Upload
dunia-perpustakaan
View
233
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Buku ini menyadarkan kita akan sebuah pemikiran-pemikiran baru dari penulis terkait semua yang menyangkut dengan dunia perpustakaan. Penulis mencoba mengajak kepada semua yang bekerja di bidang dunia perpustakaan untuk berubah dalam sistem kerja yang selama ini seringkali kurang tepat.
Citation preview
Membuka Nalar dan Pikir Dunia Perpustakaan
di Indonesia
Penulis : Ari Suseno
(Pendiri dan pengelola website www.duniaperpustakaan.com)
Penerbit: Issuu.com
“ TIDAK AKAN PERNAH RUGI BERBAGI ILMU PENGETAHUAN KE
BANYAK ORANG, KECUALI BERJUTA MANFAAT DIDALAMNYA.
Dengan semakin banyak orang berbagi Ilmu pengetahuan, maka yakinlah
bahwa kemajuan ilmu pengetahuan akan semakin cepat dan murah. Dan
sebaliknya, semakin kita “PELIT” untuk berbagi ilmu pengetahuan dan
teknologi maka sesungguhnya kita menjadi bagian dari orang-orang yang
MENUNDA bahkan MENGHAMBAT Percepatan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri.”
(Ari Suseno: 2010/duniaperpustakaan.com)
Pustakawan Harus Mau Berubah !
Sebenarnya pembicaraan terkait Library 2.0 sudah menjadi banyak pembicaraan dikalangan penikmat
akses informasi di dunia maya. Sayangnya, justru pembicaraan atas isu Library 2.0 ini sering dibahas
bukan oleh kalangan pustakawan tapi justru oleh para bloger dan pecinta akses informasi di dunia
maya. Mereka yang sudah merasakan dan mendapatkan berjuta manfaat atas adanya akses informasi di
dalam dunia maya (internet) yang begitu luar biasa merasa menarik untuk membicarakan terkait
Library 2.0 ini. Lalu, Bagaimana dengan pustakawan sendiri ?
Saya sangat faham ketakutan seorang Bambang Haryanto atas kondisi semacam ini. Seorang
pustakawan yang setiap hari selalu berkecimpung dengan dunia perpustakaan tapi justru belum tahu
dengan isu ini. Jika sudah tahupun ternyata mereka amsih bingung harus berbuat apa dengan adanya isu
Library 2.0 ini.
Untuk mengetahui pembahasan detail tentang Library 2.0 mungkin saya sarankan anda membaca
tulisan dari Bambang Haryanto atau tulisan Ibu Proboyekti yang sudah saya publikasikan di
duniaperpustakaan.com beberapa bulan yang lalu.
Dalam soal pengertian tentang Library 2.0 ini saya lebih suka pendapatnya Bambang Haryanto yang
mengutip dan sepakat dengan tulisan John Blyberg dalam artikelnya 11 Reasons Why Library 2.0
Exists and Matters antara lain mengutip pendapat Michael Stephens. Library 2.0 sederhananya
merupakan upaya membuat perpustakaan, baik fisik atau maya, lebih interaktif, kolaboratif dan
digerakkan oleh kebutuhan komunitas yang mendukungnya. Contohnya dengan memasukkan fasilitas
blog, arena bermain di malam hari bagi remaja, sampai situs kolaborasi untuk pemajangan foto-foto
mereka.
Daya dorong utamanya adalah membuat pembaca bisa mengunjungi perpustakaan kembali dengan
membuat perpustakaan relevan bagi kebutuhan dan keinginan mereka dalam kehidupannya sehari-
hariâ ¦membuat perpustakaan sebagai tujuan dan bukan sebagai hal yang difikirkan belakangan.â� ��
Saya pikir memang sudah saatnya pustakawan sadar dan berfikir bahwa mereka memiliki posisi yang
luar biasa besar dalam mengelola informasi yang berkembang teramat sangat pesat ini. Pustakawan
dahulu dan sekarang harus berbeda dalam mengelola informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang disetiap detiknya.
Jika dahulu seorang pustakawan hanya bekerja untuk mengelola informasi ilmu pengetahuan dalam
bentuk buku, arsip, dan sejenisnya, tapi pustakawan saat ini harus berfikir jauh bahwa informasi ilmu
pengetahuan saat ini bukan hanya itu. Terlebih jika kita melihat bahwa di era sekarang, jutaan orang
lebih suka mencari informasi ilmu pengetahuan melalui akses bernama internet.
Perubahan perilaku pencari informasi ini harus segera direspon oleh pustakawan-pustakawan dengan
cara ikut menampung ilmu pengetahuan yang beredar melalui Internet untuk selanjutnya di sortir,
dikelola dan selanjutnya disajikan untuk para pencari informasi melalui internet.
Saya sangat menyayangkan adanya anggapan bahwa ilmu pengetahuan dan informasi yang beredar di
google dan internet dianggap sebagai sampah informasi. Bagiku anggapan ini sangat cocok dilakukan
oleh mereka yang mungkin takut dengan adanya kemajuan teknologi informasi kemudian mereka tidak
mampu untuk mengikuti kemajuan teknologi seperti sekarang ini.
Hal yang berbeda tentunya jika kita sadar bahwa kemajuan teknologi seperti ini mau tidak mau , SUKA
TIDAK SUKA akan terus berkembang. Ketika kita sudah tahu itu maka yang harus kita lakukan
adalah, bagaimana PERAN DAN FUNGSI KITA sebagai seorang pustakawan yang setiap hari bekerja
mengelola informasi ini untuk mengolah jutaan informasi Ilmu Pengetahuan yang beredar di Internet
ini kita olah dengan cara memilah dan memilih informasi yang seperti apa yang layak untuk di
konsumsi publik dan bermanfaat untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
pesat seperti sekarng ini.
Jika semua pustakawan diseluruh penjuru dunia mau melakukan ini, saya sangat yakin bahwa
masyarakat diseluruh penjuru dunia ini tidak akan merasa kesulitan menemukan akses informasi ilmu
pengetahuan yang mereka inginkan karena mereka tidak lagui mencari informasi yang mereka inginkan
melalui mesin pencarian di Internet (google, yahoo, dll) tapi cukup berkunjung ke sebuah perpustakaan
yang bisa memenuhi dan siap memebrikan semua informasi yang mereka butuhkan.
Pertanyaanya sekarang adalah, MAUKAH PUSTAKAWAN BELAJAR dan melakukan
perubahan UNTUK INI ? Kapan ?
Jangan Jadikan Otak Kita menjadi “Tong Sampah” Ilmu Pengetahuan dan
Informasi
Seandainya saja setiap dosen dibidang Ilmu perpustakaan rajin menulis dan mempublish materi
perkuliahan mereka di website pribadi masing-masing dan juga seandainya setiap mahasiswa jurusan
ilmu perpustakaan juga rajin menulis dan mempublikasikan tugas-tugas perkuliahan mereka di internet,
saya teramat sangat yakin tidak akan ada lagi kisah-kisah mahasiswa atau dosen jurusan ilmu
perpustakaan serta pejuang-pejuang literasi dan pegawai perpustakaan diberbagai daerah yang
kesulitan mencari referensi terkait semua bidang perpustakaan ini.
Namun menyadarkan pola pikir dan kebiasaan tersebut memanglah teramat sangat sulit. Tapi
membiarkan kebiasaan buruk ini untuk terus berlanjut juga merupakan sesuatu yang jauh lebih buruk
lagi.
Saat ini, hampir semua orang mempublikasikan pemikiran dan ide-ide besar mereka diberbagai bidang
melalui dunia maya (internet) hal ini karena mereka sadar bahwa kemajuan teknologi informasi
bernama internet ini mau tidak mau sudah menjadi bagian dari aktivitas kita sehari-hari. Terlebih saat
ini ketika semua informasi sudah bisa diakses dengan mudah melalui mobile (Handphone)
menyebabkan penyebaran akses informasi menjadi semakin cepat dan luas hingga mencapai kepelosok
negeri bahkan ke pelosok desa terpencil.
Saat kita sadar akan adanya situasi yang tersebut diatas, apakah kita akan mempertahankan pola pikir
â KUNOâ kita untuk TIDAK MAU BERBAGI INFORMASI DAN PENGETAHUAN YANG�� ��
KITA MILIKI MELALUI INTERNET DENGAN BERJUTA ALASAN ?
Jika jawaban kita atas pertanyaan diatas adalah IYA. Maka saya sarankan silahkan anda hidup dan
berinteraksi di jaman saat internet belum ada.
Sadarkah kita bahwa ilmu pengetahuan yang hanya kita simpan dalam otak kita ibarat â sampah��
ilmu pengetahuanâ dan otak kita adalah â tong sampahâ dari ilmu pengetahuan tersebut.�� �� ��
Beberapa alasan “kuno” kenapa orang malas untuk menuliskan ide dan ilmu pengetahuan mereka di
internet diantaranya adalah:
1. Plagiat
Beberapa orang takut tulisan mereka diklaim menjadi tulisan orang lain. Sebenarnya alasan semacam
ini sudah sangat tidak bermutu kenapa saya berani katakan demikian ? Karena jika kita melihat dan
merujuk undang-undang hak cipta dalam satu bab disebutkan bahwa setiap karya tulis seseorang ketika
di publish di internet sudah dilindungi hak cipta ats tulisan tersebut. Apalagi di era keterbukaan dan
canggih ini, kita dengan sangat mudah melacak tulisan-tulisan kita yang beredar di internet. Jika ada
orang yang mengklaim tulisan tersebut adalah tulisan mereka, maka kita bisa melaporkan si plagiator
tersebut melalui jalur hukum.
2. Tidak DIBAYAR
Sebenarnya saya pribadi â teramat sangat tidak sukaâ dengan masih adanya orang-orang yang�� ��
berfikir seperti ini, ya, mereka malas menulis karena TIDAK DIBAYAR. Sebuah alasan yang menurut
saya sudah harus hilang di era keterbukaan seperti sekarang ini. Saya sangat yakin mereka-mereka
yang berfikiran seperti ini justru biasanya ada pada kalangan orang-orang yang mengklaim diri mereka
adalah ORANG YANG CERDAS, PROFESIONAL, AHLI, dan julukan-julukan besar yang lain
sehingga menganggap dan menilai bahwa setiap kata yang tertulis dari mereka HARUS
MENGHASILKAN RUPIAH (TIDAK BOLEH GRATIS ! ). Saat ini sebenarnya para BLOGER sudah
memberi SOLUSI CERDAS untuk masalah ini. Seorang bloger hampir setiap hari menulis dan berbagi
ilmu pengetahuan mereka di web atau blog mereka masing-masing. Tulisan dan ilmu para bloger ini di
â Obralâ gratis melalui internet. Kemudian karena tulisan dan ilmu pengetahuan yang mereka�� ��
tulis memang sangat bermanfaat untuk orang banyak, maka blog mereka banyak dikunjungi orang
disetiap harinya. Merasa blog mereka banyak dikunjungi orang, maka si Bloger kemudian memasang
jasa IKLAN di blog mereka. Akhirnya dari sana banyak Advertiser yang tertarik memasang iklan di
web/blog para bloger tersebut. Bukan hanya advertiser lokal tapi juga advertiser diseluruh belahan
dunia. Dengan cara itulah para bloger berbagi ilmu pengetahuan mereka dengan Gratis tapi tetap
memiliki penghasilan yang jumlahnya juga sangat besar. Hal ini bisa terjadi ketika tulisan-tulisan yang
kita tulis memang memberi manfaat banyak orang dan berkwalitas sehingga advertiser merasa tidak
rugi menitipkan iklan di web/blog tersebut.
3. Takut Ketahuan Jika Karya Tulisan Mereka Ternyata HASIL PLAGIAT
Alasan yang terakhir ini saya temukan langsung dari beberapa teman saya yang selama kuliah ternyata
dalam mengerjakan tugas mereka hanya hasil dari â copy pasteâ sehingga mereka malu�� ��
mempublikasikan tulisan mereka di internet karena pasti akan ketahuan kalau tugas dia selama kuliah
ternyata hasil dari copy paste. Tapi yang saya takutkan lagi sebenarnya adalah ketika alasan mahasiswa
ini juga ternyata menjadi ALASAN PARA DOSEN YANG MALAS MENULIS DI INTERNET ?.
Sangat mungkin memang, ketika dosen tidak berani menuliskan pemikiran dan ilmu pengetahuan
mereka di internet karena mereka takut sebagai seorang dosen ternyata dalam memberikan materi
perkuliahan mereka, ternyata materi perkuliahan yang dia berikan ke mahasiswa adalah hasil COPY
PASTE. Hal ini bisa dilihat kemungkinanya dengan melihat sangat jarangnya sekali seorang dosen saat
memberikan materi perkuliahan dia mencantumkan sumber-sumber atau referensi dari materi
perkuliahan yang mereka berikan kepada mahasiswa.
Saya sangat yakin mungkin masih banyak lagi berjuta alasan untuk menyebutkan kenapa orang tidak
mau atau malas menulis dan berbagi ilmu pengetahuan mereka melalui Internet. Tapi saya tidak
mungkin memasukan semua alasan tersebut apalagi jika alasanya hanyalah
MALAS dan SIBUK.
Melalui tulisan ini sebagai admin saya mengajak kepada semua mahasiswa, dosen ilmu perpustakaan
dan semua pejuang-pejuang literasi informasi di seluruh Indonesia untuk mulai detik ini untuk
mencoba rajin menulis dan mempublikasikan tulisan anda di internet sehingga ilmu pengetahuan dan
ide-ide serta pemikiran luar biasa anda bisa dibaca dan diketahui oleh orang banyak sehingga pembaca-
pembaca tulisan anda akan mengingat anda sebagai orang yang cerdas dan berilmu serta memberi
banyak manfaat untuk orang banyak walau hanya melalui tulisan.
Untuk menulis di blog, anda bisa melalui banyak pilihan seperti ; Blogspot, Blogdetik, WordPress, dan
masih banyak sekali media yang lain. Duniaperpustakaan.com juga menyediakan ruang untuk anda
yang ingin menjadi kontributor dan menulis di web/blog ini dengan cara dan petunjuk
DISINI.
Terakhir saya hanya ingin mengatakan bahwa:
TIDAK AKAN PERNAH RUGI BERBAGI ILMU PENGETAHUAN KE
BANYAK ORANG, KECUALI BERJUTA MANFAAT DIDALAMNYA.
Dengan semakin banyak orang berbagi Ilmu pengetahuan, maka yakinlah
bahwa kemajuan ilmu pengetahuan akan semakin cepat dan murah. Dan
sebaliknya, semakin kita “PELIT” untuk berbagi ilmu pengetahuan dan
teknologi maka sesungguhnya kita menjadi bagian dari orang-orang yang
MENUNDA bahkan MENGHAMBAT Percepatan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri.