Upload
ryo-hardiatma
View
27
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
service excellent di rumah sakit
Citation preview
Manajemen Pelayanan Prima di RS
(Dr. Susanto. MS)
Oleh :
RIO HARDIATMA
20141030103
MMR 10C (EKSEKUTIF)
MAGISTER MANAJEMEN RUMAHSAKIT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015
Soal :
Proses pelayanan prima di RS tidak hanya meliputi kegiatan-kegiatan pada saat pasien
bertatap muka secara langsung dengan petugas pelayanan (dokter dan perawat).
Pelayanan prima merupakan pelayanan paripurna, sebelum petugas bertatap muka
dengan pasien mereka harus mempersiuapkan banyak hal, seperti menata ruangan,
menyiapkan bahan dan peralatan, menyiapkan arsip atau RM. Setelah selesai tatapmuka
dengan pelanggan, petugas harus masih berbenah, merekam data pelayanan, menyusun
laporan, menyimpan arsip, mengganti peralatan,dll. Dengan demikian bagaimanan
tahapan pelayanan prima di RS yang harus dilakukan.
Jawab :
Sejalan dengan amanat Pasal 28H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit
mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga
kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain.
Pada hakekatnya rumah sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Fungsi dimaksud rnemiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya
merupakan tanggung jawab para tenaga kesehatan, baik itu dokter, perawat, ahli gizi dan
lainnya.
Dalam berinteraksi dengan pasien maka semestinya diberikan pelayanan yang
bermutu atau yang sering disebut “Pelayanan Prima”. Pelayanan di rumah sakit tidak hanya
di berikan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain. Akan tetapi pelayanan prima sudah
di dapatkan oleh pasien dan keluarga pasien dari pertama memasuki gerbang rumah sakit.
Tetapi pada kenyataannya, pelayanan prima tidak bisa di berikan oleh semua tenaga
kesehatan. Kenapa hal ini bisa terjadi?
Padahal mayoritas dari tenaga kesehatan indonesia memiliki pengetahuan yang baik
mengenai pelayanan kesehatan. Tetapi tidak semua tenaga kesehatan menerapkannya. Inilah
yang menjadi masalah yang berdampak buruk bagi citra rumah sakit indonesia. Dampak dari
pelayanan yang buruk bisa kita rasakan. Contohnya saja seperti saat sekarang ini, warga
negara indonesia yang memiliki ekonomi di atas rata-rata lebih memilih rumah sakit di luar
negeri dari pada rumah sakit di indonesia. Padahal, jika kita tinjau dari segi kognitif,
pengetahuan tenaga kesehatan indonesia tidak kalah dari tenaga kesehatan yang ada di luar
negeri.
Secara sederhana, pelayanan prima (excellent service) dapat diartikan sebagai suatu
pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan kata
lain, pelayanan prima merupakan suatu pelayanan yang memenuhi standar kualitas.
Pelayanan yang memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang sesuai dengan
harapan dan kepuasan pelanggan/masyarakat.
Menurut Barata (2004), pelayanan prima terdiri dari 6 unsur pokok, antara lain :
1. Kemampuan (Ability)
Meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang di tekuni, melaksanakan komunikasi
yang efektif, mengembangkan motivasi dan menggunakan puplic relations sebagai instrument
dalam membina hubungan ke dalam dan keluar organisasi atau perusahaan.
2. Sikap (Attitude)
Meliputi melayani pelanggan dengan berfikir positip sehat dan logis dan melayani
pelanggan dengan sikap selalu menghargai
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan (appearance) adalah penampilan seseorang, baik yang bersifat fisik saja
maupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak
lain.
4. Perhatian (Attention)
Pehatian (attention) adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan baik yang berkaitan
dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran
dan kritiknya. Meliputi mengamati dan menghargai kepada para pelanggannya an
mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan.
5. Tindakan (Action)
Tindakan (action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus di lakukan dalam
memberikan layanan kepada pelanggan. Meliputi mencatat kebutuhan pelayanan,
menegaskan kembali kebutuhan pelayanan, mewujudkan kebutuhan pelanggan, menyatakan
terima kasih dengan harapan pelanggan masih mau kembali setia untuk memanfaatkan
pelayanan.
6. Tanggung jawab (Accounttability)
Tanggung jawab (accountability) adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan
sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau menimbulkan kerugian atau ketidak
puasan pelanggan.
Dalam instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.828/MENKES/VII/1999
tentang Pelaksanaan Pelayanan Prima Bidang Kesehatan, dijelaskan bahwa:
Berdasarkan aspek – aspek kesederhanaan, kejelasan, kepribadian, keamanan,
efisiensi, ekonomis, keadilan, ketepatan waktu, kebersihan, kinerja dan juga sikap perilaku,
maka pelaksanaan pelayanan prima bidang kesehatan perlu memperhatikan hal – hal sebagai
berikut :
1. Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk yang mudah
dipahami dan diperoleh pada setiap tempat / lokasi pelayanan sesuai dengan kepentingannya
menyangkut prosedur / tata cara pelayanan, pendaftaran, pengambilan sample atau hasil
pemeriksaan, biaya / tarif pelayanan serta jadwal / waktu pelayanan.
2. Setiap aturan tentang prosedur / tata cara / petunjuk seperti yang tersebut diatas harus
dilaksanakan secara tepat, konsisten, konsekuen sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
3. Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur secara jelas setiap
persyaratan yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan harus mudah diperoleh dan
berkaitan langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak menambah beban masyarakat
penerima pelayanan.
4. Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang mudah dilihat /
dijumpai pada setiap tempat pelayanan. Saran yang masuk harus selalu dipantau dan
dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan atau tindak lanjut dalam rangka upaya perbaikan dan
peningkatan mutu pelayanan.
5. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwenang
atau kompeten, mampu terampil dan professional sesuai spesifikasi tugasnya. Setiap
pelaksanaan pemberian pelayanan dan hasilnya harus dapat menjamin perlindungan hukum
dan dapat dijadikan alat bukti yang sah.
6. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang tepat sesuai dengan sifat
dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas
dalam pelaksanaannya.
7. Biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhitungkan
kemampuan masyarakat. Hendaknya diupayakan untuk mengatur mekanisme pungutan biaya
yang memudahkan pembayarannya dan tidak menimbulkan biaya tinggi. Pengendalian dan
pengawasan pelaksanaannya harus dilaksanakan dengan cermat, sehingga tidak terdapat
titipan pungutan oleh instansi lain.
8. Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan adil, tidak membedakan status
social masyarakat. Cakupan / jangkauan pelayanan diupayakan seluas mungkin dengan
distribusi yang merata.
9. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan harus selalu dijamin
melalui pelaksanaan pembersihan secara rutin dan penyediaan fasilitas pembuangan sampah /
kotoran secukupnya sesuai dengan kepentingannya.
10. Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan
serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan
pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup.
Dengan demikian, berdasarkan tahapan pelayanan, pelayanan di Rumah Sakit dapat
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Pelayanan pratransaksi: kegiatan pelayanan sebelum melakukan tatap muka dengan
pasien.
2. Pelayanan saat transaksi: kegiatan pelayanan pada saat tatap muka dengan pasien.
3. Pelayanan Pasca Transaksi: kegiatan pelayanan sesudah tatap muka dengan pasien.
Jadi untuk mewujudkan tahapan tersebut pelayanan yang akan diberikan kepada
pasien bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tetapi juga harus memenuhi harapan
pasien. Tidak berhenti di situ saja jika kita ingin menjadi tahapan pelayanan yang prima , kita
juga harus dapat melampaui kebutuhan dan harapan pasien secara berkesinambungan dengan
menerapkan 6 unsur pokok pelayanan prima , aspek pelaksanaan pelayanaan prima dan juga
ditunjang dengan sikap dari petugas kesehatan dalam melayani pasien pada saaat pra
transaksi – pasca transaksi dengan baik , sehingga pasien bukan hanya kebutuhan dan
harapannya terpenuhi dan bisa terlampaui tetapi pasien akan menjadi loyal kepada kita. Jadi
sasaran utama dari pelayanan prima bukan lagi tertuju kepada kepuasan , melainkan loyalitas
pelanggan terhadap kita.
Bukan hanya dengan perubahan pola perilaku pelayanan saja yang harus kita
tingkatkan untuk menjadi tahapan pelayanan prima , melainkan pihak manajemen harus
membuat suatu kebijakan dan sistem SOP yang baku dalam memberikan pelayanan prima
kepada pasien sehingga jika ditunjang dari sikap karyawan dan juga kualitas tindakan dan
pelayanan maka tahapan- thapan pelayanan prima akan berjalan dengan baik dan bisa
memperbaik citra RS dan juga membawa loyalitas pasien kepada RS semakin baik.