8
Perubahan Sosial Budaya di Bidang Pertanian A. Contoh Perubahan Sosial Budaya Dalam kegiatan bercocok tanam tentu banyak menggunakan alat – alat untuk mengolah tanah ataupun hasil pertanian. Alat – alat untuk bercocok tanam tersebut sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu dan dari masa ke masa tentunya banyak mengalami berbagai macam perkembangan. Dalam proses pengolahan lahan mulanya menggunakan cangkul yang bertujuan untuk membalik lapisan tanah yang subur, akan tetapi lama kelamaan cangkul dirasa kurang efektif, karena dengan menggunakan cangkul tenaga yang dikeluarkan tidak sebanding dengan luas tanah yang akan diolah, karena dalam hal ini manusia mempunyai peranan yang dominan didalam menggerakan alat dimaksud, sehingga produktifitas kinerja tegantung kepada kekuatan atau tenaga manusia itu sendiri, selain itu juga membutuhkan waktu yang cukup lama jika lahan yang akan ditanami cukup luas. Kemudian para petani menemukan cara yang lebih efektif dalam mengolah tanah dengan menggunakan bajak sawah yang ditarik binatang, seperti kerbau, sapi ataupun kuda . Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Dengan menggunakan bajak, para petani dapat mempersingkat waktu dalam mengolah tanah agar secepatnya bisa segera ditanami. Namun dalam prosesnya, penggunaan bajak dalam kegiatan bercocok tanam juga menemui kendala. Karena bajak ditarik hewan, kendala yang dihadapi utamanya menyangkut hewan tersebut, kendala yang dialami ialah dalam hal pemeliharaan hewan tersebut, seperti kandang dan makanan hewan tersebut, selain itu tidak semua petani memiliki hewan ternak karena hewan – hewan tersebut dirasa cukup mahal bagi petani yang memiliki lahan pertanian yang tidak seberapa luas. Seiring berkembangnya teknologi dalam ilmu petanian serta adanya pemikiran kearah peningkatan produksi secara cepat dan berklanjutan, berdampak kepada perubahan alat pengolah lahan atau tanah, penggunaan bajak dengan tenaga kerbau sudah mulai ditinggalkan dan beralih menggunakan jasa traktor yaitu alat yang menggunakan tenaga mesin sebagai penggeraknya, dengan bentuk yang di rancang menyerupai kendaraan bermotor serta mengunakan bahan bakar, alat ini disebut dengan traktor. Penggunaan alat pengolahan lahan yang menggunakan kekuatan tenaga mesin ( traktor ) dipandang lebih produktif serta efisien, karena dalam penggunaannya manusia

Materi Sosper B

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Materi Sosper B

Perubahan Sosial Budaya di Bidang Pertanian

A. Contoh Perubahan Sosial Budaya

Dalam kegiatan bercocok tanam tentu banyak menggunakan alat – alat untuk mengolah

tanah ataupun hasil pertanian. Alat – alat untuk bercocok tanam tersebut sudah dikenal

sejak ratusan tahun yang lalu dan dari masa ke masa tentunya banyak mengalami

berbagai macam perkembangan. Dalam proses pengolahan lahan mulanya menggunakan

cangkul yang bertujuan untuk membalik lapisan tanah yang subur, akan tetapi lama

kelamaan cangkul dirasa kurang efektif, karena dengan menggunakan cangkul tenaga

yang dikeluarkan tidak sebanding dengan luas tanah yang akan diolah, karena dalam hal

ini manusia mempunyai peranan yang dominan didalam menggerakan alat dimaksud,

sehingga produktifitas kinerja tegantung kepada kekuatan atau tenaga manusia itu

sendiri, selain itu juga membutuhkan waktu yang cukup lama jika lahan yang akan

ditanami cukup luas.

Kemudian para petani menemukan cara yang lebih efektif dalam mengolah tanah

dengan menggunakan bajak sawah yang ditarik binatang, seperti kerbau, sapi ataupun

kuda . Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran)

teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta

kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Dengan menggunakan bajak,

para petani dapat mempersingkat waktu dalam mengolah tanah agar secepatnya bisa

segera ditanami.

Namun dalam prosesnya, penggunaan bajak dalam kegiatan bercocok tanam juga

menemui kendala. Karena bajak ditarik hewan, kendala yang dihadapi utamanya

menyangkut hewan tersebut, kendala yang dialami ialah dalam hal pemeliharaan hewan

tersebut, seperti kandang dan makanan hewan tersebut, selain itu tidak semua petani

memiliki hewan ternak karena hewan – hewan tersebut dirasa cukup mahal bagi petani

yang memiliki lahan pertanian yang tidak seberapa luas.

Seiring berkembangnya teknologi dalam ilmu petanian serta adanya pemikiran

kearah peningkatan produksi secara cepat dan berklanjutan, berdampak kepada

perubahan alat pengolah lahan atau tanah, penggunaan bajak dengan tenaga kerbau

sudah mulai ditinggalkan dan beralih menggunakan jasa traktor yaitu alat yang

menggunakan tenaga mesin sebagai penggeraknya, dengan bentuk yang di rancang

menyerupai kendaraan bermotor serta mengunakan bahan bakar, alat ini disebut dengan

traktor. Penggunaan alat pengolahan lahan yang menggunakan kekuatan tenaga mesin

( traktor ) dipandang lebih produktif serta efisien, karena dalam penggunaannya manusia

Page 2: Materi Sosper B

yang mengendalikan alat tersebut. Sehingga tanah akan lebih cepat diolah dan ditanami.

B. Bentuk-

Bentuk Perubahan Sosial Budaya

Samuel Koenig menjelaskan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-

modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi

tersebut terjadi karena sebab-sebab intern atau sebab-sebab ekstern.Selo Soemardjan

menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya,

termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok

dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah

perubahan unsur-unsur atau struktur sosial dan perilaku manusia dalam masyarakat dari

keadaan tertentu ke

keadaan yang lain. Secara umum perubahan sosial dan budaya dibedakan dalam

beberapa bentuk:

a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

c. Perubahan yang direncanakan (planned change) / perubahan yang dikehendaki

(intended change) dan perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change) /

perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change)

d. Perubahan Struktural dan Perubahan Proses

Perubahan sosial budaya dalam hal pengelolaan pertanian masuk ke dalam bentuk

perubahan sebagai berikut:

Perubahan Besar

Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang

memberi pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Salah satunya perubahan cara

pengelolaan pertanian dengan pemakaian alat pertanian dari mesin (traktor) pada

masyarakat agraris merupakan perubahan yang membawa pengaruh besar. Pengaruh

besar tersebut diantaranya memudahkan para petani dalam mengelola sawah terutama

dalam mengolahan tanah yang bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang

dibutuhkan untuk persemaian atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah

sampai menjadi gembur dengan bantuan traktor sehingga lebih efisien. Berikut gambar

Page 3: Materi Sosper B

perubahan peralatan pertanian:

Bajak Kayu Kuno

Cangkul

Bajak Besi

Traktor terdahulu

Traktor Tangan

Traktor Canggih

C.

Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-

sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.

a. Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)

Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari

dalam masyarakat (sebab intern) :

1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.Jumlah

penduduk mempengaruhi matapencaharian penduduk sebagai penduduk yang agraris

2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan

yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan

dari bentuk penemuan lama (invention).Seperti penemuan alat pengolah tanah dari

penemuan bajak kayu sampai traktor canggih.

Page 4: Materi Sosper B

3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Dari

penemuan-penemuan tersebut muncullah konflik diantara masyarakat seperti

pertimbangan petani dalam menggunakan traktor karena selain berdampak positif juga

dapat berdampak negatif.

b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)

Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena

adanya sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat (sebab

ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.

1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu

daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut

mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan

keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat

memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya. Seperti peneysuaian

dalam menggunakan bajak hewan untuk lahan basah menggunakan sapi atau kerbau

sebagai penggeraknya sedangkan di lahan kering menggunakan kuda.

2) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang

berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima

tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan

saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai

taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang

lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur

kebudayaan baru tersebut. Diantaranya pada pengolahan tanah menggunakan traktor

canggih karena pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

D. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya

1. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan

a. Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain Kontak dengan kebudayaan lain dapat

menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-

penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal

dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya

sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan

memperkaya kebudayaan yang ada.

Page 5: Materi Sosper B

b . Sistem Pendidikan Formal yang Maju

Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia,

terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah,

rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia

untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi

perkembangan zaman atau tidak.

c . Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain

Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya

lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-

karya lain.

d . Toleransi terhadap Perbuatan yang Menyimpang

Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana,

dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.Untuk itu, toleransi

dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.

e. Sistem Terbuka Masyarakat (Open Stratification)

Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih

luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial

dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para

individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

f. Heterogenitas Penduduk

Di dalam masyarakat heterogen yang mempunyai latar belakang budaya, ras, dan

ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan

kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya

perubahanperubahan baru dalam masyarakat dalam upayanya untuk mencapai

keselarasan sosial.

g. Orientasi ke Masa Depan

Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu

berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan

dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

h. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu

Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan

reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.

i . Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk

Memperbaiki Hidupnya Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi

kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

Page 6: Materi Sosper B

Dalam hal cara mengolah sawah diantara faktor-faktor tersebut yang mendorong

perubahan:

a. Adanya pengaruh dari budaya masyarakat lain. Seperti kebiasaan masyarakat kota

yang menggunakan alat-alat modern yang kemudian masyarakat pedesaanpun

mengikutinya.

b. Orientasi ke Masa Depan

Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu

berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan

dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

c. Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu

Ketidakpuasan yang berlangsung lama di kehidupan masyarakat dapat menimbulkan

reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dangerakan revolusi untuk mengubahnya.

d. Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar untuk

Memperbaiki Hidupnya Ikhtiar harus selalu dilakukan manusia dalam upaya memenuhi

kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.

2. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan

a. Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain

Kehidupan terasing menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan-

perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan

kehidupan masyarakat menjadi statis.

b . Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Kondisi ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup,

contohnya masyarakat pedalaman. Tapi mungkin juga karena masyarakat itu lama berada

di bawah pengaruh masyaPerubahan Sosial Budaya di Bidang Pertanianrakat lain

(terjajah).

c . Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional

Sikap yang mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan

sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Lebih parah lagi jika masyarakat yang

bersangkutan didominasi oleh golongan konservatif (kolot).

d . Rasa Takut Terjadinya Kegoyahan pada Integritas Kebudayaan

Integrasi kebudayaan seringkali berjalan tidak sempurna, kondisi seperti ini

dikhawatirkan akan

Page 7: Materi Sosper B

menggoyahkan pola kehidupan atau kebudayaan yang telah ada. Beberapa golongan

masyarakat berupaya menghindari risiko ini dan tetap mempertahankan diri pada pola

kehidupan atau kebudayaan yang telah ada.

e. Adanya Sikap Tertutup dan Prasangka Terhadap Hal Baru (Asing)

Sikap yang demikian banyak dijumpai dalam masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa

lain,

misalnya oleh bangsa Barat. Mereka mencurigai semua hal yang berasal dari Barat

karena belum bisa melupakan pengalaman pahit selama masa penjajahan, sehingga

mereka cenderung menutup diri dari pengaruh-pengaruh asing.Itulah yang

menyebabkan kemajuan alat dan tekhnologi menjadi terhambat.

f. Hambatan-Hambatan yang Bersifat Ideologis

Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, biasanya diartikan

sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar

integrasi masyarakat tersebut.

g. Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar

Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya

sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap

perkembangan dan perubahan kebudayaan. Misalnya, memotong padi dengan mesin

dapat mempercepat proses pemanenan, namun karena adat dan kebiasaan masyarakat

masih banyak yang menggunakan sabit atau ani-ani, maka mesin pemotong padi tidak

akan digunakan, begitu juga dengan cara pengolahan tanah yang masih banyak

menggunakan hewan.

E. Sikap Kritis Masyarakat Terhadap Perubahan Sosial Budaya

a. Inovatif Adanya

perkembanan tekhnologi dan penemuan-penemuan baru mendorong orang untuk terus

berinovasi dalam menemukan tekhnologi baru yang lebih bermanfaat dan untuk

menyempurnakan penemuan yang sebelumnya.

b. Lebih praktis ( efisien )

Perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat mengakibatkan perilaku masyarakat

menjadi lebih praktis dan efisien.

c. Pertentangan ( Konflik )

Page 8: Materi Sosper B

Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya

lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan

pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau. Sehubungan dengan kondisi tanah

dimaksud, dapat menyababkan berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah ikan belut

pun akan meningkat. Keadan tersebut banyak dimanfaatkan oleh kebiasaan masyarakat

dalam memancing ikan belut (ngurek) maupun mencari ikan belut secara langsung yang

dilakukan pada malam hari dengan menggunakan bantuan cahaya patromax atau obor

(ngobor/ngadamar).Ketika beralih ke traktor, secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan

traktor tangan (angleran) teksturnya lebih kasar dan padat, serta dimungkinkan

terjadinya pencemarana tanah akibat dari kebocoran bahan bakar bensin maupun

pelumas (oli) dari mesin traktor dimaksud, sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud,

dapat menyababkan kurang berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah ikan belut

pun sangat sulit dicari maupun di pancing.

Dengan beralihnya dalam penggunaan bajak kerbau ke traktor tangan dapat berimbas

kepada menurunnya jumlah pendapatan petani pemilik kebau.

d. Ketidakserasian sosial ( disintegrasi )

Berbagai bidang kegiatan budaya dan seni maupun penciptaan alat- alat yang diyakini

merupakan sebuah manfaat dan nilai dari kehidupan manusia, akan berkembang melalui

serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang

bedampak kepada kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Menolak dan menghindari

modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat

internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan dalam menjalin hubungan, baik dalam

lingkup masyarakat maupun hubungan antar negara. Munculnya ketertinggalan budaya

(culture lag) merupakan kondisi yang terjadi manakala unsur-unsur kebudayaan tidak

berkembang secara bersamaan, salah satu unsur kebudayaan berkembang sangat cepat

sedangkan unsur lainnya mengalami ketertinggalan. Ketertinggalan yang terlihat

mencolok adalah ketertinggalan alam pikiran serta pesatnya perkembangan teknologi

dan pembangunan, kondisi ini terutama terjadi pada masyarakat yang sedang

berkembang. Begitu halnya dengan sektor pertanian yang mengalami perubahan dan

perkembangan secara terus menerus sesuai dengan alih teknologi serta perkembangan

pada masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian salah

satunya adalah teknik pengolahan lahan dengan dengan menggunakan alat dari mulai

bajak yang ditarik dengan binatang kerbau telah mengalami pergeseran dengan

menggunakan traktor tangan dan mesin sebagai penggeraknya.