Manusia Sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa Dan Memiliki Hak Yang Wajib Dihormati (Autosaved)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skripsi

Citation preview

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki hak yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi kebebasannya tersebut manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.Hak untuk mendapatkan pendidikan adalah salah satu hak asasi manusia yang tercantum dalam BAB XA tentang hak asasi manusia dan juga merupakan salah satu hak dasar warga negara (citizens right) pada BAB XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan dalam UUD 1945 setelah amandemen. Pasal 28C ayat (1) menyatakanSetiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Pasal 31 ayat (1) menyatakanSetiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.Sedangkan menurut Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 ayat 1 menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Menurut Sofan Amri (2013:1) pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi masa depan dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kedepan dan yang akan datang. Menurut Buchori (2001) dalam Khabibah (2006:1), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk meneyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari hari (Trianto, 2007: 1)Sedangkan menurut Trianto (2007:1) dalam pembelajaran pendidikan formal masalahnya pokoknya adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak secara rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. (Wina, 2006: 1). Menurut Wina proses pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan guru dan selera guru. Padahal kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kecintaan mereka terhadap profesinya. Ada guru yang dalam melaksanakan pengelolaan pembelajarannya dilakukan secara sungguh-sungguh melalui perencanaan yang matang, dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada dan memperhatikan taraf perkembangan intelektual dan perkembangan psikologi belajar anak. Guru yang demikian akan dapat menghasilkan kualitas lulusan yang lebih tinggi.Berdasarkan permasalahan diatas menurut Trianto (2007) untuk memperbaiki mutu pendidikan baik dari segi proses maupun hasil pendidikan perlu perubahan paradigma. Salah satu inovasi yang menarik adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran yang inovatif dan konstruktif atau lebih tepat dalam mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Menurut Miftahul Huda (2013:143) Model pembelajaran harus dianggap sebagi kerangka kerja struktural yang juga dapat digunakan sebagai pemandu untuk mengembangkan lingkungan dan aktivitas belajar yang kondusif. Pemilihan model pembelajaran sebaiknya bergantung pada lingkungan sekolah, sumber yang tersedia, dan outcame yang diinginkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk proses pembelajaran adalah somatic-auditory-visualization-intellectually atau SAVI. Model pembelajaran SAVI merupakan salah satu strategi yang menerapkan learning by doing, learning by hearing, learning by seeing dan learning by thinking. Selain menggunakan metode SAVI penggunaan media seperti media Flip book dinilai diperlukan untuk proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena media adalah bagian yang tidak terpisahkan dariproses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya (Azhar:2002).

Sedangkan menurut Wina (2006) kadang-kadang dalam proses pembelajaran apabila terjadi kegagalan komunikasi seperti: materi tidak diterima secara optimal atau lebih parah lagi siswa sebagian penerima peasan salah menangkap isis pesan. Untuk menghindari semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.Menurut website animasi Teknokids Flip Book adalah salah satu jenis animasi klasik yang dibuat dari setumpuk kertas menyerupai buku tebal, pada setiap halamannya di gambarkan proses tentang sesuatu yang nantinya proses tersebut terlihat bergerak atau beranimasi. Misalnya kita mau membuat daun jatuh, maka pada setiap lembaran flipbook di gambarkan proses jatuhnya daun secara perlahan-lahan hingga pada akhirnya sampai ke tanah, setelah gambar selesai, lalu dibalikkan (flip) dan akan terlihat hasilnya. Akan tetapi flipbook yang digunakan dalam penelitian ini adalah flip book dalam bentuk digital.