan craniocaudal dipelajari dengan tepat pada film payudara kiri dan kanan
`back to back' sehingga simetri payudara jaringan dapat diperiksa. Sebuah pencarian
sistematis untuk tanda-tanda mammographic abnormal dibuat dan tanda-tanda
abnormal apapun harus dianalisis untuk memutuskan perlunya penyaringan
pemeriksaan lainya.
Gambaran patologi payudara :
16
17
1. Kelainan jinak payudara (benigna)
Untuk tumor jinak mamografi memberikan tanda :
Lesi dengan densitas meningkat, batas tegas, licin, dan teratur
Adanya halo
Kadang-kadang tampak perkapuran yang kasar dan umumnya dapat dihitung
a) Kista
Kista merupakan penyebab paling umum dari massa payudara,
walaupun mereka sering multiple dan bilateral. Biasanya sering terjadi antara
usia 20 dan 50 tahun, dengan insiden puncak antara 40 dan 50 tahun. Kista
sederhana (simple cyst) tidak terkait dengan peningkatan risiko keganasan dan
tidak memiliki potensi ganas. Pada mamografi terlihat massa bulat atau oval
dan kadang terlihat karakteristik halo. Diagnosis yang lebih akurat dari
pemeriksaan USG tampak masa oval dengan posterior enhancement.
Kista dengan masa bulat batas tegas dengan halo.
b) Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan penyebab paling umum dari suatu massa
padat jinak di payudara, secara klinis masa halus, batas tegas, benjolan
mobile. Paling sering ditemui pada wanita muda dengan puncak kejadian pada
dasawarsa ketiga. Pada mamografi, fibroadenoma dipandang sebagai massa
17
18
yang jelas, bulat atau oval. Pada kebanyakan kasus mereka soliter, tetapi pada
10-20% multipel. Kalsifikasi kasar dapat ditemukan pada fibroadenoma,
terutama pada wanita yang lebih tua.
Fibroadenoma.
c) Papiloma
Papiloma adalah neoplasma jinak, timbul di saluran, baik secara
sentral atau perifer dalam payudara. Banyak papiloma mengeluarkan material
cair yang mengarah ke puting mengakibatkan nipple discharge. Papiloma
sering rapuh dan mudah berdarah, sehingga mungkin berlumuran darah. Pada
mamografi, dapat dilihat sebagai massa yang jelas, umumnya di lokasi
retroareolar. Kadang-kadang massa dikaitkan dengan microcalcifications.
Papiloma kecil multipel
18
19
d) Lipoma
Lipoma adalah tumor jinak terdiri dari lemak secara klinis lembut,
massa lobulated. Lipoma besar mungkin terlihat pada mammografi sebagai
massa radiolusen
Lipoma, masa dengan densitas lemak, dengan kapsul yang tipis.
e) Hamartoma
Hamartoma adalah massa payudara jinak terdiri dari struktur lobular,
stroma dan jaringan adiposa, komponen yang membentuk jaringan payudara
normal. Mereka terjadi pada semua usia. Pada pencitraan mereka mungkin
dibedakan dari massa jinak lainnya, seperti fibroadenoma. Hamartomas
kadang-kadang besar, dan mudah terdeteksi pada pemeriksaan mammogram,
massa berbatas tegas baik berisi campuran daerah padat dan berkilau, yang
mencerminkan komponen jaringan yang berbeda ini. Diagnostiknya sulit
karena spesimen biopsi perkutan dapat dilaporkan sebagai jaringan payudara
normal.
19
20
Hamartoma, tampak masa lobulated dengn berbagai daerah padat yang
mencerminkan adanya unsure-unsur jaringan lemak dan jaringan lunak.
2. Kelainan ganas payudara
Tanda primer :
Kepadatan tumor dengan peningkatan densitas, batas tumor tak teratur,
merupakan spikula atau mempunyai ekor seperti komet.
Perbedaan besar tumor pada pemeriksaan klinis dan mamografi.
Adanya mikrokalsifikasi yang spesifik.
Tanda sekunder :
Perubahan pada kulit berupa penebalan dan retraksi.
Kepadatan yang asimetris.
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular yang tak teratur.
Bertambahnya vaskularisasi yang asimetri.
Pembesaran kelenjar aksiler.
Bentuk tumor ganas mempunyai banyak variasi :
a) Tumor yang dikelilingi akar radier (speculated mass= stellate mass)
Merupakan gambaran mamografi yang paling sering ditemukan pada kanker
payudara invasive. Terdiri atas masa tumor jaringan lunak di sentral dan spikula
pada permukaan yang menyebar ke skitarnya. Semakin besar tumor, akar spikula
akan semakin panjang. Kadang disertai dengan kalsifikasi yang kasar dan sering
dikaitkan dengan besarnya tumor yang mengakibatkan nekrosis.
20
21
Masa spikula (ditunjukan dengan tanda panah) karsinoma invasive, (A) proyeksi
lateral, (B) kompresi local dengan magnifikasi.
b) Tumor dengan batas yang rata.
Tumor dengan batas yang rata (malignan) paling sering terdapat pada intracystic
carcinoma, medullary carcinoma (tumbuh dengan cepat biasanya pada wanita
umur kurang dari 50 tahun, mucinous/ colloid carcinoma (prognosisnya baik, dan
biasanya pada wanita lebih dari 50 tahun) dan jarang terdapat pada carcinoma
ductal invasive atau sarcoma.
1. Karsinoma duktus invasive, 2. Mucinous carcinoma
21
BA
22
Intracistic carcinoma. Dengan kompresi local menunjukan masa berbatas tegas dan
mikrokalsifikasi ireguler.
c) Mikrokalsifikasi
Deteksi adanya mikrokalsifikasi yang ditemukan secara tunggal menunjukan
kelainan sebesar 25% dalam mendeteksi karsinoma. Kalsifikasi duktal ditemukan
pada Ductal Carcinoma in situ (DCIS) yang merupakan transformasi ganas dari
sel epitel yang melapisi saluran yang dapat meluas ke lobulus dan di mana sel
berkembang biak yang dibatasi oleh membran basal utuh.
22
23
Duktal karsinoma in situ-tipe (A-C) microcalcification bercabang tidak teratur linier
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Breast cancer : prevention and control. Available from:
http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index[cited 2011 May
23]
2. Coleman MP et al. Cancer survival in five continents: a worldwide
population-based study (CONCORD). Lancet Oncol 9 : 730–56, 2008.
3. Anonim. Jika tidak dikendalikan 26 juta orang di dunia menderita kanker.
Pusat komunikasi publik, Sekretariat Jenderal Kementrian kesehatan RI.
Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/34-press-
release/1060-jika-tidak-dikendalikan-26-juta-orang-di-dunia-menderita-
kanker-.pdf [cited 2011 May 23]
4. Boyle P, Levin B. Word cancer report 2008. Available from :
http://www.iarc.fr/en/publications/pdfs-online/wcr/2008/index.php [cited
2011 May 23]
5. Makes D : Mamografi payudara. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Jakarta.
Departemen Radiologi FK UI RSCM. 2005.
24
25
6. James JJ et al. The Breast in Women’s Imaging. Grainger & Allison's
Diagnostic Radiology, 5th ed. Philadelpia. Churcill Livingstone. 2008.
7. Meschan I, Bertrand ML. Radiologi of the breast. Roentgen Signs in
Diagnostic Imaging second edition. Philadelpia. W.B Saunders Company.
1987:221-262.
8. Joseph N. Breast Mammography: Correlated Ultrasound, MRI, CT, and
SPECT-CT.2008. Available from : http://www.ceessentials.net/article40.html
[cited 2011 May 23]
9. Brisson J, Diorio C, Masse B : Wolfe’s Parenchymal pattern and percentage
of the breast with mammographic densities: redundant or complementary
classification? Cancer Epidemiol Biomarkers 12:728-732, 2003.
10. Kerlikowske K et al: Longitudinal Measurement of Clinical Mammographic
Breast Density to Improve Estimation of Breast Cancer Risk. J Natl Cancer
Inst 99: 386 – 95, 2007.
11. Steen VA, Tiggelen RV: Short History of Mammography: A Belgian
Perspective. JBR-BTR 90: 151-153, 2007.
12. Michell MJ. The breast in Textbook of Radiology and Imaging Volume II
seventh edition. Philadlpia : Churchill Livingstone. 2003: 1451-86.
25