32
Hari/tanggal : Jumat, 22 Mei 2015 Dosen : Made Ayu Pratiwi, S.Pi., M.Si. Ni Made Ernawati, S.Kel., M.Si. PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN KAKAP YANG DIDARATKAN DI PPI KEDONGANAN Kelompok 7 : Ahmad Fatoni (1314521021) Desak Made Goldyna Rarasari (1314521028) Ida Ayu Grisandi Dewi Kurnia (1314521030) I Made Hendy Wesha Suryawan (1314521036)

Manajemen Sumberdaya Perikanan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Lapangan di PPI Kedonganan

Citation preview

Page 1: Manajemen Sumberdaya Perikanan

Hari/tanggal : Jumat, 22 Mei 2015

Dosen : Made Ayu Pratiwi, S.Pi., M.Si.

Ni Made Ernawati, S.Kel., M.Si.

PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN KAKAP

YANG DIDARATKAN DI PPI KEDONGANAN

Kelompok 7 :

Ahmad Fatoni (1314521021)

Desak Made Goldyna Rarasari (1314521028)

Ida Ayu Grisandi Dewi Kurnia (1314521030)

I Made Hendy Wesha Suryawan (1314521036)

MATA KULIAH MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANANPROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANANUNVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN2015

Page 2: Manajemen Sumberdaya Perikanan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan kawasan Negara maritime yang memiliki begitu

banyak keanekaragaman kekayaan laut. Potensi kekayaan laut tersebut terdapat

manfaat untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun di sisi lain, pertambahan

jumlah penduduk dunia yang relatiF masih sangat cepat, terutama di negara-negara

berkembang seperti Indonesia telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas

perikanan dari waktu ke waktu yang mengarah pada pemanfaatan yang tidak terbatas.

Kecenderungan meningkatnya permintaan ikan telah membuka peluang

berkembang pesatnya industry perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan

budidaya. Hanya sayangnya, perkembangan industri perikanan ini lebih banyak

dilandasi oleh pertimbangan lainnya seperti lingkungan lingkungan, sosial budidaya

serta kelestarian sumberdaya perikanan.

Kedonganan merupakan desa pesisir. Sisi kiri dan kanan desa ini adalah laut.

Hal ini yang menyebabkan sebagian besar penduduknya pada mulanya bergerak di

sektor perikanan dan kelautan. Sekitar 90% warga Kedonganan berprofesi sebagai

nelayan dan sebagian lagi berprofesi sebagai pedagang atau pun buruh. Perikanan dan

kelautan secara umum memang menjadi ikon Kedonganan. Bahkan, Kedonganan

hingga kini menjadi salah satu sentra usaha perikanan dan kelautan terbesar di Bali.

Kehadiran Tempat Pelelangan Ikan (PPI) Kedonganan menunjukkan Kedonganan

memang memegang peranan penting dalam bidang perikanan.

Namun, seperti umumnya daerah pesisir, kualitas sumber daya manusia

(SDM)-nya masih belum tertinggal, setidaknya hingga tahun 1990. Jumlah sarjana

atau pun tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Sekolah Menengah Pertama

(SMP) ketika itu masih bisa dihitung dengan jari. Mayoritas penduduk Kedonganan

hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Malah, tak sedikit yang buta huruf. 

Page 3: Manajemen Sumberdaya Perikanan

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana mengidentifikasi jenis sumberdaya perikanan yang didaratkan

di PPI Kedonganan?

1.2.2. Bagaimana produksi pada jumlah tangkapan, alat tangkap, dan kapal

penangkapan sumberdaya perikanan di PPI Kedonganan?

1.2.3. Bagaimana kondisi social ekonomi nelayan di Kedonganan?

1.3 Tujuan

1.3.1. Identifikasi jenis-jenis sumberdaya perikanan yang didaratkan di PPI

Kedonganan.

1.3.2. Mengetahui produksi (jumlah tangkapan, alat tangkap dan kapal

penangkapan) sumberdaya perikanan di PPI Kedonganan.

1.3.3. Mengetahui kondisi social ekonomi nelayan.

1.4 Manfaat

1.4.1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengidentifikasikan jenis ikan

sumberdaya perikanan yang didaratkan di PPI Kedonganan.

1.4.2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah tangkapan, alat tangkap yang

digunakan nelayan dan kapal penangkapan yang beroprasi di sumberdaya

perikanan PPI Kedonganan.

1.4.3. Mahasiswa dapat mengetahui sosial ekonomi nelayan di Kedonganan.

Page 4: Manajemen Sumberdaya Perikanan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Umum (Klasifikasi, Morfologi dan Habitat)

2.1.1 Ikan Kakap Merah

Klasifikasi dari ikan kakap merah menurut Saanin (1984) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Percimorphi

Famili : Lutjanidae

Genus : Lutjanus

Spesies : Lutjanus argentimaculatus

Ciri-ciri morfologi ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) adalah

memiliki bentuk tubuh agak pipih, punggung lebih tinggi, kepala lebih lancip,

punggung sampai moncong lebih terjal, tulang rahang atas terbenam ketika mulut

terbuka, deretan sisik di atas linea lateralis yang bagian depan sejajar denan line

lateralis, sedankan bagian bawah sirip punggung keras, bagian belakang sirip

punggung mirip kearah punggung, deretan sisik dibawah linea lateralis sejajar

dengan poros badan, sirip ekor modifikasi homocercal, berwarna merah darah

pada bagian dorsal. Pinna dorsalis terdiri dari 10 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari

lemah, pinna analis terdiri dari 3 jari-jari keras dan 8-19 jari-jari lemah, pinna

pectoralis terdiri dari 14-15 jari-jari lemah. Baris sisik yang terdapat pada tubuh

kakap merah Lutjanus argentimaculatus dapat digunakan untuk membedakan

dengan kakap merah lainnya (Purba, 1994).

Selama siklus hidupnya, kakap merah melakukan dua kali ruaya, ruaya

pertama menuju wilayah pantai di dari daerah pemijahan pada fase larva atau

pada awal fase benih, ruaya kedua bermigrasi ke daerah lepas patai pada fase

remaja atau pada fase dewasa (Russell et al., 2003).

Page 5: Manajemen Sumberdaya Perikanan

2.1.2 Ikan Kakap Putih

Klasifikasi dari ikan kakap merah menurut FAO (2006) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Percimorphi

Famili : Centropomidae

Genus : Lates

Spesies : Lates calcariter

Ikan kakap putih memiliki bentuk tubuh memangjang, gepeng, batang sirip

ekor lebar dengan bentuk bulat, mata berwarna merah cemerlan, bukaan mulut

lebar sedikit serong dengan gigi-gigi halus dan tidak memiliki taring, terdapat

lubang kuping bergerigi pada bagian penutup insang, sirip punggung terdiri dari

jari-jari keras sebanyak 3 buah dan jari-jari lemah sebanyak 7 – 8 buah. Ikan

kakap putih yang berumur 1 – 3 bulan berwarna terang, selanjutnya ikan kakap

putih yang melewati umur 3 bulan akan berubah menjadi keabu-abuan dengan

sirip berwarna gelap. Badan atau sirip tidak terdapat corak bintik-bintik (FAO,

2006).

Ikan kakap putih merupakan ikan yang memiliki kemampuan toleransi

yang tinggi terhadap kadar garam (Euryhaline). Selain itu, ikan kakap juga

termasuk ikan katadromus (besar di air tawar dan kawin di air laut). Karaktersitik

ikan kakap putih tersebut menyebabkan pembudidayaan dapat dilakukan di laut

ataupun di tambak. Kisaran toleransi fisiologis ikan kakap putih cukup luas,

fekunditas dan pertumbuhannya juga cepat sehingga dalam waktu 6-24 bulan

ikan sudah siap dipanen dengan ukuran 350-2000 gr (FAO, 2006).

Habitat ikan kakap putih (Lates calcarifer) berada di sungai, danau, muara

dan perairan pesisir. Ikan kakap putih di alam memakan krustasea dan ikan-ikan

kecil. Pemijahan ikan kakap putih terjadi di muara sungai, di hilir muara atau

sekitar tanjung pesisir. Ikan kakap putih bertelur setelah bulan purnama dan

Page 6: Manajemen Sumberdaya Perikanan

bulan baru. Kegiatan pemijahan bergantung dengan musim dan pasang surut air

laut yang membantu penyebaran telur dan larva ke muara (Schipp. Et al., 2007)

2.2 Distribusi Ikan

2.2.1 Ikan Kakap Merah

Ikan kakap merah (Lutjanusargenti maculatus) umumnya menghuni

daerah perairan karang kedaerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies

cenderung menembus sampai keperairan tawar. Jenis kakap merah berukuran

besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya

kedasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang

berukuran kecil.

Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara

40–50 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu

antara 5-32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991). Jenis yang

berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan

karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna

mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan

berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah

bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili

Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga

dari genus Lutjanusada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004).

Penyebaran kakap merah di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni

seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran kakap merah arah keutara

mencapai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan serta

Filipina. Penyebaran arah keselatan mencapai perairan tropis Australia, arah

kebarat hingga Afrika Selatan dan perairan tropis Atlantik Amerika, sedangkan

arah ke Timur mencapai pulau-pulau di Samudera Pasifik (Direktorat Jenderal

Perikanan,1983 dalam Baskoro et al. 2004).

Menurut Djamal dan Marzuki (1992), daerah penyebaran kakap merah

hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan

Page 7: Manajemen Sumberdaya Perikanan

Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan

Sulawesi, Kepulauan Riau.

2.2.2 Ikan Kakap Putih

Daerah sebaran kakap putih di daerah tropis dan subtropis, daerah pasifik

Barat dan Samudera Hindia, meliputi Australia, Papua New Guinea, Indonesia,

Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura,

Bangladesh, India, Srilanka, Pakistan, Iran, Oman dan negara-negara disekitar

laut Arab. Penyebaran ikan kakap putih di Indonesia terutama terdapat di pantai

utara Jawa, di sepanjang perairan pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan,

Sulawesi Selatan dan Arafuru.

2.3 Reproduksi Ikan

2.3.1 Ikan Kakap Merah

Ikan kakap terolon jenis ikan diecious/biseksual yaitu ikan yan tidak

dijumpai perbedaanantara jantan dan betina secara visual, baik dalam truktur

tubuh maupun dalam hal warna (BBPBL Lampung, 2013). Pola reproduksinya

gonokorisme yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya

akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai

betina (Zulkarnaen, 2007)

2.3.2 Ikan Kakap Putih

Ikan kakap putih berdasarkan siklus hidupnya, merupakan hewan

hermaprodit protandri yaitu diawal fase reproduksi mempunyai kelamin jantan

dan setelah mencapai umur lebih adari 6 – 8 tahun lalu berubah kelamin menjadi

betina. Testis mulai terbentuk pada ukuran panjang total antara 25-35 cm,

terdapat kecenderungan semakin mendekati garis equator, pematangan seksual

jantan terjadi lebih awal dibandingkan dengan yang berada jauh dari garis

equator. Di Indonesia dan Australia Utara pematangan kelamin jantan terjadi

pada umur 1-2 tahun (panjang total ± 29 cm), sedangkan di Queensland pada

Page 8: Manajemen Sumberdaya Perikanan

umur 3-5 tahun atau pada saat panjang total mencapai 53-60 cm (Davis 1986

dalam Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di Karamba Jaring

Apung, 1999)

2.4 Alat Penangkapan

2.4.1 Jala Lempar

Jala lempar merupakan alat tangkap yang sederhana dan tidak

membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatan. Bahannya terbuat dari nilon

multifilamen atau darri monofilamen, diameternya berkisar 3-5 m. Bagian kaki

jaring diberikan pemberat terbuat dari timah. Jala lempar dioperasikan

menggunakan tenaga manusia, cara melemparnya menggunakan teknik-teknik

tertentu. Alat ini banyak dioperasikan di perairan, seperti sungai, waduk dan

danau serta perairan pantai berkedalaman berkisar 0,5-10 m. Jenis ikan yang

umum ditangkap adalah jenis ikan yang bermigrasi ke daerah pantai, seperti ikan

belanak, julung-julung, udang dan lain-lain.

2.4.2 Pancing Rawai

Rawai (Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung,

dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang

pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing

yang berumpan.Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka

waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line

digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (Gambar 4.18). Ada juga Rawai

yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-

ikan pelagis.Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau

multifilament (PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon).

Beberapa perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi teknis

diantaranyaBahan multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam

perakitannya dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil. Bahan multifilament lebih

tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang harganya relatif lebih

Page 9: Manajemen Sumberdaya Perikanan

rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan, sehingga dalam

pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.

Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong,,

atau tegak lurus pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan

dipasang, diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari

dimana saat ikan sedang giatnya mencari mangsa.Umpan yang umum dipakai

adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk Berta

mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar ikan.

2.4.3 Pukat Harimau

Trawl atau pukat harimau merupakan alat tangkap ikan modern yang telah

digunakan beberapa puluh tahun yang silam. Namun tidak diketahui dengan pasti

asal-usul tentang alat tangkap ini. Beberapa para ahli memprediksi trawl berasal

dari Eropa Barat dan banyak digunakan di daerah pantai dan lepas pantai pada

abad ke-16 dan ke-17 di sepanjang perairan pantai Perancis. Alat tangkap ini

berasal dari bahasa Perancis yaitu “troler” dan kata “trailing” jika diartikan dalam

bahasa Inggris mempunyai arti “tarik” ataupun “mengelilingi seraya menarik”.

Trawl telah mengalami banyak perkembangan di mulai dari segi cara

pengoperasian dan bentuk fisik jaring.

Page 10: Manajemen Sumberdaya Perikanan

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan

Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 15 Mei 2015

Pukul : 06.00 - Selesai WITA

Penelitian : Pengambilan Data Nelayan (wawancara)

Tempat : PPI Kedonganan

3.2. Alat dan Bahan Penelitian Manajemen Sumberdaya Perikanan

Penelitian Manajemen Sumberdaya Perikanan

NO ALAT GAMBAR KEGUNAAN

1. Alat Tulis Mencatat atau menulis

data kuisioner nelayan

2. Kuisioner Sebagai data informasi

yang harus di jawab

oleh nelayan dan

sebagai catatan data

dari wawancara dengan

nelayan

Page 11: Manajemen Sumberdaya Perikanan

3. kamera Untuk mengambil

dokumentasi pada

praktikum manajemen

sumberdaya perikanan

3.3. Prosedur Pengambilan Data

Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan

1. Praktikan datang kelokasi praktikum yakni di PPI Kedonganan pada pukul

06.00 WITA tepat waktu.

2. Seluruh praktikan berkumpul bersama dosen dan asisten dosen guna untuk

mendapatkan pengarahan sebelum praktikum dimulai.

3. Praktikan berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing sesuai

dengan kelompok yang telah ditentukan.

4. Seluruh kelompok mulai melaksanakan praktikum dengan mambawa

kuisioner serta alat dan bahan yang harus digunakan dalam praktikum.

5. Kelompok praktikan saling berpencar guna untuk mendapatkan data

nelayan dengan mudah.

6. Kelompok praktikan memulai pengambilan data sebelum dan setelah

nelayan mengambil ikan di laut.

7. Pengambilan data oleh praktikan menggunakan metode observasi

langsung di lapangan yakni dengan mewawancarai nelayan secara

langsung.

8. Praktikan mendokumentasikan jenis-jenis ikan yang telah didaratkan oleh

nelayan.

3.3. Analisa data

Berdasarkan hasil praktikum manajemen sumberdaya perikanan, maka

telah diperoleh data nelayan pada kelompok 7 yakni dari setiap nelayan yang

telah bersedia di wawancarai. berdasarkan biodata nelayan tidak semua

Page 12: Manajemen Sumberdaya Perikanan

berprofesi menjadi nelayan dan berbeda-beda. Berdasarkan data alat tangkap

dan hasil tangkapan dari setiap nelayan berbeda-beda. Berdasarkan data

tenaga kerja dari setiap nelayan berbeda-beda. Berdasarkan data trip nelayan

berbeda-beda. Berdasarkan data mesin kapal yang ada di perahu nelayan

hampir seluruh nelayan menggunakan mesin kubota bermerk yamaha.

Berdasarkan data hasil tangkapan ikan dari setiap nelayan berbeda-beda untuk

di setiap musimnya yakni musim puncak dan musim paceklik. Berdasarkan

hasil data daerah penangkapan ikan yang digunakan dalam lokasi

penangkapan ikan oleh nelayan berbeda-beda. Berdasarkan data pendapatan

nelayan berbeda-beda dari pendapatan musim puncak serta musim paceklik.

Page 13: Manajemen Sumberdaya Perikanan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Kedonganan terletak di barat pulau Bali,

tepatnya di Desa Kedongan, Kecamatan Jimbaran, Kabupaten Badung. Di pangkalan

pendaratan ikan tersebut pula sudah terdapat beberapa instansi pemerintahan yang

berada dikawasan tersebut seperti PPI Kedonganan yang berada di tiap-tiap kampung,

Polisi Perairan, Angkatan Laut dan Cah bandar. Mata pencaharian penduduk lokal

sebagian besar adalah nelayan. Kapal-kapal nelayan tersebut tidak terlalu besar

berkisar antara 5 GT karena dekat dengan daerah fishing ground ikan pelagis seperti

lemuru.

4.2. Potensi Jenis Sumberdaya Ikan

Data jenis-jenis sumberdaya perikanan yang didaratkan di PPI Kedonganan

diperoleh dari wawancara nelayan-nelayan mengenai hasil tangkapan yang diperoleh

setiap kali melaut seperti ikan kembung, tuna, layaran, cakalan, tongkol, dan lain

sebagainya.

Ikan-ikan di PPI Kedonganan semua didaratkan pada keadaan yang masih

segar bisa saja ikan-ikan yang berasal dari PPi Banyuwangi, Madura, dan juga

Klungkung. Apabila produksi ikan tegolong dalam keadaan BS (Barang Sisa) maka

ikan-ikan tersebut akan diolah menjadi tepung yang berada di daerah Negara.

Tabel 1. Jenis-jenis sumberdaya perikanan yang didaratkan di PPI Kedonganan

NoNama Lokal

Nama Umum

Nama Ilmiah Gambar IkanFamili Genus

1. Layang-layang

Ikan Layang

Carangidae Decapterus

Page 14: Manajemen Sumberdaya Perikanan

2. Tuna Ikan Tuna Scombride Thunnini

3. Jangki sembung

4. Pedang-pedangan

Ikan Todak

Xiphiidae Xiphias

5. Kembung Ikan Kembung

Scombridae Rastrelliger

6. Tongkol Ikan Tongkol

Scombridae Euthynnus

7. Cumi-cumi Cumi-cumi

Mollusca Mastigoteuthis

8. Jangki Sulir

9. Barakuda Ikan Barakuda

Sphyraenidae Sphyraena

Page 15: Manajemen Sumberdaya Perikanan

4.3. Produksi Perikanan

Menurut data statistik PPI Kedonganan pada tahun 2011, produksi ikan kakap

di PPI Kedonganan sebanyak 10.423 kg. Pada tahun 2012 mengalami penurunan

sehingga produksi ikan kakap hanya 9.809 kg. Penurunan drastis dialami terhadap

produksi ikan kakap di PPI Kedonganan yaitu hanya 625 kg di tahun 2013. Pada

2014 dan pertengahan tahun 2015, perikanan tangkap ikan kakap di daerah PPI

Kedonganan mengalami kekosongan, dalam artian tidak ada penangkapan jenis ikan

kakap baik itu kakap putih maupun kakap merah pada daerah tersebut. Berikut adalah

grafik dari produksi ikan kakap di PPi Kedonganan dari tahun 2011 hingga

pertengahan tahun 2015.

Tabel 4.2. Grafik Produksi Ikan Kakap per Tahun

4.4. Sosial Ekonomi Nelayan

Nelayan-nelayan yang terdapat di daerah Kedongan, dominan dari luar daerah

seperti Negara, Banyuwangi, Sidoarjo, dan beberapa daerah lainnya di Jawa Timur.

nelayan tersebut yang masuk ke wilayah Kedonganan akan melapor secara hukum ke

pihak PPI Kedonganan dengan menunjukkan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIUP)

didaerah tersebut. Namun pada musim paceklik, nelayan yang beroperasi didaerah

PPI Kedongan adalah nelayan lokal. Nelayan-nelayan didaerah tersebut terbagi

menjadi dua bagian yaitu, nelayan kelompok dan nelayan pribadi, dimana nelayan

kelompok sudah disediakan kapal dan alat tangkap dari pemilik utamanya, sedangkan

2011 2012 2013 2014 20150

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000Produksi Ikan Kakap per Tahun

Produksi Ikan Kakap per Tahun

Page 16: Manajemen Sumberdaya Perikanan

nelayan pribadi menyediakan kapal miliki pribadi dan alat tangkapnya serta tidak ada

sistem bagi hasil untuk nelayan lainnya. Hasil yang diperoleh dari tiap-tiap nelayan

berbeda tergantung dari target tangkapan yang diinginkan. Alat tangkap yang

digunakan para nelayan di PPI tersebut umumnya adalah purse seine (pukat cincin)

dengan mta jaring berkisar antara 1 inch bahkan sampai 10 cm dan long line (pancing

ulur) dengan panjang 20-60 m.

Nelayan tradisional biasanya memiliki daerah tangkapan sekitar 4 mil dari

daratan. dan untuk nelayan yang lebih besar daya tampung kapalnya akan cenderung

melaut hingga batas ZEE yaitu 12 mil. Namun karena fishing ground ikan dekat

dengan daerah pesisir, baik kapal dengan kapasitas besar maupun kecil akan melaut

diskitar daerah pesisir. Untuk nelayan kelompok yang memiliki "pengambek" istilah

masyarakat kedonganan bagi orang-orang yang merupakan langganan dari ikan-ikan

yang ditangkap. Dan "pengambek" itulah yang kaan menyediakan bbm, kapal, mesin

kapal, perbekalan selama melaut bagi para nelayan.

Pada hasil penangkapan nelayan tergantung pula pada musim yang terjadi

pada saat penangkapan. Umumnya terdapat dua musim yang terjadi yaitu, Musim

Puncak dan Musim Paceklik. Musim Puncak merupakan musim dimana ikan target

hasil tangkapan sangat mudah ditemui dengan jumlah yang banyak, sedangkan pada

musim paceklik, cenderung hasil tangkapan akan rendah dan harga ikan pun akan

meningkat. Pada saat musim paceklik, pedagang daerah tersebut mendapat kiriman

dari lain daerah sehingga di pasar akan tetap terdapat ikan-ikan yang siap untuk

diperjualbelikan. Berikut adalah data-data yang didapat dari wawancara terhadap

beberapa nelayan di PPI Kedonganan.

Menurut data dari Kepala PPI Kedonganan, Bapak Made Kener, musim

puncak yang biasanya terjadi di PPI Kedonganan dari bulan Mei - Oktober dan

puncak biasanya terjadi pada bulan Juni dan Juli. Pada saat bulan November,

Desember sudah terjadi angin barat sehingga produksi akan menurun hingga bulan

April. Dan pada seminggu sbeelum dan seminggu sesudah tilem (bulan mati) maka

produksi akan meningkat di daerah Kedonganan tersebut. Namun pada saat purnama

produksi ikan akan menurun, dan ikan yang biasanya didapatkan adalah cumi-cumi.

Page 17: Manajemen Sumberdaya Perikanan

Pada saat pengambilan data dilapangan yaitu pada bulan Mei, angin yang

terjadi adalah angin timur, sehingga angin tidak terlalu kencang namun kondisi

perarian yang lebih bergelombang besar, dan pada saat kondisi tersebut nelayan-

nelayan tidak akan pergi melaut agar tidak berisiko. Dan para nelayan didaerah

tersebut menangkap ikan dengan istilah berburu, karena apabila saat melaut terdapat

segerombolan ikan maka nelayan akan kembali kedarat dengan membawa hasil

tangkapannya ikan, namun apabila saat melaut tidak terdapat segerombolan ikan,

maka nelayan-nelayan akan mendarat dengan topong (tidak mendapat apa-apa).

Tabel 4.3. Hasil Tangkapan Nelayan Menurut Kuisioner

No Bulan Jenis Tangkapan Ikan

Jumlah Tangkapan (kg)

Harga Ikan per Kg

Musim Puncak

11 - 2 1. Lemuru 1500/trip 5000/kg

Musim Paceklik

7 atau 8 1. Layar2. Tongkol

3-4 ekor1000/trip

25.000/kg10.000/kg

No Bulan Jenis Tangkapan Ikan

Jumlah Tangkapan (kg)

Harga Ikan per Kg

Musim Puncak

3 1. Plotolan2. Tongkol3. Kembung

80 ekor50 ekor50 ekor

100050005000

Musim Paceklik

9 - 5- - -

No Bulan Jenis Tangkapan Ikan

Jumlah Tangkapan (kg)

Harga Ikan per Kg

Musim Puncak

3 dan 4 1. Layang-layang2. Cumi-Cumi3. Tuna

300600900

10.000/kg20.000/kg50.000/kg

Musim Paceklik

7 1. Layang-layang2. Cumi-Cumi3. Tuna

200400300

20.000/kg30.000/kg60.000/kg

No Bulan Jenis Tangkapan Ikan

Jumlah Tangkapan (kg)

Harga Ikan per Kg

Musim Puncak

5 1. Kembung2. Selungsung

50100

20.00020.000

Musim Paceklik

12 - 4 1. Kucing2. Layang-layang3. Tongkol

1000

18

10.00025.00012.000

No Bulan Jenis Tangkapan Ikan

Jumlah Tangkapan (kg)

Harga Ikan per Kg

Musim 5 1. Layang-layang 100 2.000/kg

Page 18: Manajemen Sumberdaya Perikanan

Puncak 2. Tongkol3. Protolan

50200-300

Musim Paceklik

11 - 12 1. Protolan 1 ton 5.000/kg

Dari data kuisioner diatas, dapat dilihat perbedaan jenis tangkapan permusim

dari tiap nelayan di PPI Kedonganan berbeda-beda. Pada saat wawancara dengan

beberapa nelayan, dominan nelayan yang bingung mengenai jumlah tangkapan yang

didapatkan tiap melaut pada musim tertentu dan harga pada ikan. Hal tersebut karena

sistem nelayan di daerah tersebut, ada yang berperan sebagai nelayan dan ada yang

sebagai tukang angkut hasil tangkapan. Tukang angkut hasil tangkapan itulah yang

akan berurusan dengan pihak PPI mengenai perhitungan jumlah tangkapan dengan

harga ikan per kg. Musim puncak dan musim paceklik menurut beberapa nelayan pun

berbeda-beda karena ikan tangkapan nelayan juga berbeda. Hasil dari kedua musim

tersebut dilihat dari keberadaan ikan di perairan PPI Kedongan.

Ikan-ikan hasil tangkapan para nelayan akan dilaporkan pada pihak koperasi

yang selanjutnya akan ditimbang dan dicatat keadaan kapal, SIUP, alat tangkap, dan

berapa jumlah yang diperoleh, serta harga dari ikan tersebut. Konflik nelayan pada

umumnya yang terjadi di daerah Kedongan ketika salah satu nelayan memasang

jaring dan jaring tersebut terpotong oleh kapal nelayan lain pada saat malam hari.

Kebiasaan nelayan didaerah tersebut adalah ketika hasil dari tangkapan

tersebut sudah diberikan kepada pengepul, selanjutnya sisa ikan berkisar 10-20

keranjang akan diberikan pada nelayan sebagai ongkos pikul bagi para nelayan.

Upah untuk para nelayan biasanya diberikan langsung dari para "pengambek"

ikan berdasarkan jumlah ikan yang diperoleh yang selanjutnya akan di bagi dengan

kelompok nelayan yang ikut melaut dalam satu kapal. Upah yang diterima oleh para

nelayan pun tergantung dari "pengambeknya", ada yang dibagikan upah per hari dan

ada pula yang perbulan. Bagi kesejahteraan nelayan dan juga layanan kesehatan,

biasanya petugas Puskesmas akan turun langsung ke PPI untuk memeriksa nelayan-

nelayan di daerah Kedonganan, karena dari pihak Puskesmas tidak memiliki kantor

resmi didaerah tersebut.

Page 19: Manajemen Sumberdaya Perikanan

4.5. Saran Pengelolaan

Subsidi dari pemerintah yang diterima oleh nelayan adalah SPDN (Solar

Paket Dealer Nelayan) dan 2 unit kapal besar berkapasitas 30 GT. Mesin, box, modal

operasional, freezer, alat olah, dan gedung juga diberikan oleh pemerintah untuk

mengolah hasil penangkapan ikan. Semua subsidi pemerintah diberikan melalui

penyuluhan kepada para kelompok nelayan di daerah Kedonganan, bukan secara

perseorangan agar mempermudah dalam mengontrol subsidi pemerintah. Namun

beberapa pedagang didaerah tersebut megeluh agar diberikan subsidi dari pemerintah.

Pengelolaan yang baik bagi para nelayan maupun para pedagang di daerah

PPI Kedonganan adalah baik pemerintah, pihak swasta, maupun pemuda didaerah

tersebut harus melakukan pengamatan dan turun langsung ke masyarakat untuk

mengamati kehidupan sosial nelayan daerah tersebut dalam waktu beberapa minggu

maupun beberapa bulan. Selama ini pemerintah hanya mengamati nelayan dari

kebiasaan nelayan saat melaut, akan lebih baik ketika memahami kehidupan sosial

masyarakat dan berbasis masyarakat. Berbasis masyarakat itu sendiri dengan

mengetahui peran lembaga masyarakat didaerah tersebut, dan potensi-potensi dari

tiap nelayan didaerah tersebut, dan pengembangan berdasarkan pemikiran-pemikiran

dari kelompok nelayan yang dikonsepkan secara bersama-sama yang kemudian

disosialisasikan ke kelompok nelayan lainnya.

Dari segi hasil tangkapan ikan selama musim puncak dan musim paceklik

tidak terlalu ada masalah karena sistem di PPI Kedonganan sudah baik. Sehingga

yang perlu diperhatikan adalah pengelolaan sosial dari masyarakat nelayan agar

sejahtera. Dengan kesejahteraan para nelayan pun dapat juga berpengaruh terhadap

produksi ikan didaerah tersebut.

Page 20: Manajemen Sumberdaya Perikanan

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

Page 21: Manajemen Sumberdaya Perikanan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Laporan Evaluasi Bulanan Pendaratan Ikan. Kedonganan: UPT. PPI

Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan.

Baskoro. M. S, Ronny. I.W, dan Arief Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Davis, C.C. 1955. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan: Michigan

University Press.

Djamal, R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah dan

Kerapu dengan Pancing Prawe, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan Bubu. Jurnal

Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balitbang

Pertanian. DepartemenPertanian. Jakarta. No. 68. Hal 11-25.

FAO (2006) –Status and trends in mangrove area extent world wide.By Wilkie, M.L.,

Fortuna, S. Forest Resources Assessment Working Paper No. 63.Forest

Resources Division. FAO, Rome (Unpublished)

KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Semarang: Balai

pengembangan penangkapan ikan Semarang.188 hal.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bandung:

Bina Cipta.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut

Indonesia. Jakarta: Balai penelitian Perikanan laut. Departemen Pertanian. hal

248.

Zulkarnaen, I. 2007. Pemanfaatan Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) dengan Bubu di

Perairan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak. Bandung: Institut Tinggi

Bandung.