29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan data dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases Prevention and Control 2011, hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di negara –negara berpenghasilan rendah dan sedang. Menurut berbagai penelitian epidemiologi, masalah penanganan PTM dan faktor risikonya terjadi pada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah. Kematian akibat PTM di negara-negara maju terus menurun, sebaliknya di negara-negara berkembang justru meningkat. WHO memperkirakan bahwa 90% penyakit diabetes tipe-2, 80% penyakit kardioserebrovaskular dan 33% penyakit kanker sebenarnya dapat dicegah. PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. Indonesia pada saat ini mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa PTM meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, 1

Mapri

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data dari Global Atlas on Cardiovascular Diseases

Prevention and Control 2011, hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di

negara –negara berpenghasilan rendah dan sedang. Menurut berbagai

penelitian epidemiologi, masalah penanganan PTM dan faktor risikonya

terjadi pada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah. Kematian akibat

PTM di negara-negara maju terus menurun, sebaliknya di negara-negara

berkembang justru meningkat.

WHO memperkirakan bahwa 90% penyakit diabetes tipe-2, 80%

penyakit kardioserebrovaskular dan 33% penyakit kanker sebenarnya dapat

dicegah. PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang

tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup  tidak sehat. Riskesdas

2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari,

93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.

Indonesia pada saat ini mengalami pergeseran pola penyakit dari

penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa

PTM meningkat, sementara penyakit menular masih tinggi, diperparah dengan

munculnya penyakit baru dan penyakit lama yang muncul kembali.

Sejalan dengan perkembangan perekonomian dan layanan kesehatan di

Indonesia, terjadi perubahan demografis berupa struktur umur penduduk

Indonesia yang bergerak ke arah struktur penduduk yang semakin menua

(aging population). Perubahan ini ikut berperan terhadap pergeseran pola

penyakit (transisi epidemiologi), penyakit menular cenderung menurun

sedangkan PTM cenderung meningkat.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

bahw 10 besar penyebab kematian di Indonesia, enam diantaranya tergolong

PTM. Penyebab kematian tertinggi adalah stroke sebesar 15,4%, tuberkulosis

1

7,5%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, diabetes mellitus 5,7%, tumor 5,7%,

penyakit hati 5,2%, penyakit jantung iskemik 5,1% dan penyakit saluran nafas

bawah 5,1%.

Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

memiliki program pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak

menular sebagai salah satu program dasarnya,harus melaksanakan program ini

sebagai bentuk pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan

mengendalikan penyakit menular dan penyakit tidak menular yang saat ini

banyak diakibatkan olah gaya hidup yang tidak sehat. Upaya preventif dan

promotif harus digalakkan dan diupayakan dapat menjangkau seluruh

golongan sosial ekonomi, termasuk golongan sosial ekonomi rendah.

Salah satu puskesmas yang berada di Kota Padang adalah Puskesmas

Pauh. Untuk mengevaluasi capaian pelayanan di bidang kesehatan khususnya

upaya-upaya puskesmas dalam mengelola penyakit tidak menular pada

hipertensi di Puskesmas Pauh dilakukan analisis dengan judul “Pengelolaan

Penyakit Tidak Menular Pada Hipertensi” .

1.2. Batasan Masalah

Makalah ini membahas mengenai pengelolaan penyakit tidak menular

pada hipertensi di Puskesmas Pauh.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Penulisan Umum

Makalah ini dibuat untuk membahas pengelolaan secara umum

penyakit tidak menular pada hipertensi di Puskesmas Pauh.

1.3.2. Tujuan Penulisan Khusus

1. Mengetahui masalah dalam pengelolaan penyakit tidak menular

pada hipertensi di Puskesmas Pauh.

2. Mengetahui pengelolaan secara promotif, preventif dan kuratif

penyakit tidak menular pada hipertensi di Puskesmas Pauh.

2

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur, laporan tahunan Puskemas Pauh dan diskusi dengan

pemegang program PTM Puskesmas Pauh.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan

disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). PTM disebut juga dengan

penyakit kronik, penyait non-infeksi atau penyakit degeneratif. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, keberadaan faktor risiko PTM

pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu

mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya hidupnya. Penelitian juga

menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis PTM cukup baik,

dan sebagian besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan pasien

PTM seperti jantung koroner, kanker, stroke dan diabetes melitus, gangguan

akibat kecelakaan dan cidera. Namun mereka umumnya belum memahami

pengaruh faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang

dapat ditimbulkan PTM. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM

disebabkan faktor genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.

Peran Promosi Kesehatan dalam pencegahan maupun pengendalian

penyakit tidak menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan

masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang terkait

dengan faktor risiko bersama penyebab penyakit tidak menular. Dari 10

indikator PHBS di rumah tangga, tiga diantaranya merupakan pencegahan

faktor risiko bersama PTM yaitu aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah

serta tidak merokok.

2.2. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial

berbahaya dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok

tertentu. Faktor risiko yang dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet

4

yang tidak sehat dan tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas,

hiperglikemia, hipertensi, hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan

kecelakaan dan cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.

2.3. Pengelolaan Penyakit Tidak Menular

Pengelolaan PTM dilakukan dengan cara menghilangkan atau

mengurangi faktor risiko PTM dan memperhatikan faktor lain yang dapat

mempengaruhi kesehatan. Departemen kesehatan, melalui pusat promosi

kesehatan memfokuskan pada :

1. Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik pusat

maupun propinsi dan kabupaten.

2. Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor risiko yang utama yaitu :

rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.

3. Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.

4. Mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah terhadap diet,

aktivitas fisik, dan rokok.

5. Mengembangkan System Surveilans Perilaku Berisiko Terpadu (SSPBT)

PTM.

6. Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun

lokal spesifik.

Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting

karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu rokok, diet seimbang dan

aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh semua pihak terutama

para penentu kebijakan baik nasional maupun lokal. Tanpa itu semua akan

menjadi sia-sia saja.

Upaya pencegahan PTM di Puskesmas dilakukan melalui kegiatan

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer adalah segala

kegiatan yang dapat menghentikan atau mengurangi faktor risiko kejadian

penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.Pencegahan primer di Puskesmas

5

meliputi promosi PTM untuk meningkatkan kesadaran serta edukasi untuk

meningatkan pengetahuan masyarakat dalam pengendalian PTM. Promosi

PTM dapat dilakukan melalui berbagai upaya seperti kampanye pengendalian

PTM pada hari-hari besar PTM (hari kanker sedunia hari tanpa tembakau

sedunia, hari diabetes sedunia, pekan keselamatan di jalan, dan lain-lain).

Upaya meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan

masyarakat untuk melaksanakan upaya pencegahan primer dengan cara

melindungi dirinya dari risiko PTM, seperti pemakaian alat pelindung diri

(pemakaian helm berstandar SNI untuk mengurangi fatalitas cedera kepala

saat terjadi benturan).

Pencegahan sekunder ditujukan pada kegiatan deteksi dini untuk

menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan

pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak bertambah parah. Pencegahan

sekunder dapat dilakukan melalui skrining atau uji tapis dan deteksi dini.

Pencegahan tersier adalah kegiatan yang difokuskan kepada

mempertahankan kualitas hidup penderita yang telah mengalami penyakit

yang cukup berat yaitu dengan cara rehabilitatif dan paliatif. Pencegahan

tersier merupaka upaya yang dilaksanakn pada penderita sesegera mungkin

agar terhindar dari komplikasi lanjut untuk meningkatkan kualitas hidup dan

memperpanjang lama ketahanan hidup.

Pengendalian PTM difokuskan terhadap faktor risiko PTM, jika sudah

menderita PTM maka akan sulit disembuhkan dengan sempurna, bahkan

dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Disamping itu, PTM

memerlukan perawatan dan pengobatan yang memakan waktu cukup lama

dengan biaya yang tidak sedikit.

6

2.4. Indikator Keberhasilan

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan

strategi penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat

dipergunakan untuk monitoring dan evaluasi melalui sistem pencatatan dan

pelaporan kegiatan pencegahan dan penanggulangan PTM. Indikator

keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :

Indikator Umum

1. Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.

2. Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.

3. Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.

4. Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.

Indikator Khusus

1. Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik dan

konsumsi rendah serat).

2. Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas, penyalahgunaan

alkohol dan BBLR.

3. Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sektor yang mendukung

penanggulangan PTM.

4. Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan potensi

masyarakat.

5. Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan

pencegahan PTM.

6. Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi pelayanan.

Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam

Pengendalian PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap

tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya

untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah

7

dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan

keberhasilan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dalam Pengendalian

PTM. Pemantauan rencana dan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan

untuk pengendalian PTM dilaksanakan oleh pengelola program pengendalian

PTM, pengelola program promosi kesehatan dan mitra terkait pada masing-

masing jenjang administrasi mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten/kota.

8

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1. Keadaan Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00

58’ Lintang Selatan, 100 0 21’ 11’ Bujur Timur sebelah timur pusat Kota

Padang yang terdiri 9 (sembilan) kelurahan. Dengan luas wilayah + 146, 2m

Km 2, terdiri dari 60 % dataran rendah dan 40 % dataran tinggi . Curah hujan

± 471 mm / bulan , temperatur antara 28 0 – 310C dengan batas wilayah

sebagai berikut :

a. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok

b. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas

(Padang Timur)

c. Sebelah Utara berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Koto Tangah.

d. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan.

KEC. KOTO TANGAH

KEC. KURANJI

KEC. LUBUK KILANGAN

KAB. SOLOK

KEC. LUBUK

BEGALUNG

KEC. PADANG

TIMUR

LAMBUNG BUKIT

LIMAU MANIS

LIMAU MANIS SELATAN

KOTO LUAR

BINUANG KP. DALAM

PIAI TANGAHPISANG

KAPALO KOTO

CUPAK TANGAH

U

Gambar 3.1. : Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh3.2. Keadaan Demografi

9

Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Pauh Kota Padang tahun

2013 yang dipublikasikan pada tahun 2013 jumlah Penduduk Kec. Pauh

adalah sebanyak 63.566 jiwa dengan jumlah KK 12.452 RT sebanyak 169

dan RW 50 dengan rata-rata anggota keluarga 4 orang serta kepadatan

penduduk 367/km². Adapun rincian jumlah penduduk menurut kelurahan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. : Jumlah Penduduk Kecamatan Pauh Menurut Kelurahan Tahun 2013

No Kelurahan Jml KK Jml Jiwa RT RW

1 Pisang 1587 8566 23 7

2 Binuang Kp Dalam 1288 6105 25 6

3 Piai Tangah 988 4025 18 8

4 Cupak Tangah 1521 9175 26 7

5 Kapalo Koto 1293 5854 20 6

6 Koto Luar 1741 7703 18 5

7 Lambung Bukit 851 3417 15 4

8 LimauManis

Selatan

2043 13884 12 3

9 Limau Manis 1149 4836 12 4

Jumlah 12.452 63.566 169 50

3.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Salah satu Lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih

eksis ditengah masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu

di Kecamatan Pauh pada tahun 2013adalah sebagai berikut:

Posyandu balita sebanyak 70 buah dan Posyandu Lansia sebanyak 13

buah Selain itu beberapa sarana pelayanan kesehatan yang bersifat Private /

swasta yang ada diwilayah kerja Puskesmas Pauh ada 5 Bidan Praktek

10

Swasta(BPS), 5 Klinik bersalin dan 5 Praktek Swasta Dokter Umum, 3

Praktek dokter Spesialis, 2 Praktek Swasta Dokter Gigi, 3 Apotik, 5 Rumah

Obat, 2 Laboratorium, 7 Ambulance kelurahan dan Rumah sakit swasta 1.

Prasarana Puskesmas saat ini terutama pada gedung A yaitu gedung

pelayanan rawat jalan pada saat penyusunan laporan tahunan ini telah

dimanfaatkan untuk pelayanan kepada masyarakat. Gedung C yang menjadi

ruang rawat inap cukup baik namun prasarana penunjang kegiatan perlu

dilengkapi seperti intalasi air besih dan listrik sendiri sehingga mampu

memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat.

Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah

kerja Puskesmas Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 1 Unit Puskel, 7

Kendaraan Roda dua, 2 Poskeskel dan5 unit Puskesmas Pembantu yang

terletak di Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Ulu Gadut, Jawa

Gadut.

3.4. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi

1. Sosial

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial

yang relatif homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan

sendirinya menjadi potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk

kesehatan.

Potensi keninik mamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi panutan

dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat. Dari segi kepercayaan, mayoritas kepercayaan penduduk

adalah Islam dengan komposisi 99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Budha

dan lain lain.

2. Budaya

11

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan

kanak-kanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja

Puskesmas Pauh menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam

pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak

pembangunan. Sistem kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk

setempat masih dipakai sebagian besar penduduk dan merupakan kekuatan

yang dapat digarap apabila cara nya diketahui. Pendekatan kultural sangat

dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama peran serta masyarakat.

3. Ekonomi

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh boleh dikata

bervariasi mulai dari petani ± 46 % , dengan kemampuan terbatas sampai ke

kelompok mampu dan mapan. Swasta 24 % , PNS 17 % , ABRI ± 5 %,

sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun kelompok dengan

pendapatan rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan dengan

kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata menduduki proporsi yang cukup

besar yaitu 22,4 % dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh.

3.5. Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Tabel 3.2. : Penyakit Tidak Menular Bulan Januari s/d Juni Tahun 2014

NOPENYAKIT TIDAK

MENULAR

JUMLAH

TOTALL P

  Kasus Baru      

1 Hipertensi 63 146 209

2 Peny.Jantung Koroner   1  1 

3 Strok 2 3 5

4 Diabetes Melitus 10 30 4

5 Kanker Leher Rahim  

12

6 Kanker Payudara   8 8

7 PPOK 8 3 11

8 Asma 12 18 30

9 Osteoporosis      

10 Gagal Ginjal Kronik   2 2

11 Kecelakaan Lalu Lintas 3 2 5

12 Rematik 34 88 122

  Kasus Lama      

1 Hipertensi 512 976 1488

2 Peny.Jantung Koroner 6 7 13

3 Strok 10 5 1

4 Diabetes Melitus 204 388 592

5 Kanker Leher Rahim      

6 Kanker Payudara   32 32

7 PPOK 24 5 29

8 Asma 276 187 463

9 Osteoporosis      

10 Gagal Ginjal Kronik 12 5 17

11 Kecelakaan Lalu Lintas 2 2 4

12 Rematik 172 321 493

  Total 1350 2229 3579

Dari data di atas menunjukan bahwa penyakit tidak menular dari bulan

Januari sampai Juni tahun 2014 yang paling tinggi pada kasus baru adalah

hipertensi sebanyak 209 kasus sedangkan pada kasus lama yang paling tinggi

juga hipertensi sebesar 1488 kasus. Berdasarkan jenis kelamin, frekuensi

penyakit tidak menular paling tinggi pada perempuan dengan total 2229

kasus.

13

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Kasus Baru 109 34 24 26 8 8

Kasus Lama 232 120 286 299 286 265

25

75

125

175

225

275

Kasus Baru Kasus Lama

Grafik 3.1. Penderita Hipertensi Bulan Januari s/d Juni 2014 di Puskesmas Pauh

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kelainan pada sirkulasi darah yang

biasanya dialami oleh para lansia, namun belakangan ini sudah banyak ditemukan

orang dewasa muda yang menderita hipertensi juga, hal ini bisa disebabkan oleh

faktor genetik maupun faktor gaya hidup masyarakat modern yang mulai menuju ke

arah yang tidak sehat.

Penyebab masih tingginya kasus hipertensi di Puskesmas Pauh diantaranya

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit masih rendah

Pengetahuan kader tentang penganggulangan penyakit degeneratif

yang masih rendah

Terbatasnya fasilitas penunjang untuk skrining awal

Terbatasnya sumber daya tenaga kesehatan

Penjaringan pasien dengan faktor risiko yang masih rendah.

BAB IV

PEMBAHASAN

14

Program pengelolaan penyakit tidak menular secara umum di

Puskesmas Pauh sebagai berikut :

1. Skrining di Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) dilakukan secara rutin untuk

penjaringan pada pasien degan faktor risiko

2. Penyuluhan tentang penyakit degeneratif

3. Pelatihan penanggulangan penyakit kronik untuk kader

4. Penyuluhan tentang gaya hidup sehat seperti menu makanan seimbang dan

bahaya merokok

5. Melengkapi fasilitas untuk skrining awal

6. Poslansia yang juga bertujuan untuk pengelolaan penyakit tidak menular

dengan sasaran seluruh lansia di wilayah kerja puskesmas.

Program yang digalakkan Puskesmas Pauh dalam pengelolaan

penyakit tidak menular adalah Program Posbindu PTM. Posbindu PTM adalah

Pos Pembinaan terpadu faktor risiko PTM Utama (Obesitas, hiperkolesterol,

hipertensi, hiperglikemi, diet tidak sehat, kurang aktifitas ,dan merokok),

berupa bentuk peran serta kelompok masyarakat yang aktif dalam upaya

promotif-preventif untuk mendeteksi secara dini keberadaan faktor risiko

PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan untuk pencegahan dan

pengendalian PTM yang di mulai sejak usia 15 tahun sampai usia lanjut.

Kegiatan Posbindu :

1. Monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan periodik

* Mencakup masalah konsumsi sayur, buah dan lemak, aktifitas fisik

* Pengukuran IMT, tekanan darah

* Memantau kadar gula darah dan kolesterol darah

2. Tindak lanjut dini

15

Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang tata cara mencegah dan

mengendalikan faktor risiko PTM dilakukan melalui penyuluhan dialog

interaktif secara masal/konseling sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Tujuan utama dan manfaat Posbindu :

1. Membudayakan gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif

Mengontrol kondisi kesehatan meskipun tidak sedang sakit, tapi untuk tukar

pengalaman dan informasi masalah kesehatan.

2. Mawas diri

Masyarakat dapat selalu waspada dan siaga untuk mencegah dan

mengendalikan faktor risilko PTM.

3. Menetapkan metode metode yang bermakna secara klinis

Monitoring faktor risiko PTM dilakukan dengan menerapkan metode

pemeriksaan, kriteria faktor risiko, kriteria diagnosis sesuai dengan standar

profesi medis.

4. Mudah dijangkau

Kegiatan Posbindu PTM di lakukan dengan cara terpadu dan praktis dan

dilakukan dengan jadwal yang sudah ditetapkan sendiri oleh masyarakat

5. Murah terlaksana

Monitoring dan tindak lanjut PTM dilakukan secara terintegrasi pada satu

kesempatan dengan biaya pemeriksaan yang ditanggung secara kolektif,

dengan biaya yang sudah disepakati bersama berdasarkan azas gotong royong

dan kekeluargaan serta sesuai dengan batas kemampuan masyarakat.

Sasaran Posbindu :

16

1. Sasaran Utama

Individu yang perlu dicegah dan dikendalikan faktor risikonya seperti penyakit

Kardiovaskuler , stroke, DM, kanker dan penyakit paru kronik.

2. Sasaran Antara

Petugas kesehatan, tenaga paramedis di masyarakat, ketua perkumpulan,

organisasi masyarakat, tokoh panutan masyarakat, anggota perkumpulan yang

aktif, komunikatif, cerdas dan berperilaku hidup sehat.

3. Sasaran Penunjang

Individu, kelompok/organisasi lembaga masyarakat dan profesi, lembaga

pendidikan dan lembaga pemerintah yang diharapkan dapat memberikan

dukungan kebijakan, tekhnologi dan ilmu pengetahuan, material maupun dana

untuk terwujudnya posbindu PTM dan keberlangsungan aktivitasnya.

Jenis Kegiatan yang Dilakukan di Posbindu :

1. Pengukuran IMT dan tekanan darah sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali

2. Pemeriksaan glukosa darah dan kolesterol darah bagi individu sehat minimal

satu bulan sekali. Bagi yang sudah mempunyai faktor risiko PTM /penderita

minimal 3 bulan sekali.

3. Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap posbindu di

selenggarakan guna untuk monitoring faktor risiko kurang bermamfaat bila

masyarakat tidak tahu cara pengendaliannya.

4. Kegiatan fisik olah raga bersama perlu dilakukan setiap minggu.

Peralatan dan sarana yang dibutuhkan :

1. Tempat berkumpul

2. Lima set meja kursi

3. Pengukuran tinggi badan

17

4. Timbangan berat badan

5. Pita pengukur badan

6. Tensi meterdigital

7. Tensimeter digital

8. Buku identitas peserta

9. Kartu monitoring faktor risiko PTM

10. Buku monitoring faktor risiko PTM

11. Formulir pencatatan pelaporan kepuskesmas.

Penyelenggaraan Posbindu :

1. Diselenggarakan oleh masyarakat

2. Dilegitimasi kelurahan setempat

3. Integrasi dengan desa/kelurahan sehat

4. Bermitra dengan LPM, PKK, Koperasi, Klinik swasta, dewan mesjid dan lain-

lain.

5. Difasilitasi oleh puskesmas dan dinas kesehatan, sektor dan unsur terkait

6. Manajemen dan pembiayaan berdasarkan kesepakatan ”Rembug Warga”.

7. Jadwal diatur berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan anjuran jangka

waktu monitoring yang bermamfaat secara klinis

Masalah yang ditemukan dalam pelaksanaan Posbindu adalah kurangnya

sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan di Puskesmas Pauh yang

menyebabkan Posbindu belum berjalan sesuai yang diharapkan (rutin sekali

dalam sebulan). Hingga saat ini, Posbindu baru bisa dijalankan satu kali dalam

tiga bulan.

Puskesmas sebagai pembina Posbindu dan rujukan Posbindu, berperan

memberikan penanganan penyakit serta pendidikan kesehatan dan konseling.

18

Pendidikan kesehatan dan konseling ini merupakan tatalaksana dini untuk

pengendalian faktor risiko maupun pengendalian penyakit tidak menular.

Apabila pasien membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, maka pasien akan

dirujuk ke rumah sakit.

BAB V

PENUTUP

19

5.1. Kesimpulan

Pengelolaan penyakit tidak menular secara promotif di Puskesmas Pauh

dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan

kesehatan.

Pengelolaan tidak menular secara preventif di Puskesmas Pauh dilakukan

dengan melakukan pemantauan berkala terhadap hal-hal yang memicu

terjadinya penyakit seperti melakukan pengukuran tekanan darah untuk pasien

lansia dan risiko tinggi.

Pengelolaan penyakit tidak menular secara kuratif di Puskesmas Pauh

dilakukan dengan melaksanakan program pengobatan baik di Puskesmas

maupun di Posbindu, Poslansia yang rutin diadakan di wilayah kerja

Puskesmas Pauh.

Masalah yang dihadapi pada program penanggulangan penyakit tidak menular

ini mencakup masalah sarana prasarana dan kurangnya sumber daya manusia

serta kurangnya partisipasi masyarakat.

5.2. Saran

- Melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat agar

masyarakat lebih berpartisipasi dalam setiap program yang dilakukan

puskesmas.

- Menganalisis program pada lokakarya mini dengan sebaik-baiknya, bentuk

program, jenis kegiatan, pelaksanaan kegiatan (hari/tanggal, tempat),

anggaran dana yang dibutuhkan, analisa SWOT (Strength, Weak,

Opportunies, Threat).

20