Medium Repair of Bor-Frais Machine (Picomax 50)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPreventive Maintenance adalah program perawatan yang dilaksanakan untuk mencegah, mendeteksi dan menemukan kegagalan-kegagalan yang muncul sebelum berkembang menjadi kerusakan atau gangguan dalam produksi. Preventive Maintenance bertujuan untuk memelihara dan memperbaiki suatu peralatan dengan jadwal dan jangka waktu yang telah direncanakan, maka kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dapat dicegah sedini mungkin.

Program Preventive Maintenance di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung selama ini telah berjalan, namun terdapat beberapa jadwal yang tertunda dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dalam pelaksanaannya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penumpukan pelaksanaan perawatan kerja mesin. Oleh karena itu, pada kegiatan proyek akhir di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung dilakukan program Preventive Maintenance. Mesin yang menjadi objek kerja ialah mesin Bor-Frais Picomax 50 (FR 11) dengan klasifikasi Medium Repair.1.2 Tujuan PenulisanTujuan penulisan Laporan Teknik ini ialah untuk memberi informasi mengenai : 1. Kondisi awal mesin Bor-Frais Picomax 502. Pemeliharaan mesin Bor-Frais Picomax 50 3. Perbaikan kerusakan yang ditemukan pada mesin Bor-Frais Picomax 501.3 Metodologi Pelaksanaan1.3.1 Studi literatur

Studi literatur dilakukan dengan mempelajari berbagai bacaan pendukung yaitu buku manual mesin, lembar standar kalibrasi, kartu riwayat hidup mesin, dan spesifikasi kerja jenis perawatan yang akan dilaksanakan.

1.3.2 Observasi

Observasi dilakukan dengan pendataan kondisi umum mesin, kalibrasi awal, pemeriksaan fungsi mesin, dan perencanaan perawatan yang akan dilakukan.

1.3.3 Pelaksanaan

Pelaksanaan perawatan mesin yaitu medium repair, dilakukan sesuai dengan spesifikasi kerja. Pelaksanaan perbaikan dilakukan berdasarkan hasil observasi.1.3.4 PemeriksaanPemeriksaan hasil proses perawatan yaitu kalibrasi akhir dan pemeriksaan hasil perbaikan yaitu uji jalan.1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan ini digunakan sistematika seperti berikut :

BAB I PENDAHULUAN, berisi mengenai latar belakang, tujuan penulisan, metodologi pelaksanaan dan sistematika penulisan.

BAB II PENDATAAN KONDISI AWAL MESIN, berisi tentang flow chart, identifikasi fungsi mesin, estimasi waktu kegiatan perbaikan dan pemeliharaan mesin Bor -Frais Picomax 50, pemeriksaan kondisi mesin Bor -Frais Picomax 50, dan perencanaan kegiatan pemeliharaan.BAB III KEGIATAN PERBAIKAN, HASIL PERBAIKAN, dan ANALISIS PERBAIKAN, berisi tentang perbaikan yang dilakukan terhadap kerusakan yang ditemukan pada mesin, kalibrasi akhir dan analisis perbaikan pada kepala mesin, meja mesin dan kondisi umum.

BAB IV PENUTUP, berisi kesimpulan yang didapat dari hasil kegiatan Proyek Akhir berdasarkan data yang diperoleh selama kegiatan berlangsung dan juga berisi saran serta lampiran.

BAB II

PENDATAAN KONDISI AWAL MESIN2.1 Flow ChartFlow chart yang dibuat, selalu menjadi sebuah pedoman tindakan pada tiap kondisi yang ditemukan pada mesin. Dengan mengikuti alur flow chart, maka semua komponen pada mesin akan mendapat perlakuan yang sama, dan hasil kegiatan perbaikan dan pemeliharaan menjadi tepat sasaran.

Dimulai dari studi literatur, yang merupakan kegiatan mempelajari berbagai bacaan pendukung seperti buku manual mesin, lembar standar kalibrasi, kartu riwayat hidup mesin, dan spesifikasi kerja jenis perawatan yang akan dilaksanakan. Kemudian dibuat suatu perencanaan kegiatan yang menjadi acuan kegiatan pada saat proyek akhir yaitu flow chart. Setelah dibuat suatu acuan kegiatan, dilakukan observasi, yang dilakukan dengan pendataan kondisi umum mesin, kalibrasi awal, dan pemeriksaan fungsi mesinHasil observasi tersebut menjadi data kegiatan yang akan dilakukan pada mesin sehingga dibuat suatu perencanaan perbaikan dan pemeliharaan berdasarkan klasifikasi medium repair. Dari perencanaan tersebut dapat diketahui pengadaan pemesanan komponen standar atau non standar yang diperlukan. Jika komponen non standar, maka dilakukan pemesanan material komponen, kemudian dilakukan proses machining. Hasil dari proses machining tersebut diperiksa, apakah sudah sesuai atau tidak. Jika tidak sesuai, maka dilakukan kembali pemesanan material komponen atau proses machining. Jika sudah sesuai, maka dilakukan pelaksanaan medium repair. Ketika komponen standar diperlukan, maka dilakukan pemesanan komponen standar, kemudian dilakukan pelaksanaan medium repair.Setelah kegiatan medium repair dilaksanakan, maka dilakukan proses assembling mesin. Kemudian dilakukan uji kalibrasi akhir untuk dilihat apakah terdapat data yang menyimpang. Jika terdapat data yang menyimpang, maka dilakukan kembali kegiatan medium repair. Jika tidak terdapat data yang menyimpang, maka dilakukan proses uji potong. Hasil uji potong tersebut didokumentasikan sebagai data pembuktian.Flow Chart

2.1 Identifikasi Fungsi Mesin

Kegiatan identifikasi fungsi mesin dilakukan dengan tujuan mengetahui dan memahami fungsi mesin. Dengan mengetahui dan memahami fungsi mesin, maka kegiatan perbaikan dan pemeliharaan dapat dilakukan dengan tepat.

Gambar 2.2 Mesin Fehlmann Picomax 50Keterangan :1. Tuas pengubah Rpm.2. Plat penunjuk Rpm.3. Panel mode pergerakan dan putaran spindle.4. Tuas penurun spindle.5. Tool post.6. Meja arah melintang (sumbu Y).7. Cover DRO arah memanjang (sumbu X).8.Eretan meja arah melintang (sumbu Y).9. Switch utama.10.Tombol emergency stop.11.Cooling.12.Switch kecepatan pemakanan.13.Tombol naik turun kepala mesin.14.Skala pergerakan kepala mesin.15.Layar penunjuk pergerakan meja mesin.16.Meja arah memanjang (sumbu X).17.Eretan meja arah memanjang (sumbu X).18.Cover DRO arah melintang (sumbu Y).19.Tuas pengunci meja arah melintang (sumbu Y).

Gambar 2.3 Kepala mesin bagian kananKeterangan:

1. Pelumasan pada pergerakan naik turun kepala mesin.2. Plat penunjuk Rpm.3.Tombol Start putaran spindle.4.Tombol Stop putaran spindle.5. Eretan halus pergerakan naik turun spindle.6.Stopper pergerakan turun spindle.

Gambar 2.4 Panel mode pergerakan dan putaran spindleKeterangan:

1. Switch putaran spindle.2. Selektor mode pemakanan halus dengan tangan, tap dan otomatis.3. Selektor feeding kasar dan halus.2.2 Estimasi Waktu Kegiatan Perbaikan dan Pemeliharaan Mesin Bor -Frais Picomax 50

Tabel 2.1 Estimasi Waktu KegiatanPerbaikan dan Pemeliharaan Mesin Bor -Frais Picomax 50NoKegiatanEstimasi waktu (jam)

1Pendataan kondisi umum mesin5

2Kalibrasi awal5

3Pemeriksaan fungsi mesin5

4Pemeliharaan mesin30

5Perbaikan kerusakan yang terjadi30

6Kalibrasi akhir5

7Uji jalan1

2.3 Pemeriksaan Kondisi Mesin Bor -Frais Picomax 50

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kerusakan pada mesin, maka dilakukan pemeriksaan kondisi mesin. Mulai dari pengaktifkan mesin, pemeriksaan fungsi-fungsi dari tiap bagian mesin, kemudian pembongkaran terhadap mesin untuk kemudian setiap komponen dianalisa apakah masih dapat dipakai atau perlu dilakukan perbaikan atau bahkan dilakukan penggantian dengan komponen baru. Setelah melakukan pemeriksaan, akhirnya diperoleh data keadaan mesin seperti dibawah ini :2.3.1 Arah Putaran SpindleArah putaran spindle yang terjadi yaitu berputar berlawanan arah jarum jam (counter clockwise). Hal ini disebabkan karena adanya kabel yang terbalik.

2.3.2 Switch dan Tombol pada Mesin

Ditemukan beberapa kerusakan tombol pada mesin. Kerusakan tersebut yaitu :

1. Tidak adanya kepala tombol pada tombol emergency.

2. Letak tombol untuk menaikkan dan menurunkan kepala mesin tidak sesuai standar.

3. Fungsi tombol untuk menaikkan dan menurunkan kepala mesin tidak sesuai.

4. Fungsi switch untuk proses pengetapan tidak berfungsi.2.3.3 RPM SpindleTabel 2.2 Hasil Pengukuran RPM spindleRpm yang ditunjukkan tuasRpm yang terjadi

300203

650565

11501101

13801205

24002021

Belt yang terpasang pada mesin ialah Vee Belt B - 58.2.3.4 Rpm Motor Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Rpm MotorRpm yang ditunjukkan pada name plateRpm yang terjadi

450460

14501500

Hasil pengukuran menunjukkan Rpm yang terjadi lebih tinggi dari Rpm yang ditunjukkan pada name plate motor. Rpm yang terjadi tersebut sebenarnya sama dengan perhitungan rumus Rpm pada motor listrik. Hal tersebut akan mempengaruhi Rpm spindle.2.3.5 Kalibrasi Awal Mesin Bor-Frais Picomax 50Kalibrasi merupakan kegiatan memantau, memeriksa mesin atau alat, apakah mesin atau alat tersebut masih dalam kondisi sesuai standar dan dapat berfungsi sesuai fungsinya atau tidak. Objek kalibrasi ialah geometris dan pergerakan mesin. Kalibrasi awal dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data awal yang kemudian dijadikan acuan, tindakan perbaikan seperti apa yang sesuai dan memungkinkan untuk dilakukan. Hasil kalibrasi awal :Kesumbuan putaran poros spindle. GAMBARBAGIAN YANG DIPERIKSAPENYIMPANGAN YANG DIIJINKANHASIL PEMERIKSAAN

1. Kesumbuan putaran poros spindle pada jarak 10 mm.

0,006A = 0,000

B = + 0,002C = + 0,004D = + 0,004

2. Kesumbuan putaran poros spindle pada jarak 100 mm.

0,012A = 0,000B = + 0,006C = + 0,004D = + 0,003

Kalibrasi pada bagian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesumbuan putaran poros. Kalibrasi dilakukan dengan cara menyentuhkan dial pada permukaan poros uji (test bar) yang dipasang pada spindle. Kemudian poros diputar 1 putaran penuh dan pengambilan data yang ditunjukkan dial pada tiap seperempat putaran. Pengambilan data dilakukan pada dua jarak yaitu 10 mm dan 100 mm dari pangkal poros.Hasil kalibrasi menunjukkan bentuk putaran poros spindle pada jarak 10 mm masih bulat karena masih dalam toleransinya. Dan pada jarak 100 mm, putaran poros spindle juga masih bulat dan didalam toleransi kebulatannya.

Ketepatan posisi pencekaman.

GAMBARBAGIAN YANG DIPERIKSAPENYIMPANGAN YANG DIIJINKANHASIL PEMERIKSAAN

3. Ketepatan posisi pencekam adapator dengan melepas & pasang berulang-ulang pada jarak 50 mm.0,004+ 0,008

Kalibrasi pada bagian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan pengulangan posisi pencekaman pada spindle. Pencekaman poros (lepas dan pasang) dilakukan beberapa kali dan ketepatan posisi diukur dengan dial pada jarak 50 mm dari pangkal poros. Hasil kalibrasi menunjukkan ketepatan posisi pencekaman sudah diluar toleransi.

Hal tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa hal berikut ini ;

1. Tapper didalam kontruksi spindle tersebut sudah aus.2. Bola pencekam didalam spindle sudah aus.3. Pencekaman yang longgar, dikarenakan posisi cekam yang belum masuk sepenuhnya.Ketegaklurusan Spindle Mesin.

GAMBARBAGIAN YANG DIPERIKSAPENYIMPANG-AN YANG DIIJINKANHASIL PEMERIKSAAN

4. Ketegak lurusan spindle mesin terhadap pelat dasar mesin pada jarak 200 mm.

A---A = 0,015B---B = 0,015A1 = 0,000

A2 = + 0,002

B1 = 0,000

B2 = + 0,016

5. Ketegak lurusan spindle terhadap permukaan meja pada jarak 100 mm.A---A = 0,010 B---B = 0,010 A1 = 0,000 A2 = - 0,004 B1 = 0,000 B2 = + 0,002

Kalibrasi pada bagian ini bertujuan untuk mengetahui ketegaklurusan spindle terhadap landasan meja dasar mesin dan terhadap permukan meja mesin. Dari data kalibrasi yang diperoleh, hanya ketegaklurusan spindle terhadap pelat dasar mesin arah B yang kondisinya diluar toleransi yang diijinkan. Kondisi tersebut dapat dikarenakan plat dasar mesin yang aus akibat gesekan saat pemasangan maupun pelepasan meja mesin.Kelurusan gerakan naik turun pada spindle dan kepala mesinGAMBARBAGIAN YANG DIPERIKSAPENYIMPANGAN YANG DIIJINKANHASIL PEMERIKSAAN

\\6. Kelurusan gerakan poros spindle pada jarak 100 mm (DENGAN MEJA MESIN)

A---A = 0,010 B---B = 0,010A1 = 0,000A2 = - 0,014B1 = 0,000B2 = + 0,004

7. Kelurusan gerakan poros spindle pada jarak 100 mm (TANPA MEJA MESIN)

A---A = 0,010 B---B = 0,010 A1 = 0,000

A2 = - 0,003 B1 = 0,000 B2 = + 0,008

8. Kelurusan gerakan kepala mesin pada jarak 100 mm

A---A = 0,010 B---B = 0,010A1 = 0,000

A2 = + 0,030B1 = 0,000B2 = + 0,020

Kalibrasi pada bagian ini bertujuan untuk mengetahui kelurusan pergerakan spindle dan kepala mesin. Kalibrasi dilakukan menggunakan test bar dengan dial yang disentuhkan kemudian spindle/kepala mesin dinaikan atau diturunkan sejauh 100 mm. Data yang diperoleh menunjukkan kelurusan pada tiap pendataan arah A2 dan B2 sudah diluar toleransinya. Menunjukkan bahwa pergerakan lurus dari spindle dan kepala mesin sudah tidak lagi lurus pada jalurnya.9. Ketepatan poros spindle terhadap perubahan posisi kepala mesin pada ketinggian yang sama

A---A = 0,010 B---B = 0,010XA = +0,095YA = + 0,790XB = - 0.350 YB = + 0,385

Ketepatan poros spindle terhadap perubahan posisi kepala mesin

GAMBARBAGIAN YANG DIPERIKSAPENYIMPANGAN YANG DIIJINKANHASIL PEMERIKSAAN

Kalibrasi pada bagian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan poros spindle pada perubahan posisi pemeriksaan. Kalibrasi dilakukan dengan alat bantu loop. Hasil kalibrasi menunjukkan nilai diluar toleransi. Pada prinsipnya, kalibrasi pada bagian ini merupakan kalibrasi kesumbuan putaran spindle. 2.3.6 Bidang Luncur Arah Memanjang (Sumbu X)

Dudukan

Gambar 2.5 Meja MesinPemeriksaan pada bidang luncur meja dilakukan untuk mengetahui kerataan dan kesejajaran bidang luncur. Bidang luncur yang diperiksa adalah pada bagian meja dan pasangannya (dudukan meja). Proses pengukuran dilakukan dengan metode penggunaan dial pada permukaan A dan B. Pengukuran dilakukan dari titik S menuju titik F sebanyak dua kali tiap permukaannya. Pembacaan dial dilakukan pada tiap titik dari titik 0 hingga titik 6 yang jarak antar titiknya 100 mm. Posisi dial pada saat pengukuran permukaan A & B haruslah pada jalur gerak yang sama.

Gambar 2.6 Pemeriksaan Kerataan Bidang Luncur Sumbu XTabel 2.4 Hasil Pengukuran Kerataan

Bidang Luncur Sumbu XNOAB

00,0000,000

1-0,032-0,040

2-0,079-0,084

3-0,076-0,118

4-0,073-0,120

5-0,047-0,080

60,004-0,007

Dari hasil pengukuran tersebut, diperoleh data kerataan dari bidang luncur arah melintang (sumbu X).

Gambar 2.7 Grafik Kerataan Bidang Luncur Sumbu X di Permukaan A

Gambar 2.8 Grafik Kerataan Bidang Luncur Sumbu X di Permukaan BKedua grafik tersebut merupakan ilustrasi tampak samping dari permukaan bidang luncur sumbu X. Grafik menunjukkan bahwa permukaan tersebut cekung. Cekungnya permukaan bidang luncur disebabkan momen yang terjadi ketika bidang luncur digerakkan ke arah paling kanan maupun kiri. Momen tersebut merupakan momen bengkok, terjadi akibat adanya jarak antara gaya tekan dari berat benda kerja dengan tumpuan landasan luncur.Ketika bidang luncur berada pada posisi paling kanan, gaya akibat berat benda kerja menekan bidang luncur bagian kanan tersebut ke arah bawah dan bagian kiri ke atas. Juga sebaliknya ketika bidang luncur pada posisi paling kiri, gaya akibat berat benda kerja menekan bidang luncur bagian kiri tersebut ke arah bawah dan bagian kanan ke atas. Hal tersebut menyebabkan gaya gesek terpusat hanya pada bagian tengah bidang luncur, dan mengakibatkan keausan paling besar terjadi pada bagian tengah bidang luncur.2.3.7 Pasangan Bidang Luncur Arah Memanjang (Sumbu X)

Gambar 2.9 Pemeriksaan Kerataan Pasangan Bidang Luncur Sumbu X Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Kerataan Pasangan Bidang Luncur Sumbu XNOAB

00,0000,000

10,0240,029

20,0540,069

30,0650,076

40,0500,050

50,005-0,005

6-0,013-0,024

Dari hasil pengukuran tersebut, diperoleh data kerataan dari pasangan bidang luncur arah memanjang (sumbu X).

Gambar 2.10 Grafik Kerataan Pasangan Bidang Luncur Sumbu X di Permukaan A

Gambar 2.11 Grafik Kerataan Pasangan Bidang Luncur Sumbu X di Permukaan BKedua grafik tersebut merupakan ilustrasi tampak samping dari permukaan pasangan bidang luncur sumbu X. Grafik menunjukkan bahwa permukaan tersebut cembung. Cembungnya permukaan pasangan bidang luncur disebabkan momen yang terjadi ketika bidang luncur digerakkan ke arah paling kanan maupun kiri. Momen tersebut merupakan momen bengkok, terjadi akibat adanya jarak antara gaya tekan dari berat benda kerja dengan tumpuan landasan luncur.

Ketika bidang luncur berada pada posisi paling kanan, gaya akibat berat benda kerja menekan bidang luncur bagian kanan tersebut ke arah bawah dan bagian kiri ke atas. Juga sebaliknya ketika bidang luncur pada posisi paling kiri, gaya akibat berat benda kerja menekan bidang luncur bagian kiri tersebut ke arah bawah dan bagian kanan ke atas. Hal tersebut menyebabkan gaya gesek yang diterima pasangan bidang luncur ini terpusat pada bagian kanan dan kiri. Sehingga keausan yang terjadi terpusat pada bagian kanan dan kiri.

2.3.8 Poros Transportir

Gambar 2.12 Poros TransportirTabel 2.6 Hasil Pengukuran Diameter Poros TransportirNoSumbu XSumbu Y

124,0224,00

224,0224,00

324,0224,00

424,0224,00

2.3.9 Nut Pasangan Poros Transportir

Hasil pemeriksaan kelonggaran poros terhadap nut pasangannya ialah relatif sama pada empat titik. Dari hasil pemeriksaan tersebut maka poros transportir dan nutnya masih dalam keadaan baik.

Gambar 2.13 Poros Transportir dengan Nut Pasangannya2.3.10 Eretan Pada Mesin

Hasil pengecekan backlash eretan arah sumbu X dan Y adalah sebagai berikut :Eretan arah sumbu X = 0,010

Eretan arah sumbu Y = 0,010Dari hasil pengecekan tersebut, kondisi eretan arah sumbu X dan Y masih dalam keadaan standar dan masuk dalam toleransi. Batas toleransi yang diijinkan yaitu 0,010.

Ditemukan kerusakan pada eretan arah sumbu X yakni skala noniusnya tidak ikut berputar ketika tuas eretan diputar. Serta kerusakan pada eretan halus pergerakan spindle. Saat proses pengeboran otomatis, eretan halus yang ikut berputar masih dapat ditahan oleh tangan.2.4 Perencanaan Kegiatan Pemeliharaan

NoItem Pemeriksaan/PerbaikanWaktu ( Jam )

AHEAD STOCK/SPINDLE

1Periksa putaran spindle0,2

2Periksa suara dan suhu spindle, min 15 menit pada Rpm 15000,3

3Periksa dan bersihkan spindle, ganti komponen bila perlu1

4Periksa tangkai spindle0,3

5Lumasi titik-titik pelumasan0,2

BMEJA

1Periksa kondisi permukaan meja secara umum1

2Periksa poros dan nut ulir transportir sumbu x, ganti bila perlu10

3Periksa poros dan nut ulir transportir sumbu y, ganti bila perlu10

4Periksa kondisi taper gib (wedge), perbaiki atau ganti bila perlu0.5

5Periksa dan setting pergerakan meja sumbu x dan y20

6Periksa dan setting backlash sumbu x dan z2

7Periksa pengunci meja sumbu x dan y0.5

8Lumasi titik-titik pelumasan1

CTIANG

1Periksa kondisi tiang secara umum0.2

2Periksa pengunci tiang0.3

3Periksa kondisi rackgear dan pinion0.5

4Lumasi bagian rackgear dan pinion1

5Lumasi bagian tiang mesin1

DMOTOR PENGGERAK

1Bersihkan secara umum dari debu dan kotoran0.2

2Suara dan suhu motor pengerak spindle utama RPM 1200 (15 menit)0.3

3Periksa mekanisme variable pulley2

4Periksa pulley dan belt, setting kekencangan belt, ganti bila perlu4

EELEKTRIK

1Periksa panel kontrol/pengendali0.5

2Periksa dan bersihkan komponen kendali : switch, push button, dll.0.5

3Periksa dan bersihkan komponen elektrik : kabel , kontaktor, fuse, dll.0.5

FUMUM

1Periksa pengaman/stopper mesin. Setting dan perbaiki bila perlu2

2Periksa baut dan mur pengikat6

3Bersihkan body mesin dari kotoran, karat dan sebagainya4

4Bersihkan sekeliling mesin dari genangan oli1

BAB IIIKEGIATAN PERBAIKAN, HASIL PERBAIKAN dan ANALISIS PERBAIKAN3.1 Kegiatan Perbaikan Mesin Bor-Frais Picomax 50

Setelah diketahui adanya kerusakan pada mesin yang di dapat dari pemeriksaan kondisi mesin, maka segera dilakukan perbaikan. Berikut adalah rincian kerusakan dan kegiatan perbaikannya:

3.1.1 Arah Putaran Spindle Terbalik, yaitu Berlawanan Arah Jarum Jam.

Hal ini dikarenakan fasa dari arus sumber utama ke R, S, T MCB mesin tidak sesuai. Sehingga dilakukan perbaikan dengan menyesuaikan R, S, T pada MCB mesin dengan R, S, T pada arus sumber utama.

Gambar 3.1 Proses Perbaikan Arah Putaran Spindle3.1.2 Kepala Mesin Hanya Dapat Berfungsi Untuk Diturunkan, ketika Dinaikkan Kepala Mesin Tidak Bergerak.

Hal ini diakibatkan oleh tombol naik atau turun kepala mesin tidak berfungsi sepenuhnya. Perbaikan dilakukan dengan cara mengencangkan kabel pada kaki-kaki tombol naik atau turun kepala mesin.

Gambar 3.2 Proses Perngencangan Kabel Gambar 3.3 Skema Kabel yang Telah Dipasang3.1.3 Kondisi dan Posisi Tombol Naik Atau Turun Kepala Mesin Tidak Sesuai Dengan Standarnya.Ketika suku cadang tombol dicari pada bagian UPT P3 saat kegiatan proyek akhir berlangsung ternyata ada. Kemudian dilakukan penggantian dengan kondisi dan posisi standar.

Gambar 3.4 Posisi Tombol Naik Turun Gambar 3.5 Posisi Tombol Naik Turun

Sebelum Penggantian Setelah Penggantian3.1.4 Penguncian Pergerakan Naik atau Turun Kepala Mesin Tidak Berfungsi.

Dikarenakan arus yang masuk ke kaki kaki limit switch pengaman terbalik, antara kaki Normally Open (NO) dengan Normally Close (NC). Sehingga perbaikan dilakukan dengan menukar kembali kabel NO dengan kabel NC sesuai pada kaki kaki limit switch-nya.

Gambar 3.6 Posisi Limit Switch Penguncian

Kepala Mesin3.1.5 Kondisi Tuas Pengunci Eretan Sumbu Y Dengan Pegasnya Tidak Sesuai Lagi Dengan Standar Awal. Dengan kondisi ini seharusnya diganti dengan yang baru. Namun karena suku cadang dari tuas pengunci sumbu Y tidak ada, maka tidak dapat dilakukan penggantian.

Gambar 3.7 Kondisi Tuas Pengunci Sumbu Y3.1.6 Plat Pegas Pada Skala Nonius Sudah Aus.

Dilakukan penggantian dengan plat pegas yang baru. Plat baja pegas baru diperoleh dengan membuat plat pegas dengan memberikan perlakuan panas menggunakan metode quenching. Material yang digunakan ialah pelat baja lunak.

Gambar 3.8 Plat Baja Pegas.3.1.7 Pergerakan Tuas Rpm Tidak Sampai Pada Kedua Ujung, sehingga Tidak Dapat Mencapai Rpm Terendah dan Tertinggi.Hal ini disebabkan vee belt yang digunakan tidak sesuai dengan kontruksi yang diinginkan sehingga vee belt B - 58 yang dipakai diganti dengan vee belt B 60. Penggantian ini sesuai dengan yang ditunjukkan pada manual book. Kemudian setelah diperiksa rpm tetap tidak sama dengan skala yang ditunjukkan, tetapi perbedaan rpm tidak terlalu jauh.

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran RPM SpindleRpm yang ditunjukkan tuasRpm yang terjadi

300306

650658

11501162

13801322

24002427

3.1.8 Dudukan Roller Limit Switch Pada Skala Nonius Spindle Dudukan roller limit switch pada skala nonius spindle untuk pemutar kembali searah jarum jam (clock wise) bengkok, sehingga kepala poros transportir tidak menekan roller. Perbaikan dilakukan dengan meluruskan kembali dudukan roller dengan menggunakan tang.

Gambar 3.9 Dudukan Roller Limit Switch3.1.9 Kabel Sumber Arus yang Terpasang Pada Kaki Limit Switch di Dalam Skala Nonius Spindle.Kabel sumber arus yang terpasang pada kaki limit switch, pada skala nonius spindle untuk putaran berlawanan arah jarum jam (counter clock wise) salah terpasang pada nomor 2. Pada penggunaan yang benar sumber kabel terpasang pada kaki nomor 1. Hal ini membuat arus tidak dapat mengalir ke kaki limit switch nomor 3, yang seharusnya NO menjadi NC. Sehingga dilakukan perbaikan dengan pemasangan kembali kabel sumber ke kaki nomor 1. 3.1.10 Pena Pada Stopper Pergerakan Spindle .Pena pada stopper pergerakan spindle ke bawah tersangkut pada rumahnya, dikarenakan kesalahan pemasangan baut headless sebelumnya yang tidak tepat pada lubang alur, sehingga membuat permukaan pena terdeformasi. Hal ini membuat limit switch untuk pemutar arah berlawanan jarum jam selalu tertekan sehingga spindle pada putaran awal mode pengetapan langsung berbalik arah jarum jam. Pada perbaikannya, pena dikeluarkan dari rumahnya dan pada permukaan pena yang terdeformasi di gosok menggunakan batu gosok.

Gambar 3.10 Pena Stopper3.1.11 Eretan Pergerakan Halus

Ketika mode pengoboran otomatis difungsikan, eretan pergerakan halus tidak kuat menahan beban yang diberikan dengan cara ditahan dengan tangan. Sehingga membuat eretan slip. Perbaikan dilakukan pada clutch yang menyambungkan poros spindle dengan eretan halus dilepas dan dibersihkan dari oli, serta diampelas untuk menghilangkan kotoran ketika magnet clutch menempel.

Gambar 3.11 Posisi Clutch di Kepala MesinPOLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNGLEMABAR PEMERIKSAAN MESIN

JENIS MESIN: BOR - FRAIS FEHLMANN PICOMAX 50

GAMBARBAGIAN YANG DIPERIKSAPENYIMPANG-AN YANG DIIJINKANHASIL PEMERIKSAAAN

AWALAKHIR

1. Kesumbuan putaran spindle pada jarak 10 mm.0,006A = 0,000

B = + 0,002 C = + 0,004 D = + 0,004A = 0,000

B = - 0,002 C = + 0,002 D = + 0,002

2. Kesumbuan putaran poros spindle pada jarak 100 mm.0,012A = 0,000 B = + 0,006C = + 0,004 D = + 0,003A = 0,000 B = - 0,004 C = - 0,004D = +0,002

3. Ketepatan posisi pencekam adapator dengan melepas & pasang berulang-ulang pada jarak 50 mm.0,004 + 0,008 + 0,002

4. Ketegak lurusan spindle mesin terhadap pelat dasar mesin pada jarak 200 mmA--A =0,015 B--B =0,015A = 0,000A = + 0,002B = 0,000 B = + 0,016A = 0,000

A = - 0,002B = 0,000B = + 0,008

3.2 Hasil Akhir Perbaikan Mesin Bor-Frais Picomax 50 Pada kalibrasi akhir, bagian poros spindle tidak dilakukan perbaikan, namun pada kalibrasi akhir no. 1 dan 2 hasilnya lebih baik dibandingkan dengan kalibrasi awal. Hal ini dikarenakan pada saat kalibrasi akhir pencekaman test bar dilakukan dengan baik. Namun masih terjadi penyimpangan pada hasil kalibrasi poros spindle. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyimpangan kalibrasi terjadi karena kondisi bibir spindle atau bola pencekam telah aus. Tetapi tingkat keausan masih dalam toleransi. Pada hasil kalibrasi no 3, tidak terdapat perbedaan yang cukup besar karena tidak dilakukan perbaikan. Pada hasil kalibrasi no 4, hasil kalibrasi menjadi lebih baik dikarenakan sudah dilakukan perbaikan.

5. Ketegak lurusan spindle terhadap permukaan meja pada jarak 100 mm.

A--A = 0,010 B--B = 0,010A = 0,000

A = - 0,004B = 0,000 B = + 0,002A = 0,000

A = - 0,002

B = 0,000

B = + 0,002

Pada bagian no. 5, dari hasil kalibrasi diperoleh penyimpangan. Penyimpangan ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh ausnya kedua permukaan bidang luncur yang berpasangan. Hasil dari kalibrasi akhir pada bagian B2 lebih baik daripada hasil kalibrasi awal. Hal ini terjadi kemungkinan karena dilakukannya penggosokan pada bagian kedua permukaan untuk menghilangkan karat.

6. Kelurusan gerakan poros spindle pada jarak 100 mm.

A--A = 0,01 B--B = 0,01 A = 0,000 A = - 0,014 B = 0,000 B = +0,004 A = 0,000 A = - 0,008 B = 0,000 B = +0,008

7. Kelurusan gerakan poros spindle pada jarak 100 mm. (TANPA MEJA MESIN)

A--A = 0,01 B--B = 0,01 A = 0,000 A = - 0,003 B = 0,000 B = +0,008 A = 0,000 A = - 0,004 B = 0,000 B = +0,004

Pada bagian no. 6 dan 7, diperoleh penyimpangan setelah dilakukannya kalibrasi. Penyimpangan ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh keausan permukaan. Pada no. 6 keausan yang terjadi pada bagian permukaan meja mesin, dan pada no. 7 keausan terjadi pada landasan meja. Kemungkinan lain terjadi penyimpangan adalah pada poros spindle yang telah aus. Perbedaan keausan pada hasil kalibrasi awal dengan kalibrasi akhir dapat terjadi dikarenakan telah dilakukannya penggosokan untuk menghilangkan karat pada landasan meja dan kedua permukaan bidang luncur.

8. Kelurusan gerakan kepala mesin pada jarak 100 mm

A--A = 0,01 B--B = 0,01A = 0,000A =+ 0,030

B = 0,000 B = + 0,020A = 0,000A = + 0,028B = 0,000 B = - 0,028

Pada bagian no 8, hasil kalibrasi yang telah dilakukan berada diluar batas toleransi. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena adanya keausan pada tiang kepala mesin.

9. Ketepatan poros spindle terhadap perubahan posisi kepala mesin pada ketinggian yang sama

A--A = 0,01 B--B = 0,01XA = +0,095YA = + 0,790XB = - 0.350 YB = + 0,385XA = + 0,005YA= + 0,010XB = + 0,005YB = + 0,005

Pada bagian no 9, hasil kalibrasi yang telah dilakukan berada dalam batas toleransi. Metode yang dilakukan berbeda dengan proses kalibrasi awal. Metode pada kalibrasi akhir ini diawali dengan pencekaman benda kerja menggunakan ragum dan pencekaman center pin menggunakan collet. Perlu diperhatikan saat pencekaman center pin, kepala mesin disetting agar loop dapat dicekam pada spindle tanpa harus mengubah ketinggian kepala mesin. Setelah mencekam center pin, kemudian sentuhkan center pin ke benda kerja dengan putaran spindle rendah. Kemudian pasang loop pada spindle. Atur jarak loop dengan benda uji sampai terlihat pada loop. Apabila posisi titk pada benda uji tidak center, maka baut pada loop diatur sampai titik tersebut berada pada posisi center. Setelah berada posisi center, putarkan loop sebesar 1800 , apabila tidak center maka gerakan eretan sumbu X & Y sampai titk tersebut center.3.3 Analisis Perbaikan3.3.1 Kepala mesinPada bagian kepala mesin, dilakukan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan berupa kalibrasi dan pembersihan secara umum. Hasil kalibrasi yang didapat dari pengukuran pada bagian kepala mesin masih dalam batas toleransi. Sehingga tidak dilakukan kegiatan yang dapat mengubah geometri pada kontruksi spindle mesin.

Kegiatan perbaikan yang dilakukan meliputi kondisi umum, fungsi elektrik, dan fungsi mekanik. Kondisi umum yang dimaksud ialah penyesuaian kondisi bagian kepala mesin ke standar awal yang dikeluarkan pabrik pembuat antara lain: kesesuaian Rpm, penempatan push button dan fungsi switch pada mesin. Fungsi elektrik yang dimaksud ialah fungsi pada bagian kepala mesin yang berkaitan dengan kelistrikan antara lain : fungsi limit switch pengetapan, arah putaran awal spindle dan fungsi mekanik yang dimaksud ialah fungsi pada bagian kepala mesin yang berkaitan dengan sistem mekanik antara lain : pergerakan tuas spindle, dan clutch pembawa nonius eretan pemakanan halus.

3.3.2 Meja mesin

Pada bagian meja mesin juga dilakukan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan. Pemeliharaan berupa kalibrasi dan pembersihan secara umum. Hasil kalibrasi yang didapat dari pengukuran pada bagian meja mesin secara umum masih dalam toleransi yang diijinkan.

Pemeriksaan pada bagian meja mesin juga dilakukan dengan cara mengukur kerataan bidang luncur pada mesin dengan menggunakan dial. Hasil yang didapat menunjukkan permukaan bidang luncur yang cekung pada sumbu X (memanjang) dan cembung pada bidang luncur pasangannya. Penyebabnya ialah adanya momen bengkok pada meja mesin sumbu X (memanjang) saat berada di posisi paling kanan maupun paling kiri. Momen bengkok tersebut menyebabkan gaya gesek yang diterima terpusat pada bagian kanan dan kiri saja untuk bidang luncur sumbu X (memanjang), dan bagian tengah untuk bidang luncur pasangannya. Sehingga bindang luncur sumbu X (memanjang) menjadi cekung dan bidang luncur pasangannya menjadi cembung.

Kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh ialah penggerindaan permukaan kedua bidang luncur tersebut. Pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penggerindaan, antara lain :

Ketersediaan mesin gerinda datar dengan kapasitas kerja mencukupi dimensi meja mesin ( 670 x 320 ). Dimensi bidang luncurHasil dari penggerindaan ialah bidang luncur yang rata dan berkurangnya ketebalan tiap bidang luncur. Berkurangnya ketebalan bidang luncur akan berdampak pada bidang bebas. Maka perlu dipertimbangkan apakah setelah penggerindaan, bidang bebas akan menjadi kontak terhadap bidang bebas pasangannya atau tidak. Jika menjadi kontak, maka pada bidang bebas perlu dilakukan proses lanjutan untuk membuat bidang bebas tersebut menjadi tidak kontak dengan pasangannya. Proses lanjutan yang dapat dilakukan ialah proses milling. Alur ekor burung dan pasangannyaPertimbangan pada bagian ini ialah kelonggaran pada alur dovetail dari pasangannya. Kelonggaran yang ada dikompensasi dengan pemasangan wedge. Kemudian setelah digerinda, kelonggaran tersebut bertambah. Diperhitungkan apakah kelonggaran tersebut masih bisa dikompensasi oleh wedge. Jika tidak, maka harus membuat wedge baru dengan ukuran ketebalan yang lebih besar.

Gambar 3.12 Meja mesin

Sumbu lubang nut poros transportir pada meja sumbu X dan pasangannya.

Setelah dilakukan penggerindaan pada bidang luncur posisi poros trasnportir akan bergeser ke bawah. Dengan demikian lubang nut yang sudah ada tidak dapat lagi digunakan karena sumbu poros sebagai pasangnnya sudah bergeser. Kemungkinan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ialah mengurangi ukuran diameter luar nut transportir, sehingga nut yang masuk pada lubang posisi nut memiliki suaian longgar. Dengan demikian, posisi nut dapat disesuaikan untuk mendapatkan kesumbuan yang sama antara nut dan poros transportir.

Proses penggerindaan yang dimaksud tidak dilakukan, dengan pertimbangan bahwa bidang luncur dan pasangannya masih dapat bergerak pada satu garis lurus. Hal tersebut dikarenakan kondisi permukan bidang luncur sumbu X (memanjang) dan pasangannya yang cekung dan cembung dapat saling menutupi saat pergerakan. Pertimbangan tersebut juga diperkuat dengan hasil kalibrasi pada pergerakan meja mesin.Kegiatan perbaikan yang dilakukan pada bagian meja mesin meliputi kondisi umum dan fungsi mekanik. Perbaikan kondisi umum ialah pembersihan meja mesin secara keseluruhan dan karat dan deformasi hasil benturan pada meja mesin. Perbaikan kondisi umum dilakukan dengan cara penggosokan permukaan meja mesin menggunakan autosol, ampelas tangan, dan batu gosok.Perbaikan pada fungsi mekanik dilakukan pada fungsi eretan sumbu X (memanjang). Kondisi yang didapat ialah tidak adanya tuas eretan dan nonius pada eretan tidak ikut berputar saat eretan diputar. Perbaikan dilakukan dengan membuat tuas eretan baru dan penggantian pelat pegas pembawa nonius yang sudah aus.

3.3.3 Kondisi umum

Pemeliharaan dilakukan dengan membersihkan body keselurahan mesin dari kotoran dan karat. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan majun bersih, ampelas tangan dan batu gosok untuk menghilangkan kotoran, karat dan mengurangi tonjolan tonjolan kecil pada permukaan mesin akibat deformasi hasil benturan yang diterima mesin.Dengan dilakukannya kegiatan perbaikan dan pemeliharaan pada mesin Fehlmann Picomax 50, maka mesin dapat kembali digunakan dengan optimal sesuai dengan desain dan fungsi mesin. Kegiatan pemeliharaan haruslah dilakukan dengan rutin sesuai dengan jadwal ISMO ( Inspection, Small Repair, Medium Repair, Over Haull ) sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Sehingga saat penggunaannya, mesin dapat beroperasi dengan optimal dan umur mesin dapat bertahan lama. BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan yang telah dilakukan pada mesin Bor Frais Picomax 50 FR 11, dapat diambil kesimpulan dari kondisi mesin tersebut sebagai berikut ;1. Pada bagian kepala mesin, dilakukan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan berupa kalibrasi dan pembersihan secara umum.2. Kegiatan perbaikan yang dilakukan meliputi kondisi umum, fungsi elektrik, dan fungsi mekanik.3. Pada bagian meja mesin juga dilakukan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan. Pemeliharaan berupa kalibrasi dan pembersihan secara umum. Hasil kalibrasi yang didapat dari pengukuran pada bagian meja mesin secara umum masih dalam toleransi yang diijinkan.4. Pada bagian bidang luncur meja terdapat keausan sebesar 0,120 di sumbu X dan 0,076 di sumbu Y.5. Kondisi dan posisi tombol naik atau turun kepala mesin kembali sesuai standar.6. Fungsi penguncian naik atau turun kepala mesin kembali normal. 7. Skala nonius pada eretan meja mesin dapat kembali digunakan dengan baik.8. Tuas pengubah Rpm dapat kembali digunakan untuk mencapai Rpm tertinggi dan Rpm terendah.9. Fungsi pada mode pengetapan kembali normal.

10. Dilakukan perbaikan pada kebel-kabel limit switch mode pengetapan.11. Kedua permukaan magnetic clutch yang bersentuhan dibersihkan.Dengan dilakukannya kegiatan perbaikan dan pemeliharaan pada mesin Bor Frais Picomax 50 FR11, maka mesin dapat kembali digunakan dengan optimal sesuai dengan desain dan fungsi mesin. Kegiatan pemeliharaan haruslah dilakukan dengan rutin sesuai dengan jadwal ISMO ( Inspection, Small Repair, Medium Repair, Over Haull ) sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Sehingga saat penggunaannya, mesin dapat beroperasi dengan optimal dan umur mesin dapat bertahan lama.4.2Saran

Pada kegiatan perbaikan dan pemeliharaan berikutnya, disarankan untuk dilakukan kegiatan :

1. Perbaikan permukaan bidang luncur sumbu X dan pasangannya.

Perbaikan dilakukan dengan proses penggerindaan permukaan untuk mendapat permukaan yang rata. Juga dilakukan kegiatan perbaikan pendukung guna menyesuaikan konstruksi meja mesin yang berubah akibat proses penggerindaan permukaan bidang luncur sumbu X dan pasanganya.2. Perbaikan pada sistem cooling.Pada saat kegiatan proyek akhir, prioritas kegiatan diutamakan pada perbaikan dan pemeliharaan mesin di bagian kepala mesin dan meja mesin. Sehingga tidak dilakukan kegiatan pada bagian sistem cooling.3. Pendempulan dan pengecatan bagian mesin yang sudah terkelupas.

4. Tuas pemutar eretan sumbu X tidak sesuai standar. Pada saat kegiatan perbaikan dan pemeliharaan ini sudah dibuat tuas sumbu X yang baru, namun belum sesuai standar. Disarankan untuk dibuat tuas pemutar eretan sumbu X yang sesuai standar. 5. Pemeriksaan lebih lanjut dan perbaikan pada leher mesin.6. Pembuatan alat bantu penekan pegas pulley driver. Disarankan untuk dibuat alat bantu baru dengan desain yang lebih nyaman demi keselamatan kerja pegangan. Desain yang sudah ada memiliki kekurangan, yakni pada bagian pelat pegangan. Bagian pelat pegangan terlalu lebar sehingga tangan akan terasa sakit dan tidak nyaman saat menggunakannya. Direkomendasikan pembuatan dengan desain pelat pegangan yang tidak lebih lebar, dan ketebalannya ditambah.

7. Pengunci eretan sumbu Y yang terpasang tidak ada pegasnya dan tuasnya sudah patah, disarankan dilakukan penggantian. Pada saat kegiatan perbaikan dan pemeliharaan ini, penggantian belum dapat dilakukan karena tidak ada suku cadang.

DAFTAR PUSTAKAFehlmann Operating and Service Instructions. Garg, H. P. 1976. Industrial Maintenance. New Delhi : S. Chand & Company LTD. Manual Book Fehlmann Picomax 50.Riwayat Mesin Fehlmann Picomax 50 FR 11.LAMPIRAN I Jurnal KegiatanTahun : 2013Bulan : MaretPROGRAM STUDI MAINTENANCE MECHANICMinggu Program ke : 24

Tanggal 7 s/d 15Semester : VIProgram : PA

HariKegiatanWaktu

JamMenit

KamisPencarian data-data mesin bor-frais mesin fehlmann picomax 50 & proses kalibrasi 4

JumatMelanjutkan proses kalibrasi mesin fehlmann (FR11)4

SeninPersiapan alat, melanjutkan kalibrasi, cek suhu spindle & motor, cek kesesuaian rpm2

Penyusunan OP, pemeriksaan alat-alat, penjelasan mesin235

Penmeriksaan kerusakan mesin, pembuatan OP pembongkaran meja mesin 220

SelasaPembongkaran meja mesin & kalibrasi330

Perbaikan arah putaran spindle, kerusakan pengunci tiang & percobaan perbaikan proses pengetapan2

RabuPemindahan meja mesin & pembongkaran bagian eretan, perbaikan proses pengetapan2

Melanjutkan pembongkaran, perbaikan proses pengetapan235

Pembersihan poros transportir & bearing serta pemeriksaan kerataan meja mesin menggunakan jembatan kerataan220

KamisPemeriksaan bagian - bagian mesin & pemeriksaan kerataan meja mesin 2

Dial meja mesin, perbaikan proses pengetapan235

Pembersihan baut-baut meja mesin220

JumatPembersihan & penghampelasan meja mesin2

Order part-part & perbaikan proses pengetapan145

Melanjutkan perbaikan & dial meja mesin140

Total jam : 39 jam 40 menit

Tahun : 2013Bulan : MaretPROGRAM STUDI MAINTENANCE MECHANICMinggu Program ke : 25

Tanggal 18 s/d 22Semester : VIProgram : PA

HariKegiatanWaktu

JamMenit

SeninPerbaikan proses pengetapan2

Pemanasan pelat pegas, bongkar pulley235

Assembling eretan sumbu X & Y220

SelasaPersiapan & order barang2

Pelumasan, pemasangan vee belt, pengetapan rumah handle235

Proses pembuatan handle, perbaikan proses pengetapan220

RabuProses kalibrasi, assembling bed & eretan sumbu Y di mesin .pembuatan handle2

Melanjutkan assembling, pembuatan handle, pembersihan clutch pengeboran otomatis235

Melanjutkan assembling, pembuatan handle, pembersihan clutch pengeboran otomatis220

KamisAssembling bed & eretan sumbu X di mesin, pembuatan handle, pembersihan clutch pengeboran otomatis2

Melanjutkan assembling, pembersihan clutch pengeboran otomatis235

Melanjutkan assembling, pembersihan clutch pengeboran otomatis220

JumatPerbaikan proses bor, kalibrasi akhir2

Kalibrasi akhir, pemasangan tombol naik & turun yang lama145

Kalibrasi akhir & proses percobaan pengeboran otomatis140

Total jam : 33 jamLAMPIRAN II Kalibrasi

POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNGLEMBAR PEMERIKSAAN MESIN

JENIS MESIN : BOR -FRAIS FEHLMANN PICOMAX 50

GAMBARBAGIAN YANG DIPERIKSAPENYIMPANGAN YANG DIIJINKANHASIL PEMERIKSAAN

1. Kesumbuan putaran spindle pada jarak 10 mm0,006

2. Kesumbuan putaran poros spindle pada jarak 100 mm0,012

3. Ketepatan posisi pencekam adapator dengan melepas & pasang berulang-ulang pada jarak 50 mm0,004

4. Ketegak lurusan spindle mesin terhadap pelat dasar mesin pada jarak 200 mmA---A = 0,015 B---B = 0,015

5. Ketegak lurusan spindle terhadap permukaan meja pada jarak 100 mm A---A = 0,010 B---B = 0,010

6. Kelurusan gerakan poros spindle pada jarak 100 mm (DENGAN MEJA MESIN)A---A = 0,010 B---B = 0,010

7. Kelurusan gerakan poros spindle ke bawah pada jarak 100 mm (TANPA MEJA MESIN) A---A = 0,010 B---B = 0,010

8. Kelurusan gerakan kepala mesin ke bawah pada jarak 100 mm A---A = 0,010 B---B = 0,010

9. Ketepatan poros spindle terhadap perubahan posisi kepala mesin pada ketinggian yang samaA---A = 0,010 B---A = 0,010

LAMPIRAN III Skema Hubungan Kabel Pada Tombol Naik Turun

LAMPIRAN IV Langkah Pembokaran yang Dilakukan Pada Meja Mesin sumbu X dan YNOLANGKAHGAMBARALAT BANTU

1.Buka cover sensor sumbu X

Kunci L 3

2.Ukur ketinggian sensor terhadap meja mesin sebagai patokan pada saat pemasangan

Depth Gauge

3. Buka sensor sumbu X

Kunci L 3

4. Buka penahan sumbu X

Kunci L 4

5Buka eretan sumbu X (buka baut pengunci eretan dengan poros, buka baut pengunci eretan dengan meja mesin, buka baut pengunci nut dengan meja mesin)

Kunci L 8

6.Buka baut pengatur wedge, lepaskan wedge

Kunci L 8

7.Lepaskan meja mesin sumbu XLifter

8. Buka cover sensor sumbu YKunci L 3

9.Ukur ketinggian sensor dengan meja mesin sumbu Y

Depth Gauge

10.Buka sensor sumbu Y

Kunci L 3

11.Buka pelat penahan eretan sumbu Y

Kunci L 5

12.Buka baut pengatur wedge, lepaskan wedge

Kunci L 4Kunci Pas 12

13.Buka baut pengunci landasan meja sumbu Y

Kunci Pas 19

14.Lepaskan meja sumbu Y

Lifter

LAMPIRAN V Langkah Pembokaran yang Dilakukan Pada Eretan Sumbu X dan Y

NoLangkahGambarAlat Bantu

1Tekan bagian poros transportir (no 3)

Handpress

2Keluar bagian skala nonius (no 1)

3Buka cover

Kunci L 5

4Buka skala nonius & pelat baja pegas

Uji Potong

Pemesanan Material Komponen

A ada penyimpangan?

1

14

13

12

17

16

15

2

3

4

5

6

8

7

18

19

9

10

11

1

6

5

4

3

2

1

2

3

D

A

C

B

B

C

A

D

A1

B2

B1

A2

A1

B2

B1

A2

A1

A2

B1

B2

B

A

B

A

A

B

A2

B1

B2

A1

A

B

S

F

dial

6

5

4

3

2

1

0

B

A

Dial

1

3

4

2

1

2

3

4

Nut

Poros Transportir

MCB pada panel mesin

Kabel yang tersambung dari R,S,T MCB panel utama

Kabel yang telah dikencangkan pada kaki tombol

Plat modifikasi dudukan tombol naik turun kepala mesin

Suku cadang asli plat dudukan push button

Plat modifikasi dudukan push button

Posisi limit switch pengaman tuas pengunci naik atau turun kepala mesin

Tuas pengunci eretan sumbu Y

Posisi limit switch dengan dudukan roller limit switch yang bengkok

Pena stopper telah dikembalikan pada posisi standarnya

Pena stopper tersangkut pada rumahnya

Clutch di bagian dalam kepala mesin

B2

A2

A1

B1

D

A

B B

C

D

A

B B

C

A2

B1

B2

A1

A

B

A

B

A

B

A2

B1

B2

A1

Meja arah memanjang (sumbu X)

Bidang bebas

Meja arah melintang (sumbu Y)

Bidang kontak

D

A

C

B

D

A

C

B

D

A

C

B

A1

A2

B1

B2

A

B

A

B

A

B

A2

B1

B2

A1

Hubungan

1 7

2 Sumber

3 8

4 6

5 Sumber

8 Sumber

1

2

3

4

5

6

7

8

Meja Arah Memanjang (Sumbu X)

Meja Arah Melintang (Sumbu Y)

Landasan Meja

B

A

B

A

B

A

A2

B1

B2

A1

B

A

B

A

B

A

Tidak

Pelaksanaan Medium Repair

Selesai

Machining Komponen

Pemesanan Komponen Standar

Studi Literatur

Observasi dan Kalibrasi Awal

Ke

Mulai

Perencanaan Kegiatan

Perencanaan Medium Repair

Ke

Assembling

Ya

Uji Kalibrasi Akhir

Dokumentasi

QC

Ya

Tidak

Gambar 2.1 Alur Pelaksanaan Kegiatan

6