51
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalimat merupakan salah satu kajian bidang sintaksis. Di samping itu, sintaksis juga mengkaji masalah frase dan klausa. Kedua hal terakhir ini tidak bisa dipisahkan pembicaraannya dari kalimat. Oleh karena itu, pada uraian berikut ini akan di kulas terlebih dahulu mengenai masalah sintaksis secara singkat. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sam kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat. Di samping uraian tersebut, banyak 1

materi semantik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

free

Citation preview

Page 1: materi semantik

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kalimat merupakan salah satu kajian bidang sintaksis. Di samping itu, sintaksis

juga mengkaji masalah frase dan klausa. Kedua hal terakhir ini tidak bisa

dipisahkan pembicaraannya dari kalimat. Oleh karena itu, pada uraian berikut

ini akan di kulas terlebih dahulu mengenai masalah sintaksis secara singkat.

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’

dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti

menempatkan bersama-sam kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat. Di

samping uraian tersebut, banyak pakar memberikan definisi mengenai sintaksis

ini. Ramlan mengatakan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu yang

membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering tidak peduli dengan fungsi bahasa

dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbahasa dan bernegara. Pengajaran

bahasa Indonesia di sekolahpun lebih didominasi oleh pendekatan komunikatif.

Artinya pemakai bahasa mementingkan maksud komunikasi itu, sedangkan

kaidah kebahasaannya dinomorduakan.

Sering kita mendengarkan atau bahkan melontarkan kalimat “kamu udah

paham?” Kalimat ini tidak tepat bila kita pergunakan di suasana resmi.

Kerancuan pemaknaan ini bahasa resmi atau tidak resmi akan merusak tatanan

atau aturan bahasa.

Berdasarkan sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap orang, bahasa bersifat

alami dan natural. Artinya setiap orang dapat berbahasa dan bahasa itu didapat

secara alami dari bahasa ibu atau bahasa pertama. Oleh sebab itu masyarakat

1

Page 2: materi semantik

bahasa kadang meremehkan penggunaan aturan bahasa tersebut.

Pada makalah ini penulis ingin memaparkan kalimat aktif dan pasif bahasa

Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Penulis mempunyai alasan yang sangat

kuat mengapa ingin memaparkan masalah itu. Seperti yang penulis paparkan di

bagian awal masyarakat atau pemakai bahasa sering mengabaikan kaidah

pembentukan kalimat efektif. Masyarakat lebih mementingkan paham dan

mengerti dengan melupakan kaidah yang benar. Pengguna bahasa sebenarnya

tidak hanya mengerti atau memahami saja setiap kalimat yang ditulis atau

ujaran yang disampaikan tetapi juga harus mengetahui kaidah penggunaan

bahasa Indonesia.

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat

2

Page 3: materi semantik

Kalimat merupakan tataran setelah morfologi. Berbicara kalimat sebenarnya

akan lebih tepat jika berbicara atau mengulas tentang klausa. Antara kalimat

dan klausa ada perbedaan yang mendasar. Menurut Kridalaksana (1984 : 83)

kalimat adalah 1. satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri,

mempunyai intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari

klausa; 2 klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan

proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang

membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal seruan, salam dsb.; 3.

konstruksional gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata

menurut pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan.

Pengertian kalimat menurut kridalaksana tentang kalimat ini mengindikasikan

bahwa kalimat itu dapat dilisankan dan terdiri dari klausa pembentuknya.

Pengertian ini sama dengan pendapat Tarigan (1989:48) yang mengatakan

bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri

yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa. Tarigan

menyoroti pada aspek intonasi, kemandirian, dan syarat klausa sebagai

pembentuknya. Menurut Alwi at.al. (1998:311) kalimat adalah satuan bahasa

terkecil dalam wujud lisan atau tulis yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

Tarigan maupun Kridalaksana tidak menyatakan secara terang bahwa kalimat

dapat berbentuk tertulis maupun lisan. Berdasarkan pengertian dari ketiga ahli

bahasa tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kalimat merupakan satuan

bahasa yang terbentuk dari klausa dalam bentuk tulis maupun lisan, dapat

berdiri sendiri, dan mengungkap pikiran yang utuh.

Badudu (1994) mengungkapkan bahwa sebagai sebuah satuan, kalimat

memiliki dimensi bentuk dan dimensi isi. Kalimat harus memenuhi kesatuan

bentuk sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan kesatuan arti kalimat.

Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk sekaligus

3

Page 4: materi semantik

kesatuan arti. Wujud struktur kalimat adalah rangkaian kata-kata yang disusun

berdasarkan aturan-aturan tata kalimat. Isi suatu kalimat adalah gagasan yang

dibangun oleh rangkaian konsep yg terkandung dalam kata-kata. Jadi, kalimat

(yang baik) selalu memiliki struktur yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di

dalamnya harus menempati posisi yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di

dalamnya harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.

Kata-kata itu diurutkan menurut aturan tata kalimat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah bagian terkecil dari suatu ujaran

atau teks (wacana) yang disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan

yang secara relatif berdiri sendiri yang dimana memiliki dimensi bentuk dan

dimensi isi.

B. Unsur-unsur Kalimat

1. Subjek

Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek

menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat

dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat

berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal,

kalimat majemuk (2) memperjelas makna (3) menjadi pokok pikiran (4)

menegeaskan makna (5) memperjelas pikiran ungkapan dan (6) membentuk

kesatuan pikiran.

Contoh subjek dalam kalimat:

• Saya sudah mulai mengantuk

• Malam sudah sangat larut

2. Predikat

Predikat adalah unsur utama dalam suatu kalimat dan merupakan kata atau

kelompok kata yang menerangkan subjek. Umumnya predikat berupa kata

4

Page 5: materi semantik

kerja atau kata sifat. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi: (1)

membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk

(2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang

diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat (3) menegaskan

makna (4) membentuk kesatuan pikiran dan (5) sebagai sebutan.

Contoh predikat dalam kalimat:

• Reza menaiki tangga.

• Rini menyanyi dengan merdu.

3. Objek

Objek adalah keterangan predikat. Letak objek umumnya setelah predikat,

tetapi dalam kalimat pasif, objek dapat menduduki fungsi subjek. Objek

berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif

(2) memperjelas makna kalimat dan (3) membentuk kesatuan atau

kelengkapan pikiran.

Contoh objek dalam kalimat:

• Orang itu sedang memotong kambing.

• Ayahku membetulkan pintu kamar mandi

4. Keterangan

Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi

pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal

ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan

penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan

lainnya.

Contoh keterangan dalam kalimat:

• Andi belajar matematika pukul 8 malam

5. Pelengkap

5

Page 6: materi semantik

Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,

mengkhususkan objek, dan melengkapi kalimat.

Contoh pelengkap dalam kalimat:

Ia menjadi direktur

S P Pel

C. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif

Ada beberapa jenis kalimat dalam bahasa Indonesia. Tarigan membagi kalimat

dalam tipe-tipe kalimat, yaitu berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang

terdapat pada dasar kalimat, berdasarkan struktur internal klausa utama,

berdasarkan jenis response yang diharapkan, berdasarkan hakikat hubungan

aktorasi, dan berdasarkan ada atau tidaknya unsur negatif pada fasa berba

utama.

Kridalaksana (1987:217) membagi jenis klausa berdasarkan potensinya untuk

menjadi kalimat dan berdasarkan strukturnya. Kalimat aktif-pasif dalam

pandangan dua ahli bahasa ini berbeda berdasarkan penggolongannya. Tarigan

lebih menekankan dasar kalimat aktif-pasif berdasarkan hubungan actor-aksi.

Kridalaksana menentukan kalimat aktif-pasif berdasarkan strukturnya. Pada

buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia kalimat aktif-pasif dibedakan

berdasarkan jenis predikatnya.

Bila ditinjau dari peran fungsi sintaksis, terutama subjeknya, kalimat dapat

dibedakan ke dalam dua jenis, yakni kalimat aktif dan kalimat pasif. Pada

kalimat aktif, subjek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif melakukan

suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat. Apabila kita berbicara

tentang kalimat aktif, kita tak akan pernah lepas dari bentuk pasif kalimat

tersebut. Disebut kalimat pasif karena subjek pada kalimat tersebut dikenai

tindakan yang dikemukakan melalui predikat. Untuk mengetahui lebih lanjut

6

Page 7: materi semantik

karakteristik keduanya, dapat Anda perhatikan contoh-contoh berikut.

Adik membaca buku.

Buku dibaca oleh adik.

Buku dibaca adik.

Bila Anda cermati, kalimat (1) adalah kalimat aktif serta kalimat (2) dan (3)

adalah kalimat pasif. Yang berperan sebagai pelaku pada ketiganya adalah

adik. Pada (1) adik berfungsi sebagai S; pada (2) dan (3) adik berfungsi

sebagai objek (O). Dengan demikian, terlihat bahwa pada kalimat aktif, S-nya

berperan sebagai pelaku atau pelakunya berfungsi sebagai S, sedangkan pada

kalimat pasif, pelakunya tidak menduduki S tetapi O. subjek pada kalimat

pasif adalah sesuatu yang dikenai tindakan oleh O. dalam contoh (2) dan (3)

kata buku berfungsi sebagai S yang dikenai tindakan dibaca sebagai P.

Pembahasan kalimat aktif dan kalimat pasif yang berorientasi pada kedudukan

subjek kalimat, memunculkan beberapa bentuk kalimat aktif dan kalimat pasif.

Berikut ini akan ditampilkan table tentang bentuk-bentuk tersebut yang

didasarkan pada Subjek kalimat dan bentuk predikat.

BENTUK

PREDIKATCONTOH KALIMAT

ANALISIS KALIMAT

Subjek Predikat lainnya

P (1) Amir pergi .

(2) Ayah pergi ke kantor.

(3) Siti makan roti

Amir

Ayah

Siti

Pergi

Pergi

Makan

-

Ke kantor

Roti

Ber- P- (4) Ibu berbelanja buah-

buahan.

(5) Anak-anak belajar bahasa

Indonesia.

(6) mereka berenang di sungai.

Ibu

Anak-anak

Mereka

Berbelanja

Belajar

Berenang

Buah-buahan

Bahasa

Indonesia

di sungai

meN-P- (7) Susi membawakan adik

mainan.

(8) Diana mencatat pelajaran.

Susi

Diana

Ratih

Membawakan

Mencatat

Menyapu

Adik mainan

Pelajaran

Teras rumah

7

Page 8: materi semantik

(9) Ratih menyapu teras

rumah.

(10)Yovie menyanyi dengan

indah

(11) Ayah memagari kebun

bunga.

(12)Bupati mengunjungi desa

kami.

Yovie

Ayah

Bupati

Menyanyi

Memagari

Mengunjungi

Dengan indah

Kebun bunga

Desa kami

Memper-P- (13) Amir memperlihatkan

gambar.

(14)Polisi mempersenjatai

satuannya.

Amir

Polisi

Memperlihatkan

Mempersenjatai

Gambar

Satuannya

Ke-P- (15)Danu kejatuhan jambu Danu Kejatuhan Jambu

Ter-P- (16)Kakiku terantuk batu. Kakiku Terantu Batu

di-P- (17)Jamal dipanggil kepala

sekolah

Jamal Dipanggil Kepala

sekolah

Namun, pembagian tentang bentuk aktif dan pasif ditinjau dari kedudukan

subjek pada kalimat aktifnya masih mendapatkan pertentangan. Untuk lebih

jelasnya, hal tersebut akan diuraikan pada bagian yang lainnya.

Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subjeknya melakukan suatu perbuatan

atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi

menjadi tiga macam :

1. Kalimat aktif ekatransitif

adalah kalimat yang memiliki objek penderita tetapi tidak berpelengkap,

hanya mempunyai tiga unsur Subjek (S), Predikat (P) Objek (O). Dalam hal

ini ada unsur bukan inti seperti keterangan tempat, waktu ,alat dan lain

sebagainya.Verba merupakan pusat predikat. Dari segi makna, semua.

Kalimat aktif ekatransitif memiliki makna dasar perbuatan. Berikut ini

8

Page 9: materi semantik

beberapa contoh kalimat aktif ekatransitif:

Profesor itu merestui pembentukan Panitia Dies Natalis

Mahasiswa memperjuangkan nasib rakyat di bundaran Hotel

Indonesia.

Parto membeli sepatu di toko Anyar

Karno membaca majalah

Totok mencubit Tutik.

Predikat dalam kalimat aktif ekatransitif adalah merestui,

memperjuangkan, membeli, membaca, dan mencubit. Di depan predikat

berdiri subjek dan di belakang predikat adalah objek dan kadang kadang

muncul keterangan seperti contoh nomor 2 dan 3.

Kalimat semitransitif adalah kalimat yang objeknya tidak dimunculkan.

Apabila dimunculkan menjadi kalimat aktif ekatransitif. Contohnya:

Iwan sedang membaca

Totok itu mencubit

Galuh sedang memasak di dapur

2. Kalimat aktif dwitransitif

adalah kalimat yang memiliki satu predikat aktif dan mengharuskan

kehadiran objek dan pelengkap. kalimat aktif dwitransitif mempunyai

empat unsur Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Pelengkap (Pel).

Dalam hal ini ada unsur bukan inti seperti keterangan tempat, waktu ,alat

dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa contoh kalimat aktif dwitransitif:

Bima sedang mencarikan adiknya pekerjaan.

Saya harus membelikan anak saya hadiah ulang tahun.

Ayah mengirimi kami uang tiap bulan.

Edi membelikan Anik laptop di Komputa.

Ibu guru sedang membuatkan siswa proposal mading.

9

Page 10: materi semantik

Predikat dalam kalimat di atas adalah sedang mencarikan, harus

membelikan, mengirimi, membelikan, sedang membuatkan . Selaras

dengan macam verba yang menjadi inti predikatnya maka kalimat yang

mempunyai objek dan pelengkap di namakan kalimat dwitransitif. Makna

pada kalimat dwitransitif seperti yang di atas umumnya dinamakan makna

peruntungan atau benefaktif.

3. Kalimat aktif intransitif

adalah kalimat yang tidak memiliki objek penderita dan tak berpelengkap

hanya memiliki dua unsur fungsi yaitu subjek dan predikat. Seperti halnya

kalimat tunggal yang lain, kalimat aktif intransitif dapat juga diiringi oleh

unsur bukan inti seperti keterangan tempat, waktu ,alat dan lain sebagainya

Adik menangis di kamar.

Ibu Novi belum datang

Bu Camat sedang berbelanja di supermarket

Dia berjalan dengan tongkat.

Padinya menguning

Predikat dalam kalimat di atas adalah menangis, belum datang, sedang

berbelanja, berjalan, menguning. Predikat ini tidak memerlukan kehadiran

baik objek maupun pelengkap.

D. Kalimat Aktif dan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia

Sutan Takdir Alisyahbana, yang mengakui adanya bentuk aktif dan pasif dalam bahasa

Indonesia, mengemukakan tiga bentuk pasif dalam bahasa Indonesia, sebagai pasangan

bagi satu bentuk aktif

Aktif

Saya menangkap ayam.

Engkau menangkap ayam.

Dia menangkap ayam.

Pasif 1

Ayam kutangkap.

Ayam kautangkap.

Ayam ditangkapnya.

10

Page 11: materi semantik

Amat menangkap ayam. Ayam ditangkap Amat.

Kami menangkap ayam.

Ayam kami tangkap.

Pasif 2

Ayam itu saya tangkap.

Ayam itu engkau tangkap.

Ayam itu dia tangkap.

Ayam itu Amat tangkap.

Ayam itu kami tangkap.

Pasif 3

Ayam itu ditangkap oleh saya.

Ayam itu ditangkap oleh engkau.

Ayam itu ditangkap oleh dia.

Ayam itu ditangkap oleh Amat.

Ayam itu ditangkap oleh kami.

Dengan tidak mempersoalkan bentuk mana dari ketiga kemungkinan bentuk

pasif di atas yang merupakan bentuk baku, maka bila contoh-contoh di atas

dibandingkan dengan bentuk pasif dalam bahasa Barat, tampak ada perbedaan

besar. Kata-kata ku, kau, dan kami pada kelompok pasif I, serta kata saya,

engkau, dia, Amat, dan kami pada kelompok II mempunyai pertalian yang lebih

erat dengan kata kerja dibandingkan dengan kata ayam; dan semua kata itu

menjadi agens bukan menjadi patiens dari kata tangkap. Berdasarkan

penjelasan ini maka pengertian diatesis aktif dan pasif dalam bahasa Indonesia

harusnya tidak ada, atau paling banyak harus diberi batasan yang agak lain.

Mengingat adanya bentuk-bentuk klitik ku dan kau untuk persona I dan II di

depan kata kerja tersebut maka demi kesejajaran dan kelengkapan pola, harus

ditarik kesimpulan bahwa bentuk di pada kata ditangkap pada mulanya adalah

bentuk ringkas atau klitik untuk kata dia.

Secara histories dapat dijelaskan proses terjadinya bentuk me- dan di- dalam

kalimat yang biasanya disebut aktif dan pasif sebagai berikut.

Pertama, kalimat yang mementingkan tindakan atau agens akan menggunakan

bentuk me- untuk predikat verbal-transitif dengan struktur Subjek – Predikat –

Objek.

Contoh:

11

Page 12: materi semantik

Aku menangkap ayam.

Engkau menangkap ayam.

Dia menangkap ayam.

Amat menangkap ayam

Tetapi, bila gatra objeknya dipentingkan, dapat digunakan berturut-turut

beberapa cara berikut. Cara yang pertama adalah mempertahankan bentuk dan

struktur di atas, tetapi objek yang dipentingkan itu diberi tekanan keras.

Aku menangkap ayam.

Engkau menangkap ayam.

Dia menangkap ayam.

Amat menangkap ayam.

Kemungkinan berikutnya adalah menempatkan objek pada awal kalimat,

dengan konsekuensi harus diadakan perubahan bentuk kata sesuai dengan

perubahan susunan tersebut. Kita lalu mendapat bentuk pasif sebagai berikut.

Ayam itu aku tangkap.

Ayam itu engkau tangkap.

Ayam itu dia tangkap.

Ayam itu Amat tangkap.

Bentuk kedua memperlihatkan bahwa bila perbuatan tidak dipentingkan lagi

maka prefiks me- tidak akan digunakan lagi. Sementara itu, gatra pelaku

(agens) aku, engkau, dia, dan Amat masih diberi tempat, namun peranannya

juga kurang sehingga posisinya bergeser ke belakang.

Taraf pementingan gatra objek itu dapat lebih ditingkatkan lagi sehingga

perhatian kita tercurah hanya pada gatra objeknya itu; dalam hal ini pelaku lalu

mengambil bentuk klitik ku, kau, dan di. Penggunaan bentuk klitik di untuk

persona III tunggal digunakan juga untuk orang III yang menggunakan nomina.

Karena persona III tunggal yang dinyatakan dengan di itu digunakan juga

12

Page 13: materi semantik

orang III yang menggunakan nomina (Amat, ayah, adik, dan sebagainya),

lama-kelamaan fungsi di sebagai bentuk klitik (ringkas) dia menjadi kabur.

Karena itu, kemudian perlu diberi keterangan mengenai siapa yang melakukan

tindakan tiu dengan mempergunakan kata oleh. Adapun arti kata oleh adalah

hasil atau perbuatan. Sebab itu, kelompok kata seperti oleh Amat, oleh dia, dan

lain-lain dapat diartikan dengan perbuatan Amat, perbuatan dia, dan

sebagainya, untuk mengeksplisitkan lagi di yang ditempatkan di depan kata

kerja itu.

Ayam itu kutangkap.

Ayam itu kautangkap.

Ayam itu ditangkap olehnya.

Ayam itu ditangkap oleh Amat.

Ayam itu kami tangkap.

Penggunaan di untuk pelaku III nomina, menjadi model untuk pembentukan

secara analogi bagi persona I dan II tunggal dan jamak, yaitu dengan

menambahkan lagi penjelasan olehku, olehmu, oleh kami, oleh kamu, di

belakang kata kerja.

Ayam itu ditangkap olehku.

Ayam itu ditangkap olehmu.

Ayam itu ditangkap oleh kami.

Ayam itu ditangkap oleh kamu.

Konvergensi bentuk untuk semua persona ini menjadi langkah terakhir bagi

bentuk tanpa pelaku, yaitu pelaku tindakan menjadi sama sekali tidak

dipentingkan sehingga dapat diabaikan sama sekali. Dengan demikian, kita

mendapat bentuk sebagai berikut.

Ayam ditangkap.

Rumah didirikan.

Buku itu dibaca.

Karena kita menerima adanya kenyataan mengenai bentuk dengan

13

Page 14: materi semantik

pementingan agens atau pementingan patiens, kita dapat menerima adanya

semacam bentuk pasif dalam bahasa Indonesia, yang tidak sejajar dengan pasif

dalam bahasa-bahasa fleksi. Dari semua peluang bentuk pasif seperti

dikemukakan di atas, bentuk yang keempat tidak diterima sebagai bentuk pasif

baku karena merupakan pembentukan analogi yang salah.

E. Perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif

Pasif dibentuk dengan mengubah objek klausa pasif. Lalu apa “nasib” subjek

klausa aktif, dalam pemasifannya? Secara teoritis ada tiga kemungkinan:

1) Konstituen ajentif wajib hadir dalam klausa pasif

2) Konstituen ajentif secara opsional dalam klausa pasif ( artinya konstituen

ajentif dapat hadir dan dapat pula tidak dalam bentuk pasif)

3) Konstituen ajentif tidak dapat hadir dalam klausa pasif.

Dari ketiga kemungkinan di atas, hanya [1] yang dikecualikan karena tidak ada

bahasa yang sedemikian rupa sehingga menjadikan sebuah konstituen wajib

hadir.

Konstituen ajentif dalam kalimat pasif dimarkahi sebagai ajentif (oleh

preposisi, atau kasus, atau keduanya), berstatus luar inti, tidak berupa

argument. Dalam bahasa Indonesia, konstituen ajentif yang biasa digunakan

adalah oleh. Sebagai contoh

(1) Aku diajari oleh ibu

(2) Aku diajari ibu.

Kedua kalimat pasif tersebut ternyata tidak mengubah informasi yang

disampaikan baik pada kalimat (1) maupun kalimat (2).

Beberapa pola pengubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif adalah:

(1) menggunakan verba berprefiks di-

(2) menggunakan verba tanpa prefiks di-.

14

Page 15: materi semantik

Jika kita gunakan simbol S untuk subjek, P untuk predikat, dan O untuk objek,

maka kaidah umum untuk pembetukan kalimat pasif dari kalimat aktif dalam

bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

Cara Pertama

(1) Pertukarkanlah S dengan O.

(2) Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.

(3) Tambahkan kata oleh di muka unsur yang tadinya S.

Marilah kita terapkan kaidah pemasifan cara pertama itu pada bentuk kalimat

berikut.

Kalimat Aktif : “Pak Toha mengangkat seorang asisten baru”.

Kalimat pasif:

a) *Seorang asisten baru mengangkat Pak Toha. (Kaidah a.1)

b) Seorang asisten baru diangkat Pak Toha. (Kaidah a.2)

c) Seorang asisten baru diangkat oleh Pak Toha. (Kaidah a.3)

Dengan cara yang sama, kita dapat pula memperoleh kalimat pasif yang lain

sebagai padanan kalimat aktif di atas.

Kalimat Aktif : Ibu gubernur akan membuka pameran itu.

Kalimat Pasif :

a) Pameran itu akan dibuka oleh ibu Gubernur.

b) Pameran akan dibuka ibu gubernur

Keberterimaan kalimat (a) dan (b) menunjukkan bahwa kehadiran bentuk

oleh pada kalimat pasif bersifat manasuka. Akan tetapi, jika verba predikat

tidak diikuti langsung oleh pelengkap pelaku (yang sebelumnya subjek

kalimat aktif), maka bentuk oleh wajib hadir. Atas dasar itulah maka bentuk

berikut kita terima, sedangkan bentuk kita tolak sebagai bentuk pasif kalimat

di atas. Contoh:

“Rumah tua itu harus diperbaiki dengan segera oleh Pak Saleh.”

*Rumah tua itu harus diperbaiki segera Pak Saleh.

Tugas itu harus diselesaikan oleh kamu dan saya.

15

Page 16: materi semantik

*Tugas itu harus kamu dan saya selesaikan.

Pemasifan dengan cara pertama itu umumnya digunakan jika subjek kalimat

aktif berupa nomina atau frasa nominal seperti terlihat pada contoh di atas;

jika subjek kalimat aktif berupa pronominal persona, padanan pasifnya

umumnya dibentuk dengan cara kedua. Akan tetapi, kalau subjek kalimat

aktif itu berupa gabungan pronominal dengan pronominal atau frasa lain,

maka padanan pasifnya dibentuk dengan cara pertama itu. Karena itulah maka

bentuk kita terima, sedangkan bentuk , yang dibentuk dengan cara kedua, kita

tolak sebagai bentuk pasif kalimat di atas. Perlu dicatat bahwa kehadiran oleh

pada berikut wajib disematkan saat mengubah kalimat menjadi sebuah

kalimat pasif.

Cara Kedua

Seperti telah disinggung di atas, padanan pasif dari kalimat aktif transitif yang

subjeknya berupa pronominal dibentuk dengan cara kedua. Adapun kaidah

pembentukan kalimat pasif cara kedua itu adalah sebagai berikut.

(1) Pindahkan O ke awal kalimat.

(2) Tanggalkan prefiks meng- pada P.

(3) Pindahkan S ke tempat yang tepat sebelum verba.

Marilah kita terapkan kaidah pemasifan cara kedua itu pada bentuk kalimat di

atas.

Kalimat Aktif: “Saya sudah mencuci mobil itu.”

Kalimat Pasif:

a. *Mobil itu saya sudah mencuci (Kaidah b.1)

b. *Mobil itu saya sudah cuci. (Kaidah b.2)

c. Mobil itu sudah saya cuci. (Kaidah b.3)

Dengan cara yang sama, kita dapat pula memperoleh bentuk pasif berikut

sebagai padanan kalimat aktif di atas.

16

Page 17: materi semantik

Jika subjek kalimat aktif transitif berupa pronominal persona ketiga atau nama

diri yang relative pendek, maka padanan pasifnya dapat dibentuk dengan cara

pertama atau kedua seperti tampak pada contoh berikut.

Kalimat Aktif: Mereka akan membersihkan ruangan ini.

Kalimat Pasif:

i. Ruangan ini akan dibersihkan (oleh) mereka.

ii. Ruangan ini akan mereka bersihkan.

Kalimat Aktif: Dia sudah membaca buku itu.

Kalimat Pasif:

i. Buku itu sudah dibaca olehnya/(oleh) dia.

ii. Buku itu sudah dibacanya/ dia baca.

Kalimat Aktif: Ayah belum mendengar berita duka itu.

Kalimat Pasif:

i. Berita duka itu belum didengar (oleh) Ayah.

ii. Berita duka itu belum Ayah dengar.

Apabila subjek kalimat aktif transitif itu panjang, maka padanan kalimat

pasifnya dibentuk dengan cara pertama. Jadi, bentuk seperti Berita duka itu

belum didengar oleh Susilowati Hamid tidak dapat diubah menjadi *Berita

duka itu belum Susilowati Hamid dengar.

Perlu dicatat bahwa pembentukan kalimat pasif dengan cara kedua dari

kalimat aktif transitif yang subjeknya berupa pronominal persona ketiga atau

nama diri pada umumnya terbatas pada pemakaian sehari-hari. Pronomina

aku, engkau, dan dia (yang mengikuti predikat) pada kalimat pasif cenderung

dipendekkan menjadi ku-, kau-, dan –nya seperti tampak pada contoh berikut.

i. Surat itu baru aku terima kemarin.

ii. Surat itu baru kuterima kemarin.

i. Buku ini perlu engkau baca.

17

Page 18: materi semantik

ii. Buku ini perlu kaubaca.

i. Pena saya dipinjam oleh dia.

ii. Pena saya dipinjamnya.

iii. Pena saya dipinjam olehnya.

Perubahan kalimat aktif transitif yang mengandung kata seperti ingin atau

mau cenderung menimbulkan pergeseran makna. Perhatikan contoh berikut.

(a) Andi ingin mencium Tuti.

(b) Tuti ingin dicium Andi.

Pada kalimat aktif (a) jelas bahwa yang ingin melakukan perbuatan mencium

adalah Andi, tetapi pada (b) orang cenderung menafsirkan bahwa yang

menginginkan ciuman itu adalah Tuti dan bukan Andi. Tafsiran makna kalimat

pasif yang berbeda dengan makna padanan kalimat aktif itu timbul karena

kodrat kata ingin yang cenderung dikaitkan dengan unsur di sebelah kiri yang

mendahuluinya. Hal ini tampak lebih nyata pada keganjilan pasangan kalimat

Anda ingin mencuci mobilnya- *Mobilnya ingin dicuci Andi.

Arti pasif dapat pula bergabung dengan unsur lain seperti unsur

ketaksengajaan. Jika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif dan dalam

kalimat pasif itu terkandung pula pengertian bahwa perbuatan yang

dinyatakan oleh verba itu mengandung unsur yang tak sengaja, maka bentuk

prefiks yang dipakai untuk verba bukan lagi di-, melainkan ter-. Perhatikan

perbedaan kalimat (a) dan (b) yang berikut ini.

I. a. Penumpang bus itu dilempar ke luar.

b. Penumpang bus itu terlempar ke luar.

II a. Dia dipukul kakaknya.

b. Dia terpukul kakaknya.

Kalimat (a) menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan perbuatan itu,

melakukannya dengan niat dan kesengajaan. Sebaliknya, kalimat (b) mengacu

18

Page 19: materi semantik

ke suatu keadaan atau ketaksengajaan si pelaku perbuatan. Pada (135b)

mungkin saja penumpang tadi terlempar oleh orang lain, atau mungkin juga

oleh guncangan bus yang terlalu besar.

Di samping makna ketaksengajaan itu, verba pasif yang memakai ter- juga

dapat menunjukkan kekodratan; artinya, kita tidak memasalahkan siapa yang

melakukan perbuatan tersebut sehingga seolah-olah sudah menjadi kodratlah

bahwa sesuatu harus demikian keadaannya. Sebagai contoh, perhatikanlah

kalimat yang berikut.

a. Gunung Merapi terletak di Pulau Jawa.

b. Soal ini terlepas dari rasa senang dan tidak senang.

Pada contoh itu tidak ada unsur sengaja atau tidak sengaja, dan kita pun tidak

memasalahkan siapa yang meletakkan gunung itu atau yang melepaskan soal

ini.

Bentuk kalimat pasif lain yang bermakna adversatif tampak pada contoh (1)

dan (1) di bawah ini. Di sini perlu ditekankan bahwa makna kalimat

predikatnya memakai ke-an ini adalah pasif dengan tambahan makna

adversatif, yakni makna yang tidak menyenangkan. Perhatikan pasangan

kalimat berikut.

(1) a. Soal itu diketahui oleh orang tuanya.

b. Soal itu ketahuan oleh orang tuanya.

(2) a. Partai kita dimasuki unsur kiri.

b. Partai kita kemasukan unsur kiri.

19

Page 20: materi semantik

III. PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan kalimat aktif dan kalimat pasif di atas dapat kita simpulkan

beberapa hal yaitu:

1. Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu tindakan yang

dikemukakan dalam predikat.

2. Kalimat aktif terdiri dari tiga jenis yaitu kalimat aktif semitransitif, kalimat

aktif ekatransitif, dan kalimat aktif dwitransitif.

3. Tidak semua kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif.

4. Kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat pasif harus memiliki unsure

minimal SPO.

5. Ada dua cara pengubahan kalimat aktif.

20

Page 21: materi semantik

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan.1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia

Samsuri. 1987. Analisis bahasa. Jakarta : Erlangga

Tarigan, Henry Guntur.1989. Pengajaran Tata Bahasa Tagmimik. Bandung: Angkasa.

21