Upload
ayu-etika-s
View
369
Download
57
Embed Size (px)
DESCRIPTION
vfg
Citation preview
MASALAH PENELITIAN
1. SUMBER – SUMBER MASALAH PENELITIAN
1.1. Bahan referensi
Buku-buku teks, majalah, Koran, jurnal dan semacamnya adalah sumber
utama dan pertama yang dapat melahirkan suatu masalah penelitian. Orang-orang
yang sering membaca dan memanfaatkan bahan-bahan referensi semacam inilah yang
akan mudah mendapatkan masalah, sebab dari bahan-bahan referensi semacam itulah
banyak mengandung informasi baik secara teoritis maupun hanya sekedar data dan
fakta yang tersebar di lapangan.
1.2. Kegiatan-kegiatan ilmiah
Mengikuti berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, simposium, diskusi panel
dan lain sebagainya dapat memberikan inspirasi untuk menemukan masalah
penelitian. Hal ini disebabkan kegiatan semacam itu adalah tempat berkumpulnya
orang-orang yang sudah terbiasa dengan masalah dan berpikir ilmiah.
1.3. Mengobservasi fenomena sosial
Mengobservasi berbagai fenomena sosial merupakan sumber masalah
penelitian yang amat berharga. Di sela-sela kita melaksanakan tugas keprofesionalan,
alangkah baiknya kita berhenti sejenak, kemudian kensentrasikan pikiran kita untuk
melihat gejala-gejala sosial yang terjadi di sekeliling kita. Dengan cara inilah
selanjutnya kita akan dapat menangkap masalah penelitian. Kegiatan semacam ini
memerlukan proses latihan.
1.4. Melakukan diskusi atau berdialog dengan orang yang dianggap ahli
Melakukan diskusi atau meminta pendapat ahli tertentu , merupakan sumber
masalah penelitian ilmiah terakhir yang dapat kita lakukan. Kita dapat berdialog
dengan pakar mengenai tema penelitian tertentu. Berdialog bukan berarti meminta
masalah yang siap untuk diteliti, akan tetapi lebih kepada meminta pendapat tentang
sesuatu yang menjadi keahliannya. Dari hasil dialog itulah kita akan mendapatkan
sesuatu yang berharga yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian.
Dari uraian di atas, maka jelas untuk mendapatkan masalah penelitian ilmiah
memerlukan proses yang ilmiah pula. Masalah penelitian ilmiah memerlukan proses
yang ilmiah pula. Masalah penalitian ilmiah, tidak akan dating dengan sendirinya dan
tidak akan pula dating dari proses melamun dan mengkhayal. Masalh penelitian harus
dicari dan ditemukan melalui suatu proses yang terus-menerus.
2. KRITERIA PEMILIHAN MASALAH PENELITIAN
2.1. Masalah penelitian harus original
Orisinalitas masalah merupakan kriteria pertama yang harus dipertimbangkan.
Kriteria ini berkaitan dengan plagiatisme dalam menentukan permasalahan penelitian.
Artinya, masalah peneliti harus benar-benar asli, hasil proses berpikir, bukan hasil
mencontoh yang sudah ada.
2.2. Useful (Bermanfaat)
Masalah yang diteliti harus memiliki nilai guna (useful). Bagaimanapun
menariknya suatu masalah, tanpa memiliki nilai guna, maka hasil penelitian tidak
memiliki nilai. Sering persoalan mengenai nilai guna dari suatu masalah penelitian
terlupakan, sehingga ketika penelitian berlangsung peneliti dibayanngi oleh
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan manfaat hasil penelitian, yang pada
akhirnya menimbulkan keragu-raguan.
Persoalan manfaat penelitian ini menyangkut dua hal yakni manfaat teoritis
dan manfaat praktis: Manfaat teoritis berkenaan dengan;
a. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu berupaya menguji suatu teori
pendidikan tertentu?
b. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu ingin memperkukuh atau
memperkuat suatu teori pendidikan?
c. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu bermanfaat untuk menemukan
prinsip-prinsip baru baik dalam perencanaan, implementasi maupun evaluasi
dalam bidang pendidikan?
d. Apakah masalah penelitian yang kita rumuskan itu berkenaan untuk menghasilkan
suatu produk tertentu yang dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan?
3. PEDOMAN MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN
Penelitian yang baik adalah penelitian yang memenuhi lima ciri utama yaitu
menarik minat peneliti, bisa dikerjakan (feasible), jelas (clear), berkontribusi terhadap
ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia (significant), dan tidak menimbulkan kerusakan
bagi alam, lingkungan, dan manusia (ethical).
3.1. Fraenkel dan Wallen (1990, dalam Sugiyono, 2000) mengemukakan bahwa
masalah penelitian yang baik memenuhi hal-hal barikut:
3.1.1. Masalah penelitian harus feasible karena berkaitan dengan mungkin tidaknya
penelitian itu dilakukan. Aspek efesiensi merupakan dasar kriteria ini.
Suharsimi Arikunto (1996) memberikan pertimbangan mungkin tidaknya
sebuah masalah diteliti dari sisi peneliti dan dari sisi faktor pendukung sebagai
berikut :
Ditinjau dari diri peneliti :
a. Peneliti harus mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya
menguasai materi yang melatarbelakangi masalah dan menguasai metode
untuk memecahkannya.
b. mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukannya asal selesai.
c. Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksanakannya.
d. Peneliti mempunyai dana yang mencukupi.
3.1.2. Sebuah masalah penelitian juga harus jelas (clear) karena masalah penelitian
tidak hanya harus dipahami oleh si peneliti, tetapi juga oleh masyarakat
banyak. Nawawi (1993) menambahkan agar sebelum melaksanakan penelitian,
seorang peneliti melakukan studi literatur. Apabila dari studi literatur ternyata
masalah yang akan diteliti sudah dilakukan orang lain dengan gamblang, maka
sebaiknya dipertimbangkan lagi agar penelitiannya tidak sia-sia. Hal lain yang
harus dilakukan adalah berusaha mendiskusikan masalah yang akan ditelitinya
dengan teman sejawat atau berkonsultasi/meminta pendapat seseorang atau
beberapa orang yang dianggap ahli di dalam bidang yang akan ditelitinya. Hal
ini untuk menghindari pengulangan penelitian yang telah dilakukan peneliti
lain. Dari sisi kejelasan masalah, pendefinisian inti masalah perlu dilakukan
dari berbagai sisi, antara lain memperhatikan definisi dari kamus, kesepakatan
umum, jika perlu disertai dengan contoh yang konkret. Penjelasan inti masalah
dalam suatu penelitian yang baik pada umumnya diungkapkan dengan definisi
operasional.
3.1.3. Masalah harus signifikan, dalam arti jawaban atas masalah tersebut harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
dalam kehidupan praktis. Penelitian idealnya menjawab pertanyaan yang
memajukan pengetahuan dalam bidang yang diteliti, juga secara praktis
penelitian itu meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
3.1.4. Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan, dan agama. Masalah penelitian harus pantas,
layak, dan beradab untuk diteliti. Intinya, penelitian itu tidak menyebabkan
kerusakan bagi manusia, alam, dan sosial.
3.2. Tidak ada aturan umum dalam perumusan masalah. Sumadi (1989) senada
dengan Tuckman (dalam Sugiono, 2000) menyarankan perumusan masalah sebagai
berikut:
3.2.1. Masalah hendaknya dirumuskan dalam kalimat Tanya
3.2.2. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas
3.2.3. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variable
3.2.4. Rumusan masalah hendaknya memberikan petunjuk tentang kemungkinan
pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian.
4. PERTANYAAN PENELITIAN, PERTANYAAN MANAJEMEN, PERTANYAAN
INVESTIGASI DAN PERTANYAAN PENGUKURAN
Secara hirarkis suatu permasalahan atau pertanyaan penelitian dimulai dari
pertanyaan yang lebih umum kemudian menukik ke pertanyaan yang sifatnya lebih
khusus. Cooper dan Emory (1996) membedakan hirarkis pertanyaan menjadi 4 tingkatan
yaitu pertanyaan manajemen, pertanyaan penelitian, pertanyaan penyelidikan, dan
pertanyaan pengukuran
4.1. Pertanyaan Penelitian
Begitu seorang peneliti mempunyai pernyataan yang jelas mengenai suatu
permasalahan, dia harus menterjemahkannya dalam masalah penelitian, yakni
permasalahan pengumpulan informasi. Suatu permasalahan penelitian merupakan
pertanyaan tunggal atau hipotesis yang secara terbaik menyatakan tujuan dar studi
riset. Kadang – kadang , mungkin juga lebih dari satu pertanyaan, namun seringkali
hanya satu.
4.2. Pertanyaan Manjemen
Pertanyaan manajemen adalah pertanyaan yang mencerminkan suatu keputusan yang
harus dibuat seorang manajer dan merupakan masalah yang menyebabkan penelitian
dilakukan. Suatu pertanyaan yang menunjukkan pertanyaan manajemen seperti
misalnya bagaimana meningkatkan keuntungan? Dalam hal ini tidak terlihat jenis
penelitian yang akan dilakukan. Pertanyaan manajemen terkait dengan masalah
manajerial.
4.3. Pertanyaan Investigasi
Begitu pertanyaan umum telah dipilih, pikiran bergerak ke tingkat yang lebih khusus,
yakni pertanyaan investigative. Pertanyaan investigative adalah pertanyaan dimana
peneliti harus menjawab untuk menjawab secara memuaskan pertanyaan penelitian
secara umum. Tujuan kita adalah untuk menangani pertanyaan yang lebih umum dan
memecahnya menjadi pertanyaan yang lebih khusus mengenai hal mana kita perlu
mengumpulkan data. Proses pemecahan ini bisa berlangsung melalui berbagai
tingkatan pertanyaan yang lebih spesifik secara progresif. Semuanya ini adalah
pertanyaan yang harus ditanyakan dan dijawab seorang peniliti untuk dirinya sendiri
4.4. Pertanyaan Pengukuran
Pertanyaan pengukuran merupakan tingkat pembagian yang terakhir. Dalam survey,
pertanyaan pengukuran adalah pertanyaan yang benar – benar kita tanyakan kepada
responden. Pertanyaan tersebut muncul pada kuesioner. Dalam studi observasi,
pertanyaan pengukuran adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh para peneliti
mengenai setiap subyek yang diteliti.