4
MASYARAKAT INDONESIA DAN AGRESIFITAS Oleh: Nadya Hasriningrum 04923029 Nor Azreina binti Mohd Abdul Rahman 05120197 Pembimbing: Dz. Nazif Manaf, SpKJ BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RS DR M. DJAMIL PADANG 2009

Masyarakat Indonesia Dan Agresifitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dgsregrgr

Citation preview

Page 1: Masyarakat Indonesia Dan Agresifitas

MASYARAKAT INDONESIA DAN AGRESIFITAS

Oleh:

Nadya Hasriningrum 04923029

Nor Azreina binti Mohd Abdul Rahman 05120197

Pembimbing:

Dz. Nazif Manaf, SpKJ

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RS DR M. DJAMIL PADANG

2009

Page 2: Masyarakat Indonesia Dan Agresifitas

MASYARAKAT INDONESIA DAN AGRESIFITAS

Seringkali di surat kabar akhir-akhir ini diberitakan mengenai kasus-kasus kekerasan sesama manusia. Antaranya adalah;

Seorang istri pejabat menganiaya wanita yang dianggapnya sudah berselingkuh dengan suaminya… berita lain seorang suami tega membunuh istrinya yang juga dianggapnya berselingkuh dengan pria lain, dan masih banyak lagi tindakan kekerasan yang dilakukan oleh manusia dengan berbagai alasan….

Bagi masyarakat di Indonesia perihal ini merupakan masalah biasa yang sering terjadi sehingga masyarakat tidak menganggap bahawa ini merupakan salah satu daripada gangguan keperibadian yaitu agresif. Ciri-ciri seseorang yang menggunakan penyaluran secara ekspresif, adalah dengan melontarkan kata-kata kasar, melemparkan kesalahan pada orang lain, tidak punya tenggang rasa, memaki, mengancam lewat kata-kata atau dengan benda yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Perilaku vandalisme dan balas dendam juga termasuk dalam kategori ekspesif agresif ini. Agresif sering terjadi bila seseorang merasakan kehilangan harapan, kecemasan dan ketakutan yang dirasakan karena orang dicintai akan menduakan atau  tidak bisa mempertahankan orang yang dicintainya bisa membuat sesorang putus asa dan frustrasi dengan keadaannya. Ketika itu terjadi, manusia bisa kehilangan kejernihan hati dan pikiran yang membuat akal sehat tidak lagi berjalan dengan baik, sehingga manusia bisa melakukan hal-hal yang dipikirnya benar walaupun sesungguhnya tindakannya sama sekali tidak benar. Hal ini dipengaruhi karakter manusia apakah ia mengikuti dorongan amarahnya atau pikiran jernihnya dalam menyelesaikan persoalan. Jika dorongan amarahnya yang lebih di kedepankan maka ia akan mengikuti dorongannya untuk bertindak agresif atau destruktif, seperti kasus kekerasan yang banyak terjadi akhir-akhir ini.

Dalam kehidupan nyata pada dasarnya manusia  menyadari bahwa perilakunya akan menimbulkan akibat.  Di samping itu, manusia mampu berfikir dan meningkatkan sifat adaptif dengan cara-cara yang masuk akal. Manusia memiliki kesadaran diri, merenungkan masa lalu, masa depan, kehidupan, kematian dan sebagainya. Manusia normal memiliki rasa moral, dalam artian manusia adalah makhluk yang beretika. Untuk memahami perilaku agresif, riset baru-baru ini mengatakan bahwa keagresifan manusia merupakan insting yang digerakkan oleh sumber energy yang selalu mengalir, dan tidak selalu merupakan akibat dari reaksi terhadap rangsangan luar.  Energy yang mengumpul secara kontinyu dipusat syaraf yang ada kaitannya dengan pola tindakan tersebut, dan akan meledak jika sudah terkumpul cukup energy sekalipun tanpa adanya rangsangan luar.  Dan biasanya manusia mendapatkan stimuli yang dapat melepaskan energy dorongan yang terbendung . Stimuli hanyalah pemicu. Jadi agresif pada dasarnya bukanlah  reaksi terhadap stimuli luar, melainkan rangsangan dalam yang sudah “terpasang” yang mencari pelampiasan dan akan terekspresikan sekalipun rangsangan luar yang sangat kecil.

2

Page 3: Masyarakat Indonesia Dan Agresifitas

Pendapat lain mengatakan bahwa agresif dan kedestruktifan bukanlah dorongan bawaan biologis, melainkan dorongan yang  muncul secara spontan.  Pada dasarnya perilaku berbeda menurut dorongan yang memotivasinya, meskipun ketia dilihat dari luar perbedaan tersebut mungkin tidak Nampak. Perilaku yang dipengaruhi oleh karakater berbeda akan menghasilkan tindakan yang berbeda pula. Dan setiap individu bereaksi sesuai dengan karakternya. Namun bukan berarti bahwa reaksi hanya merupakan fungsi dari  karakternya dan bukan reaksi  yang timbul akibat pengaruh lingkungan setempat.

Masyarakat harus hidup, tidak hanya secara fisik, namun juga psikis. Dia perlu mempertahankan keseimbangan psikis  tertentu kalau tidak ingin kehilangan kemampuan untuk berperan serta sebagaimana mestinya. Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan psikisnya sama pentingnya dengan yang ia butuhkan untuk menjaga keseimbangan fisiknya. 

Setiap manusia memiliki kepentingan vital untuk mempertahankan kerangka orientasinya, juga membutuhkan keseimbangan emosinya. Reaksi terhadap bahaya yang mengancam kepentingan vital juga dapat diungkapkan dengan cara yang berbeda, dan cara umum adalah dengan menyatakan bahwa ketakutan cenderung memobilisir agresi. Dan ketika manusia ingin menyelamatkan “mukanya” namun tidak bisa dilakukannya maka cenderung muncul agresif.  Besarnya reaksi penyelamatan diri tergantung pada interaksi antara dua faktor yaitu; besarnya ancaman riil dan tingkat kemampuan fisik dan psikis serta kepercayaan diri seseorang yang merasa terancam.

Ketakutan seperti halnya rasa sakit, merupakan perasaan yang paling tidak menyenangkan, dan karenanya manusia akan melakukan apa saja untuk menghilangkannya dan salah satu caranya adalah dengan berperilaku agresif. Bila seseorang dapat melepaskan diri di saat ketakutan dan selanjutnya ia mulai bertindak agresif, maka perasaan takut alaminya akan hilang.Frustrasi  hanyalah salah satu pemicu agresif, dan bukan yang paling dominan.  Frustrasi  karena putus harapan atau kehilangan. Faktor yang yang menentukan muncul dan itensitas frustrasi adalah karakter sesorang. Karakter seseoranglah yang pertama menentukan apa yang membuatnya frustrasi dan kedua  intensitas reaksinya terhadap frustrasi.

Selain itu, seseorang dengan pasif agresif, tidak menunjukkan sifat agresifnya secara nyata biasanya ditunjukkan melalui perilaku mereka, daripada oleh secara terbuka mengungkapkan perasaan mereka. Mereka sering menggunakan penundaan, inefisiensi, dan lupa untuk menghindari melakukan apa yang mereka perlu lakukan atau telah diberitahu oleh orang lain untuk melakukannya. Beberapa gejala umum yang pasif meliputi; cemberut, menghindari tanggung jawab dengan mengklaim kelupaan, sengaja melakukan pemborosan, menyalahkan orang lain, mengeluh, merasa dendam, memiliki otoritas takut, memendam kemarahan atau permusuhan, menunda, menolak saran orang lain menggunakan aksi tutup mulut, bergosip, menghindari kontak mata, menyalahkan diri sendiri, sering minta maaf, menangis, dan jarang tersenyum. Ada pula yang menyalurkannya dengan memprovokasi atau memperlihatkan empati berlebihan.

3

Page 4: Masyarakat Indonesia Dan Agresifitas

Dalam keadaan tertekan dan stres, agresifitas manusia muncul dalam bentuk kemarahan. Kemarahan bisa menumbuhkan dendam, bahkan balas dendam yang memungkinkan seseorang melakukan perbuatan tak terkendali, membunuh misalnya. Sehingga, kemarahan tak boleh dianggap masalah ringan.Sigmund Freud pernah mengatakan, manusia memang diciptakan dengan karakter agresif. Tekanan yang tak teratasi akan memicu ledakan emosi, baik tersalur dari ekspresi, bahasa tubuh maupun perilaku.

Bagi orang dewasa, perilaku agresif dapat disebabkan bermacam hal, berikut salah satunya; tekanan hidup dan pekerjaan di kota besar, yang memiliki banyak faktor pemicu timbulnya perilaku agresif, gaya hidup tak sehat, juga memancing perilaku agresif. Seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, penggunaan obat terlarang dan sejenisnya, lingkungan sosial juga bisa menimbulkan tekanan (stres), misalnya terkena PHK, kelelahan fisik dapat juga menyulut amarah, begitu juga saat tengah kelaparan, perubahan hormonal saat pre-menstruasi syndrome, pubertas, menopause dan pasca melahirkan, penyakit kronis pun mampu menyebabkan munculnya agresifitas.

Anak-anak juga dapat bersikap agresif. Antara pebnyebabnya adalah; meniru orang tua yangpernah melakukan tindakan yang agresif, cara hidup yang tidak beraturan seperti anak tidak ditegur dan dihukum apabila memukul orang, pengaruh dari adegan-adegan yang keras di tv, meredam perasaan marah dan pernah mengalami kekerasan.

Namun sesungguhnya jika manusia memiliki karakater baik yang terbentuk dari nilai-nilai dan moral yang dimiliki maka perilaku agresif bisa dikendalikan juga oleh manusia itu sendiri. Begitu pula dalam mengendalikan sikap agresif dalam dirinya, karena sesungguhnya manusia memiliki  kekuatan yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam mengatasi ancaman dalam hidupnya.  Manusia harus selalu menjernihkan hati dan pikirannya agar bisa membangun keseimbangan hidup fisik dan psikisnya dalam koridor norma yang benar, sehingga memiliki karakter yang baik sesuai dengan fitrah manusia yang pada dasarnya adalah makhluk baik yang diciptakan oleh  sang pencipta. Karakter yang baik dengan hati dan pikiran yang jernih akan melahirkan perilaku yang lebih baik dalam mengatasi persoalan hidupnya. Mengambil makna  dari setiap persoalan dan penderitaan atau ketidakbahagiaan yang dirasakan, bukannya melakukan tindakan agresif yang menyakiti  ataupun merusak orang lain. Perilaku tidak baik tetap tidak baik meskipun dengan berbagai alasan untuk membenarkannya. Selain itu, dengan mengikuti konseling dapat membantu orang mengidentifikasi dan mengubah perilaku dirinya.

DAFTAR PUSAKA

1. Memahami Prilaku Agresif pada Manusia.hmt2. Gangguan Keperibadian Pasif-Agresif.hmt3. Pengertian Tentang Anak Agresif.hmt4. Penyebab dan Cara Mengatasi Marah.hmt

4