1

Masih Mengganjal Bisnis Indonesia, 08-03-2016 Skema ...bigcms.bisnis.com/file-data/1/1412/41404e6f_Des15...melaporkan pajak secara jujur dan akurat. Ketua BPK Harry Azhar Azis mengatakan

  • Upload
    ledieu

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

4 M A K R O E K O N O M I Selasa, 8 Maret 2016

JAKARTA — Direktorat Jen-deral Pajak (DJP) menargetkan jumlah wajib pajak yang mela-kukan pengisian surat pembe-ritahuan tahunan pajak secara elektronik mencapai tujuh juta wajib pajak lebih tinggi dari realisasi tahun lalu 2,6 juta wajib pajak.

Tahun lalu, jumlah pengisian SPT pajak melalui sistem elek-tronik atau e-fiiling yang men-capai 2,6 juta wajib pajak (WP) itu jauh lebih tinggi dibanding-kan dengan target yang ditetap-kan Otoritas Pajak sekitar dua juta WP.

“Kalau wajib pajak badan, berdasarkan [realisasi] tahun lalu, sudah 60% yang mela-kukan pengisian secara elek-tronik,” ujar Dirjen Pajak Ke -men terian Keuangan Ken Dwi jugiasteadi pada saat men-dam pingi pimpinan Badan Pe meriksa Keuangan (BPK) me -la kukan pengisian SPT online, Senin (7/3).

Berdasarkan data Ditjen Pajak, saat ini jumlah wajib pajak mencapai 30,04 juta WP dengan perincian wajib pajak badan sebanyak 2,4 juta WP badan dan wajib pajak per-orangan sebanyak 27,5 juta WP orang pribadi.

Dari jumlah itu, jumlah wajib pajak yang telah meng-isi SPT pajak baru 18,1 juta WP dengan perincian 1,1 juta wajib pajak badan dan 16,97 juta wajib pajak orang pri-badi.

Ken mengatakan Ditjen Pajak bakal memperluas jangkauan pengisian SPT secara online, sehingga kemudahan pengisian SPT tersebut bisa dilakukan dari mana saja di seluruh wila-yah Indonesia. Upaya tersebut

akan direalisasikan dengan meng gandeng provider teleko-munikasi.

Dirjen Pajak itu mengingat-kan agar WP mengisi SPT dengan benar dan membayar kewajibannya tepat waktu. Dia mengatakan Ditjen Pajak akan bekerja keras untuk meng-amankan target penerimaan pajak Rp1.390 triliun.

“Kami akan bekerja sesuai dengan target yang ditetapkan karena kami merupakan ekse-kutor dari kebijakan yang telah diambil pemerintah melalui APBN,” ujar Ken.

Dia menjelaskan pajak merupakan sumber utama penerimaan negara dan untuk itu DJP seluruh masyarakat untuk mengambil bagian dalam gotong-royong dalam mendanai pembangunan nasional deng-an menghitung, membayar dan melaporkan pajak secara jujur dan akurat.

Ketua BPK Harry Azhar Azis mengatakan pelaporan SPT pajak secara e-filing tersebut untuk membuktikan kemudah-an mekanisme itu dan diharap-kan meningkatkan kontribusi masyarakat terhadap peneri-maan negara.

“E-filing ini pada hakikatnya sangat mudah. Realisasi pajak tahun lalu sudah lumayan sebe-sar Rp1.066 triliun, saya ingin target pajak tahun ini Rp1.368 triliun dapat tercapai,” kata Harry.

Ang gota VI BPK Moermahadi Soer dja Djanegara menilai kualitas perangkat teknologi informasi serta jaringan perlu ditingkatkan agar pengisian secara online tersebut bisa dilakukan secara cepat. (M.G.

Noviarizal Fernandez)

SPT ELEKTRONIK

Pelaporan Ditargetkan Naik

Kurniawan A. [email protected]

Dalam rapat kerja (raker) selama hampir enam jam, dengan dua kali skors, di ruang Komisi XI DPR, Senin (7/3), disepakati pembahasan RUU PPKSK ditunda dan direncanakan kem-bali dibahas pada Jumat (11/3).

Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan dalam kondisi krisis sistem keuangan yang mengancam perekonomian nasional, pemerintah akan ‘hadir’ melalui penguatan Lembaga Penjamin Simpanan ketika program restrukturisasi perbankan --setelah upaya bail-in tidak mempan--diaktifkan.

‘Kehadiran’ pemerintah dalam pro-gram restrukturisasi perbankan dalam dua bentuk, pertama, jaminan atas pinjaman yang dilakukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kedua, pengu curan pinjaman kepada LPS.

“Jadi tidak ada istilahnya dari APBN langsung ke perbankan atau individu bank yang sedang mengalami masalah. Kita menginginkan APBN ini ada, tetapi tidak untuk melakukan bail-out secara langsung terhadap perbankan,” ujarnya

di hadapan anggota Komisi XI DPR.Menurutnya, langkah ini berbeda

dengan bail-out karena dengan skema ini LPS tetap harus membayar pinjam-an yang diberikan pemerintah mes-kipun jangka waktunya cukup lama. Sementara itu, dengan menyuntikkan dana ke perbankan langsung (bail-out) lebih berisiko karena dengan bank sudah kolaps.

Dalam salah satu pasal RUU tersebut telah disepakati bahwa presiden yang akan memutuskan penyelenggaraan atau tidaknya program restrukturisasi perbankan setelah mendapat rekomen-dasi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Bambang mengatakan eksekusi pemberian jaminan maupun pinjaman kepada LPS oleh pemerintah dilakukan jika sumber dana penyelenggaraan

lainnya tidak mencukupi. Dana terse-but berasal dari kekayaan bank, peme-gang saham berupa tambahan modal dan/atau pihak lain berupa tambahan modal dan/atau perubahan utang ter-tentu menjadi modal.

Selain itu, ada pula kekayaan Bank Indonesia, kekayaan LPS, dan kon-tribusi industri perbankan. Penggunaan dana APBN, sambungnya, akan dila-ku kan sesuai dengan ketentuan me -ngenai pengeluaran dalam keadaan da rurat sebagaimana diatur dalam UU Ke uangan Negara.

SIKAP DPRSementara itu, anggota Komisi XI

dari Fraksi PDIP Andreas Eddy Susetyo pa da dasarnya sepakat dengan usul-an pemerintah karena dana itu bersi-fat pinjaman terhadap LPS. Apalagi, keputusan pengaktifan restrukturisasi dilakukan oleh presiden sehingga seca-ra politik seharusnya diikuti dengan pendanaannya. “Namanya krisis kan enggak ada yang bisa memberikan

pinjaman kepada LPS,” katanya.Meski demikian, Andreas mengingat-

kan tetap harus ada batasan pemberian penjaminan dan pinjaman tersebut agar tidak terkesan pemerintah mengeluar ‘cek kosong’. Jika ini terjadi, imbuh dia, akan muncul potensi moral hazard.

Dia mengatakan hingga saat ini masih ada beberapa anggota DPR yang belum sepakat dengan pemberian pin-jaman kepada LPS. Mereka, tuturnya, melihat skema ini sama dengan bail-out hanya berbeda dari teknis pemberian.

Ketua Komisi XI DPR Ahmadi Noor Supit menuturkan keputusan ter-kait dengan skema pendanaan yang menyentuh ranah APBN harus dila-kukan secara hati-hati. DPR meng-inginkan agar situasi mudahnya uang negara keluar seperti masa lalu.

“Harus hati-hati banget. Oleh karena itu, bukan hanya kita saja yang akan berkonsultasi kepada masing-masing pimpinan partai tapi juga pemerintah. Butuh sekali lagi posisinya seperti apa, di antara kita sudah clear,” ujarnya.

Pasal 49 ayat (4)

Sumber: RUU PPKSK BISNIS/TUTUN PURNAMA

Dalam hal dana penyelenggaraan program restrukturisasi

perbankan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencukupi,

pemerintah dapat mendukung pendanaan program restrukturisasi

perbankan dengan memberikan:

a. jaminan atas pinjaman yang dilakukan Lembaga

Penjamin Simpanan; dan/atau

b. pinjaman kepada Lembaga Penjamin Simpanan.

JAKARTA – Skema pendanaan program restrukturisasi perbankan yang menyentuh anggaran pendapat-

an dan belanja negara atau APBN saat kondisi krisis sistem keuangan masih menjadi ganjalan pengesah-

an Rancangan Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK).

Penyuntikan dana seca-ra langsung ke perbankan dinilai lebih berisiko.

DPR menginginkan prog-ram bantuan tidak seperti pemberian ‘cek kosong'.

RUU PENCEGAHAN & PENANGANAN KRISIS

Skema Pendanaan APBN Masih Mengganjal

pusdok
Typewritten Text
Bisnis Indonesia, 08-03-2016