95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta) Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Disusun Oleh: YULI SETYOWATI D1207651 S1 NON REGULER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET S U R A K A R T A 2010

MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI

CITRA MUSEUM

(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra

Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya

Pustaka Surakarta)

Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Dalam

Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh:

YULI SETYOWATI

D1207651

S1 NON REGULER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

2010

Page 2: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Surakarta, 01 Juli 2010

Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II

Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si NIP. 197102171998021001 NIP. 196201171986012001

Page 3: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta Pada Hari : Senin

Tanggal : 9 Agustus 2010

Panitia Penguji 1 Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si

19580617 198702 1 001 (…..……………………...)

Ketua

2

Dra. Indah Budi Rahayu, SE 19580317 199010 2 001

(…..……………………...)

Sekretaris

3

Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D 19710217 199802 1 001

(…..……………………...)

Penguji I

4

Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si 19620117 198601 2 001

(…..……………………...)

Penguji II

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan

Drs. H. Supriyadi SN, SU

NIP. 19530128 198103 1 001

Page 4: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

“ I DO MY BEST, AS BEST AS I CAN DO”

(Yuli)

“ TALK LESS, DO MORE”

(Clas Mild’s Tag)

Page 5: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan Skripsi ini kepada:

1. Bapak dan Ibu..

2. Kakak-kakak ku (Maz Jarwo, Mbak Lia,

Maz Indra, Mbak Ila, Maz Cahyo, Mbak

Dini, Mbak Maya, Mbak Mega)..

3. Keponakan-keponakan ku (Radit, Ian, Febio,

Ius, Arya)..

4. Sahabat dan semua teman-teman di Ilmu

Komunikasi generasi 2007..

ABSTRAK

Yuli Setyowati, 2010. Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca

Page 6: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta). Program S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang penulisan Skripsi ini yaitu meski sudah nampak pengelolaan manajemen Museum seperti perubahan kebersihan dan kerapian gedung, perubahan struktur Komite, event-event yang dilakukan, namun demikian jumlah pengunjung masih rendah, hal ini sebagai indikasi belum dapat menarik minat pengunjung. Skripsi ini mengkaji tentang manajemen krisis dalam memperbaiki citra Museum oleh Komite Museum Radya Pustaka Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang dipertanyakan dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta. Teori yang digunakan yaitu manajemen krisis yang didalamnya mencakup strategi Public Relations.

Penulisan Skripsi ini disajikan secara deskriptif kualitatif untuk memperoleh gambaran dan medeskripsikan tindakan strategi Public Relations dalam menghadapi krisis yang terjadi di museum pasca pemalsuan dan pencurian koleksi arca dalam memperbaiki citra Museum Radya Pustaka Surakarta yaitu strategi adaptif dan pengendalian program. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, studi pustaka dan dokumen. Data yang diperoleh dari penemuan-penemuan dikumpulkan dan disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi adaptif yang dilakukan berupa perubahan internal museum yaitu dengan mengganti struktur Komite Museum, mengadakan publikasi ke sekolah dan instansi yang dilakukan dengan cara mengundang para siswa-siswi ataupun pegawai instansi mengunjungi museum, kerjasama dengan media massa agar ketika museum melaksanakan serangkaian event bisa diliput oleh pihak media massa, serta pengadaan event yang berupa Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit/ Wayang, Workshop Keris yang bertujuan untuk mendapatkan perhatian baik masyarakat umum maupun dari pakar budaya maupun pakar tosan aji.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa manajemen krisis yang dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka Surakarta dapat dilihat dari aktivitas yang ditunjukan dari pilihan strategi adaptif yang terdiri dari melakukan perubahan internal, mengadakan publikasi baik disekolah-sekolah maupun instansi, melalui media massa, serta publikasi melalui pengadaan event-event. Selain itu juga melaksanakan program pengendalian atas pilihan strategi adaptif yang berupa pengangkatan pegawai baru dan penegasan bagi pengunjung museum untuk membayar tiket masuk. Dengan dilaksanakannya manajemen krisis tersebut, dapat memperbaiki citra Museum pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta.

Page 7: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Yuli Setyowati, 2010. Crisis Management in Improving the image of Museum (Qualitative Descriptive Study of Crisis Management in Post-Fixing Case Image Museum Arca Forgery and Theft of Library Collections Museum Radya Surakarta). S1 Non-Regular Program of Communication Sciences Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University of Surakarta. The background this Thesis writing that is already visible even though the management of the Museum such as changes in the cleanliness and neatness of the building, changes in committee structure, events are conducted, however the number of visitors is still low, this is an indication not been able to attract visitors. This thesis is to study crisis management in improving the image of the Museum by the Committee of Museum Radya Pustaka staff only. This study aims to answer the question in question in this research, namely how the crisis management measures to improve the image of post-counterfeiting and theft of a collection of statues Museum Radya Pustaka of Surakarta. The theory used is the inside cover of crisis management public relations strategy.

Thesis Writing was presented to obtain a qualitative description and Public Relations medeskripsikan action strategies in facing the crisis that occurred in post-counterfeiting and theft of museum collections of statues in improving the image of Museum Radya Pustaka of Surakarta is an adaptive strategy and program control. Methods of data collection using interviews, library research and documentation. Data obtained from these findings were collected and presented descriptively. The results showed that adaptive strategies undertaken in the form of internal change by changing the structure of the museum is the Museum Committee, held a publication to schools and institutions by way of inviting students to visit museums or civil institutions, cooperation with mass media so that when the museum conducted a series of events be covered by the media, as well as a form of procurement event Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit / Puppet, Keris Workshop which aims to get the attention of both public and cultural experts and scholars from tosan aji.

Conclusions can be drawn that the crisis management conducted by the Museum Radya Pustaka of Surakarta can be seen from the activity shown by the adaptive strategy choice of internal changes, the school held a good publication and institution-schools, by mass media, and publications through the procurement events. It also implement programs to control, adaptive strategy choices in the form of new hiring and affirmation for visitors to pay museum admission. With the implementation of crisis management, can improve post-image museum forgery and theft case figurine collection Museum Radya Pustaka of Surakarta.

Page 8: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Rahmat-Nya

yang telah melindungi dan membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan

penulisan Skripsi ini dengan judul “Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra

Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki

Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi Museum

Radya Pustaka Surakarta)”

Laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

menyelesaikan studi bagi mahasiswa Program S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, Skripsi ini tidak

mungkin dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu, terutama kepada:

1. Bapak Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

memberi petunjuk dan saran-saran serta pengarahan yang sangat berharga

sehingga selesainya penulisan Skripsi ini.

2. Ibu Dra. Christina Tri Hendriyani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang

selama proses penyusunan Skripsi ini telah berkenan memberikan saran dan

kritiknya.

3. Bapak Winarso Kalingga selaku Ketua Komite Museum Radya Pustaka Surakarta

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meneliti dan mencari

data-data guna melengkapi Skripsi ini.

Page 9: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

4. Bapak Djoko Daryoto selaku Sekretaris Komite Museum Radya Pustaka

Surakarta yang telah berkenan memberikan informasi melalui wawancara selama

penulis melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka Surakarta

5. Ibu Soemarni Wijayanti selaku Pemandu Museum Radya Pustaka Surakarta yang

telah berkenan memberikan informasi melalui wawancara selama penulis

melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka Surakarta.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penulisan Skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan Skripsi masih belum

sempurna, oleh karena itu semua kekurangan, kritik dan saran dari pembaca akan

diterima dengan senang hati demi penyempurnaan tulisan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Skripsi ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 10: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

MOTTO ............................................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................. v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Perumusan Masalah ..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

E. Telaah Pustaka .............................................................................. 5

1. Pengertian Krisis ....................................................................... 5

a. Definisi Krisis ........................................................................ 5

b. Tahapan Krisis....................................................................... 6

2. Public Relations ....................................................................... 9

Page 11: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

3. Krisis Public Relations .............................................................. 11

a. Langkah-langkah Mengatasi Krisis Public Relations ........... 11

b. Peran Public Relations dalam Krisis ..................................... 12

4. Manajemen Krisis ..................................................................... 13

5. Definisi Citra ............................................................................ 18

6. Media Relations (Hubungan Pers) di saat Krisis ..................... 20

a. Pengertian Media Relations ................................................... 20

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Media Relations .................... 22

c. Bentuk Kegiatan Media Relations ......................................... 24

F. Metode Penelitian ......................................................................... 25

1. Jenis Penelitian .......................................................................... 25

2. Lokasi Penelitian ...................................................................... 27

3. Teknik Penarikan Sample.......................................................... 27

4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 28

5. Validitas dan Reliabilitas Data ................................................. 28

6. Analisis Data ............................................................................. 29

G. Sistematika Penulisan .................................................................. 31

BAB II GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA ................ 33

A. Sejarah Singkat Museum Radya Pustaka Surakarta .................... 33

B. Visi dan Misi Museum Radya Pustaka Surakarta ........................ 33

C. Struktur Komite dan Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka

Surakarta ...................................................................................... 34

D. Waktu Pelayanan, Denah, dan Jumlah Kunjungan Wisatawan

Museum Radya Pustaka Surakarta ............................................. 36

Page 12: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

E. Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka

Surakarta ………………………………….……………………. 45

BAB III SAJIAN DATA DAN ANALISIS ................................................... 53

1. Krisis Public Relations Museum Radya Pustaka Surakarta ......... 54

2. Manajemen Krisis Museum Radya Pustaka Surakarta ................ 61

3. Media Relations Museum Radya Pustaka Surakarta .................... 67

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 76

A. Kesimpulan .................................................................................. 76

B. Saran ............................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85

LAMPIRAN ...................................................................................................... 87

Page 13: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2007 ................ 42

Tabel 2.2. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2008 ................ 43

Tabel 2.3. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2009 ................ 44

Tabel 2.4. Daftar Pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2010 ................ 44

Page 14: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Flow Model of Analysis ............................................................... 30

Gambar 2.1. Struktur Komite Baru Museum Radya Pustaka ........................... 35

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka ............................... 36

Gambar 2.3. Denah Ruang Museum Radya Pustaka ........................................ 41

Page 15: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan dari Museum Radya Pustaka Surakarta

Lampiran Transkip Wawancara

Lampiran 3. Interview Guide untuk Perusahaan (bagian 1)

Lampiran 4. Interview Guide untuk Perusahaan (bagian 2)

Lampiran 5. Daftar Narasumber

Lampiran 6. Transkip Wawancara

Lampiran Dokumen

Lampiran 7. Keputusan Walikota Surakarta No 432.1 / 78 / 1 / 2008 tentang

Pembentukan Komite Museum Radya Pustaka

Lampiran 8. Keputusan Komite Museum Radya Pustaka Surakarta No KMRP/ Ia

/ I / 2009 tentang Pembagian Tugas Karyawan Museum Radya

Pustaka Surakarta

Lampiran 9. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum

Radya Pustaka Surakarta tahun 2007

Lampiran 10. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum

Radya Pustaka Surakarta tahun 2008

Lampiran 11. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum

Radya Pustaka Surakarta tahun 2009

Page 16: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Lampiran 12. Laporan Arus Pengunjung dan Pendapatan Obyek Wisata Museum

Radya Pustaka Surakarta tahun 2010

Lampiran Gambar

Lampiran 13. Brosur Museum Radya Pustaka Surakarta

Lampiran 14. Tiket masuk Museum Radya Pustaka Surakarta

Lampiran 15. Ruangan Museum Radya Pustaka Surakarta

Lampiran 16. Koleksi Arca yang dipalsukan dan dicuri

Lampiran Artikel

Lampiran 17. Artikel Koran “Polisi Periksa Orang Dalam Museum”

Solopos 15 November 2007

Lampiran 18. Artikel Koran “Pemkot siap kelola Radya Pustaka”

Solopos 13 November 2007

Lampiran 19. Artikel Koran “Polisi Memburu Penyimpan Lima Arca”

Kompas 20 November 2007

Lampiran 20. Artikel Koran “Mbah Hadi terlibat langsung”

Solopos 20 November 2007

Lampiran 21. Artikel Koran “Pemkot-Keraton mulai sepakat Museum Radya

Pustaka ditutup untuk umum”

Solopos 22 November 2007

Lampiran 22. Artikel Koran “Hari ini dipanggil Poltabes Hashim bisa jadi

tersangka”

Solopos 22 November 2007

Page 17: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 23. Artikel Koran “Rekonstruksi pemalsuan arca”

Solopos 24 November 2007

Lampiran 24. Artikel Koran “Polisi curigai motif kecelakaan Saksi ahli kasus arca

ditemukan tewas”

Solopos 10 Februari 2008

Lampiran 25. Artikel Internet “7 Arca Bersejarah Museum Radya Pustaka Solo

Hilang“

www.detiknews.com.

Lampiran 26. Artikel Internet “Polisi Periksa Pemandu Museum Radya Pustaka“

www.kapanlagi.com.

Lampiran 27. Artikel Internet “Kepala Museum Solo Terlibat Langsung

Pemalsuan Arca“

www.detiknews.com.

Lampiran 28. Artikel Internet “Pemalsuan Arca Dilakukan atas Persetujuan

Kepala Museum Solo“

www.detiknews.com

Lampiran 29. Artikel Internet “Orang Jerman Diduga Terlibat Hilangnya 5 Arca di

Solo“

www.detiknews.com

Lampiran 30. Artikel Internet “Kasus Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka,

Para tersangka saling tuding“

www.wawasandigital.com

Lampiran 31. Artikel Internet “Hashim Djojohadikusumo Jadi Saksi Kasus Arca

Museum Radya Pustaka“

www.antaranews.com

Page 18: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Lampiran 32. Artikel Internet “Museum Radya Pustaka Buka Kembali Awal

Januari“

www.antaranews.com

Lampiran 33. Artikel Internet “Pasca Pencurian Aarca Museum Radya Pustaka

Ramai Dikunjungi“

www.indosiar.com

Lampiran 34. Artikel Internet “Saksi Ahli Tewas, Kasus Museum Radya Pustaka

Tetap Jalan“

www.kapanlagi.com

Lampiran 35. Artikel Internet “Kasus Arca Museum Radya Pustaka mulai

Disidangkan“

www.wawasandigital.com

Lampiran 36. Press release Jamasan Chantik Kyahi Rajamala Museum Radya

Pustaka

Page 19: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis tidak bisa diprediksi datangnya, ini dapat terjadi dimana saja, kapan

saja, dan pada siapa saja. Krisis tidak pernah memandang bulu karena bisa datang

tanpa menunggu kesiapan dalam menghadapinya. Dan ketika krisis yang tidak

pernah diperhitungkan terjadi, semua menjadi bingung, tanpa arah, dan kehilangan

kendali. Begitu pula dalam suatu perusahaan atau organisasi. Ketika terjadi krisis,

maka seluruh aktivitas organisasi bisa menjadi lumpuh.

Ada beberapa jenis krisis berdasarkan penyebabnya, salah satunya adalah

krisis yang terkait masalah kriminal. Krisis yang terkait masalah kriminal

belakangan sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk

beberapa industri misalnya industri Pariwisata. Seperti pada kasus pemalsuan dan

pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka Surakarta. Museum Radya Pustaka

adalah merupakan salah satu museum tertua di Indonesia. Didalam museum

tersebut menyimpan banyak koleksi benda cagar budaya. Setelah dilakukan proses

penyelidikan oleh pihak Kepolisian setempat, kasus yang terjadi di Museum ini

diketahui bahwa motif utama kasus ini adalah bertujuan untuk mendapatkan uang

dari hasil pencurian beberapa arca yang kemudian dijual kepada kolektor benda

kuno. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, beberapa koleksi arca sebelumnya

dipalsukan yaitu dengan cara dibuat tiruannya yang dibuat semirip mungkin

dengan aslinya, baru setelah itu arca yang asli digantikan dengan arca yang palsu

untuk dibawa keluar dari museum dan dijual kepada kolektor. 1

Page 20: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya pustaka

Surakarta adalah suatu krisis bagi pihak Komite Museum, karena dengan adanya

kasus ini media mem-blow up berita tersebut di koran lokal dan nasional tentang

beberapa koleksi arca yang dipalsukan dan dicuri, yang dihubungkan dengan pihak

internal terkait dalam kasus ini. Kasus ini berdampak pada munculnya citra negatif

di mata masyarakat mengenai keaslian koleksi di Museum Radya Pustaka, seperti

pada salah satu kutipan pernyataan di salah satu media cetak bahwa menurut

kalangan sejarawan Solo menyebutkan 50 persen koleksi di Museum Radya

Pustaka telah hilang dari tempat semula. Kalaupun ada yang tidak hilang, akan

tetapi ada yang dipalsukan sehingga yang asli tidak terkesan hilang. Adanya arca

imitasi sebagai pengganti benda-benda yang dicuri mengindikasikan bahwa tindak

kejahatan tersebut melibatkan jaringan profesional. Tidak sekedar mencuri, juga

terindikasi kuat adanya upaya menghilangkan jejak dengan membuat benda serupa,

agar terlihat seolah-olah benda-benda bersejarah di Museum Radya Pustaka

tersebut masih utuh (Kompas, 2007).

Dengan adanya kasus ini membuat Museum Radya Pustaka Surakarta

ditutup sementara untuk kasus penyelidikan. Penutupan sementara ini membuat

wisatawan yang ingin mengunjungi Museum menjadi tidak mendapatkan akses

masuk ke dalam Museum. Hal ini berimbas pada turunnya jumlah pengunjung

yang juga berpengaruh pada penurunan pendapatan museum yang didapat dari tiket

masuk Museum.

Kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya Pustaka

Surakarta ini menuntut pihak Komite untuk melakukan suatu strategi agar bisa

keluar dari krisis tersebut sehingga dapat kembali memperbaiki citra Museum yang

sempat negatif di mata masyarakat. Dalam manajemen krisis, strategi Public

Page 21: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Relations yang dipilih dan dijalankan oleh pihak Museum berupa Strategi Adaptif

dan melakukan Pengendalian Program.

Strategi adaptif adalah strategi untuk organisasi yang mengalami krisis,

dimana krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu

menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani

mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan perubahan. Pihak

Museum menjalankan strategi tersebut dengan cara berupa melakukan langkah-

langkah seperti perubahan internal Museum, mengadakan publikasi baik di

sekolah-sekolah maupun instansi, melui media massa, serta publikasi melalui

pengadaan event-event seperti event Jamasan Rajamala, Ngisis Ringgit/Wayang,

Workshop Keris. Sedangkan Pengendalian Program adalah langkah penerapan

yang dilakukan menuju strategi adaptif, yaitu berupa pengangkatan pegawai baru

dan penegasan bagi pengunjung museum untuk membayar tiket masuk.

Meski sudah nampak pengelolaan manajemen Museum seperti perubahan

kebersihan dan kerapian gedung, perubahan struktur Komite, event-event yang

dilakukan, namun demikian jumlah pengunjung masih rendah, hal ini sebagai

indikasi belum dapat menarik minat pengunjung. Sehingga dalam penelitian ini

akan dibahas mengenai pilihan strategi dalam manajemen krisis yang dilakukan

oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka dalam rangka memperbaiki citra

museum pasca pemalsuan dan pencurian arca.

Dari uraian di atas, maka penelitian mengambil judul “Manajemen Krisis

Dalam Memperbaiki Citra Museum (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen

Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan

Pencurian Arca Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta).”

Page 22: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca

pemalsuan dan pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan medeskripsikan

langkah-langkah manajemen krisis guna memperbaiki citra pasca pemalsuan dan

pencurian koleksi arca Museum Radya Pustaka Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi Penulis

Mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai strategi Public

Relations dalam manajemen krisis sebagai usaha untuk memperbaiki citra

museum terkait pasca kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya

Pustaka Surakarta.

2. Bagi Museum Radya Pustaka Surakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat dan berarti mengenai strategi Public Relations pasca kasus

pemalsuan dan pencurian arca dalam memperbaiki citra Museum Radya

Pustaka.

Page 23: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

E. Telaah Pustaka

1. Pengertian Krisis

a. Definisi Krisis

Kata krisis berasal dari bahasa Yunani “krisis”, yang berarti

“keputusan”. Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang

harus dilakukan. Bergerak ke kiri, atau bergeser ke kanan, ke bawah atau

ke atas, bertarung atau melarikan diri.

Dalam bahasa Cina, krisis diucapkan dengan “wei-ji” dan

mempunyai dua arti, yaitu “bahaya” dan “peluang“. Two side in the same

coin (Nova, 2009: 54).

Krisis Public Relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi

yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra dan kredibilitas

perusahaan. Banyak perusahaan berpikir bahwa krisis Public Relations

hanya akan menyerang perusahaan besar, padahal krisis dapat menyerang

siapa saja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan dan

dimana saja.

b. Tahapan Krisis

Krisis bisa datang dari mana dan kapan saja. Bencana alam,

kesalahan manusia, dan kecelakaan industri dapat menyebabkan suatu

krisis. Kadang kadang, penyebab krisis adalah manajemen itu sendiri.

Manajemen bertanggung jawab untuk mencari pemecahan masalah dari

krisis yang timbul dengan menggunakan berbagai cara yang mungkin

dilakukan. Diawali dengan rasa percaya diri yang tinggi, menggunakan

semua kemampuan dan keahlian yang dimiliki, dan diakhiri dengan

Page 24: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

kemampuan untuk meminimalkan kemarahan dan ketakutan publik tanpa

membahayakan cash flow atau reputasi perusahaan. Jika seseorang

manajer berhasil mengatasi krisis tanpa diketahui oleh publik maka

manajer tersebut telah membuktikan kapasitas dan kemampuannya (Nova,

2009:109).

Menurut Steven Fink, konsultan krisis terkemuka dari Amerika,

ada 4 tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami

adalah sebagai berikut (Kasali, 1999: 225):

1). Tahap Prodromal

Krisis pada tahap ini sudah mulai muncul. Tahap prodromal

sering disebut pula warning stage karena memberi sirene tanda bahaya

mengenai simtom-simtom yang harus segera diatasi. Mengacu pada

definisi krisis, tahap ini juga merupakan bagian dari turning point.

2). Tahap Akut

Inilah tahap ketika orang mengatakan: “telah terjadi krisis”.

Krisis yang akut sering disebut sebagai the point of no return.

Kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu

menyebar luas. Namun, beberapa besar kerugian lain yang akan

muncul amat tergantung dari para aktor yang mengendalikan krisis.

3). Tahap Kronik

Tahap ini sering juga disebut sebagai the clean up phase atau

the post mortem. Sering pula tahap ini disebut sebagai tahap recovery

atau self analysis. Di dalam perusahaan, tahap ini ditandai dengan

perubahan struktural. Mungkin penggantian manajemen, mungkin

Page 25: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxv

penggantian pemilik, mungkin masuk nama-nama baru sebagai pemilik

atau mungkin pula bangkrut dan perusahaan dilikuidasi.

4). Tahap Resolusi (penyembuhan)

Tahap ini adalah tahap penyembuhan (pulih kembali) dan tahap

terakhir dari tahap krisis. Meski bencana besar dianggap sudah berlalu

tetap perlu berhati-hati, karena riset dalam kasus-kasus krisis

menunjukkan bahwa krisis tidak akan berhenti begitu saja pada tahap

ini. Krisis umumnya berbentuk siklus yang akan membawa kembali

keadaan semula (prodromal stage). Bila sedang dalam proses

penyembuhan (tahap resolusi) tidak dapat menahan diri, dan bila

penyembuhan tidak tuntas benar, akan kembali lagi ke tahap

prodromal.

Tindakan apapun yang dilakukan adalah lebih baik daripada tidak

sama sekali. Hindari melakukan penyangkalan di hadapan publik dan

media, serta berbohong untuk menyembunyikan krisis karena ini dapat

membuat publik akan kehilangan kepercayaan dan masalah menjadi

berlipat ganda. Tindakan lain adalah memilih juru bicara yang terlatih,

untuk memperoleh simpati publik. Tidak semua data dan informasi harus

dipublikasikan karena dapat merugikan. Langkah terakhir adalah

melakukan investigasi penyebab awal krisis sehingga krisis yang sama

dapat dihindari di masa mendatang.

2. Public Relations

Page 26: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvi

Secara singkat publik dapat diartikan sekelompok orang yang memiliki

kepentingan yang sama. Sedangkan pengertian publik dalam Public Relations

secara lebih spesifik adalah sekelompok orang yang menjadi sasaran kegiatan

Public Relations artinya, kelompok yang harus senantiasa dihubungi dan

diperhatikan dalam rangka pelaksanaan fungsi Public Relations (Kasali,

1999:10).

Di dalam Public Relations, terdapat 2 macam publik, yaitu (Moore,

1988: 5):

1). Publik Intern: Adalah publik yang meliputi orang-orang yang bekerja di

dalam atau membentuk bagian yang integral dari suatu

organisasi.

2). Publik Ekstern: Adalah orang-orang yang ada di luar kelompok yang

dilayani atau dipengaruhi, melayani atau mempengaruhi

organisasi.

Public Relations News menjelaskan lebih spesifik definisi mengenai

hubungan masyarakat yang menekankan tanggung jawab khusus bahwa

Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik,

megidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur seorang individu

atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan

suatu program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan

publik. Definisi berikutnya disarankan Public Relations adalah suatu filsafat

sosial dari manajemen yang dinyatakan dalam kebijakan beserta

pelaksanaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-

Page 27: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxvii

peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha

memperoleh saling pengertian dan itikad baik (Moore, 1988: 6).

Baskin Aronoff dan Lattimore mendefinisikan gambaran humas yang

lebih detail sebagai berikut (Lattimore, 1997:5)

“Public Relations is a management function that helps achieve organizational, objective, define philosophy and facilities organization change. Public Relations practitioners communicate with all relevant internal and external publics to develop positive relationship and to create consistency between organizational goals and societal expectations; public relations practitioners develop, execute and evaluate organizational programs that promote the exchange of influence and understanding among an organization’s constituent parts and publics.”

Artinya Public Relations / Humas (Hubungan Masyarakat) adalah alat dari

manajemen untuk membantu mencapai tujuan organisasi, merumuskan filosofi

organisasi dan menjadi fasilitator dalam perubahan sosial. Pejabat Humas

menjalin komunikasi dengan seluruh publik baik internal maupun eksternal

untuk membangun relasi yang positif dan untuk menjaga konsistensi dari

realisasi antara tujuan organisasi dan harapan dari lingkungan sosial di sekitar

organisasi. Pejabat Humas mempunyai tugas dan wewenang untuk

mengembangkan, mengimplementasikan, serta melakukan evaluasi kegiatan-

kegiatan organisasi yang bertujuan mempertemukan dan menghasilkan rasa

saling pengertian antara organisasi dengan publiknya.

Graeme David Sterne menjelaskan bahwa Jo Shaw, J. White, Coombs,

dan Holladay dalam jurnal Media Perceptions of Public Relations in New

Zealand mendefinisikan bahwa:

Page 28: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxviii

“Public relations was generally perceived as publicity to cultivate favourable perceptions for clients. This is consistent with the view that sees public relations as primarily media relations.”

Artinya Public Relations pada umumnya dianggap sebagai publisitas untuk

menumbuhkan persepsi yang menguntungkan untuk klien. Hal ini konsisten

dengan pandangan bahwa melihat Public Relations sebagai hubungan utama

dengan media (Jurnal: 2010, 4-31).

3. Krisis Public Relations

a. Langkah-langkah Mengatasi Krisis Public Relations

Ada banyak kasus krisis Public Relations yang terjadi. Dalam

setiap krisis ada 5 langkah berikut penting untuk diketahui, yaitu (Nova,

2009:172):

1). Perusahaan yang sedang mengalami krisis sebaiknya cepat memberi respon kepada publik. Bentuk respon ini bisa berupa memberitahukan kepada publik tentang kasus yang telah terjadi.

2). Perusahaan harus memberikan informasi yang jujur karena publik akan lebih mudah memaafkan kesalahan apabila perusahaan itu jujur daripada perusahaan tersebut berbohong.

3). Penting bagi perusahaan untuk selalu informatif karena seperti juga masyarakat, media akan menciptakan cerita versi mereka sendiri apabila perusahaan tidak memberikan informasi yang mereka perlukan. Rumor atau gosip bisa menyebabkan kehancuran yang lebih fatal, jadi lebih baik perusahaan mengatakan yang sebenarnya.Dalam memberikan informasi hendaknya secara bertahap dan runtut.

4). Penting untuk memperlihatkan kepada publik, karena publik akan memaafkan jika perusahaan peduli pada korban krisis.

5). Memelihara hubungan baik. Ini penting karena perusahaan bisa mempelajari banyak pendapat masyarakat dengan mendengarkan.

b. Peran Public Relations dalam Krisis

Krisis harus direspon dengan baik oleh perusahaan, biasanya dapat

dilakukan melalui Public Relations yang menjembatani antara organisasi

Page 29: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxix

dengan publiknya. Disamping itu, Public Relations adalah fungsi

manajemen yang mengidentifikasi sikap publik. Public Relations harus

berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi, apa yang

sedang dan akan dilakukan perusahaan dan apa yang harus di lakukan oleh

publik. Bahkan pada waktu krisis telah selesai ditanggulangi, peran Public

Relations adalah memperbaiki hubungan dan posisi perusahaan di

masyarakat secara umum dan stakeholders secara khusus. Ini dapat

dilakukan dengan pertemuan-pertemuan penting dengan pemerintah,

karyawan dan keluarganya, media internal perusahaan, media massa dan

melanjutkan strategi komunikasi jujur dan terbuka. Dalam hal ini harus

mencerminkan 2 hal, yaitu (Luhukay, 2008:25):

1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap

harkat atau nilai-nilai kemanusiaan. Upaya pencarian kambing hitam

atau pihak ketiga, menghindari media, berdiam diri alias off the record,

ketidakjujuran, manipulasi data sebaiknya dihindari karena justru

berujung pada jatuhnya reputasi perusahaan.

2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya

membangun hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat

baik organisasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan

harus menjadi wilayah perhatian dari Public Relations.

4. Manajemen Krisis

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengelola krisis,

yaitu (Kasali, 1999: 231):

a. Identifikasi Krisis

Page 30: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxx

Untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, praktisi Public Relations perlu

melakukan penelitian. Cara yang ditempuh untuk menidenifikasi krisis yaitu

memahami faktor-faktor penyebab krisis itu terjadi, bisa berupa hubungan

kerja yang buruk, terkait dengan masalah kriminal, pergantian manajemen,

dan lain sebagainya.

b. Analisis Krisis

Praktisi Public Relations sebelum melakukan komunikasi harus melakukan

analisis atas masukan yang diperoleh. Analisis yang dilakukan mulai dari

analisis parsial sampai analisis integral yang kait mengkait.

c. Isolasi Krisis

Untuk mencegah krisis menyebar luas harus diisolasi, dikarantina sebelum

tindakan serius dilakukan. Tindakan isolasi ini bisa berupa suatu kegiatan

yang memerlukan penanganan khusus agar tidak terganggu dengan kegiatan

lain yang sedang berlansung.

d. Pilihan Strategi

Dalam buku Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas

Profesional oleh Morrisan menjelaskan Stephen Robbins (1990)

mendefinisikan strategi sebagai:

“The determination of the basic long-term goals and objective of an enterprise, and the adoption of course of action and the allocation of resources necessary for carrying out this goals”

Artinya penentuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan

arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk

mencapai tujuan). Berpikir strategis meliputi tindakan memperkirakan atau

membangun tujuan masa depan yang diinginkan, menentukan kekuatan-

kekuatan yang akan membantu atau yang akan menghalangi tercapainya

Page 31: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxi

tujuan, serta merumuskan rencana untuk mencapai keadaan yang

diinginkan (Morrisan, 2008: 152).

Menurut Cultip-Center-Broom, perencanaan strategis bidang

humas meliputi kegiatan (Morrisan, 2008: 153):

1. Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program.

2. Melakukan identifikasi khalayak penentu (key publics).

3. Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang

akan dipilih.

4. Memutuskan strategi yang digunakan.

Perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan

diambil. Dalam manajemen krisis, ada 3 macam strategi yang bisa

diterapkan dalam menagani krisis yang disebut strategi generik, yaitu

Strategi Defensif, Strategi Adaptif, dan Strategi Dinamis (Kasali,1994:232).

Mengingat manajemen krisis dan kehumasan krisis bergerak dalam satu

formasi, keduanya harus bergerak kearah strategi yang sama, meskipun

masing-masing tetap memelihara ciri khasnya. Misalnya jika manajemen

krisis memilih bertindak defensif, kehumasan krisis juga harus memilih

strategi yang sama agar pilihan keduanya kompatibel satu sama lain. Akan

tetapi, penjabarannya strategi defensif oleh manajemen krisis berbeda

dengan penjabaran kehumasan krisis. Bila terdapat perbedaan strategi

defensif, sementara kehumasan krisis memilih strategi dinamis, kekacauan

Page 32: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxii

akan terjadi. Berikut adalah pilihan-pilihan strategi bagi kehumasan krisis

(Emeraldy dan Nasrullah, 2008:117):

1). Strategi Defensif Strategi definsif atau strategi bertahan dapat dipilih apabila organisasi terancam oleh Koleks-1 atau Koleks-2, padahal organisasi sangat yakin tidak melakukan suatu kesalahan, baik prosedural maupun legal. Ancaman itu dapat dikategorikan sebagai usaha penggerogotan yang bila berhasil akan menimbulkan kekacauan dalam tubuh organisasi. Sementara itu, strategi adaptasi maupun dinamis dianggap terlalu memakan biaya dan diprediksi dapat merusak hubungan baik dengan pihak penggerogot.

2). Strategi Adaptif Strategi Adaptif atau penyesuain diri cocok untuk organisasi yang mengalami krisis karena Kolin atau Koleks-1. Artinya, krisis itu tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian organisasi. Kesalahan itu menyebabkan organisasi tidak mungkin bersifat defensive. Ia harus berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan perubahan.

3). Strategi Dinamis Strategi dinamis cocok untuk organisasi yang mengalami Krispa dan Kripadi: tingkat bahaya yang dihadapi organisasi sudah demikian serius sehingga perlu digunakan langkah-langkah khusus. Strategi dinamis memerlukan banyak unsur-unsur strategis, karena hal itu dianggap sebagai strategi yang mahal. Organisasi sebaiknya menilai secara akurat tingkat krisis yang sedang dialami sebelum memilih strategi ini agar tidak terjebak dalam pemborosan.

e. Program Pengendalian

Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan menuju

strategi generik yang dirumuskan.

Dengan melakukan strategi yang tepat dapat memperbaiki kembali

citra yang sempat negatif di mata masyarakat, sehingga akan terbentuk

kembali citra positif seperti yang sudah terbentuk sebelum krisis tersebut

muncul.

Pada kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum Radya

Pustaka Surakarta strategi yang tepat dilaksanakan adalah Strategi Adaptif.

Sesuai dengan penjelasan dari strategi ini bahwa Museum telah melakukan

Page 33: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiii

kelalaian yaitu pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum yang dilakukan

oleh pihak intern Museum sendiri, namun pihak Museum telah mengakui

kepada publik tentang kesalahan tersebut karena tidak mungkin Museum

bersifat defensive menutup-nutupi kesalahan ini.

Dalam pengertian Strategi Adaptif bahwa Museum telah mengalami

kelalaian. Akibatnya terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca koleksi

Museum. Kasus ini mendapat liputan luas oleh pers dan umumnya cenderung

memojokkan Museum tersebut. Opini yang berkembang di masyarakat

menjadi negatif. Pemberitaan pers yang tendensius membuat citra Museum

menjadi terpuruk. Oleh karena itu langkah-langkah yang perlu dilakukan

Museum dalam menangani krisis ini adalah (Emeraldy dan Nasrullah,

2008:123):

1. Membentuk tim baru yang bertugas memantau situasi dan merencanakan

kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan di kemudian hari.

2. Pemimpin Museum jangan sengaja menghilang untuk menghindari

tanggung jawab karena hal ini dapat semakin merugikan masa depan

Museum.

3. Untuk meluruskan pemberitaan, Museum perlu mengundang para

wartawan. Dalam hal ini pihak Museum tidak perlu bicara banyak apalagi

mengatur wartawan tentang apa yang hendak dilaporkan wartawan.

4. Pihak Museum mengumpulkan semua informasi berkaitan dengan kasus

pemalsuan dan pencurian arca koleksi Museum, yaitu koleksi yang

hilang, serta siapa yang terlibat dalam pemalsuan dan pencurian tersebut,

yang tentunya telah melalui penyelidikan dan penyidikan dari pihak

Kepolisian.

Page 34: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxiv

5. Mengadakan konferensi pers yang tujuannya untuk menyampaikan

permintaan maaf kepada publik atas pencurian yang telah terjadi.

Konferensi pers ini diselenggarakan oleh pihak yang bertanggungjawab

atas pelaporan kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum

kepada pihak Kepolisian.

Dalam Strategi Adaptif langkah-langkah yang diambil mencakup hal-

hal yang lebih luas, seperti: mengubah kebijakan, modifikasi opersional,

kompromi, meluruskan citra (Kasali, 1994:232).

5. Definisi Citra

Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah

melekat pada perusahaan tersebut. Tidak sedikit barang atau jasa yang

dihasilkan perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumennya. Citra dapat

dikatakan sebagai persepsi masyarakat dari adanya pengalaman, kepercayaan,

perasaan, dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap perusahaan,

sehingga aspek fasilitas yang dimiliki perusahaan, dan layanan yang

disampaikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi persepsi

konsumen terhadap citra. Dengan demikian citra merupakan salah satu aset

terpenting dari perusahaan atau organisasi yang selayaknya terus menerus

dibangun dan dipelihara. Citra yang baik merupakan perangkat kuat, bukan

hanya untuk menarik konsumen dalam memilih produk atau perusahaan,

melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan kepuasan pelanggan terhadap

perusahaan.

Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra tidak datang

dengan sendirinya melainkan dibentuk oleh masyarakat, dari upaya

Page 35: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxv

komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun citra positif

yang diharapkan. Upaya membangun citra tidak bisa dilakukan secara

serampangan pada saat tertentu saja, tetapi merupakan suatu proses yang

panjang. Karena citra merupakan semua persepsi atas objek yang dibentuk

oleh konsumen dengan cara memproses informasi dari berbagai sumber

sepanjang waktu. Citra Perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan

dapat tetap hidup dan orang-orang didalamnya terus mengembangkan

kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain

(Kasali, 1999: 196).

Usaha untuk mempublikasikan kepada masyarakat mengenai strategi

yang dilakukan memerlukan kerjasama dengan media massa. Hal ini bertujuan

agar strategi yang telah diterapkan dalam kegiatan-kegiatan nyata dapat diliput

oleh pihak media massa sehingga bisa disebarkan secara cepat kepada

masyarakat luas. Dan masyarakat mengetahui mengenai usaha memperbaiki

citra negatif. Hal ini juga bermanfaat bagi pihak media massa yaitu pihak

media mendapat berita atas kegiatan sebagai usaha untuk memperbaiki citra

tersebut.

6. Media Relations (Hubungan Pers) di saat Krisis

a. Pengertian Media Relations

Media berita menjadi faktor utama dalam Public Relations yang

mengontrol arus publisitas melalui saluran-saluran komunikasi umum yang

amat penting. Hubungan dengan media (media relations) yang semula

merupakan hubungan kerja yang sederhana antara petugas Public

Relations dengan beberapa rekan redaktur karena meningkatnya jumlah

Page 36: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvi

media dan karena publisitas telah berperan lebih penting dalam Public

Relations. Para redaktur menyadari bahwa bagian Public Realtions

merupakan sumber berita asli dan sumber informasi teknis, dan bahwa

mereka membantu mengembangkan kisah berita, gambar, artikel dan

bahan penunjang lainnya. Sedangkan para petugas Public Relations

memperoleh lebih banyak pengetahuan mengenai media masssa,

kebutuhan dan kebijaksanaan editorionalnya, khalayak, dan masalah

pengoperasionalnya (Moore, 1988: 181).

Media relations atau hubungan media adalah aktivitas komunikasi

yang dilakukan oleh individu ataupun profesi humas suatu organisasi,

untuk menjalin pengertian dan hubungan baik dengan media massa, dalam

rangka pencapaian publikasi organisasi yang maksimal serta berimbang

/balance (Nova, 2009:208):

Dalam profesi humas, hubungan media seringkali juga dipahami

sebagai penanganan krisis, dengan memberitakan hal-hal positif tentang

perusahaan saat perusahaan sedang dilanda berita negatif. Pada saat krisis,

cara terbaik penaganan hubungan media oleh humas adalah mengakui dan

memperbaiki kesalahan dengan menginformasikan usaha-usaha ke depan.

Dalam hal ini baik media massa maupun humas berada dalam posisi saling

memanfaatkan dan saling diuntungkan (simbiosis mutualisme), karena

dengan liputan media maka adanya suatu krisis dapat memberikan citra

positif untuk organisasi dan disaat yang sama media massa mendapatkan

berita (Nova, 2009: 209).

Ehsan Khodarahmi mendefinisikan Media Relations sebagai

berikut (Jurnal: 2009: 535 – 540):

Page 37: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxvii

“Media relations should not be used when issues and crises rise; it is essential to have constant liaison with top media owners in order to be informed about what is going on in the market.”

Artinya hubungan terhadap media sebaiknya tidak digunakan

ketika masalah dan krisis timbul; itu adalah penting untuk memiliki

hubungan yang konstan dengan pemilik media atas agar informasi tentang

apa yang terjadi di pasar.

b. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Media Relations

Philip Lesley, penulis Public Relations Handsbook mengemukakan

fungsi humas dalam hubungan dengan pers, yaitu sebagai berikut (Nova,

2009:210):

1). Fungsi pasif dan pelayanan

Fungsi pasif berarti pihak humas hanya menanggapi permintaan pers

dan tidak melakukan inisiatif tertentu.

Contohnya jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik

yang datang untuk meliput, maka pihak Musem mempersilahkan dan

melayani dalam hal menjawab pertanyaan dari wartawan, dimana tanya

jawab ini biasanya dilakukan secara spontan.

2). Fungsi setengah aktif

Secara kontinyu humas mempersiapkan penyebaran info tentang

berbagai kejadian di organisasi kepada berbagai media.

Page 38: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxviii

Contohnya pihak Museum telah menyiapkan info yang menyangkut

krisis dalam Museum, sehingga jika ada pihak media massa baik cetak

maupun elektronik datang untuk meliput tentang kasus tersebut, tinggal

memberikan informasi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pihak

Museum.

3). Fungsi aktif

Dalam fungsi aktif, humas menggunakan inisiatif dalam mendekati

kalangan media.

Contohnya Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak

maupun elektronik datang ke Museum secara langsung untuk

kepentingan konferensi pers. Yang menjadi juru bicara dalam

konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan tentang kasus

yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, dalam hal

ini misalnya anggota yang termasuk didalam komite Museum, pegawai

Museum, atau bahkan dari pihak eksternal yang juga turut membatu

mengatasi krisis ini seperti Tim Investigasi Balai Pengelola Purbakala

Jawa Tengah.

Analisis Frank Jefkins pada tujuan pokok diadakannya hubungan

pers adalah untuk menciptakan pengetahuan dan pemahaman. Jadi, bukan

semata-mata menyebarkan suatu pesan sesuai dengan keinginan organisasi

atau klien demi mendapatkan citra produk atau sosok yang lebih indah

daripada aslinya di mata umum. Tidak seorangpun yang berhak untuk

mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa,

Page 39: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxxix

setidaknya dalam suatu masyarakat yang demokratis (Munandar: 1995,

171).

Adapun manfaat media relations adalah sebagai berikut (Nova,

2009:211):

1). Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggungjawab

organisasi dan media massa.

2). Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling

menghormati dan menghargai serta kejujuran dan kepercayaan.

3). Penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mempu

memberikan pencerahan bagi publik.

Aktivitas untuk menjalin hubungan baik dengan pers dapat

dilakukan dengan mengirimkan siaran pers perusahaan ke media,

menyelenggarakan konferensi pers, memformulasikan isu penting di

organisasi yang menarik untuk media, menyelenggarakan ramah tamah

dengan media, menyelenggarakan kunjungan lapangan untuk pers,

menyelenggarakan acara-acara khusus, wawancara khusus, menyediakan/

menjadi narasumber media dan monitoring pemberitaan media.

c. Bentuk Kegiatan Media Relations

Page 40: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xl

Dalam praktek hubungan pers terdapat beberapa bentuk kegiatan

yang melibatkan insan pers. Kegiatan ini baku dilakukan oleh lembaga

yang menguasai praktik-praktik kehumasan profesional, baik diluar negeri

maupun Indonesia. Bentuk kegiatan hubungan pers menurut Aceng

Abdullah dalam buku “Press Relations Kiat Berhubungan dengan Media

Massa” adalah sebagai berikut (Nova, 2009:212):

1). Penyebaran siaran pers Penyebaran siaran pers biasanya berupa lembaran siaran berita yang dibagikan kepada para wartawan atau media massa yang dituju. Siaran Pers memiliki fungsi yang sama dengan fungsi media massa. Kegiatan pembuatan dan penyebaran siaran Pers ini merupakan kegiatan hubungan pers yang paling efisien.

2). Konferensi pers atau jumpa pers Konferensi Pers biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun setelah terjadi peristiwa penting dan besar.

3). Kunjungan pers Kunjungan pers atau yang biasa disebut pers tour adalah mengajak wartawan untuk berkunjung ke suatu lokasi, baik yang berada di lingkungannya, maupun ke tempat lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah lembaga atau instansi terkait.

4). Resepsi pers Resepsi pers adalah mengundang para insan media massa dalam sebuah resepsi atau acara khusus diselenggarakan untuk para pemburu berita. Acaranya bisa berupa jamuan makan, kemudian dilanjutkan dengan hiburan.

5). Peliputan kegiatan Peliputan kegiatan merupakan kegiatan yang paling dikenal diantara kegiatan pers lainnya. Peliputan kegiatan dilakukan saat sebuah instansi mengadakan kegiatan tertentu, khususnya yang mempunyai nilai berita. Media massa diundang untuk meliput kegiatan tersebut.

6). Wawancara pers Jika lima kegiatan diatas merupakan prakarsa dari organisasi maka wawancara pers merupakan inisiatif dari pihak media massa. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara yang dipersiapkan dan wawancara spontan.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif yang didukung

dengan data kualitatif. Sebagai penelitian deskriptif, penelitian ini

Page 41: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xli

memaparkan suatu permasalahan/ keadaan/ peristiwa sebagaimana adanya

sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian

ditekankan untuk memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan yang

sebenarnya dari objek yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor, “metodologi

kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan atau perilaku yang dapat diamati (Maleong,

2002:3).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur

statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Dalam penelitian

data kualitatif semua teknik pengumpulan data kualitas pelaksanaannya

tergantung penelitiannya sebagai alat pengumpulan data utamanya (peneliti

sebagai instrumen utama). Oleh karena itu sikap kritis dan terbuka sangat

penting, dan teknik pengumpulan data yang digunakan bersifat terbuka dan

lentur (menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang mungkin berubah

(Sutopo, 2002: 36).

Penelitian ini dapat dideskripsikan dengan melakukan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan mengumpukan

gejala-gejala yang mengindikasikan adanya kesenjangan antara harapan

(teori) dan kenyataan.

b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang

berlaku di lapangan.

Page 42: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlii

c. Membuat perbandingan atau evaluasi antara teori yang ada dengan kondisi

lapangan.

d. Menemukan hal yang perlu dilakukan di lapangan dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman untuk menetapkan

rencana dan keputusan di masa yang akan datang.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Museum Radya Pustaka yang berlokasi di

Jalan Slamet Riyadi 421 Solo.

3. Teknik Penarikan Sample

Teknik penarikan sample yang dipakai peneliti adalah dengan teknik

Purposive Sampling yang mana peneliti memilih informan yang dianggap

mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya

untuk menjadi sumber data yang mantap. Sumber data yang digunakan dalam

Purposive Sampling sebagai yang mewakili informasinya (Sutopo, 2002:56).

Dalam penelitian ini yang menjadi informan yaitu Sekretaris Komite yang baru

yang dipilih setelah terjadinya kasus dan Pemandu Museum yang menjadi staff

Museum dari terjadinya kasus hingga saat ini masih bekerja di Museum Radya

Pustaka Surakarta. Dengan demikian diharapkan peneliti mendapat informasi

secara akurat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Metode Wawancara

Page 43: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliii

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui strategi Public

Relations yang dilakukan oleh pihak Museum Radya Pustaka dalam

memperbaiki citra museum pasca pemalsuan dan pencurian arca, yaitu

dengan mewawancarai pihak internal Museum misalnya anggota Komite

Museum maupun dengan pegawai museum.

b. Studi Pustaka dan Dokumen

Dokumen yang digunakan oleh peneliti adalah dokumen yang resmi yang

berasal dari internal dan eksternal Museum. Dokumen internal adalah

dokumen yang berasal dari dalam Museum. Sedangkan dokumen eksternal

adalah bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial

misalnya majalah, buletin atau pernyataan dan berita yang disiarkan

melalui media masa.

5. Validitas dan Reliabilitas Data

Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa

yang ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan memang

sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini mengusahakan hal

tersebut dilakukan dengan cara triangulasi data. Triangulasi data adalah bentuk

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data, untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data Ada 4

macam teknik triangulasi yaitu pemeriksaan terhadap sumber (data), metode,

peneliti, dan teori. Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah teknik

triangulasi sumber (data) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kualitatif (Sutopo, 2008: 78).

Page 44: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xliv

Hal ini dapat dilakukan dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakanya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

bersangkutan.

Sedangkan untuk Reliabilitas data dilakukan dengan reduksi data, yang

merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada

di dalam fieldnote (catatan dari lapangan).

6. Analisis data

Dalam penelitian ini data dianalisis secara deskriptif, dalam artian data-

data hanya dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan berdasarkan

konsep-konsep yang ada. Analisis data penelitian ini menggunakan Flow

Model of Analysis.

Flow Model of Analysis

Masa Pengumpulan Data

↓ Data Reduction

Page 45: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlv

↓ Data Display

↓ Conclusion Drawing

Gambar 1.1 Flow Model of Analysis

Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D, Alfabeta, 2009, hal 247

Data Reduction atau reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar

yang muncul dari fieldnote (catatan dari lapangan). Reduksi data dimulai sejak

peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang

pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan

data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data

berupa singkatan, coding, memusatkan tema, membuat batasan permasalahan,

menulis memo. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian

kualitatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis.

Data display merupakan suatu penyajian data yang meliputi berbagai

jenis matriks, gambar, atau skema, jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan

dan table sehingga dapat membentuk suatu rakitan organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

Conclusion drawing/ penarikan kesimpulan adalah proses konklusi

yang terjadi selama pengumpulan data dari awal hingga akhir kesimpulan

yang perlu diverifikasikan yang dapat berupa suatu pengulangan, sebagai

Page 46: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvi

pemikiran kedua yang timbul dalam pikiran peneliti pada waktu menulis

dengan melihat kembali fieldnote (catatan dari lapangan).

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, landasan teoritis, kerangka pemikiran, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA

Bab ini berisi tentang sejarah singkat, visi dan misi, struktur Komite dan

struktur organisasi, waktu pelayanan, denah, dan jumlah kunjungan

wisatawan, serta kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya

Pustaka Surakarta, baik yang diperoleh melalui wawancara secara

langsung dari pihak internal Museum, maupun eksternal yang berupa

informasi yang diperoleh dari media massa.

BAB III SAJIAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang sajian dan analisis data yang berisi pilihan strategi

Public Relations dalam manajemen krisis yang dilakukan oleh pihak

Komite Museum Radya Pustaka dalam rangka memperbaiki citra

museum pasca pemalsuan dan pencurian arca.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan oleh

peneliti tentang penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada hasil

penelitian tersebut.

Page 47: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlvii

BAB II

GAMBARAN UMUM MUSEUM RADYA PUSTAKA

A. Sejarah Singkat Museum Radya Pustaka Surakarta

Museum Radya Pustaka merupakan salah satu museum tertua di Kota

Surakarta. Pendirinya adalah Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV, pepatih

dalem Keraton Surakarta Hadiningrat pada jaman pemerintahan Sri Paduka Paku

Buwono IX. Didirikan pada hari Selasa Kliwon, tanggal 15 Maulud Ehe 1820

bertepatan tanggal 28 Oktober 1890. Semula museum berlokasi di Panti Wibowo

yang merupakan salah satu ruangan kediaman di Kepatihan, namun atas prakarsa

Pakubuwono X pada tanggal 1 Januari 1913 dipindahkan lokasinya ke Loji

Kadipolo yaitu tempat dimana Museum sekarang berdiri di lokasi Jalan Slamet

Riyadi 275 Solo. Loji ini khusus dibeli oleh Pakubuwono X dari seorang Belanda

bernama Johanes Busselaar yang memang digunakan untuk museum.

B. Visi dan Misi Museum Radya Pustaka

Visi dan Misi Museum Radya Pustaka setelah dibentuknya pengelola

Museum yang baru dengan manajemen yang baru, yaitu dengan Visi Museum

Radya Pustaka menjadi media yang sangat baik dalam pendidikan,

kepariwisataan, perlindungan benda-benda cagar budaya, maka Misi yang

dijalankan adalah berupa:

1. Untuk mengembangkan kebudayaan Jawa.

2. Untuk mewujudkan sebuah museum menjadi objek wisata yang besar bagi

wisatawan mancanegara maupun nusantara dan pelajar.

33

Page 48: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlviii

3. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya di Museum Radya Pustaka.

4. Untuk menyimpan barang-barang antik dan naskah-naskah di Museum Radya

Pustaka.

5. Untuk menyimpan benda-benda cagar budaya baik yang masih asli maupun

replika.

6. Untuk menjaga kebersihan di dalam dan diluar komplek Radya Pustaka.

7. Untuk mewujudkan keamanan di dalam Museum Radya Pustaka.

8. Untuk menjaga sumber daya manusia yang profesional dalam memanage

Museum Radya Pustaka.

C. Struktur Komite dan Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka

Kasus pemalsuan dan pencurian arca yang melibatkan Ketua Komite yang

waktu itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal dengan sebutan

Mbah Hadi dan dua pegawainya yaitu Jarwadi seorang pegawai Museum yang

bertanggungjawab memegang kunci ruangan Museum, dan Gatot sebagai Petugas

keamanan Museum, maka Walikota Solo Joko Widodo beserta beberapa pihak

terkait mengadakan pembentukan Komite Radya Pustaka yang baru. Berdasarkan

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 432.1/ 78/1/2008 yang di tandatangani oleh

Walikota Solo, Joko Widodo pada tanggal 26 November 2008, susunan Komite

Radya Pustaka yang baru yaitu:

Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka

Walikota Surakarta

Pembina

Direktur Permuseuman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia

Sri Susuhunan Pakoe Boewono XIII

Page 49: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xlix

Sumber : Museum Radya Pustaka

Gambar 2.1. Struktur Komite baru Museum Radya Pustaka

Setelah terbentuknya Komite Museum Radya Pustaka yang baru,

berdasarkan Keputusan Komite Museum Radya Pustaka Surakarta Nomor

KMRP/Ia/I/2009 yang di tandatangani oleh Ketua Museum yang baru yaitu

Winarso Kalinggo pada tanggal 2 Januari 2009, maka menetapkan pembagian

tugas karyawan Museum Radya Pustaka, yaitu sebagai berikut:

Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka

Page 50: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l

Sumber: Museum Radya Pustaka

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Museum Radya Pustaka

D. Waktu Pelayanan, Denah, dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Museum

Radya Pustaka

Berikut adalah mengenai waktu pelayanan dan denah Museum Radya

Pustaka Surakarta sebagai informasi kepada wisatawan yang hendak mengunjungi

Museum:

Pelayanan Museum Radya Pustaka bagi wisatawan, yaitu:

· Hari Selasa-Kamis : 08.00-14.00 WIB

· Hari Jum’at-Sabtu : 08.00-13.00 WIB

· Hari Minggu : 08.00-14.00 WIB

· Hari Senin dan Hari Besar : Libur

Koleksi yang ada di museum ini diletakkan kepada tata ruang yang telah

diatur sedemikian rupa. Koleksi tersebut antara lain:

1. Halaman Depan

Perpustakaan Kurnia Heni

Wati

Keuangan dan Administrasi

Widyastuti Fajarini

Pemandu Soemarni Wijayanti

Penjaga Museum

Fajar Suryanto

Penjaga Tiket / Portir

Ruli Retina

Ketua Museum Radya Pustaka

Winarso Kalingga

Page 51: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

li

Di halaman depan, di depan gedung museum, para pengunjung akan

menjumpai sebuah patung dada R. Ng. Rangga Warsita. Beliau adalah

seseorang pujangga keraton Surakarta yang sangat termasyur dan hidup pada

abad ke-19. Patung ini diresmikan oleh presiden Soekarno pada tahun 1953. di

depan dan di belakang patung ini terdapat prasasti yang menggunakan aksara

Jawa.

2. Ruang Pertama

Terdapat tempat pembelian tiket masuk dan ada beberapa meriam baroda dari

masa VOC yang berasal dari abad ke-17 dan ke-18. Sementara itu ada pula

beberapa meriam-meriam kecil milik Keraton Kartasura.

3. Ruang Kedua

Terdapat kolesi peralatan kesenian yang berupa koleksi wayang. Koleksi

wayang yang dimiliki, antara lain Wayang Golek Menak, Wayang

Krucil/Klitik, Wayang Suket, Wayang Kaper, Wayang Purwa, Wayang

Madya, Wayang Gedhog, Wayang Beber.

4. Ruang Ketiga

Ruangan pada sisi sebelah kiri ini disebut sebagai ruang keramik karena

memuat koleksi keramik, porselen dan gelas-gelas. Ada ruang penghubung

yang berisikan meja-meja marmer, kursi-kursi dan meriam Lela. Adapun

almari panjang yang ditata berbagai koleksi keris, pedang, dan tombak.

Sedangkan sisi kanan disebut sebagai ruang senjata tradisional.

5. Ruang Keempat

Merupakan ruang penghubung. Ruang ini untuk menghubungkan ruang satu

ke ruang yang lainnya.

6. Ruang Kelima

Page 52: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lii

Ruang ini digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka atau biasa

disebut Tosan Aji yang berupa keris, belati, mata tombak dan bermacam-

macam pedang diantara milik Sunan Amangkurat III/Kartosuro dan gada besi

milik Keraton Surakarta.

7. Ruang Keenam

Ruang ini adalah ruang perpustakaan. Ruang tersebut merupakan inti dari

Museum Radya Pustaka. Karena bila ditilik dari artinya, Radya berarti negara

atau keraton, Pustaka berarti perpustakaan. Perpustakaan ini sebagian besar

koleksinya terdiri atas buku-buku dalam tulisan Jawa. Buku-buku tersebut

berisi tentang pengetahuan dan kebudayaan terutama tentang sejarah, adat

istiadat, kesenian, pranata mangsa dan lain-lain. Perpustakaan Radya Pustaka

melayani masyarakat umumbaik mahasiswa, pelajar maupun perorangan.

8. Ruang Ketujuh

Merupakan ruang koleksi benda perunggu (ruang yang berhadapan dengan

ruang perpustakaan). Ruangan ini menyimpan arca-arca maupun bentuk

benda-benda lain seperti genta, padupan, cermin, dan sebagainya.

9. Ruang Kedelapan

Ruang ini merupakan ruangan memorial, merupakan ruang bekas kantor Gusti

Panembahan Hadiwidjojo.

10. Ruang Kesembilan

Ruang ini disebut ruang etnografika, karena terdapat berbagai macam koleksi

gamelan peninggalan Keraton Surakarta. Ruang etnografi menyajikan dua

perangkat gamelan dengan laras slendro dan pelog, terdapat juga koleksi

kremun dan tandu sesaji, jodang yaitu alat angkut yang dipikul manusia,

Page 53: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liii

mesin jam panggung taman Kartosuro, bermacam-macam kuluk, blangkon

dan berbagai peralatan rumah tangga.

11. Ruang Kesepuluh

Ruangan ini merupakan ruang yang ditempati Kyai Rajamala. Sebuah patung

kepala raksasa yang telah berusia lebih dari dua ratus tahun yang terbuat dari

kayu jati yang diambil secara khusus dari hutan Donoloyo Wonogiri ini

memiliki riwayat yang sangat panjang dan terkait erat dengan perjalanan

sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Nama Rajamala sendiri

diambil dari cerita Kerajaan Kicakapura, yakni dari nama telur kura-kura

jelmaan Dewi Watari, seorang putri cantik pengawal Resi Indradewa. Patung

tersebut jumlah sebenarnya adalah dua, yang satu lainnya disimpan di Keraton

Surakarta. Patung ini ialah hiasan depan sebuah perahu yang dipakai untuk

mengambil permaisuri Pakubuwono IV yang berasal dari madura. Kyai

Rajamala bagi Museum Radyapustaka bukanlah sebuah benda koleksi biasa,

sampai sekarang patung ini masih dianggap keramat dan sering diberi

sesajian. Konon kalau lupa memberian sesajian patung ini akan mengeluarkan

bau amis.

12. Ruang Kesebelas

Di ruang ini terdapat berbagai macam miniatur. Ada miniatur Keraton

Surakarta, Masjid Agung Demak, Makam Imogiri, dan berbagai macam

koleksi arca.

13. Ruang Keduabelas

Merupakan halaman belakang dan ruang administrasi atau kantor. Di sini

dijumpai arca-arca batu dan batu nisan yang bertuliskan huruf Tionghoa.

Page 54: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

liv

Denah Ruang Museum Radya Pustaka Surakarta ditunjukkan dengan

gambar berikut ini:

Denah Ruang Museum Radya Pustaka

Halaman Depan

Ruang I Teras/Tiket

Ruang II Ruang Wayang

Ruang II Ruang Wayang

Ruang V Ruang Tosan Aji

Pusaka

Ruang III Ruang Keramik

Ruang VII Ruang Perunggu

Ruang VI Ruang

Perpustakaan

Ruang X Ruang Rajamala

Ruang VIII Ruang Memorial

RUANG

PENGHUBUNG

RUANG IV

Ruang IX Etnografi/Gamelan

Ruang XI Ruang Miniatur

Page 55: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lv

Sumber: Museum Radya Pustaka

Gambar 2.3 Denah Ruang Museum Radya Pustaka

Untuk jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Radya Pustaka.dari tahun

terjadinya kasus (2007) hingga tahun pembuatan laporan penelitian ini (Mei 2010)

dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2.1. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2007

Bulan

PENGUNJUNG

Wisatawan Mancanegara

Wisatawan Nusantara Jumlah

Januari 25 1424 1449

Februari 55 606 661

Maret 75 678 753 April 22 1322 1344

Mei 49 783 832 Juni 57 1128 1185

Juli 111 812 923

Agustus 108 610 718 September 146 540 686

Oktober 30 504 534 November

Museum di segel oleh Poltabes Solo Desember

Jumlah 678 8407 9085 Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta

Page 56: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvi

Tabel 2.2. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2008

Bulan

PENGUNJUNG

Wisatawan Mancanegara

Wisatawan Nusantara

Jumlah

Januari

(mulai dibuka kembali

tanggal 14 Januari)

72 377 449

Februari 94 388 482 Maret 57 412 469 April 93 909 1002 Mei 100 429 529 Juni 74 811 885 Juli 123 589 712 Agustus 129 385 514 September 43 157 200 Oktober 38 389 427 November 48 625 673 Desember 834 165 999

Jumlah 1705 5636 7341 Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta

Page 57: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lvii

Tabel 2.3. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2009

Bulan

PENGUNJUNG

Wisatawan Mancanegara

Wisatawan Nusantara Jumlah

Januari 122 968 1090 Februari 85 641 726 Maret 70 593 663 April 177 1123 1300 Mei 118 521 639 Juni 100 1036 1136 Juli 131 1640 1771 Agustus 112 581 693 September 68 311 379 Oktober 73 1529 1602 November 88 1322 1410 Desember 106 1327 1433

Jumlah 1250 11592 12842 Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta

Tabel 2.4. Daftar pengunjung Museum Radya Pustaka tahun 2010

Bulan

PENGUNJUNG

Wisatawan Mancanegara

Wisatawan Nusantara

Jumlah

Januari 61 800 861 Februari 72 1253 1325 Maret 83 1335 1418 April 184 1890 2074 Mei 62 1403 1465

Jumlah 462 6681 7143 Sumber : Museum Radya Pustaka Surakarta

Dapat dilihat dari Bulan November, Desember 2007, hingga awal Januari

2008 Museum ditutup hal ini adalah untuk keperluan penyidikan oleh pihak

Kepolisian. Dan dari tabel kunjungan wisatawan Museum Radya Pustaka tahun

2008 mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan hal ini dimungkinkan

karena pandangan masyarakat mengenai koleksi Museum yang diragukan

Page 58: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lviii

keasliannya karena adanya kasus pemalsuan dan pencurian arca yang telah terjadi

di tahun 2007. Namun setelah tahun 2009 dengan telah dibentuknya perubahan

internal Museum serta dilakukannya kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki citra

negatif Museum, jumlah kunjungan Museum telah mengalami penigkatan.

E. Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca di Museum Radya Pustaka Surakarta

Kasus yang terjadi sekitar November 2007 yaitu mengenai pemalsuan dan

pencurian arca, pertama kali dicurigai oleh salah satu pegawai Museum yang

kemudian dilaporkan kepada Balai Pelestarian Peningglana Purbakala (BP3) Jawa

Tengah. Setelah BP3 melakukan pengecekan ke Museum ternyata benar bahwa

arca tersebut terlihat berbeda dari aslinya, yang perbedaan tersebut dapat diamati

dari warna dan ukurannya. Pihak BP3 kemudian membuat Berita Acara

Pemeriksaan (BAP) yang ditandatangani oleh Lambang Babar Purnomo yang saat

itu menjabat sebagai Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah ke Poltabes

Surakarta. Adapun koleksi arca yang telah dipalsukan yaitu Agastya, 2 arca

Durga, Mahakala, Mahesa Sura Madini, dan Shiwa Mahadewa. Diketahui bahwa

arca yang palsu, sebenarnya sebelumnya sudah di pesan dahulu di daerah

Muntilan Jawa Tengah.

Atas adanya laporan tersebut, dari pihak Kepolisian melakukan

penyidikan. Dan setelah benar adanya tentang penemuan arca palsu dan yang asli

telah “keluar” dari Museum, maka pihak Kepolisian menyita arca-arca yang telah

dipalsukan tersebut. Kasus ini mendapat perhatian serius dari Polda Jateng yang

langsung menurunkan tim guna membackup aparat kepolisian Solo melanggar UU

no. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Page 59: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lix

Selanjutnya pihak Kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi

dengan menanyai beberapa saksi-saksi yang dilakukan di ruang Kanit IV

Ekonomi Poltabes Solo, yaitu dari pihak internal museum diantaranya pegawai

Museum Soemarni Wijayanti, Indrayana, Ambarwati, Jarwadi, Gatot dan Kepala

Museum yang saat itu dipegang oleh KRH. Darmodipuro yang lebih dikenal

dengan sebutan Mbah Hadi, namun pada 27 Mei 2009 beliau telah wafat

dikarenakan faktor usia dan kesehatan. Sedangkan saksi dari pihak eksternal

museum, pihak Kepolisian memeriksa Heru seorang penjual barang antik, dari

pihak BP3 diantaranya Ketua Pokja BP3 Lambang, Hugo Kraijger seorang WNA,

dan seorang pengusaha Hashim Djojohadikusumo dikarenakan arca milik

Museum Radya Pustaka yang dilaporkan dicuri ada di satu rumah di Jakarta

Selatan yang merupakan kediaman milik pengusaha Hashim Djojohadikusumo.

Hashim Djojohadikusumo ikut dijadikan sebagai saksi dalam kasus ini

dikarenakan kelima arca yang hilang ditemukan di kediaman Hashim. Pada 20

November 2007 tim Satreskrim Poltabes Solo bekerjasama dengan Polres Metro

Jakarta Selatan melakukan penyitaan 5 arca milik Museum Radya Pustaka dari

kediaman Hashim di Kemang Jakarta Selatan untuk dibawa kembali ke Solo. Dan

pada 21 November 2007 pukul 16.00 WIB kelima arca tersebut sampai di Solo,

arca-arca tersebut dibawa disebuah mobil bak terbuka dengan menggunakan jalur

darat. Menurut asisten sekaligus orang kepercayaan Hashim yang diperkirakan

mengetahui lalu lintas barang-barang koleksi di rumah Hashim, saat melakukan

penyitaan kelima arca tersebut petugas Kepolisian tidak bertemu langsung dengna

Hashim karena yang bersangkutan di luar negeri. Selain itu menurut pengelola

sejumlah yayasan sosial milik Hashim yaitu Fadli Zon menyatakan bahwa Hashim

tidak terlibat dalam kasus pembelian arca yang telah hilang dari Museum tersebut.

Page 60: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lx

Menurutnya Hashim sering membeli barang-barang kekayaan Indonesia di luar

negeri diantaranya dibeli dari Belanda, New York, Hongkong untuk dibawa

kembali ke Indonesia karena Hashim memang berencana membangun museum

dan membawa kekayaan cagar budaya Indonesia di luar negeri untuk di

kembalikan ke tanah air.

Setelah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi, pihak

Kepolisian menetapkan 4 tersangka dalam kasus ini. Dimana 3 diantaranya adalah

2 pegawai Museum dan yang 1 adalah Kepala Museum, sedangkan 1 tersangka

lagi adalah dari luar Museum. Menurut Kepala Satuan Reskrim Poltabes Solo,

Ajun Komisaris Syarif Rohman, tersangka-tersangka tersebut yaitu Jarwadi

seorang pegawai Museum yang bertanggungjawab memegang kunci ruangan

Museum dan Suparjo alias Gatot sebagai Petugas keamanan Museum yang

keduanya bertindak sebagai eksekutor yang memindah dan mengganti arca yang

asli dengan yang palsu, Mbah Hadi sebagai Kepala Museum yang mengawasi

secara langsung saat pertukaran arca, dan dari luar Museum adalah Heru Suryanto

seorang pedagang barang antik di Solo sebagai makelar penjual koleksi Museum.

Menurut pengakuan tersangka, dari 5 arca buatan abad IV-IX yang hilang, yang

dijual masing-masing Arca Ciwa Mahadewa seharga 35 Juta Rupiah, Arca

Durgamahisasuramardhini seharga 200 Juta Rupiah, Agastya seharga 90 Juta

Rupiah, Mahakala seharga 100 Juta Rupiah, dan Durga Mahisasuramardhini

seharga 80 Juta Rupiah. Total penjualan sekitar 800 Juta Rupiah.

Pada 21 November 2007, Pemerintah Kota Solo, Komisi IV DPRD,

Keraton Kasunanan Surakarta, Yayasan Radya Pustaka dan BP3 Jateng menggelar

rapat koordinasi untuk membahas penagganan Museum Radya Pustaka. Hasil

pertemuan itu menyepakati Museum Radya Pustaka ditutup untuk umum.

Page 61: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxi

Museum hanya beroperasi atau buka untuk kepentingan inventarisasi dan sepakat

untuk segera melakukan inventarisasi benda-benda bersejarah di dalam Museum

Radya Pustaka. Setelah itu dilanjutkan dengan membahas pengelolaan museum

setempat kedepannya dalam sebuah presidium. Dalam pertemuan itu, Kepala BP3

Jateng Tri Hatmaji menginginkan agar ketika dilakukan inventarisasi juga

didampingi oleh pengelola Museum, Yayasan Radya Pustaka, Pemkot, dan juga

Poltabes Solo agar diperoleh data terbaru yang nantinya bisa diakses kepolisian

untuk menelusuri keberadaan benda-benda bersejarah yang hilang dari Museum

Radya Pustaka, dan selama proses inventarisasi tidak ditutup sehingga pelayanan

masyarakat tetap berjalan agar inventarisasi ini juga tidak berkesan menghambat

pelayanan masyarakat tersebut. Dalam inventarisasi digunakan hasil inventarisasi

tahun 1992, sehingga bisa dilihat berapa kerusakan benda-benda bersejarah di

Museum.

Pada tanggal 23 November 2007 tersangka Heru Suryanto, Suparjo alias

Gatot, dan Jarwadi memeragakan adegan saat mengambil arca dalam rekonstruksi

di Museum Radya Pustaka dilakukan rekonstruksi. Dijelaskan dalam adegan 1-3

tersangka Heru Suryanto masuk ke Museum ditemui saksi Ambarwati. Heru minta

bertemu Mbah Hadi untuk berkonsultasi tentang hari baik dan hari buruk. Setelah

itu Heru mulai membujuk Mbah Hadi bahwa ia berminat membeli arca di

Museum tersebut. Adegan 4-10 Tersangka Heru melakukan pemotretan dan

pengukuran 5 arca museum. Hal itu diketahui saksi Ambarwati dan Indrayana,

keduanya adalah pegawai Museum. Adegan 11 Tersangka Heru menemui Mbah

Hadi sambil membaa hasil pemotretan aca. Ia kembali menyatakan ingin membeli

araca. Semula Mbah Hadi menolak, tapi setelah dijanjikan akan diganti dengan

arca tiruan yang mirip, Mbah Hadi mau menjual arca. Adegan 12-13 Tersangka

Page 62: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxii

Heru dan Mbah Hadi melakukan transaksi jual beli arca di kediaman Mbah Hadi

di Semanggi Solo. Di tempat tersebut, uang penjualan arca diserahkan ke Mbah

Hadi. Adegan 14-28 Tersangka Heru, Mbah Hadi, Gatot dan Jarwadi mengganti

arca Agastya asli dengan yang palsu. Arca yang asli kemudian dibawa kerumah

Heru. Adegan 29-30 Hugo Kraijger seorang WNA melihat arca asli di rumah

Heru di Gentan Baki Sukoharjo. Selanjutnya arca dibawa ke Jakarta.Adegan 11-

30 terjadi di bulan Juli 2007 Pada adegan 31-67 adalah transaksi kembali

dilakukan Mbah Hadi dan Heru. Para tersangka lalu mengambil arca Mahesa Sura

Madini, Durga Mahesa Sura Mahini, Arca Siwa Mahadewa, Arca Mahakala dan

diserahkan ke Hugo Kraijger. Kejadian tersebut terjadi pada September dan

November 2007.

Pada 26 November 2007 Museum Radya Pustaka disegel untuk sementara

waktu bagi masyarakat umum. Penyegelan dilakukan aparat untuk kepentingan

penyidikan atas kasus pemalsuan dan pencurian arca, agar. tidak mengalami

hambatan dengan kunjungan wisatawan yang datang. Petugas Kepolisian

memasang garis polisi (Police Line) di pagar museum sebagai tanda larangan bagi

masyarakat umum untuk memasuki kawasan tersebut.

Sampai pada proses persidangan kasus pemalsuan dan pencurian arca

koleksi Museum Radya Pustaka pada 19 Februari 2008 digelar di Pengadilan

Negeri Solo. Walaupun Ketua Pokja Perlindungan di BP3 Jawa Tengah yang juga

sebagai Ketua tim untuk penyelidikan Museum dan sebagai saksi ahli yaitu

Lambang Babar Purnomo tewas hampir disaat proses persidangan, namun proses

sidang tetap berjalan karena menurut Kasi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Solo,

Tatang Agus menjelaskan bahwa keterangan Lambang sudah tercantum dalam

berkas perkara. Lambang telah memberikan keterangan dibawah sumpah saat

Page 63: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiii

dilakukan pemeriksaan kasus ini. Dan dari keterangan tersebut dapat dibacakan

didepan majelis hakim saat persidangan. Para tersangka dijerat Pasal berlapis

yakni UU Cagar Budaya no.5/1992 dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun

serta Pasal 363 KUHP dengan hukuman paling lama 7 tahun penjara. Pihak

Kepolisian menjelaskan bahwa dari hasil otopsi atas meninggalnya saksi ahli

Lambang Babar Purnomo, terdapat luka sayatan di kepala sedangkan leher bagian

depan juga retak. Setelah Lambang wafat, maka saat proses persidangan

digantikan oleh Dra. Zaimul Azzah M.Hum yang juga dari BP3 Jawa Tengah.

Untuk masa penahanan, Mbah Hadi divonis 1,5 tahun dipotong masa

tahanan. Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU)

yakni selama 2 tahun. Ketua Majelis Hakim saat persidangan kasus tersebut,

Ganjar Susilo ketika membacakan putusan di Pengadilan Negeri Solo menilai

tindakan terdakwa telah merugikan pemerintah dan yayasan Radya Pustaka Solo.

Yang meringankan hukuman terdakwa adalah terdakwa telah bekerja di museum

selama 50 tahun dan usianya sudah tua. Sedangkan untuk terdakwa Jarwadi dan

Gatot masing-masing divonis 1,2 tahun karena terbukti turut membantu

memindahkan, memperdagangkan benda-benda cagar budaya. Untuk terdakwa

Suryanto sebagai makelar penjualan 6 arca koleksi museum divonis 1,5 tahun

dipotong masa tahanan. Selain Pasal 26 UU RI Nomor 5 Tahun 1992, terdakwa

juga dikenai pasal 263 ayat 1 KUHAP tentang pemalsuan surat.

Setelah proses persidangan selesai, barang bukti arca palsu yang

sebelumnya disimpan di Rubasan yaitu rumah untuk penyitaan barang-barang

bukti kemudian dihancurkan dan arca yang asli telah ditemukan kemudian

dikembalikan lagi ke Museum Radya Pustaka.

Page 64: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxiv

Kemudian pada 27 Desember 2007 oleh Ketua Dinas Pariwisata Seni dan

Budaya Pemerintah Kota Surakarta Drs Handartono sudah membuka Museum

Radya Pustaka tetapi sifatnya masih intern karena untuk pembersihan dan

penataan koleksi yang ada. Dan pada awal tahun, tepatnya 14 Januari 2008

Museum Radya Pustaka kembali dibuka untuk umum, sekaligus dalam rangka

menandai Visit Indonesia Year 2008, sehingga sudah bisa dikunjungi lagi oleh

wisatawan baik domestik maupun mancanegara seperti biasa.

Page 65: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxv

BAB III

SAJIAN DAN ANALISIS DATA

Setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah melekat

pada perusahaan tersebut. Citra yang baik merupakan perangkat kuat, bukan hanya

untuk menarik wisatawan mengunjungi Museum, melainkan juga dapat memenuhi

kepuasan pelanggan terhadap koleksi yang ada, fasilitas, dan pelayanan pegawai

Museum, sehingga wisatawan berminat untuk berkunjung kembali ke Museum

tersebut.

Menurut kalangan sejarawan Solo, menyebutkan 50 persen koleksi di Museum

Radya Pustaka telah hilang dari tempat semula. Kalaupun ada yang tidak hilang, akan

tetapi ada yang dipalsukan sehingga yang asli tidak terkesan hilang. Adanya arca

imitasi sebagai pengganti benda-benda yang dicuri mengindikasikan bahwa tindak

kejahatan tersebut melibatkan jaringan profesional. Tidak sekedar mencuri, juga

terindikasi kuat adanya upaya menghilangkan jejak dengan membuat benda serupa,

agar terlihat seolah-olah benda-benda bersejarah di Museum Radya Pustaka tersebut

masih utuh (Kompas, 2007). Munculnya pernyataan yang ada di masyarakat tersebut

menimbulkan citra negatif Museum Radya Pustaka.

Kasus pemalsuan dan pencurian arca yang terjadi di Museum Radya Pustaka

merupakan krisis bagi Museum, apalagi yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut

adalah dari pihak internal Museum. Dengan adanya kasus tersebut menimbulkan citra

negatif Museum Radya Pustaka. Citra negatif yang muncul salah satunya adalah

anggapan masyarakat mengenai koleksi di Museum yang sudah lagi tidak asli, oleh

karena itu pihak Museum berusaha untuk agar krisis tersebut berlalu dan masyarakt

53

Page 66: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvi

kembali menilai positif (lebih baik) tentang usaha oleh pihak internal Museum Radya

Pustaka yang telah dibentuk baru pasca kasus.

Dalam mengatasi krisis, pihak internal perlu melakukan strategi ke-Public

Relations-an untuk mengembalikan citra positif pasca kasus pencurian dan pemalsuan

arca di Museum Radya Pustaka.

1. Krisis Public Relations Museum Radya Pustaka Surakarta

Dari ke lima langkah yang penting untuk diketahui dalam kasus krisis

Public Relations yang terjadi, maka dapat disimpulkan bahwa Museum Radya

Pustaka juga telah memperhatikan langkah penting tersebut. Hal ini dapat dilihat

dari:

1. Memberi respon kepada publik secara cepat.

Ketika terjadi kasus Pemalsuan dan Pencurian arca, salah seorang pegawai

Museum memberitahu pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3)

Jawa Tengah, kemudian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa

Tengah melaporkan ke Poltabes Solo. Dengan adanya kasus tersebut, pihak

media massa baik cetak maupun elektronik, baik nasional maupun

internasional kemudian mengangkat berita tersebut kepada publik, sehingga

publik yang dalam hal ini adalah masyarakat menjadi mengetahui mengenai

kasus ini. Apalagi setelah diketahui dari proses penyidikan polisi bahwa yang

menjadi tersangka adalah dari pihak internal Museum. Selain pihak Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, pihak Museum sendiri

juga secara cepat memberi respon kepada publik yang ditunjukkan dengan

cara melayani menjawab pertanyaan secara spontan dari wartawan yang

datang langsung untuk menemui narasumber di Museum Radya Pustaka.

Page 67: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxvii

2. Memberikan informasi yang jujur.

Pihak Museum telah memberikan informasi secara jujur. Kejujuran ini dapat

dinilai dari tersangka yang ditetapkan oleh pihak Kepolisian adalah pihak

internal Museum yaitu pegawai yang bertugas membawa kunci Museum,

penjaga Museum, dan bahkan kepala Museum saat itu. Tidak ada yang

ditutupi dari kasus ini walaupun sekaligus itu melibatkan kepala Museum,

pihak internal yang mencurigai adanya arca palsu di Museum yang juga

sebagai saksi tetap memberikan keterangan yang jujur, walaupun demikian

juga tetap memberi dukungan kepala Museum untuk tetap tabah dalam

menjalani hukuman penjara mengingat kontribusi kepala Museum terhadap

keberadaan Museum Radya Pustaka yang sudah berlangsung berpuluh-puluh

tahun serta dari kesemua tersangka telah mengakui kesalahan dan peran

masing-masing dalam kasus pemalsuan dan pencurian arca tersebut. Hal ini

bisa membuat agar masyarakat lebih mudah memaafkan kesalahan yang

dilakukan oleh pengelola Museum saat itu.

3. Selalu bersifat informatif.

Dari adanya kasus ini, agar media dan masyarakat tidak menciptakan cerita

versi mereka sendiri, maka Museum Radya Pustaka selalu bersifat informatif

misalnya selain dengan menjelaskan informasi yang sebenarnya dan apa

adanya serta tidak ada yang ditutup-tutupi, juga tetap memberikan informasi

secara runtut dimulai dari proses kecurigaan tentang arca palsu, proses

pelaporan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah dan

ke Kepolisian, pemeriksaan saksi-saksi dari dalam Museum, alasan penutupan

Page 68: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxviii

sementara Museum, hingga kelanjutan kasus pemalsuan dan pencurian arca

ini ke meja hijau.

4. Memperlihatkan kepada publik, karena publik akan memaafkan jika

perusahaan peduli pada korban krisis.

Dalam hal ini walaupun yang menjadi pelapor kasus pemalsuan dan pencurian

arca ke Poltabes Solo adalah ketua Pokja Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala (BP3) Jawa Tengah Lambang Babar Purnomo yang juga sekaligus

sebagai saksi ahli meninggal saat akan mendekati hari persidangan, akan

tetapi pengusutan tuntas dan proses peradilan kasus ini tetap berjalan, dan

posisinya saat persidangan digantikan juga oleh salah satu dari pihak Balai

Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Serta kontribusi

beberapa pegawai Museum untuk menjadi saksi dalam persidangan demi

terselesaikannya kasus pemalsuan dan pencurian arca ini.

5. Memelihara hubungan baik

Terjadinya kasus ini dijadikan Museum Radya Pustaka untuk bisa

mempelajari beda pendapat masyarakat dengan mendengarkan apa yang

diinginkan masyarakat. Masyarakat ingin agar koleksi asli cagar budaya bisa

kembali dibawa ke Museum, kesadaran untuk ikut menjaga dan melestarikan

cagar budaya, dan mengusut tuntas masalah ini agar tidak terjadi kembali.

Untuk memenuhi semua keinginan masyarakat, yayasan Museum Radya

Pustaka bekerja sama dan tetap memelihara hubungan baik dengan

stakeholder, diantaranya adalah:

· Pemerintah Kota (Pemkot) Solo

Page 69: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxix

Pemerintah Kota Solo yang sebagai penanggung jawab atas Museum

Radya Pustaka, maka segala kegiatan setelah dibentuknya komite baru

Museum juga berhak diketahui oleh Pemkot. Termasuk dalam hal

anggaran dana, selain dari kontribusi tiket, Museum Radya Pustaka juga

mendapat anggaran dari Pemkot Solo.

· Pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah

Dalam hal ini inventarisasi benda cagar budaya dan naskah yang

tersimpan di Museum Radya Pustaka juga merupakan tanggung jawab

bersama antara pihak Museum dengan Balai Pelestarian Purbakala (BP3)

Jawa Tengah.

· Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah

· Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Solo

· Keraton Kasunanan Surakarta

Mengingat beberapa koleksi Museum juga ada pemberian yang berasal

dari koleksi Museum Keraton.

· Aparat Kepolisian Poltabes Solo

Kerjasama untuk mengatasi kasus pidana maupun perdata, agar dengan

adanya pemalsuan dan pencurian arca yang telah terjadi dapat diantisipasi

sehingga tidak terjadi kembali.

Seperti yang telah disebutkan bahwa Public Relations harus berperan

dalam memberitahukan publik tentang apa yang terjadi, apa yang sedang dan akan

dilakukan perusahaan dan apa yang harus di lakukan oleh publik, maka yang

demikian ini sama halnya ketika terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca di

Museum Radya Pustaka yang seharusnya Public Relations bertindak untuk

Page 70: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxx

mengatasi krisis tersebut. Akan tetapi dengan tidak adanya bagian Public

Relations yang bertugas secara khusus menyampaikan kepada masyarakat, maka

tugas ini dilakukan secara bersama-sama oleh pihak internal Museum. Dengan

dibentuknya Komite dan pegawai-pegawai baru pasca kasus, maka disini pihak

internal Museum harus berperan dalam memberitahukan publik tentang apa yang

terjadi yaitu kebenaran tentang adanya pemalsuan dan pencurian arca yang

dilakukan oleh pengelola yang lama. Dan yang sedang dilakukan Museum untuk

mengatasi krisis tersebut agar segera berlalu adalah bersama stakeholder

membentuk Komite Baru dengan manajemen yang baru, Visi Misi yang baru,

serta melakukan publikasi mengenai Museum Radya Pustaka maupun event-event

yang dilakukan oleh Museum untuk mengangkat citra Museum dari yang negatif

agar bisa kembali positif demata publik/ masyarakat. Dengan adanya event-event

seperti Jamasan Rajamala dan Pusaka, Ngisis Ringgit, Workshop Keris, ataupun

kegitan lainnya misalnya pencarian naskah-naskah yang diduga hilang, maka dari

sini pihak Museum ingin mengembalikan citra positif yang kesemuanya itu

dikembalikan lagi kepada masyarakat sehingga biar masyarakat yang menilai

sendiri tentang usaha-usaha oleh Museum itu. Disini diperlukan strategi

komunikasi jujur dan terbuka dari pihak internal Museum, yang juga dicerminkan

dalam 2 hal dimana hal tersebut menjadi perhatian Public Relations, yaitu:

1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap harkat

atau nilai-nilai kemanusiaan

Tanggung jawab dari pihak Komite Museum untuk menjaga keutuhan koleksi

Museum dan tetap menjaga koleksi cagar budaya Indonesia agar tidak

kembali dipalsukan dan dicuri. Tidak melakukan usaha mencari kambing

hitam atas kesalahan oleh pengelola Museum yang terdahulu, akan tetapi

Page 71: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxi

berusaha melanjutkan dari pengelolaan terdahulu yang tidak jelas dengan cara

mengunakan trik-trik yang dapat mengangkat kembali citra Museum tersebut.

2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya membangun

hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik organisasi.

Museum Radya Pustaka bekerjasama dengan para ahli Tosan Aji dan

Penyungging (pembuat) Wayang bersama-sama disaksikan juga oleh

masyarakat secara langsung meneliti tentang keaslian barang-barang koleksi

yang ada di Museum Radya Pustaka. Kalupun ditemukan barang-barang

koleksi yang sudah tidak asli, maka pihak Museum berani memberikan

pernyataan bahwa koleksi tersebut adalah replika (seperti pada beberapa

koleksi perunggu), 8 dari 500an koleksi Wayang adalah wayang baru karena

prodonya tidak emas, 6 dari 200an koleksi Keris juga merupakan keris baru

karen gagrag nya tidak emas.

Tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami

ketika terjadinya kasus pemalsuan dan pencurian arca di Museum Radya Pustaka

ada 4, yaitu:

1. Tahap Prodromal

Adalah ketika krisis mulai muncul yaitu pada saat adanya kecurigaan dari

pegawai museum kemudian diberitahhukan kepada Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah dan kemudian dilaporkan ke

Poltabes Solo.

2. Tahap Akut

Page 72: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxii

Adalah ketika krisis mulai benar-benar terjadi yaitu pada saat pihak

Kepolisian melakukan penyidikan dan pemeriksaan terhadap pihak internal

museum.

3. Tahap Kronik

Adalah ketika krisis sangat mengancam yaitu pada saat penangkapan 2

pegawai museum dan bahkan kepala museum saat itu.

4. Tahap Resolusi (penyembuhan)

Adalah ketika krisis mulai reda yaitu pada saat kasus telah dipersidangkan dan

dilakukannya pembentukan Komite Museum yang baru.

2. Manajemen krisis Museum Radya Pustaka Surakarta

Pihak Museum Radya Pustaka tidak mengelola krisis atas kasus pemalsuan

dan pencurian arca secara khusus, akan tetapi dari ke lima langkah-langkah untuk

mengelola krisis paska kasus pemalsuan dan pencurian arca pihak internal

Museum Radya Pustaka telah melakukan 2 diantara kelima langkah dalam

manajemen krisis, yaitu dengan melakukan pemilihan strategi Public Relations

yang berupa Strategi Adaptif dan juga mengenai program pengendalian krisis

yang dapat dilihat dari aktivitas berikut ini:

1. Pilihan Strategi

Strategi Adaptif atau penyesuain diri dipilih sebagai langkah yang

ditempuh Museum Radya Pustaka yang telah mengalami krisis. Krisis tersebut

tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian internal Museum. Kesalahan itu

menyebabkan museum tidak mungkin bersifat defensive/bertahan dan harus

berani mengakui keteledoran dan mengambil resiko dengan melakukan

perubahan. Upaya mengembalikan citra positif museum yang dilakukan oleh

Page 73: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiii

Komite Museum dapat dinilai dari bagaimana tanggapan wisatawan lokal

maupun mancanegara, maupun masyarakat luas atas aktivitas yang dilakukan.

Adapun aktivitas yang dilakukuan oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka

untuk mengatasi krisis atas kasus pemalsuan dan pencurian arca, diantaranya:

1) Melakukan perubahan internal Museum

Dari kasus yang telah terjadi, telah diketahui bahwa yang menjadi

tersangka adalah beberapa pihak internal Museum, maka Walikota Solo

yang dipegang oleh Joko Widodo mengadakan beberapa kali pertemuan

dengan beberapa pihak yang berkompeten untuk membantu bagaimana

membuat krisis yang telah terjadi tersebut agar cepat berlalu. Maka

Walikota menyatakan membentuk Komite Museum Radya Pustaka yang

baru. Dari Komite yang baru tersebut harapannya dapat lebih memberikan

kemajuan bagi eksistensi Museum Radya Pustaka, yang tentunya

kemajuan tersebut dilakukan dengan melakukan beberapa langkah

publikasi dan pelaksanaan kegiatan, yang tentunya diiringi dengan

menerapkan sikap yang tegas agar kasus semacam pemalsuan dan

pencurian tidak kembali terjadi, sehingga citra yang telah memburuk

sebelumnya karena kasus tersebut dapat berubah menjadi positif dimata

para publik yang dalam hal ini masyarakat maupun wisatawan yang

berasal dari mancanegara atau lokal.

2) Mengadakan publikasi mengenai Museum Radya Pustaka

Page 74: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxiv

a). Publikasi ini dilakukan melalui sekolah-sekolah maupun birokrasi.

Dalam hal ini pihak Komite Museum Radya Pustaka bekerja

sama dengan sekolah-sekolah maupun birokrasi. Contoh kegiatan

yang telah dilakukan, yaitu:

(1) Rombongan siswa-siswi dari sekolah, yaitu mengunjungi

Museum Radya Pustaka untuk mengadakan studi mengenai apa

saja peninggalan yang ada di Museum. Sedangkan pelayanan

yang diberikan dari pihak Museum yaitu dengn menyediakan

jasa pemandu untuk kebutuuhan menemani rombongan dan

menjelaskan sejarah tentang peninggalan yang ada di Museum

serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

siswa-siswa.

(2) Rombongan yang datang dari Birokrasi, yaitu kerjasama antara

Museum Radya Pustaka dengan Badan Pengawas Daerah

(Bawasda) yang melakukan kunjungan setiap hari Jumat setelah

acara olahraga.

b). Publikasi melalui media massa

Publikasi ini dilakukan dengan cara melakukan kerjasama

dengan media massa baik cetak maupun elektronik, baik lokal maupun

nasional. Misalnya ketika Museum Radya Pustaka akan mengadakan

suatu kegiatan yang penting (inventarisasi koleksi museum, event

Jamasan Rajamala, ataupun event-event lainnya) pihak media datang

langsung agar dapat meliput acara/kegiatan tersebut. Atau bila terjadi

kasus seperti hilangnya naskah-naskah koleksi Museum, para

wartawan datang lansung ke Museum untuk bertanya langsung ke

Page 75: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxv

narasumber yaitu pihak internal Museum, yang tidak lain adalah juga

anggota komite para pengelola Museum yang baru pasca kasus

pemalsuan dan pencurian arca. Jadi dalam hal ini, Pihak museum

terbantu oleh media karena publikasai bisa sampai ke masyarakat

secara cepat dan luas. Serta dari pihak media bisa mendapatkan bahan

berita dari acara/ kegitaan yang telah dilakukan Museum Radya

Pustaka.

c). Mengadakan publikasi melalui mengadakan event-event

Adapun beberapa event yang setiap tahunnya telah dilakukan

untuk oleh pihak Komite Museum Radya Pustaka, yaitu:

(1). Jamasan Rajamala dan Pusaka

Jamasan atau upacara membersihkan Rajalama dilakukan

dengan bantuan 38 abdi dalem Keraton Kasunanan, dipimpin

ulama keraton Pujadipura. Jamasan Rajamala yang dilakukan pada

18 Januari 2009 merupakan Jamasan yang pertama kali digelar

oleh komite baru setelah gonjang-ganjing kasus pemalsuan dan

raibnya sejumlah koleksi museum.

(2). Ngisis Ringgit/ Ngisis Wayang

Ratusan wayang kulit kuno yang umurnya sudah mencapai

50 tahun ke atas koleksi Museum Radya Pustaka diisis

(dibersihkan) di Museum tersebut pada 30 Mei 2009.

Untuk Ngisis Wayang kulit Purwa dan Gedog yang

menjadi koleksi Museum dilakukan oleh Ki Muryadi dan Sutardi

Page 76: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvi

yaitu penyungging (pembuat) wayang kulit. Dari sekitar 500 an

koleksi Wayang kulit yang dimiliki Museum Radya Pustaka,

diketemukan 8 Wayang Putri yang tidak asli yaitu buatan tahun

1980-an dengan ciri-ciri menggunakan cat warna biasa, sementara

yang lain menggunakan prodo emas.

Bersamaan dengan dilakukannya Ngisis wayang juga

digelar Pentas Wayang Kulit di halaman Museum Radya Pustaka

dengan dalang Ki Diwoso dengan cerita Sesaji Rojo Suyo

(Mencari berkah kepada Tuhan). Untuk itu melalui kegiatan ini

diharapkan agar selain sebagai sarana belajar dalam memelihara

wayang, juga untuk melestarikan benda seni budaya, tidak hanya

itu tetapi juga diharapkan mengenalkan pada generasi muda dan

sekaligus juga sebagai sarana Pulikasi kepada masyarakat luas

tentang aktivitas yang diselenggarakan oleh Museum Radya

Pustaka agar menjadi daya tarik para wisatawan baik lokal

maupun mancanegara.

(3). Workshop Keris

Workshop keris atau yang lebih dikenal dengan kursus

singkat bagaimana cara membuat keris ini dilakukan oleh pihak

Museum Radya Pustaka dibantu oleh ahli-ahli dari Tosan Aji yang

digelar dihalaman depan Museum. Dengan diadakannya kursus ini

diharapkan masyarakat tahu mengenai cara pembuatan keris.

2. Program Pengendalian

Page 77: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxvii

Program pengendalian ini selain melaksanakan apa yang menjadi

pilihan strategi Adaptif Museum Radya Pustaka yang diantaranya dimulai dari

perubahan internal oleh Museum Radya Pustaka dengan cara membentuk

Komite yang baru yang telah disepakati bersama termasuk juga telah disetujui

oleh Walikota Solo. Melaksanakan publikasi yang dilakukan melalui sekolah

maupun birokrasi, media massa, dan publikasi melalui event-event yang

diselenggarakan oleh Museum Radya Pustaka. Selain melaksanakan strategi

yang telah dipilih, juga melakukan beberapa perubahan seperti pengangkatan

pegawai-pegawai baru, dan juga penegasan bagi semua para pengunjung yang

akan memasuki Museum harus membayar tiket masuk.

3. Media Relations Museum Radya Pustaka Surakarta

Perlunya pihak Museum Radya Pustaka mengadakan kerjasama dengan

media massa adalah untuk memberitakan kepada publik mengenai hal-hal positif

tentang Museum yaitu mengenai perubahan pengelola internal Museum dan

pengadaan event-event bersama masyarakat ketika ataupun setelah dilanda berita

negatif yaitu saat terjadi kasus pemalsuan dan pencurian arca.

Fungsi humas dalam hubungan dengan pers, yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi pasif dan pelayanan

Fungsi pasif berarti pihak humas hanya menanggapi permintaan pers dan tidak

melakukan inisiatif tertentu.

Page 78: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxviii

Misalnya jika ada pihak media massa baik cetak maupun elektronik yang

datang untuk meliput, maka pihak Musem mempersilahkan dan melayani

dalam hal menjawab pertanyaan dari wartawan, dimana tanya jawab ini

biasanya dilakukan secara spontan.

2. Fungsi setengah aktif

Secara kontinyu humas mempersiapkan penyebaran info tentang berbagai

kejadian di organisasi kepada berbagai media.

Misalnya pihak Museum telah menyiapkan info yang menyangkut krisis

dalam Museum, sehingga jika ada pihak media massa baik cetak maupun

elektronik datang untuk meliput tentang kasus tersebut, tinggal memberikan

informasi yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh pihak Museum.

3. Fungsi aktif

Dalam fungsi aktif, humas menggunakan inisiatif dalam mendekati kalangan

media.

Misalnya Pihak Museum mengundang pihak media massa baik cetak maupun

elektronik datang ke Museum secara langsung untuk kepentingan konferensi

pers.

Ketika terjadi kasus, saat media ingin meliput tentang kasus pemalsuan

dan pencurian arca yaitu dengan datang langsung ke Museum Radya Pustaka

maka untuk proses wawancara dilakukan secara spontan dengan narasumber yaitu

pegawai Museum yang saat itu yang juga ikut menjadi saksi baik saat proses

penyelidikan pihak Kepolisian maupun pada saat proses persidangan. Dari pihak

Museum Radya Pustaka tidak melakukan kegiatan semacam Konfrensi Pers

karena saat itu yang mengeluarkan Press Release adalah dari pihak Balai

Page 79: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxix

Pengelola Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, yaitu saat melakukan

penelitian atas arca palsu dan asli yang dilakukan di rumah penyitaan barang bukti

(Rubasan) maupun ketika melakukan penelitian di Museum Radya Pustaka

sendiri.

Namun setelah adanya perubahan internal Museum Radya Pustaka, usaha

publikasi oleh Museum dilakukan dengan tujuan agar masyrakat mengetahui

tentang aktivitas yang diselenggarakan oleh pihak Museum. Kerjasama dengan

media massa dilakukan dengan cara mengirimkan Press Release ke pihak media

agar dapat meliput acara/kegiatan ketika Museum Radya Pustaka akan

mengadakan suatu kegiatan yang penting. Jadi dalam hal ini, Pihak museum

terbantu oleh media karena publikasi bisa sampai ke masyarakat secara cepat dan

luas. Serta dari pihak media bisa mendapatkan bahan berita dari acara/ kegitaan

yang telah dilakukan Museum Radya Pustaka.

Jadi dalam hal mengenai tujuan pokok diadakannya hubungan pers yaitu

antara pihak Museum Radya Pustaka dengan pihak Media Massa adalah untuk

menciptakan pengetahuan dan pemahaman, bukan semata-mata menyebarkan

suatu pesan sesuai dengan keinginan Museum Radya Pustaka yang dalam hal ini

sebagai klien demi mendapatkan citra Museum yang lebih positif karena adanya

citra negatif sebelumnya di mata umum. Tidak seorangpun yang berhak untuk

mendikte apa yang harus diterbitkan atau disiarkan oleh media massa, setidaknya

dalam suatu masyarakat yang demokratis. Namun dalam hal ini peran media

massa juga tidak boleh menilai subjektif atas kegiatan yang telah dilakukan oleh

Museum Radya Pustaka.

Page 80: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxx

Hubungan antara Museum Radya Pustaka dengan media massa memang

harus dijaga dengan baik. Karena dengan adanya Media Relations dapat

bermanfaat untuk:

1. Membangun pemahaman mengenai tugas dan tanggungjawab organisasi dan

media massa.

Pihak museum terbantu oleh media karena publikasi bisa sampai ke

masyarakat secara cepat dan luas. Serta dari pihak media bisa mendapatkan

bahan berita dari acara/ kegitaan yang telah dilakukan Museum Radya

Pustaka.

2. Membangun kepercayaan timbal balik dengan prinsip saling menghormati dan

menghargai serta kejujuran dan kepercayaan.

Antara pihak Museum Radya Pustaka dengan pihak Media massa saling

percaya yang ditunjukan dengan saling menghormati dan menghargai,

kejujuran, dan kepercayaan.

3. Penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan mampu

memberikan pencerahan bagi publik.

Penyampaian informasi dari pihak Museum Radya Pustaka dan perolehan

informasi media massa bisa sangat akurat atau benar-benar tepat, jujur yang

artinya tidak ada yang ditutup-tutupi atas aktivitas yang terjadi didalam

Museum karena dari pihak Museum sendiri ingin memperbaiki citra. Bahwa

pihak Museum memang membenarkan bahwa kasus yang terjadi adalah

menyangkut pihak dalam Museum, namun tidak ada yang ditutup-tutupi dari

penjelasan tersebut, dan Pihak Museum telah melakukan aktivitas untuk

Page 81: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxi

membuat krisis tersebut berlalu,maka dengan hal ini diharapkan mampu

memberikan pencerahan bagi publik

Namun dalam hal bentuk kegiatan media relations yang dilakukan oleh

pihak Museum Radya Pustaka dengan pihak Media massa yaitu hanya sebatas

pihak media massa datang langsung ke Museum untuk menanyakan tentang apa

yang sedang dilakukan oleh Pihak Museum (misalnya ketika dilaksanakan event-

event di Museum), dan apa yang sedang terjadi di Museum tersebut (misalnya

berita mengenai tidak diketemukannya beberapa naskah-naskah koleksi Museum).

Ketika berada dalam siklus krisis yang masih berlangsung, fungsi humas

dalam hubungan dengan pers akan lebih baik jika dilaksanakan oleh pihak

Museum Radya Pustaka secara aktif yang dapat dilakukan misalnya berupa Pihak

Museum mengundang pihak media massa baik cetak maupun elektronik datang ke

Museum secara langsung untuk kepentingan konferensi pers dan yang menjadi

juru bicara dalam konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan

tentang kasus yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, seperti misalnya

anggota yang termasuk didalam susunan Komite Museum, pegawai Museum, atau

bahkan dari pihak eksternal yang juga turut membatu mengatasi krisis ini seperti

Tim Investigasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah,

Pemerintah Kota Solo, Pihak Kepolisian, Budayawan, dan lain sebagainya. Hal ini

karena dapat membantu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang

kronologi kasus tersebut.

Page 82: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxii

Selain itu bentuk kegiatan hubungan pers ketika kasus masih menjadi

topik hangat media massa bisa diupayakan dengan cara melakukan Konferensi

Pers atau jumpa pers yang biasanya dilakukan menjelang, menghadapi ataupun

setelah terjadi peristiwa penting dan besar. Misalnya jika pada saat kasus

konferensi pers hanya dilakukan oleh pihak Balai Pelestarian Purbakala

Peninggalan (BP3) Jawa Tengah, sebaiknya pihak Museum sendiri juga

mengadakan Konferensi pers, jadi tidak hanya mengandalkan wawancara pers

yang inisiatifnya datang dari pihak media massa. Banyak yang bisa dijelaskan

dalam konferensi pers ini seperti bagaimana awal kecurigaan kasus ini, apa saja

koleksi yang dipalsukan, hasil dari penyelidikan pihak Kepolisian, hasil dari

proses rekonstruksi yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian, bagaimana proses

pengadilannya, alasan penutupan sementara Museum, hingga prosesi dibukanya

kembali Museum Radya Pustaka untuk umum.

Sedangkan setelah terjadinya kasus atau sebagai upaya mempublikasikan

Museum agar citranya kembali menjadi positif di mata masyarakat, tidak hanya

dengan Wawancara Pers yang merupakan inisiatif dari pihak media massa, tapi

pihak Museum dapat menempuh cara diantaranya:

1. Kunjungan pers

Kunjungan pers atau yang biasa disebut pers tour adalah mengajak wartawan

untuk berkunjung ke suatu lokasi, baik yang berada di lingkungannya,

maupun ke tempat lokasi yang memiliki kaitan erat dengan kiprah lembaga

atau instansi terkait.

Misalnya Museum Radya Pustaka mengundang pihak media massa baik cetak

maupun elektronik dimulai dari tingkat lokal, jika acara ini dapat berimbas

Page 83: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiii

baik maka dapat kembali digelar dengan lebih meningkatkan cakupan media

massa baik cetak maupun elektronik tingkat nasional. Dan kembali bila

masyarakat/ publik menilai positif usaha ini maka tidak menutup

kemungkinan untuk bekerjasama dengan media massa mancanegara. Ada

banyak hal yang bisa dilakukan dalam Kunjungan Pers ini, misalnya dengan

mengundang wartawan berkunjung langsung ke Museum Radya Pustaka dan

melihat semua koleksi yang ada di Museum, maka diharapkan masyarakat

luas (khususnya masyarakat luar kota Solo) yang melihat tayangan ataupun

membaca berita tersebut bisa menjadi penasaran dengan Museum ini sehingga

timbul rasa ketertarikan untuk mengunjungi Museum Radya Pustaka. Dan

tentunya acara ini harus dikemas secara menarik misalnya setiap wartawan

yang datang tidak hanya bisa melihat-lihat koleksi Museum tapi juga diadakan

acara untuk mengetahui tentang ilmu Pakuwon (Astrology Jawa) yang mampu

dilakukan oleh Ketua Komite Museum, selain itu tiap wartawan diberi

kesempatan untuk sekedar menanyakan tentang nasib baiknya.

2. Peliputan kegiatan

Peliputan kegiatan dilakukan saat sebuah instansi mengadakan kegiatan

tertentu, khususnya yang mempunyai nilai berita. Media massa diundang

untuk meliput kegiatan tersebut.

Saat Museum Radya Pustaka mengadakan event-event seperti Jamasan

Rajamala, Ngisis Wayang, Workshop Keris, atau Pertunjukan Wayang

semalam suntuk pada saat memperingati Hari Jadi Museum bisa mengadakan

Page 84: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxiv

kerjasama dengan media massa yaitu dengn cara Museum Radya Pustaka

mengirim Press Release ke media cetak maupun elektronik untuk meliput

event yang dilakukan di Museum tersebut. Jadi antara pihak Museum dengan

media massa ada timbal baliknya.

Pada umumnya dengan telah dibentuknya Komite yang baru dan

pengangkatan pegawai-pegawai baru di Museum, bisa sebagai langkah awal

memperbaiki citra Museum yang sempat negatif dimata publik. Dari pemikiran kreatif

mereka diharapkan muncul ide-ide baru tentang event-event yang akan

diselenggarakan oleh Museum, baik event-event yang turun temurun telah dilakukan

sebelumnya atau event-event baru yang nantinya akan menjadi atraksi wisata yang

bisa menarik minat kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Dari event

dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Museum Radya Pustaka diharapkan

masyarakat bisa menilai dengan sendirinya akan usaha internal Museum tersebut dan

dari masyarakat sendirilah akan muncul citra positif yang diharapkan oleh pihak

Museum. Akan tetapi yang menjadi kendala utama dalam usaha memperbaiki citra

Museum adalah mengenai keterbatasan dana yang dimiliki oleh pihak Museum. Dana

yang diperoleh selama ini adalah berasal dari sumbangan Pemerintah Kota Solo serta

retribusi tiket masuk Museum dengan nominal sebesar 5000 rupiah untuk wisatawan

mancanegara, 2500 rupiah untuk umum, dan 1500 rupiah untuk anak-anak. Dana

tersebut paling tidak digunakan untuk perawatan koleksi Museum dan sebagai

pendapatan pegawai. Sedangkan dalam penyelenggaraan event-event juga

membutuhkan dana, untuk itu penambahan dana diterapkan oleh pihak Museum dari

retribusi parkir dan retribusi kamera yaitu tiap wisatawan yang masuk ke Museum

Radya Pustaka membawa kamera untuk mendokumentasikan koleksi Museum akan

Page 85: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxv

dikenakan biaya sebesar 5000 rupiah untuk setiap kamera. Dari retribusi ini

diharapkan dapat memberi tambahan pendapatan bagi Museum.

Upaya Public Relations oleh Komite Radya Pustaka yang telah dilakukan

diharapkan dapat memperbaiki citra negatif. Diharapkan masyarakat bisa menilai

positif atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Museum yang secara keseluruhan

menjadi tujuan diadakan event-event Jamasan Rajamala dan Pusaka, Ngisis Ringgit,

Workshop Keris, dan lain sebagainya bersama ahli tosan aji dan pembuat keris serta

masyarakat menyaksikan secara langsung, maka diharapkan dari masyarakat bisa

menilai bahwa tidak semua koleksi di Museum itu palsu dan secara otomatis akan

membentuk sendiri citra positif Museum Radya Pustaka Surakarta di mata

masyarakat.

Page 86: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvi

BAB IV

PENUTUP

H. Kesimpulan

Dari sajian dan analisis data yang telah diuraikan pada Bab III dapat

disimpulkan bahwa krisis yang terjadi pada akhir tahun 2007 adalah tentang

Pemalsuan dan Pencurian Arca koleksi di Museum Radya Pustaka. Dari kasus

tersebut tinbul pemikiran untuk memperbaiki citra Museum. Oleh karena itu,

dibutuhkan strategi Public Relations untuk mengatasi krisis yang dihadapi

Museum Radya Pustaka Surakarta. Citra positif yang ingin diperbaiki yaitu

menepis pandangan publik bahwa tidak semua koleksi di Museum Radya Pustaka

adalah palsu.

Strategi Public Relations yang mulanya ditempuh pada saat terjadi krisis

Public Relations yaitu dengan melaksanakan langkah-langkah memberi respon

kepada publik yang ditunjukkan dengan cara:

1. Melayani menjawab pertanyaan secara spontan dari wartawan yang datang

langsung untuk menemui narasumber di Museum Radya Pustaka.

2. Memberikan informasi secara jujur dimana kejujuran ini dapat dinilai dari

tidak ada yang ditutupi dari kasus ini walaupun sekaligus itu melibatkan

kepala Museum Museum Radya Pustaka.

3. Selalu bersifat informatif misalnya selain dengan menjelaskan informasi yang

sebenarnya dan apa adanya serta tidak ada yang ditutup-tutupi juga tetap

memberikan informasi secara runtut dimulai dari proses kecurigaan tentang

76

Page 87: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxvii

arca palsu hingga kelanjutan kasus pemalsuan dan pencurian arca ini ke meja

hijau.

4. Memperlihatkan kepada publik karena publik akan memaafkan jika

perusahaan peduli pada korban krisis yaitu walaupun yang menjadi pelapor

kasus pemalsuan dan pencurian arca sekaligus sebagai saksi ahli meninggal

saat akan mendekati hari persidangan, akan tetapi pengusutan tuntas dan

proses peradilan kasus ini tetap berjalan.

5. Memelihara hubungan baik yaitu antara Museum Radya Pustaka bekerja sama

serta tetap memelihara hubungan baik dengan stakeholder Pemerintah Kota

(Pemkot) Solo, Pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa

Tengah, Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Seni dan

Budaya Solo, Keraton Kasunanan Surakarta, Aparat Kepolisian Poltabes Solo.

Dari kelima langkah tersebut diatas, dilaksanakan dengan strategi

komunikasi jujur dan terbuka dari pihak internal Museum, dimana hal tersebut

menjadi perhatian Publik yang dicerminkan dalam 2 hal, yaitu:

1. Tanggungjawab yang tinggi dari pihak manajemen organisasi terhadap harkat

atau nilai-nilai kemanusiaan, yang artinya tanggung jawab dari pihak Komite

Museum untuk menjaga keutuhan koleksi Museum dan tetap menjaga koleksi

cagar budaya Indonesia agar tidak kembali dipalsukan dan dicuri.

2. Komunikasi yang dibangun atas dasar kejujuran dalam upaya membangun

hubungan yang baik dan kepercayaan publik terhadap niat baik organisasi,

ditunjukkan melalui Museum Radya Pustaka yang bekerjasama dengan para

ahli Tosan Aji dan Penyungging (pembuat) Wayang bersama-sama disaksikan

juga oleh masyarakat secara langsung meneliti tentang keaslian barang-barang

Page 88: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxviii

koleksi yang ada di Museum Radya Pustaka. Kalupun ditemukan barang-

barang koleksi yang sudah tidak asli, maka pihak Museum berani memberikan

pernyataan bahwa koleksi tersebut adalah replika (seperti pada beberapa

koleksi perunggu).

Setelah melaksanakan langkah-langkah krisis Public Relations yang

dilakukan dengan memperhatikan strategi komunikasi jujur dan terbuka, pihak

Museum Radya Pustaka memanaj krisis dengan cara:

1. Melaksanakan strategi yang berupa Strategi Adaptif atau penyesuain diri, yaitu

yang diterapkan dalam langkah-langkah:

perubahan internal Museum, mengadakan publikasi mengenai Museum Radya

Pustaka melalui sekolah-sekolah maupun birokrasi dan juga publikasi melalui

media massa serta mengadakan publikasi melalui mengadakan event-event

seperti Jamasan Rajamala dan Pusaka, Ngisis Ringgit/ Ngisis Wayang,

Workshop Keris

2. Program Pengendalian yaitu selain melaksanakan apa yang menjadi pilihan

strategi Adaptif juga melakukan beberapa perubahan, yaitu yang diterapkan

dalam langkah-langkah:

pengangkatan pegawai-pegawai baru, dan juga penegasan bagi semua para

pengunjung yang akan memasuki Museum harus membayar tiket masuk.

Museum Radya Pustaka dalam melaksanakan Strategi Adaptif memerlukan

Media Relations yang saat itu dilakukan hanya sebatas wawancara pers yaitu

inisiatif dari pihak media massa untuk melakukan wawancara dengan narasumber

Page 89: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lxxxix

pegawai dari Museum Radya Pustaka. Jadi, wartawan datang secara langsung ke

Museum dan melakukan wawancara secara spontan.

Dari kesemua langkah Strategi Public Relations dalam manajemen krisis

yang ditempuh untuk memperbaiki citra baik pasca pencurian dan pemalsuan arca

koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta, yang menjadi hambatan utamanya

adalah keterbatasan dana yang dimiliki oleh Museum Radya Pustaka untuk

merawat koleksi Museum.

I. Saran

Saran yang dapat diberikan Penulis atas penulisan penelitian yang

berkenaan mengenai strategi Public Relations dalam manajemen krisis untuk

memperbaiki citra pasca kasus pencurian dan pemalsuan arca koleksi Museum

Radya Pustaka, diantaranya:

1. Ketika krisis dalam siklus tahap Prodormal hingga tahap Kronik:

a. Berkenaan tentang Media Relations yaitu fungsi Public Relations dengan

pers sebaiknya dilaksanakan secara aktif, dan media relations tidak hanya

dilakukan secara wawancara pers tetapi lakukan juga konferensi pers.

Page 90: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xc

Fungsi Public Relations dalam hubungan dengan pers akan lebih baik jika

dilaksanakan oleh pihak Museum Radya Pustaka secara aktif yang dapat

dilakukan misalnya berupa Pihak Museum mengundang pihak media

massa baik cetak maupun elektronik datang ke Museum secara langsung

untuk kepentingan konferensi pers dan yang menjadi juru bicara dalam

konfrensi pers ini adalah yang berkompeten menjelaskan tentang kasus

yang terjadi dan tentunya juga mampu untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang nantinya diajukan oleh pihak media massa, seperti

misalnya anggota yang termasuk didalam susunan Komite Museum,

pegawai Museum, atau bahkan dari pihak eksternal yang juga turut

membatu mengatasi krisis ini seperti Tim Investigasi Balai Pelestarian

Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Pemerintah Kota Solo, Pihak

Kepolisian, Budayawan, dan lain sebagainya. Hal ini karena dapat

membantu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya tentang kronologi

kasus tersebut.

Selain itu bentuk kegiatan hubungan pers bisa diupayakan dengan cara

melakukan Konferensi Pers atau jumpa pers yang biasanya dilakukan

menjelang, menghadapi ataupun setelah terjadi peristiwa penting dan

besar. Misalnya jika pada saat kasus konferensi pers hanya dilakukan oleh

pihak Balai Pelestarian Purbakala Peninggalan (BP3) Jawa Tengah,

sebaiknya pihak Museum sendiri juga mengadakan Konferensi pers, jadi

tidak hanya mengandalkan wawancara pers yang inisiatifnya datang dari

pihak media massa. Banyak yang bisa dijelaskan dalam konferensi pers ini

seperti bagaimana awal kecurigaan kasus ini, apa saja koleksi yang

dipalsukan, hasil dari penyelidikan pihak Kepolisian, hasil dari proses

Page 91: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xci

rekonstruksi yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian, bagaimana

proses pengadilannya, alasan penutupan sementara Museum, hingga

prosesi dibukanya kembali Museum Radya Pustaka untuk umum.

b. Berkenaan dalam memanaj krisis sebaiknya juga melakukan langkah

Identifikasi, Analisis, dan Isolasi Krisis yang misalnya dapat dilakukan

dengan cara berupa membentuk Tim khusus yang didalamnya adalah

gabungan dari stakeholder yang memiliki latar belakang kebudayaan dan

memahami benar tentang benda-benda cagar budaya serta memiliki

kemampuan untuk berkomunikasi di depan publik. Anggota Tim khusus

ini bisa diambil dari budayawan, pihak Balai Pengelola Peninggalan

Purbakala (BP3), pihak Keraton Kasunanan Surakarta, dan tentunya pihak

internal Museum. Tim ini bertugas menganalisis bagaimana kasusu ini bisa

terjadi, sekilas kembali ke masa belakang apa yang menjadi latar

belakuang kasus pemalsuan dan pencurian arca apakah murni inisiatif dari

pihak internal (para tersangka) ingin mendapatkan materi dari hasil

penjualan arca yang mana uang tersebut bisa digunakan untuk kepentingan

pribadi atau bisa untuk membiayai keperluan perawatan Museum. Dan

atau apakah terjadinya kasus penjualan arca tersebut karena iming-iming

materi dari pihak kolektor. Secepatnya data harus dikumpulkan. Data

tersebut bisa diperoleh dari hasil investigasi kepada para tersangka

langsung atau berdasarkan keterangan yang diperoleh dari hasil

penyelidikan pihak Kepolisian atas pemeriksaan terhadap pada para

tersangka. Dibutuhkan kejelian berpikir pada tahap identifikasi krisis ini.

Page 92: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcii

Setelah di identifikasi kemudian Tim Khusus melakukan analisis dari hasil

identifikasi ditambah dengan masukan yang diperoleh. Masukan ini bisa

didapat dari narasumber internal Museum yaitu pegawai-pegawai Museum

itu sendiri, apakah selama Ketua Komite yang lama menjabat ada

kepercayaan dan keterbukaan di dalam ruang lingkup intern Museum.

Keterbukaan disini bisa diartikan mengenai transparansi berupa

pendapatan Museum dari retribusi, maupun dana dari Pemetintah Kota

yang diperoleh dan yang dikeluarkan untuk perawatan Museum, atau

tentang keberadaan jumlah koleksi yang ada apakah masih sama, masih

sama tetapi ada yang sudah tidak asli, ada beberapa yang tidak ditempat,

dan lain sebagainya. Selama proses analisis ini sebaiknya segera pula

dilakukan inventarisasi koleksi Museum, dengan mengandalkan catatan

inventarisasi sebelumnya dan melalui arsip Berita Acara Pemeriksaan

(BAP) tentang benda cagar budaya yang diberikan individu untuk

disimpan di Museum, atau mugkin tentang adanya beberapa koleksi

Museum yang rusak.

Setelah dilakukan identifikasi dan analisis krisis, langkah isolasi krisis juga

perlu dilakukan yaitu misalnya karena krisis tersebut timbul dari internal

perusahaan, maka agar tidak kembali terjadi salah satunya mempekerjakan

pegawai yang jujur dan benar-benar peduli untuk menjaga terhadap

keberadaan benda cagar budaya, dan yang tentunya tidak tergiur oleh

materi atas harga mahal sebuah benda cagar budaya.

2. Ketika tahap Resolusi, yang juga tentunya bertujuan untuk mencari lebih

banyak minat kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara:

Page 93: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciii

a. Dalam hal mempromosikan Museum Radya Pustaka melalui media online

(http://museumradyapustakasurakarta.blogspot.com),

sebaiknya lebih aktif memperbaharui blog misalnya jadwal event yang

akan diselenggarakan, berita tentang Museum, dan pengurus blog

sebaiknya lebih aktif online agar komentar yang ditinggalkan

pengunjung di blog tersebut bisa cepat direspon oleh pihak Museum.

Dimana dalam hal ini bisa juga sebagai saran masukan dari pengunjung.

b. Pada teras depan sebaiknya diberi meja tamu yang diisi posisinya oleh satu

atau dua pegawai Museum, yang bertujuan memberi sambutan selamat

datang kepada wisatawan yang mengunjungi Museum Radya Pustaka.

Selain itu, menjamu wisatawan dengan welcome drink biasanya dapat

membuat wisatawan merasa lebih senang. Sajikan minuman khas dari

Jawa sehingga wisatawan juga secara tidak langsung mengetahui minuman

khas dari Jawa yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Jawa,

misalnya wedang jahe, wedang beras kencur, dan lain sebagainya. Ketika

memberikan welcome drink tersebut berikan juga penjelasan mengenai

minuman khas Jawa tersebut, seperti misalnya bahan yang digunakan dan

khasiat bagi tubuh.

Page 94: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xciv

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, Oemi. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.

Ardianto, Elvinaro. Public Relations Suatu Pendekatan Praktis, Kiat Menjadi Komunikator dalam Berhubungan dengan Publik dan Masyarakat. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Assumpta Rumanti OSF, Sr. Maria. Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta: Grasindo, 2002.

Chatra, Emeraldy dan Rulli Nasrullah. Public Relations Strategi Kehumasan dalam Menghadapi Krisis. Bandung: CV. Maximalis, 2008.

HB, Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002.

Jefkins, Frank. Public Relations. Penerjemah : Harris Munandar. Jakarta: Erlangga, 1995.

Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Grafiti, 1999.

Maleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002.

Morissan. Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Moore, H. Frazier. Hubungan Masyarakat Prinsip, Kasus, dan Masalah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988.

Nova, Firsan. Crisis Public Relations. Jakarta: Grasindo, 2009.

O., C. Aronoff Baskin, D. Lattimore. Public Relations: The Profession and the Practise. Madison Wl: Brown&Benchmark, 1997.

Robbins, P. Stephen. Organizations Theory: Structure, Design and Applications.

London: Routledge,1990.

Page 95: MANAJEMEN KRISIS DALAM MEMPERBAIKI CITRA MUSEUM/Analisis...(Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Krisis Dalam Memperbaiki Citra Museum Pasca Kasus Pemalsuan dan Pencurian Arca Koleksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xcv

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R n D. Bandung: Alfabeta, 2009.

JURNAL David Sterne, Graeme. Media Perceptions of Public Relations in New Zealand,

Journal of Communication Management, Vol 14, January 2010: 4-31 Jo, S. (2003), The Portrayal Of Public Relations In The News Media, Mass

Communication and Society, Vol. 6 No. 4, pp. 397-411. Khodarahmi, Ehsan. Media Relations, Journal Disaster Prevention and Management,

Vol.18, May 2009: 535 – 540. S. Luhukay, Marsefio. Penerapan Manajemen Krisis di Indonesia : Memotret Krisis

dalam Kacamata Public Relations, Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2, No. 1, Januari 2008: 18 – 28.

White, J. and Hobshawn, J. (2007). Public Relations And Journalism, Journalism

Practice, Vol. 1 No. 2, pp. 283-92.