30

Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan
Page 2: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang sering menyertai proses fikir yaitu:

1) Berfikir imaginary: proses fikir melalui imajinasi atau analisis terhadap fakta untuk membuat keputusan.

Misalnya: seseorang ditanya, mana yang lebih besar antara gajah, kelinci, dan kupu-kupu. Mereka akan berusaha membuat imajinasi dan berusaha membandingkan ketiganya.

2) Berfikir melalui perbuatan: proses berfikir melalui media perbuatan (action) gerakan tangan, gelengan kepala, atau melalui bagan yang dibuat untuk memperlancar menentukan hubungan.

3) Berfikir representatif: merupakan inti berfikir yang sesungguhnya. Proses berfikir representatif ini merupakan proses berfikir melalui konsep atau pengertian yang telah ada dalam pikiran. Berfikir representatif tidak sekedar imajinatif dan berbuat, tetapi melibatkan pemahaman kemampuan tentang aktivitas, objek, kejadian, dan abstraksinya.

Page 3: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Pengertian Berfikir

Berfikir adalah aktivitas psikis yang betujuan untuk memecahkan masalah sehingga mampu menemukan hubungan antar konsep.

Berfikir berbeda dengan mengingat. Dalam berfikir, akitivitas pribadi diarahkan pada usaha memecahkan suatu permasalahan, sedangkan mengingat aktivitas pribadi diarahkan kepada penemuan hal-hal yang terlupakan.

Page 4: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Proses Berfikir

Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan bahwa masalah-masalah yang menyebabkan hambatan fikir adalah

1) Karena data yang diperlukan tidak mencukupi.

2) Beberapa bahan yang telah ada kadang-kadang tidak diperlukan lagi, sehingga mengacau jalannya berfikir.

3) Data yang tidak ada hubungan antara satu dengan yang lain, sehingga akan mengalami kesulitan dalam menyusun kerangka fikir.

Untuk memecahkan masalah yang sulit dapat dilakukan dengan bantuan hipotesis. Ada tiga kemungkinan hipotesis yaitu:

1) Hipotesis itu mungkin benar.

2) Hipotesis itu mungkin salah.

3) Hipotesis itu mungkin benar, dan mungkin salah.

Page 5: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Menurut Davdoff, 1937 (227-33) problem solving merupakan salah satu proses pemecahan masalah melalui 4 elemen:

1) Identification

Tahap ini individu aktif untuk menemukan ada tidaknya problem.

2) Preparation

Tahap ini merupakan kelanjutan tahap identifikasi. Dalam hal ini untuk membantu menyatakan problem, ada 4 pernyataan yang seharusnya dijadikan media untuk menyatakan problem, yaitu:

Dimana kita sekarang, berkaitan dengan situasi saat ini.

Apa yang kita cari, berkaitan dengan tujuan.

Hambatan apa yang mungkin muncul.

Cara apa yang digunakan untuk memulai dari awal sampai tujuan.

Page 6: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

3) Resolution

Pemecahan masalah telah berlangsung. Individu dapat menggunakan berbagai cara untuk memecahkan masalah tersebut.

Robert Sternberg and Janet Davidson (1982) mengidentifikasi 3 proses kognitif yang membimbing ke arah insight (pemahaman yang mendalam) untuk memecahkan problem yaitu:

a) Selective encoding: kemampuan untuk memilih antara informasi yang relevan dengan informasi yang tidak relevan.

b) Selective combination: kemampuan untuk mengkombinasikan informasi-informasi yang diterima.

c) Selective comparison: mencari hubungan antara informasi baru dengan informasi yang lama.

4) Evaluasi

Tahap untuk menilai apakah jalan yang digunakan untuk memecahkan problemnya sesuai.

Page 7: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Menurut John Dowey dalam buku “How We Think”, proses berfikir itu melalui 5 langkah yaitu:

1) The problem or felt difficulty

Merasakan adanya suatu masalah atau kesulitan, dan masalah atau kesulitan ini mendorong perlunya pemecahan.

2) A statement

Merumuskan dan atau membatasi masalah atau kesulitan tersebut.

3) The development of possible situation

Mencoba mengajukan pemecahan masalah atau kesulitan tersebut dalam bentuk hipotesis.

4) The tentative acception of one solution

Merumuskan alasan-alasan dan akibat dari hipotesis yang dirumuskan secara deduktif.

5) It’s final acceptance or rejection on the basic of proof

Menguji hipotesis yang diajukan dengan berdasarkan fakt-fakta yang dikumpulkan melalui penyelidikan atau penelitian.

Page 8: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

S. Roos dalam Dakir (1993) menjelaskan bahwa proses berfikir itu sangat kompleks, tetapi pada prinsipnya ada dua, yaitu:

1) Relation-finding

Apabila dikatakan “hitam dan putih”, maka kita berpendapat bahwa itu adalah kebalikannya. Dari sini kita dapat mencoba mencari pasangan pengertian, misalnya (1) susu, air, (2) lima, sepuluh, (3) meter, yard.

2) Correlation-finding

Apabila dikatakan “hitam, lawannya”, maka kita akan mengatakan putih. Pikiran kita terangsang dengan kata lawan, maka dalam pemikiran kita ada korelasi dengan sesuatu yang mungkin.

Page 9: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Bentuk-bentuk fikir Gilliand berpendapat bahwa bentuk fikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Reverie (peranan)

Di sini yang bersangkutan tidak begitu aktif dalam menghadapi masalahnya.

2) Routine thingking

Di sini pribadi lebih aktif karena akan menghimpun berbagai pengalamannya untuk menghadapi masalah yang dihadapi.

Dakir, 1993 mengatakan bahwa berdasar tingkatannya, berfikir dapat dikelompokkan dalam tiga tingkatan:

1) Berfikir abstrak

Yaitu kalau kita dihadapkan pada berbagai masalah yang tidak beraga. Yang penting, berfikir dalam bentuk ini adalah kemampuan untuk melakukan analisis terhadap pengertian atau konsep yang telah ada.

2) Berfikir skematis

Yaitu bila kita dalam memecahkan masalah dibantu dengan berbagai skema, bagan, diagram, dan berbagai coretan untuk memudahkan mencari hubungan antar pengertian atau konsep tersebut.

3) Berfikir konkret

Yaitu dalam melaksanakan pemecahan masalah dibantu dengan berbagai alat konkret agar dalam memecahkan masalah yang dihadapi seolah-olah seperti kenyataan.

Page 10: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Konsep atau pengertian

Konsep merupakan kategori mental seseorang yang digunakan untuk mengklasifikasi kejadian dan objek pada umumnya. Menurut Lefton, ada lima cara untuk membentuk konsep:

1) Mediation

Cara ini menyatakan bahwa dalam otak kita secara otomatis ada kemampuan untuk saling menghubungkan antara stimulus yang timbul dengan respon yang diinginkan.

2) Conservative focusing

Cara membentuk konsep melalui strategi problem solving dengan mengeliminasi berbagai ciri yang tidak berkaitan dan mencari alternatif kemungkinan pemecahan masalah.

Page 11: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

3) Reasoning

Cara membentuk konsep menggunakan proses berfikir membangkitkan dan mengevaluasi berbagai argumentasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar. Cara ini ditempuh melalui sylogisme. Sylogisme merupakan suatu bentuk pernyataan formal untuk proses pengambilan keputusan akal yang terdiri dari dua premis dan satu keputusan.

Misalnya:

Semua manusia akan mati (premis mayor)

Ani adalah manusia (premis minor)

Jadi Ani juga akan mati (kesimpulan)

4) Logic

Cara membentuk konsep melalui prosedur berfikir logis dengan meningkatkan keakuratan kesimpulan yang diperoleh.

5) Decision making

Cara membentuk konsep melalui pengambilan keputusan berdasarkan penentuan alternatif kemungkinan yang terjadi dengan menggunakan berbagai penilaian terhadap keuntungan dari alternatif yang diajukan.

Page 12: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Pengertian

Pengertian merupakan hasil proses berfikir yang dilaksanakan secara aktif oleh seseorang. Ada dua macam pengertian (Dakir, 1993):

1) Pengertian Empiris, yaitu didapat dari pengalaman sehari-hari.

2) Pengertian Logis, yaitu didapat dari berbagai analisis dari berbagai pengetahuan yang dilaksanakan secara sadar.

Pengertian secara umum diperoleh melalui lima tahap:

1) Didahului dengan pengamatan

2) Dilanjutkan dengan penganalisaan terhadap ciri khususnya

3) Diadakan berbagai macam komparasi dari berbagai ciri khususnya

4) Ditarik suatu abstraksi, yaitu sifat spesifik yang dimiliki oleh masing-masing objek atau kejadian

5) Diadakan berbagai macam kombinasi untuk menentukan sifat umum dan susunan hierarkinya

Page 13: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Antara bahasa dengan berpikir mempunyai

kaitan yang sangat erat. Hasil pikir

disampaikan dengan bahasa yang runtut

dalam bentuk karangan akn mudh untuk

dikomunikasikan pada orang lain. Plato

mengatakan bahwa berbicara sebenarnya

berpikir yang bersuara, sedangkan berpikir

adalah berbicara dalm hati.

Berfikir dan Bahasa

Page 14: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan
Page 15: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

A. Teori Intelegensi

Istilah intelegensi berasal dari kata latin

intellegentia,yang pertama kali dicetuskan

oleh orator Roman Cicero.Istilah ini

umumnya menggambarkan kemampuan

mental atau kognitif manusia.Berikut ini

merupakan pendapat beberapa ahli

tentang pengertian intelegensi.

Page 16: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

G

2) Teori Dua Faktor

Menurut Spearman, intelegensi terdiri dari:

◦ Energi mental yang bersifat umum (G), dapat

ditemukan pada semua proses kognitif, serta

◦ Serangkaian faktor spesifik (S), yang secara

umum hanya ditemukan pada sekelompok kecil

aktivitas manusia. Misal, kemampuan verbal,

numerik, spatial, dan sebagainya.

S

S

S

S

Page 17: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

3) Teori Tiga Faktor/Teori Kelompok

Merupakan modifikasi dari teori dua faktor, dirumuskan oleh Holzinger dan Harmon

Pada teori ini, intelegensi selain terdiri dari faktor G dan faktor S, juga berisi sejumlah faktor kelompok/common factor (C), yang meliputi kemampuan-kemampuan tertentu yang sifatnya tidak begitu umum, lebih luas dari faktor S, dan hanya terdapat pada sekelompok aktivitas saja

Page 18: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

4) Teori Multiple Faktor

Dikembangkan oleh Thurstone, Guilford, dan

para ahli penganut Teori Multiple Faktor. Teori

ini menolak gagasan tentang ‘ intelegensi

umum ‘ atau faktor G. Dengan mendasarkan

pada analisis faktor, teori ini mengajukan

hipotesis tentang ada banyaknya faktor yang

memiliki kadar umum yang berbeda-beda.

Page 19: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Menurut Thurstone, kemampuan mental

primer (primary mental ability) ini terdiri dari

1. Kemampuan numeric

2. Ingatan

3. Kelancaran kata

4. Perbendaharaan kata

5. Relasi ruang

6. Penalaran, dan

7. Kecepatan persepsi

Page 20: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Stenberg pada tahun 1986 telah mengajukan

suatu teori intelegensi yang didasarkan pada

tiga subteori atau subtype intelegensi, yaitu: 1) Contextual intelligence merupakan kemampuan individu untuk

beradaptasi dengn lingkungan dalam memecahkan masalah pada

situasi khusus. Sering disebut dengan praktis

2) Experimental intelligence merupakan kemampuan belajar dari

pengalaman, sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan tugas-

tugas familiar secara efisien

3) Componential intelligence merupakan kemampuan untuk

berpikir abstrak, memproses informasi,serta menentukan apa yang

perlu dilakukan.

Teori intelegensi dari Sternberg lebih menitikberatkan pada proses

berpikir dibandingkan pada hasilnya, oleh karenanya mempunyai

potensial untuk diterapkan secara lintas budaya (Matsumoto, 1996)

Page 21: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Hereditas

Faktor bawaan dapat mempengaruhi intelegensi seseorang. Hal tersebut dapat dilihat dari bukti-bukti tentang kekonstanan IQ, penelitian tentang anak kembar identik, serta penelitian Terman tentang genis (Visual Education, 1963)

Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi intelegensi antarra lain, gizi, kesehatan, llingkungan, stimulasi kognisi dan emosi, serta urutan kelahiran (Irwanto,dkk,1989; Bootzin, dkk, 1991)

Kondisi-kondisi Patologis

Berhubung faktor biologis dari berfungsinya intelegensinya terletak pada otak, maka apabila terjadi perubahan-perubahan cukup besar pada struktur atau fungsi otak, akan sangat mempengaruhi kapasitas dari tingkah laku inteligen

Ras

Emosional

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi

Page 22: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Tes dari Francis Galton

Francis Galton mengukur intelegensi untuk tujuan pembiakan keturunan manusia secara selektif. Usaha ini disebut Eugenics.

Dalam tesnya Galton mencoba membedakan intelegensi dari sejumlah fungsi mental, seperti waktu reaksi dan tentang ingatan. Namun kemudian . Wissler pada tahun 1901 salah seorang murid Catell (orang Amerika pengikut Galton) menemukan bahwa skor-skor pada tes itutidak berkorelasi dengan kemampuan mengikuti pelajaran di Universitas Columbia. Wissler meyakinkan bahwa tes yang didasarkan pada proses sederhana seperti itu tidak ada gunanya.

Tes Binet Simon

Tes Stanford Binet

Skala Wechsler

Tes Kelompok

Tes Intelegensi untuk Anak-anak Kecil dan Bayi

C. Pengukuran Intelegensi

Page 23: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Dalam pengukuran intelegensi, Raymon Cattel mengajukan adanya

suatu pembedaan pada item-item tes untuk mengukur

intelegensi cair dan intelegensi kristal.

Intelegensi cair adalah kemampuan untuk belajar dan

kemampuan untuk melakukan sesuatu. Kemampuan ini diukur

dengan tes kecepatan, energy, dan kecepatan adaptasi pada

situasi baru. Sebagai contoh tes tentang rentang ingatan,

kemampun mencontoh gambar dengan pola, dan kemampuan

memecahkan masalah. Skor pada tes ini umumnya mengalami

penurunan setelah remaja

Intelegensi kristal memerlukan pemerolehan pengetahuan,

diukur dengan tes pembedaharaan kata, penalaran social, dan

pemecahan masalah. Skor pada tes ini terus meningkat

sepanjang hidup seseorang.

D. Intelegensi Cair VS Intelegensi Kristal

Page 24: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

IQ Klasifikasi Persentase

>130 Very superior

2,2%

120-129

Superior

6,7%

110-119

Bright normal 16,1%

90-109 Average

50,0%

80-89

Dull normal 16,1%

70-79

Borderline

6,7%

<70 Defective 2,2%

Distribusi IQ berdasar Skala Wechsler

Page 25: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Tipe Range IQ Range MA Range SA

Moron

Imbecile

Idiot

50-70

20-50

-20

8-12 tahun

3-7 tahun

-3 tahun

10-18 tahun

4-9 tahun

-4 tahun

Mental Defective : sub-sub tipe berdasarkan IQ; Mental Age

(MA); dan Social Age (SA)

Sumber:Visual Education, 1963. h. 58

Page 26: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

1.Tipe dan karakteristik dari definisi mental, antara lain

•Idiot disebut juga sebagai Institutional Retarded. IQ nya berada di bawah 20 usia mental (MA) di bawh 3 tahun,dan usia social (SA) di bawah 4 tahun. Sejak lahir ditandai dengan ketidakmampuan dalam pemerolehan keterampilan dasar. Golongan ini pada umumnya juga disertai dengan tanda-tanda fisik, misal, tidak mampu duduk sendiri, tidak mampu berjalan,dan sebagainya •Imbecile disebut juga dengan Trainable Retarded. IQ nya bergerk antara 20-50, MA 3-7 tahun, SA 4-9 tahun. Pada umumnya tidak mampu untuk mengikuti aktivitas skolastik yang paling dasar, dapat melakukan tugas-tugas rutin, di bawah pengawasan khusus, individu mampu melaksanakan pekerjaan yang sangat sederhana, dapat dilatih untuk mengusai pemelihaaraan diri dan melindungi diri, serta bahasa percakapan yang sederhana, dan sangat kurang dalam kemampuan berpikir abstrak.

Page 27: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

Moron disebut juga Edcable Retarded. IQ nya bergerak antara 50-70, MA 8-12 tahun, SA 10-18 tahun. Golongan ini dapat mengikuti pendidikan dasar, dapat diajarkan untuk mengusai bermcam-macam pekerjaan sederhana, dan secara umum mampu memelihara diri sendiri. Golongan ini mempunyai dorongan-dorongan yang sama dengan orang dewasa normal, namun kemampuan untuk mengendalikannya sangat kurang, sehingga dorongan yang ada sering diekspresikan secara eksplosif. Oleh karenanya, golongn moron wanita dewasa sering terjerumus dalam dunia prostitusi, sementara golongan moron pria terlibat dalam tindakan kriminalitas.

Page 28: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

2. Klasifikasi dan karakteristik

individu dengan

kemampuan moral superior

Istilah gifled (berbakat), superior

(sangat cerdas), bright (cerdas), dan

lain-lin harus digunakan dengan

mengikutsertakan faktor fisik, moral,

pendidikan, prestasi, serta

kemampuan khusus dari individu

yang bersangkutan. Beberapa

karakteristik yang sering diberikan

pada individu-individu tipe ini antara

lain ;

Genius : IQ nya lebih besar atau

sama dengan 180, banyak ditandai

dengan originalitas dan

penemuan-penemuan baru.

Gifled : IQ nya lebih besar atau

sama dengan 130 selain ditandai

dengan menonjolnya prestasi

dalam beberapa bidang khusus,

juga disertai adanya komitmen

yang kuat terhadap tanggung

jawabnya

Superior : IQ nya 5 lebih besar

atau sama dengan 120. Kelompok

cenderung menonjol dalam hal

fisik, emosi, dan social. Umumnya

didapatkan di kalangan terdidik.

Golongan ini sering menonjol

dalam penampilan, daya tarik,

kestabilan, rasa ingin tahu yang

besar, orisinil,dan penyesuaian

dirinya baik. Penyesuaian juga

dengan pasangannya dalam

perkawinan juga sama bagus atau

lebih bagus dari rata-rata orang

yang ada pada umumnya.

Page 29: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan

3. Idiot savant

Idiot savant atau sarjana idiot adalah orang dengan suatu bakat yang spesifik yang luar biasa di suatu bidang, tetapi dalam hal-hal lainnya secara umum terbelakang. Sebagai contoh seorang seniman memiliki IQ begitu rendah tetapi sangt kreatif dalam bidangnya. Orang-orang golongan ini memilikki semangat dan perhatian yang begitu tinggi pada bidangnya, aspek-aspek inilah yang dipandng memiliki kontribusi besar bagi terbentuknya suatu keahlian yang begitu menonjol.

Page 30: Menurut Davidoff (1987: 222-24) ada tiga hal yang seringstaffnew.uny.ac.id/upload/132309077/pendidikan/gejala-campuran-2.pdfProses Berfikir Menurut Woodworth, dalam Dakir (1993) menyatakan