Upload
roni-nepology
View
195
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MATA ROBOT
OLEH:
Roni Setiawan (08518241014)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
PENDAHULUAN
Untuk membuat suatu robot, dibutuhkan kerja sama dalam system robot
tersebut. Mulai dari system penggerak robot, system indera robot dan system
control pada robot harus mampu bekerja sama dengan baik. Pada dasarnya robot
adalah tiruan hewan ataupun manusia. Robot memiliki alat pendeteksi warna
sebagai indera penglihat, alat pendeteksi suara sebagai indera pendengar, alat
pendeteksi suhu, alat gerak dan system control sebagai otaknya, yang semuanya
bekerja menggunakan sinyal listirik.
Dalam suatu robot indera penglihat dapat disebut dengan mata robot. Mata
robot merupakan hal yang penting dalam membuat sebuah robot. Tentu saja
indera penglihat yang dimiliki robot tidak sesempurna jika dibandingkan dengan
indera penglihat pada manusia. Pada dasarnya mata robot berfungsi untuk
membedakan dua buah kondisi yang sangat berbeda. Seperti membedakan warna
yang sangat mencolok, untuk mengetahui keberadaan suatu benda, dan lain
sebagainya. Dengan perbedaan kondisi yang sangat dominan tersebut akan
menghasilkan sinyal listrik yang berbeda. Selanjutnya sinyal listrik diolah dalam
otak robot, dan hasilnya robot mampu membedakan kondisi yang dilihatnya.
Dengan memanipulasi rangkaian elektronik dan mekanik suatu robot, mata robot
yang sebenarnya sangat sederhana tersebut mampu berfungsi sebagai suatu sistem
indera penglihat yang penting bagi robot.
Sensor Cahaya Sebagai Mata Robot
Untuk membuat sebuah mata robot sederhana, dapat menggunakan
komponen elektronika yang dapat bekerja karena intensitas cahaya. Ketepatan dan
kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat menentukan kinerja dari
robot. berikut ini:
• Photoresistor
Photoresistor biasanya terbuat dari sebuah Cadmium-sulfide (CdS),
biasanya disebut dengan photocell. Photocell bekerja seperti LDR yaitu akan
menghasilkan resistansi yang berbeda tergantung dari intensitas cahaya yang
mengenainya. Resistansi pada photocell berbanding terbalik dengan intensitas
cahaya yang mengenainya. Resistansi pada photocell akan sangat besar jika
tidak ada cahaya yang mengenainya yaitu lebih dari 100 kiloOhm atau
bahkan dalam orde Megaohm. Tetapi jika intensitas cahaya yang
mengenainya semakin kuat maka resistansi pada photoresistor akan semakin
kecil. Photoresistor sangat mudah digunakan sebagai sensor cahaya dalam
rangkaian elektronika. Tetapi photoresistor tidak mampu bekerja dengan baik
ketika ada cahaya yang menyinarinya dengan frekuensi 20-30 kali perdetik.
Hal itu merupakan kelemahan dari photoresistor, sehingga photoresistor tidak
terpengaruh dalam cahaya yang dihasilkan listrik AC.
• Phototransistor
Phototransistor kebanyakan seperti transistor yang tidak memiliki
lapisan pada bagian atasnya. Jadi jika pada transisitor biasa memiliki 3 kaki
dengan tutup/pelindung/lapisan plastic atau metal, pada phototransistor hanya
memiliki 2 kaki dengan lapisan yang sebagian terbuka. Lapisan yang terbuka
itu merupakan kaki basis yang berfungsi untuk mendeteksi cahaya.
Phototransistor berbeda dengan photocell, phototransistor mampu mendeteksi
sampai 1000 kali kilatan cahaya perdetiknya. Keluaran dari phototransistor
tidak linier dengan cahaya yang mengenainya. Jika phototransistor berada
ditempat yang terang maka phototransistor tidak mampu mendeteksi
perubahan cahaya yang mengenainya.
• Photodiode
Photodioda merupakan salah satu jenis diode yang bekerja berdasarkan
cahaya yang menyinarinya. Seperti pada phototransistor, photodiode
memiliki lapisan kaca atau plastic untuk melindungi bagian semikonduktor
yang ada didalamnya. Seperti pada phototrnsistor, Photodiode mampu
mendeteksi kilatan cahaya sampai 1000 kali perdetik. Kelebihan photodiode
jika dibandingkan dengan phototransistor adalah photodiode mampu bekerja
dengan baik di tempat yang terang. Yang menjadi sifat khas dari photodioa
adalah akan selalu menghasilkan sinyal keluaran yang kecil walaupun
photodiode terkena sinar dengan intensitas yag sangat kuat. Sehingga dalam
penggunaanya sinyal keluaran photodiode biasanya terhubung dengan
penguat.
Photoresistor, phototransistor dan photodiode memiliki fungsi yang sama
yaitu sebagai pendeteksi cahaya. Persamaan sifat dari ketiga komponen tersebut
adalah resistansi akan berubah jika intensitas cahaya yang mengenainya berubah.
Dalam penggunaanya ketiga komponen tersebut selalu disambung seri dengan
resistor dengan keluaran berada diantara komponen detector dan resistor,
penyambungan dapat dilihat dalam gambar berikut:
Karena disambung seri dengan resistor, maka rangkaian tersebut berfungsi
sebagai rangkaian pembagi tegangan. Rangkaian pembagi tegangan adalah
rangkaian yang berfungsi untuk mendapatkan tegangan yang berbeda dari
hambatan yang dirangkai secara seri. Jika sensor cahaya mendeteksi perubahan
cahaya maka resistansinya akan berubah. Dengan perubahan resistansi pada
sensor cahaya, sedangkan resistansi resistor tetap, maka akan didapat perubahan
tegangan keluaran. Sehingga besar tegangan keluaran tergantung dari besar
intensitas cahaya yang mengenai sensor cahaya yang digunakan.
Sensor Cahaya Tunggal
Sensor cahaya merupakan resistor variable seperti potensiometer, tetapi
tidak memiliki tuas/tangkai untuk mengatur besar resistansinya. Perubahan
resistansi sensor cahaya tergantung dari naik turunya intensitas cahaya yang
mengenainya.
Sebagai contoh rangkailah sensor cahaya seperti dalam gambar :
Dalam rangkaian tersebut menggunakan R 3,3K. Untuk membuat rangkaian
sensor seperti gambar diatas tidak harus menggunakan R 3K3, tetapi dapat
dirubah sesuai dengan kebutuhan. Sebagai percobaan gantilah R3K3 dengan
potensiometer semisal 50K. Selanjutnya rangkaian disambung dengan tegangan
dan keluaran dihubungkan dengan multimeter. Kemudian aturlah besar resistansi
potensiometer untuk mendapatkan sensitifitas sensor yang diinginkan.
Dengan rangkaian tersebut sudah didapat ragkaian pendeteksi cahaya. Jika
rangkaian tersebut difungsikan sebagai sensor pada suatu robot, sebaiknya
keluaran tersebut disambung dengan sebuah komparator (misal LM339) seperti
dalam gambar berikut:
Catatan :
resistor disambung seri dengan sensor
cahaya dan output berada diantara
sensor cahaya dan resistor, hal ini
bertujuan untuk merubah besar
resistansi sensor cahaya menjadi
tegangan tertentu.
Pada rangkaian diatas, keluaran dari rangkaian sensor cahaya dihubungkan
dengan pin inverting komparator. Sedangakan pin non inverting disambung
dengan potensiometer yang berfungsi sebagai pengatur tegangan referensi. Cara
kerja dari rangkaian tersebut adalah ketika sensor cahaya menangkap cahaya
dengan intensitas yang lemah maka besar resistansinya sangat besar, dan tegangan
output (tegangan yang masuk pada kaki inverting) yang dihasilkan sangat kecil.
Karena tegangan non-inverting pada komparator lebih besar dari tegangan
invertingnya, maka keluaran komparator bernilai high (+). Sebaliknya, jika
intensitas cahaya yang mengenai sensor cahaya sangat kuat, resistansi sensor
cahaya akan sangat kecil dan tegangan output yang dihasilkan menjadi besar.
Karena tegangan non-inverting pada komparator lebih kecil dibanding tegangan
invertingnya, maka tegangan keluaran komparator menjadi low (-).
Multi Sensor Cahaya
Mata manusia terdiri dari berjuta-juta sel yang sangat kecil. Gabungan
jutaan sel tersebut mampu berfungsi sebagai penglihat yang mampu melihat suatu
bentuk dengan jelas, dan itulah arti melihat sebenarnya, bukan hanya sekedar
mendeteksi level intensitas cahaya saja. Maka dari itu mata robot (sebagai tiruan
mata manusia) untuk dapat berfungsi sebagai penglihatan dengan baik, mata robot
harus terdiri dari banyak sensor cahaya.
Rangkaian sensor cahaya pada dasarnya adalah sama seperti sensor cahaya
tunggal, yaitu sensor cahaya dirangkai seri dengan resistor. Kemudian keluaran
yang berada diantara resistor dengan sensor cahaya dihubungkan dengan
komparator. Untuk membuat sebuah mata robot diperlukan susunan beberapa
sensor cahaya yang tersusun dengan baik. Susunan sensor cahaya tersebut
kemudian dihubungkan dengan ADC. Dengan 8 buah sensor cahaya yang
terhubung dengan ADC akan mampu membedakan 256 level intensitas cahaya
yang berbeda. Tetapi jika ada 16 sensor cahaya yang terhubung dengan ADC
maka akan mampu membedakan 65536 level intensita cahaya.
Untuk mendapatkan mata robot yang mampu bekerja sebagaimana
mestinya, mata robot tersebut harus memiliki suatu pengendali. Pengendali ini
berfungsi untuk mengendalikan atau menterjemahkan cahaya yang ditangkap
mata robot tersebut menjadi sinyal yang berisi suatu pesan tertentu. Biasanya
pengendali tersebut berupa mikrokontroler. Setelah susunan sensor cahaya
dikonversi menjadi sinyal digital oleh ADC, kemudian sinyal digital diolah oleh
mikrokontroler yang selanjutnya menjadi keluaran mikrokontroler. Keluaran dari
mikrokontroler itu berupa respon robot ketika melihat suatu benda.
Contoh rangkaian 8 sensor cahaya dengan ADC:
Contoh susunan sensor cahaya sebagai mata robot:
Mata Robot Dengan Memory Statis CMOS
Sebelum Memory static CMOS banyak digunakan, pabrik pembuat mata
robot banyak menggunakan rangkaian RAM CMOS. Mata robot yang
menggunakan RAM CMOS ini dalam pengunaanya diprogram oleh pengguna,
sehingga untuk memprogram sebuah mata robot programnya lebih banyak dan
rumit. Sekarang dengan menggunakan Memory Static CMOS, mata robot telah
diprogram oleh pabrik pembuatnya. Untuk menggunakan mata robot sekarang
pengguna hanya perlu sedikit memprogramnya dengan mudah lewat
mikrokontroler. Chip memory static CMOS dapat ditemukan satu paket dengan
mata robot. Tetapi jika kita ingin membuat sendiri kita dapat menggunakan chip
memory 1K x 4-bit 2114L.
Sensor Cahaya Menggunakan Lensa dan Filter Cahaya
Lensa dan filter cahaya dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat
kesensitifitasan sensor dan ketepatan sensor dalam menangkap cahaya, ataupun
keduanya. Dengan memasang lensa pada susunan sensor cahaya berarti
meningkatkan intensitas cahaya yang mengenai sensor tersebut. Selain
menggunakan lensa, untuk meningkatkan efektifitas sensor cahaya juga dapat
menggunakan filter optik. Filter optik bekerja dengan cara menyaring cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu. Misalnya photocell lebih sensitif
mendeteksi cahaya infra merah.
1. Lensa
Lensa adalah alat yang berfungsi untuk membiaskan cahaya. Dua hal
penting yang harus diperhatikan dalam memilih lensa untuk sensor cahaya
adalah:
• Jarak titik fokus lensa
Jarak titik focus lensa merupakan jarak antara titik pusat lensa dengan titik
api lensa. Okus lensa terdiri dari 2 jenis yaitu lensa positip dan lensa
negatip.
• Diameter lensa
Diameter lensa menunujukan tingkat kemampuan lensa tersebut. Semakin
besar diameter lensa semakin banyak cahaya yang ditangkap oleh lensa.
Ada 6 tipe lensa yang berbeda seperti dalam gambar berikut :
Gabungan dari lensa planconvex dan biconcave dapat menggantikan
semua tipe lensa. Sebuah lensa planconvex datar dibagian salah satu sisinya
dan cembung dibagian sisi lainya. Sedangkan lensa biconcave memiliki
bentuk cekung di kedua sisinya. Lensa positif an lensa negative dapat
diketahui dengan melihat bentuk lensa tersebut. Jika disalah satu sisi lensa
tersebut cembung berarti lensa tersebut adalah lensa positif. Tetapi jika
disalah satu sisi lensa tersebut adalah cekung, berarti lensa tersebut adalah
lensa negative.
Bayangan lensa ada 2 jenis yaitu bayangan nyata dan bayangan maya.
Bayangan nyata terbentuk di depan titik focus lensa, contohnya kita dapat
membakar kertas hanya dengan menggunakan lensa cembung dibawah
panasnya matahari. Hal ini dikarenakan lensa cembung merupakan lensa
positip dan mengumpulkan sinar matahari yang selanjutnya di biaskan
melalui titik fokusnya. Jika selembar kertas ditempatkan didepan focus lensa
maka akan terbentuk bayangan nyata dari matahari, dan bayangan ini mampu
membakar kertas. Sedangkan bayangan maya terbentuk dibelakang titik focus
lensa. Bayangan maya dapat terlihat pada saat kita menggunakan lensa
pembesar. Jika lensa positip digunakan sebagai lensa pembesar, lensa ini akan
menghasilkan bayangan nyata dan juga bayangan maya. Tetapi untuk lensa
negative hanya membentuk bayangan maya.
Untuk menggunakan lensa sebagai mata robot, sebaiknya menggunakan
lensa plano convex atau double convex dengan diameter 0,5`` sampai 1,25``,
dengan jarakfocus yang berfariasi antara 1`` sampai 3``. Biasanya dalam
membeli lensa, ukuran diameter lensa dan jarak focus lensa telah
dicantumkan. Seandainya kita pada saat membeli lensa tidak tercantum
ukuranya kita dapat mengukur jar focus dan diameter lensa dengan cara
seperti dalam gambar:
Cara pemasangan lensa pada mata robot dapat dilakukan dengan cara
memasang lensa pada bidang yang tidak tembus cahaya seperti plastic hitam,
kayu, PVC, maupun kertas. Setelah itu baru di ikuti pemasangan susunan
sensor cahaya di belakang lensa tersebut. Lensa dipasang pada bidang yang
tidak tembus cahaya supaya sensor cahaya hanya menangkap cahaya yang
dibiaskan oleh lensa. Sehingga mata robot akan bekerja lebih sensitive.
2. Filter Optik
Cara kerja filter optic adalah menyaring cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. Didalam robotika, filter optic digunakan untuk
menangkap sinar infra merah. Contohnya seperti filter yang digunakan pada
phototransistor dan photodiode. Hanya sinar infrared yang dapat menembus
filter dan mengenai sensor tersebut. Filter optic memiliki 3 bentuk yang
berbeda, yaitu:
• Colored gel filters (filter gel warna)
Dibuat dengan cara dilapisi gel yang terbuat dari milar atau plastic. Filter
ini dibuat dengan lapisan yang dapat menyaring cahaya dengan panjang
gelombang tertentu. Sehingga filter ini mampu menangkap cahaya dengan
warna tetentu, tergantung dari pabrik yang membuatnya. Filter gel ini
memiliki daerah spectrum sendiri yaitu 40 – 60 nm(diluar spectrum
cahaya). Dengan mempertimbangkan spectrum cahaya yaitu 400 – 700
nm, rata-rata filter gel ini dirancang dengan spectrum 50nm sekitar 15%
dari rata-rata spectrum cahaya.
• Interference filter
Memiliki beberapa lapisan dielektrik yang berfungsi sebagai penyaring
panjang gelombang suatu cahaya. Misalnya satu lapisan berfungsi untuk
menyaring cahaya yang memiiki panjang gelombang dibawah 500nm, dan
lapisan selanjutnya berfungsi untuk menyaring cahaya yang memiliki
panjang gelombang diatas 550nm. Sehingga akan didapat cahaya yang
memiliki panjang gelombang antara 500nm – 550nm yang mampu
menembus dinding filter. Kebanyakan filter ini dirancang dengan
jangkauan panjang gelombang yang kecil.
• Dichroic filter
Menggunakan lapisan organic atau lapisan kimia untuk menyaring cahaya
dengan panjang gelombang tertentu. Biasanya filter ini terbuat dari Kristal
yang menunjukan dua atau lebih warna berbeda ketika dilihat dari berbagi
sudut. Perbedaan warna ini menunjukan penyaringan cahaya. Dimana
cahaya dengan panjang gelombang tertentu akan membias dengan sudut
tertentu. Sehingga akan ada cahaya dengan panjang gelombang tertentu
yang mampu menembus filter ini.
Sensor yang Lebih Peka daripada Sensor Cahaya
Sensor ini dapat menangkap cahaya yang secepat kilat yang berada
disekitarnya. Dengan susunan sel sensor cahaya yang peka ini, dapat
menghasilkan gambar yang lebih jelas hampir menyerupai mata hewan yang
sangat tajam.
Sensor Ultrasonik
Cara kerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor
ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali
dengan perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara
gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara
tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang
memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek
padat, cair, butiran maupun tekstil.
Radar
Radar bekerja berdasarkan prinsip sensor ultrasonic, tetapi memerlukan
frekuensi suara tinggi menggunakan sinyal radio frekuensi tinggi. Pada umumnya
digunakan pada sistem penerbangan pesawat, tetapi pada aplikasi sederhana
digunakan sebagai system keamanan, pintu otomatis, memback-up tanda bahaya
dan masih banyak yang lainnya, seperti alat pengukur kecepatan yang dipakai
polisi.
Radar jarang dipakai dalam system robotika karena harganya lebih mahal
dari sensor ultra sonic. Keuntungan penggunaan ini adalah tidak terpengaruh oleh
angin, suhu dan jarak.
PIR ( Passive Infrared)
PIR sering dan paling banyak digunakan sebagai sistem keamanan dan
lampu penerangan luar otomatis. Panas ini diambil dari penyinaran inframerah
dari bentuk cahaya yang melebihi keterbatasan manusia. Sistem PIR hanya
mendeteksi perubahan panas yang mencapai sensor, seperti perubahan
pergerakan.