Upload
latifah-ituh-adis
View
61
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Case Report Session
MENINGITIS
Oleh :
Latifah
0810313252
Pembimbing :
Prof.dr. H. Basjiruddin Ahmad,Sp.S (K)Dr. Yuliarni Syafrita,Sp.S (K)
Bagian NeurologiRSUP Dr. M. Djamil Padang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
1
2013MENINGITIS
A. Pendahuluan
Meningitis adalah radang umum pada arakhnoid dan piamater, disebabkan
oleh bakteri, virus, Ricketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan
kronis. Mikroorganisme ini dapat masuk ke setiap bagian ruang subarachnoid dan
dengan cepat menyebar ke tempat lain. Meningitis dibagi menjadi dua golongan
berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan
meningitis purulenta. (1,2)
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang
disertai cairan otak yang jernih. Penyebab tersering adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondii, Ricketsia.
Meningitis serosa masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas
tuberkulosis masih tinggi. (1,2,3)
Meningitis purulenta adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater
yang disertai cairan otak yang keruh. Penyebab terutama adalah Haemophilus,
Pneumococcus, Meningococcus, Staphilococcus, Streptococcus, sedangkan pada
bayi penyebab tersering yaitu E.coli, Salmonella, Staphilococcus, Streptococcus. (1,2,3)
B. Etiologi dan Patogenesis
1. Meningitis Serosa
Meningitis serosa terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran
tuberkulosis primer, biasanya dari paru. Terjadinya meningitis bukanlah karena
terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan
biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum
tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga arachnoid.
Kadang-kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari mastoiditis atau
spondilitis. (1,2,3)
Pada pemeriksaan histologis, meningitis serosa ternyata merupakan
meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak,
2
terutama pada batang otak (brain stem) tempat terdapat eksudat dan tuberkel.
Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dpat menimbulkan obstruksi pada
sisterna basalis dan mengakibatkan hidrosefalus serta kelainan pada saraf otak.
Tampak juga kelainan pada pembuluh darah seperti arteritis dan flebitis yang
menimbulkan penyumbatan. Akibat penyumbatan ini dapat terjadi infark otak
yang kemudian akan mengakibatkan perlunakan otak. (2,3)
2. Meningitis Purulenta
Kuman-kuman dapat masuk ke dalam susunan saraf pusat secara
hematogen atau langsung menyebar dari kelainan di nasofaring, paru-paru, dan
jantung. Selain itu perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di dekat
selaput otak seperti abses otak, otitis media, mastoiditis dan trombosis sinus
kavernosus. (1,2,3)
C. Gambaran Klinis
1. Meningitis Serosa
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam,
mudah kesal, marah-marah, obstipasi, muntah-muntah, kejang umum dan disertai
penurunan kesadaran. Dapat ditemukan tanda-tanda peransangan meningen
seperti kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig, Brudzinski I dan Brudzinski II. Suhu
badan naik turun, kadang-kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil, sering
dijumpai nadi yang lambat. Selain itu terdapat hiperestesi umum. Abdomen
tampak mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat
pada sarf-saraf ini. Yang sering terkena adalah Nervus III dan VII. Terjadi afasia
motoris dan sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesi, gangguan
sensibilitas (1,2,3,4) . Tanda khas penyakit ini adalah apatis, reflek pupil yang lambat
dan reflek-reflek tendo yang lemah. Terjadinya atrofi otak dapat menimbulkan
gejala sisa berupa demensia dan perubahan watak. Secara khusus dibagi menjadi 3
stadium : (1,4)
1. Stadium 1 : Adanya tanda penyakit umum seperti demam, sefalgia,
gelisah, mudah kesal (iritable)
2. Stadium 2 : Tanda-tanda pada stadium 1 disertai dengan adanya tanda
ransangan meningen dan kelainan neurologi seperti gangguan saraf otak,
hemiplegi, kejang.
3
3. Stadium 3 : Tanda-tanda pada stadium 2 disertai dengan penurunan
kesadaran.
2. Meningitis Purulenta
Pada neonatus gambaran klinik berbeda dengan anak yang lebih besar dan
dewasa. Umumnya meningitis purulenta terjadi secara akut dengan panas tinggi,
mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, konstipasi,
diare. Biasanya disertai septikemia dan pneumonits. Tanda-tanda iritasi meningeal
seperti kaku kuduk, tanda Kernig, Laseque, Brudzinski dan Fontanella menonjol
untuk sementara waktu belum timbul. (1,2,3,)
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, permulaan penyakit juga
terjadi secara akut dengan panas, nyeri kepal yang hebat sekali, malaise umum,
kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. Biasanya dimulai dengan gangguan
saluran nafas atas. Selanjutnya terjadi kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi
renjatan, hipotensi dan takikardi karena septikemia. Gangguan kesadaran berupa
letargi sampai koma yang dalam. (1,2,3,4)
D. Diagnosa
Diagnosa meningitis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan penunjang. (1,2,3,4)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit,
laju endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Pada
meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit dan LED. (1,2,3)
2. Lumbal pungsi / pemeriksaan cairan otak
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi digunakan membedakan antara meningitis
serosa dengan meningitis purulenta. (1,2)
LP PURULENTA SEROSA
WarnaSel
ProteinGlukosaKlorida
Mikroorganisme
KeruhPMN 1000-10000
100-500 mg%0-40 mg%650-680Kultur
JernihMMN 300-500100-500 mg%
Rendah510
Khusus/Ziehl-Nielsen
4
3. Kultur darah
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang menginfeksi
meningen sehingga dapat diberikan terapi dengan obat yang sesuai oleh
penyebabnya. (1,2,4,5)
4. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan pemeriksaan roentgen dada dan kepala. Bila perlu dilakukan CT
scan kepala. (1,2,5)
F. Penatalaksanaan
Terapi untuk meningitis ini terbagi menjadi terapi umum dan terapi
khusus, yaitu : (1,2,4)
1. Terapi Umum
- Istirahat mutlak, bila perlu diberikan perawatan intensif
- Pemberian gizi tinggi kalori tinggi protein
- Posisi penderita dijaga agar tidak terjadi dekubitus
- Keseimbangan cairan tubuh
- Perawatan kandung kemih dan defekasi
- Mengatasi gejala demam, kejang
2. Terapi Khusus
a. Penatalaksanaan meningitis serosa meliputi : (1,2)
1) Rejimen terapi : 2RHZE – 7RH
2 bulan pertama
- INH : 1 x 400 mg/hari, oral
- Rifampisisn : 1 x 600 mg/hari, oral
- Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari, oral
- Etambutol : 15-20 mg/kgBB/hari, oral
7-12 bulan berikutnya
- INH : 1 x 400 mg/hari, oral
- Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral
2) Steroid
Diberikan untuk :
5
- Menghambat reaksi inflamasi
- Mencegah komplikasi infeksi
- Menurunkan edem cerebri
- Mencegah perlengketan arachnoid dan otak
- Mencegah arteritis / infark otak
Indikasi :
- Kesadaran menurun
- Defisit neurologi fokal
Dosis : Dexametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg
intravena selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1
bulan.
b. Penatalaksanaan meningitis purulenta meliputi : (1,2)
Pemberian antibiotika harus tepat dan cepat, sesuai dengan bakteri
penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil
biakan sebaiknya diberikan antibiotika dengan spektrum luas. Antibiotika
diberikan selama 10-14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah bebas
demam.
Penisilin G dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam untuk infeksi
Pneumococcus, Streptococcus, Meningococcus.
Kloramfenikol dosis 4 x 1 gr/hari atau ampisilin 4 x 3 gr/hari untuk
infeksi Haemophilus.
Gentamisin untuk infeksi E.coli, Klebsiella, Proteus dan kuman-
kuman gram negatif.
6
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Infeksi. Dalam : Buku Ajar
Neurologi Klinis, edisi pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
1996 : 161-68, 181-87
2. Mardjono M, Sidharta P. Mekanisme Infeksi Susunan Saraf. Dalam :
Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta 2003 : 303-20
3. Price S.A & Willson L.M. Alih bahasa Anugerah P. Infeksi Pada Sistem Saraf.
Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1995 :1004-7
4. Duus P. Alih bahasa Ronardy D.H. Meningen, Ventrikel dan Cairan
Serebrospinalis. Dalam : Diahnostik Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi,
Tanda, Gejala. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1996 : 246-
62
5. Groot J & Chusid J. G. Alih bahasa Munandar A. Diskusi Kasus. Dalam :
Neuroanatomi Korelatif , edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
1997 : 266
7
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.N
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Suku bangsa : Minangkabau
Alamat : Pasaman
Alloanamnesis (diberikan oleh ibu kandung)
Seorang pasien laki-laki umur 30 tahun dirawat di bangsal Syaraf RS Dr.
M. Djamil Padang tanggal 9 Februari 2013 dengan :
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,
kesadaran turun secara berangsur-angsur. Sebelumnya pasien
mengeluhkan nyeri kepala bagian belakang kemudian diikuti muntah
sebanyak 2 kali, beberapa jam kemudian pasien terlihat lebih banyak
tidur, namun masih dapat membuka mata saat dibangunkan .
Demam sejak 3 bulan yang lalu, demam tidak tinggi, naik turun, dan
tidak menggigil, dan sejak 2 hari yang lalu, demam dirasakan semakin
tinggi.
Tidak tampak kelemahan anggota gerak
Kejang (-)
Saat pasien tidak sadar, pasien dibawa ke RSUD Pasaman Barat dan
dirujuk ke RSUP Dr.M. Djamil
.Riwayat Penyakit dahulu
Tidak pernah sakit paru-paru, infeksi telinga, gigi dan hidung.
8
Riwayat batuk-batuk disangkal pasien.
Sejak lahir pasien telah mengalami bisu dan tuli.
Riwayat penurunan berat badan sejak 3 bulan yang lalu, besarnya
penurunan berat badan pasien tidak diketahui pasien.
Sejak 6 bulan yang lalu, pasien mengalami pembengkakan pada
panggul kiri dan terasa sakit bila berjalan dan sejak 2 bulan ini
pembengkakan mulai bertambah besar
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk-batuk yang lama.
Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien seorang buruh perkebunan sawit, aktifitas fisik cukup
Riwayat narkoba (-) alkohol (-)
PEMERIKSAAN FISIK ( 12 Februari 2013)
Vital sign :
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : GCS-( E3M6Vbisu)
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Frekuensi nadi : 96 x/menit
Frekuensi nafas : 18 x /menit
Suhu : 37,1º C
Status Internus :
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva : tidak anemis,
Sklera : tidak ikterik
Telinga : pasien tuli sejak lahir
Hidung : tidak ada kelainan
Mulut dan gigi: Caries dentis +
Leher :
JVP : 5 – 2 cmH2O
Kelenjar getah bening : tidak teraba
Thorak :
Paru :
9
Inspeksi : normochest, simetris kiri dan kanan statis dan
dinamis
Palpasi : fremitus sulit dinilai
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi :
Paru dextra : vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Paru sinistra : bronkovesikuler, ronkhi (+), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus tidak terlihat
Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada.
Abdomen
Inspeksi : perut tidak membuncit, distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba.tidak ada nyeri tekan,
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : Corpus vertebralis tak ada deviasi
Status neurologikus:
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : + Kernig : +
Brudzinsky I : - Brudzinsky II : -
Brudzinsky III : - Brudzinsky IV: -
Tanda peningkatan TIK
Muntah proyektil : -
Sakit kepala progresif : +
Pemeriksaan nervus kranialis
N I : sukar dinilai
N II : visus 6/6, lapangan pandang tidak ada gangguan
N III, IV, VI : pupil: bulat diameter 3 mm/3mm refleks cahaya +/+ ,
bola mata dapat bergerak ke segala arah
10
N V : bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan
kanan, menggigit dan mengunyah, reflek kornea (+) pada
kedua mata
N VII : motorik : ekspresi wajah simetris, plika nasolabialis
simetris, mengangkat alis dan mengerutkan dahi tidak
terganggu.
sensorik: pengecapan lidah untuk rasa manis, asin, dan
asam lidah baik
N VIII : pendengaran sulit dinilai
N IX, X : arcus faring simetris, uvula di tengah, reflek muntah (+)
N XI : bisa menoleh ke kiri dan ke kanan, bisa mengangkat bahu
N XII : deviasi lidah tidak ada, disatria sukar dinilai
Motorik:
Ekstremitas Superior Kanan Kiri
Pergerakan Aktif AktifKekuatan 555 555Tonus Eutonus EutonusTropik Eutro f i Eutro f i
Ekstremitas Inferior Kanan Kiri
Pergerakan Aktif PasifKekuatan 555 Sukar dinilaiTonus Eutonus EutonusTropik Eutro f i Eutro f i
Sensorik:sensibilitas eksteroseptif dan proprioseptif baik
Otonom : BAK terpasang kateter
Reflek fisiologis : Kanan Kiri
Biseps ++ ++
Triseps ++ ++
KPR ++ sukar dilakukan
APR ++ sukar dilakukan
Reflek patologis :
Babinski group - -
11
PEMERIKSAAN LABORATORIUM ( 9 Februari 2013)
Darah : Hb : 15,7 gr % Na+ : 129 mMol/L
Leukosit : 30.400 /mm3 K+ : 3,8 mMol/L
Ht : 49% Cl : 94 mMol/L
Trombosit : 562.000/mm3 Ur/Cr : 45/1,3
GDS : 152
Lumbal Pungsi (10 Februari 2013) :Warna jernih kemerahan, norme (+), panddy (++)Jumlah sel : 18PMN: 60MN : 40Glukosa: 76
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Brain CT Scan (10 Februari 2013)
Tidak tampak lesi hipodens atau hiperdens di intrakranial
Sulci dan gyri tidak melebar
Midline shift tidak tampak
Sist. Sisterna dan ventrikel tidak melebar
Cerebellum, Pons dan CPA baik
Kesan : Brain CT-scan tidak tampak kelainan
Rontgen Thorak
Cor : Tidak membesar
Pulmo : Tampak infiltrat perihiler
Kesan : Pneumonia
PelvisTampak lesi litik di tulang pelvis, terutama di pelvis kiriReaksi periosteal (+)Jaringan lunak tampak bengkak Kesan : susp. khondrosarcoma dd/ parosteal osteosarkoma
DIAGNOSA
Diagnosis klinik : Meningitis sub akut
Diagnosis topik : Leptomeningen
Diagnosis etiologi : Infeksi Bakteri
Diagnosis skunder: Hiponatremia
Tumor Tulang Regio Pelvis
12
Sepsis ec Meningitis
Pneumonia
DIFERENSIAL DIAGNOSA
Penurunan kesadaran ec. Perdarahan sub arachnoid
PENATALAKSANAAN
Umum
Oksigen 3-4 l/menit
IVFD Nacl 0,9% 8 jam/colf
ML RG II
Pasang kateter monitoring volume urin
Khusus
Ceftriakson 2x2 gr (IV)
Alinamin F 1x 25 mg (IV)
Paracetamol 4x500 mg (P.O)
Citicholin 2 x 500 mg (IV)
Ciprofloksasin 2x100 mg (infus)
RENCANA PEMERIKSAAN SELANJUTNYA
Na+, K+ ulang
Kutur dan sensitivitas kuman
Hasil Konsul Interne (12 Februari 2013)
KU : Sedang Kes : CMC TD : 140/80 mm/Hg
Nadi : 96 x/menit Nafas : 22x/menit Suhu : 37,2 ºC
Toraks:
C/ suara jantung murni, teratur M1>M2, P2< A2, bising
Pulmo/ Vesikuler, Rh minimal di paru kiri, Wheezing -/-
Abdomen/ dalam batas normal
Status Lokalis/ pinggul kiri bengkak
Lab/
Hb : 15,7 gr/dl Leukosit: 30.400 /mm3 Ht : 49 %
13
Trombosit: 562.000/mm3 Ur/Cr : 45/1,3 GDR : 116
As.Urat : 20,4 Na/K/Cl: 159/3,9/122
Kesan :
AKI RIFLE F ec Prerenal ec Renal
Hiperurisemia
Hipernatremia
Trombosis reaktif
Sepsis ec BP
Susp. Khondrosarcoma
Meningitis sub-akut
Terapi :
AB lanjutkan
Dehidrasi IVFD Nacl 0,45% 6 jam/colf
Allopurinol 1x 100 mg
Diet Rendah Purin, Rendah Garam
Balance Cairan
Anjuran :
Kultus sputum dan darah
Cek ulang Ureum,Creatinin, post rehidrasi 6 jam
Cek ulang Na, cek Calcium
Cek ulang Hb,Ht,Leukosit,Trombosit post 3 hari Antibiotik
Hasil Konsul Paru (11 Februari 2013)
RPS :
Penurunan kesadaran sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, terjadi secara
berangsur-angsur.
Batuk-batuk (-), Riwayat batuk lama disangkal
Batuk berdarah (-)
Sesak nafas (-)
Demam (-), Riwayat demam sebelumnya (+)
Riwayat demam hilang-timbul (-), keringat malam (-)
14
Penurunan nafsu makan (+), Penurunan BB (+), Riwayat OAT (-), Riwayat
kontak penderita TB (-)
Pemeriksaan Fisik
KU : sedang Kes : Somnolen TD : 130/80 mmHg
Nd: 92 x/menit Nafas : 22 x/menit
Paru :
I : Simetris
Pa : fremitus sukar dinilai
Pe : Sonor
Au :
kanan : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)
kiri : Brokovesikuler, Rh (+), Wh (-)
Laboratorium
Hb : 15,7 gr/dl Leukosit: 30.400/mm3 Na/K/Cl : 129/3,8/9,4
Ur/Cr : 45/1,3 GDS : 150 mg/dl
Kesan : Penurunan kesadaran ec CAP dd/ TB paru + Hiponatremia
Tatalaksana :
Oksigen bila sesak 4-6 liter/menit
Inj.Ceftriakson 2x2gr (IV)
Inf.Ciprofloksasin 2x200 mg
Cek Hb, Leukosit 3-5 hari pasca Antibiotik
Anjuran :
Kultur sputum
BTA sputum
Kultur darah
FOLLOW UP
12 Februari 2013
A/ demam mulai turun, batuk tidak ada
VS/ KU : Sedang Kesadaran : GCS ( E4M6V-)
TD : 150/100 mmHg Nadi : 96 x/menit
Suhu : 370 C Nafas : 18 x/menit
15
SI/ Paru : vesikuler -/+, wheezing (-)
Panggul kiri bengkak
SN/ TRM (+), Kerning sign (+), Kaku kuduk (+)
Tanda peningkatan TIK (-)
Nn.Cranialis : Pupil isokor, bulat diameter 3mm/3mm, RC +/+, RK +/+
Sensorik : Baik
Motorik : 555/555 555/sukar dinilai
Otonom : BAK melalui kateter, BAB (+)
Rf: +/+ Rp: -/-
DK/ Meningitis sub akut onset hari ke 5, rawatan hari ke 4
Thy/
Umum
IVFD Nacl 0,9 % 8 jam/colf
Kateter monitor volume urin
Khusus
Ceftriakson 2x2 gr (IV)
Alinamin F 1x 25 mg (IV)
Paracetamol 4x500 mg (P.O)
Citicholin 2 x 500 mg (IV)
Ciprofloksasin 2x100 mg (infus)
Amlodipin 1 x 5 mg
13 Februari 2013
A/ demam mulai turun, batuk tidak ada
VS/ KU : Sedang Kesadaran : GCS ( E4M6V-)
TD : 150/100 mmHg Nadi : 96 x/menit
Suhu : 370 C Nafas : 18 x/menit
SI/ Paru : vesikuler -/+, wheezing (-)
Panggul kiri bengkak
SN/ TRM (+), Kerning sign (+), Kaku kuduk (+)
Tanda peningkatan TIK (-)
Nn.Cranialis : Pupil isokor, bulat diameter 3mm/3mm, RC +/+, RK +/+
16
Sensorik : Baik
Motorik : 555/555 555/ sukar dinilai
Otonom : BAK melalui kateter, BAB (+)
Rf: +/+Rp: -/-
DK/ Meningitis sub akut onset hari ke 5, rawatan hari ke 4
Thy/
Umum
IVFD Nacl 0,45 % 6 jam/colf
Diet ML TKTP RG II
Kateter monitor volume urin
Khusus
Ceftriakson 2x2 gr (IV)
Alinamin F 1x 25 mg (IV)
Paracetamol 4x500 mg (P.O)
Citicholin 2 x 500 mg (IV)
Ciprofloksasin 2x100 mg (infus)
Allopurinol 3x 100 mg
Amlodipin 1 x 5 mg
17
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang laki-laki, umur 30 tahun dengan diagnosis klinik
meningitis subakut. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa berupa adanya
Penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, kesadaran turun
secara berangsur-angsur. Sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri kepala bagian
belakang kemudian diikuti muntah sebanyak 2 kali, beberapa jam kemudian
pasien terlihat lebih banyak tidur, namun masih dapat membuka mata saat
dibangunkan. Demam sejak 3 bulan yang lalu, demam tidak tinggi, naik turun,
tidak menggigil, dan sejak 2 hari yang lalu, demam dirasakan semakin tinggi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 380 C. Dari pemeriksaan neurologi
ditemukan tanda kaku kuduk, tanda peningkatan TIK tidak ditemukan.Dari
pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya leukositosis dan trombositosis
reaktif, sedangkan dari pemeriksaan penunjang sebelumnya pada foto torax
ditemukan adanya infiltrat perihiler kesan bronkopneumonia.
Berdasarkan gejala klinis, labor dan penunjang, pasien ini cenderung
didiagnosis sebagai meningitis sub akut mengingat gejala yang ada pada
anamnesa dan pemeriksaan fisik berupa nyeri kepala, demam, gelisah, dan tanda
rangsangan meningealyang positif . Untuk menkonfirmasi hal tersebut maka harus
dilakukan pemeriksaa Cairan Serebro Spinal untuk dilakukan analisa LCS dan
kultur penyebabnya namun karena hasil lumbal pungsi yang masih meragukan
sebaiknya dilakukan LP ulang pada pasien ini.
Penatalaksanaan pasien adalah dengan memberikan antibiotik spektrum
luas sambil menunggu hasil pemeriksaan Lumbal Punksi. Antibiotika yang
digunakan adalah ciprofloksasin dan ceftriakson.
18