Upload
drbenton
View
9
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
doc
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Merokok merupakan bagian hidup masyarakat. Dari
segi kesehatan, tidak ada yang menyetujui dan melihat manfaat yang
dikandungnya. Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih
menghilangkannya. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah
kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor resiko dan berbagai macam
penyakit (Bustan, 2007).Tembakau atau rokok dengan tingkat konsumsi
yang tinggi di Negara Indonesia memiliki dampak terhadap kesehatan dan
sosial ekonomi, yang sangat mempengaruhi pembangunan kesejahteraan
penduduk. Indonesia menduduki posisi ke tiga dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah Cina dan India (WHO, 2008).
Merokok menjadi lifestyle pada kebanyakan penduduk di negara
berkembang. Hal ini erat kaitannya dengan kasus kematian akibat merokok
yang terjadi di negara tersebut. WHO (2007, dalam Iqbal, 2008)
menyebutkan bahwa jumlah perokok di kawasan Asia Tenggara mencapai
125,8 juta orang dengan kematian akibat merokok sebesar 20%. Indonesia
berada pada peringkat pertama dikawasan ASEAN dengan prosentase
46,16% dari perkiraan total jumlah perokok di kawasan Asia Tenggara pada
tahun 2007. Data Susenas menyebutkan bahwa jumlah perokok di Indonesia
meningkat dari tahun 1995 sebanyak 34,7 juta perokok menjadi 65 juta
perokok pada tahun 2007 (Prawira, 2011).
Dalam survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan
2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi anak-anak usia 15 – 19
tahun yang merokok. Tahun 2001 sebesar 12,7%, tahun 2004 meningkat
menjadi 17,3%. Tembakau membunuh hampir 6 juta orang setiap tahun,
diantaranya lebih dari 5 juta pengguna rokok dan bekas perokok dan juga
lebih dari 600.000 yang tidak merokok terkena dampak akibat rokok.
Perkiraan jumlah korban meninggal bisa mencapai lebih dari 8 juta pada
tahun 2030 (WHO, 2012).
Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor risiko
utama terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti kardiovaskuler,
stroke, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), kanker paru, kanker mulut,
dan kelainan kehamilan. Penyakit-penyakit tidak menular tersebut saat ini
merupakan penyebab kematian utama di dunia, termasuk di negara kita
Indonesia. Konsumsi tembakau/rokok membunuh satu orang setiap detik.
Global Youth Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan lebih dari
1/3 (37,3%) pelajar biasa merokok, anak laki-laki lebih tinggi dari
perempuan, yaitu pada anak laki-laki sebesar 61,3% responden sedangkan
pada anak perempuan sebesar 15,5% responden. (Kemenkes, 2010).
Merokok terbukti sangat merugikan dan memberikan dampak buruk
untuk kesehatan. Faktor yang dapat meningkatkan potensi terjadinya
hipertensi salah satunya adalah rokok. Penelitian yang dilakukan oleh
Csanyi, Egervari & Nagy (2001) menyatakan bahwa hipertensi ditambah
kebiasaan merokok dapat menimbulkan aterosklerosis dini. Untuk itu dapat
disimpulkan bahwa merokok adalah salah satu faktor dari hipertensi dan
dapat menyebabkan komplikasi penyakit lain.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas rentang normal
yaitu apabila di atas 140/90 mmHg (Potter & Perry, 2005). Menurut
Smeltzer dan Bare (2002), hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah
dimana pada dewasa hipertensi ada ketika tekanan darah sistolik sama atau
lebih tinggi dari 140 mmHg dan atau ketika tekanan darah sama atau lebih
tinggi dari 90 mmHg dalam jangka waktu yang lama. Menurut WHO
(2011), hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau lebih tinggi dari
140/90 mmHg, dimana prehipertensi adalah ketika tekanan darah sisitolik
berada pada 120 – 139 mmHg atau ketika tekanan darah diastolik berada
pada 80 – 89 mmHg. Dari beberapa definisi hipertensi di atas dapat
disimpulkan hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah menetap dimana
tekanan darah berada pada atau lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
Menurut Anies (2006), resiko yang ditimbulkan oleh kebiasaan
merokok cukup besar dalam menimbulkan hipertensi. Selain itu nikotin
yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan perangsangan terhadap
hormon adrenalin yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah
(Husaini, 2007). Grando (2008) mengatakan bahwa hipertensi dapat diobati
dengan modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologis. Faktor gaya hidup
mencakup mengontrol berat badan, menjaga pola makan yang sehat,
membatasi konsumsi alkohol dan berhenti merokok. Dapat disimpulkan
bahwa perilaku merokok erat kaitannya dengan hipertensi.
Pada survei awal yang dilakukan diketahui bahwa penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang banyak di derita oleh warga RW 5 dan menderita
penyakit komplikasi dari hipertensi seperti penyakit jantung. Oleh karena
itu, untuk menurunkan angka hipertensi maupun kematian akibat hipertensi
maka peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan dan perilaku merokok
pada penderita hipertensi di RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak
Kabupaten Demak.
B. Perumusan Masalah
Merokok sudah menjadi hal yang sangat biasa dan umum di dunia.
Merokok menyumbangkan angka kematian yang tinggi di negara-negara
berkembangsalah satunya di Indonesia. Salah satu faktor yang dapat
memicu munculnya hipertensi adalah perilaku merokok. Hipertensi
mempunyai prevalensi terbesar di Indonesia sama seperti halnya merokok.
Perilaku merokok pada klien hipertensi akan meningkatkan resiko Penyakit
Jantung Koroner (PJK), stoke, gagal jantung dan penyakit arteri perifer.
Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
gambaran pengetahuan dan perilaku merokok pada penderita hipertensi di
RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
pengetahuan dan perilaku merokok pada penderita hipertensi di RW 5
Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi karakteristik (usia, jenis kelamin, pekerjaan)
warga RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten
Demak
b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang rokok pada warga yang
menderita hipertensi di RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak
Kabupaten Demak
c. Mengidentifikasi tipe perokok pada penderita hipertensi di RW
5 Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak
d. Mengidentifikasi jenis rokok yang dihisap oleh penderita
hipertensi di RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten
Demak
e. Mengidentifikasi jumlah rokok yang dihisap dalam sehari oleh
penderita hipertensi di RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak
Kabupaten Demak
f. Mengidentifikasi lama merokok pada penderita hipertensi di
RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengalaman,
wawasan dan pengetahuan tentang pengetahuan dan perilaku merokok
pada penderita hipertensi.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi kepada seluruh masyarakat tentang dampak negatif dan
bahaya merokok. Khususnya pada penderita hipertensi dapat
megurangi atau berhenti merokok agar tidak semakin memperberat
penyakit yang diderita.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan komunitas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan acuan atau
kajian untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
dampak negatif dari merokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini teradi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu oyek
tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tinndakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Mahmud (2011), pengetahuan juga merupakan
sesuatu yang tertinggal dari hasil penginderaan manusia
terhadap dunia luar. Selain itu, pengetahuan merupakan
deskripsi arsip informasi konsep dan kenyataan tentang alam
semesta, baik yang ada dalam memori perseorangan maupun
tertulis.
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom (1987) dikutip dalam Notoatmodjo (2007),
pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupkan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainaya.
2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya.
3) Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan menjabarkan
materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya,
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan telah ada.
6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunkan kriteria-
kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1) Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri
sendiri maupun orang lain. Misalnya, jika seseorang
pernah merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi
pada umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus
dilakukan jika terkena hipertensi.
2) Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa
wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum,
orang yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih
rendah.
3) Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap
informasi mempengaruhi tingkat peengetahuannya.
Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, misalnya televisi, radio, koran, buku, majalah,
dan internet.
d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pngetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi
yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui dapat disesuaikan dengan tindakan domain diatas
(Notoatmodjo, 2007). Tingkat pengetahuan yang akan diukur
dalam penelitian ini adalah sejauh mana tingkat pengetahuan
responden baik mengenai pengertian, penyebab, komplikasi, dan
cara yang tepat untuk menanganinya. Pada penelitian ini tingkat
pengetahuan akan diukur melalui perhitungan statistik kuesioner
dan diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu tingkat
pengetahuan baik dan kurang.
2. Perilaku Merokok
a. Definisi Perilaku Merokok
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan
menghisap asap yang dihasilkannya (Husaini, 2007). Menurut
Tomkins dalam Basyir (2006) menggolongkan 4 jenis perilaku
merokok berdasarkan Management of Affect Theory yaitu,
perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, dipengaruhi
perasaan negatif, perilaku merokok yang adiktif dan perilaku
yang sudah menjadi kebiasaan.
Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan postif yaitu
perilaku yang beranggapan bahwa dengan banyak merokok
seseorang merasakan bertambahnya rasa positif. Contohnya
seseorang yang merasa lebih percaya diri jika merokok. Perilaku
merokok yang dipengaruhi perasaan negatif yaitu perilaku yang
bertujuan untuk mengurangi perasaan negatif. Contohnya
seseorang yang sedang cemas akan merokok untuk
menghilangkan rasa cemasnya. Perilaku merokok yang adiktif
mengakibatkan seseorang kecanduan dan akan terus
meningktakan dosis rokok yang dihisap setiap saat bila efek
rokok tersebut berkurang. Perilaku merokok yang usdah menjadi
kebiasaaan yaitu merokok sudah menjadi perilaku yang otomatis
dilakukan, sering kali merokok dilakukan dengan atau tanpa
disadari. Contohnya merokok setelah selesai makan.
b. Definisi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang
antara 70 – 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan
diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang
telah dicacah (Jaya, 2009).
c. Jenis Rokok
Menurut Jaya (2009), di Indonesia rokok dibagi menjadi
beberapa jenis, antara lain :
1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus
a) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun jagung.
b) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun aren.
c) Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
kertas.
d) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun tembakau
2) Rokok berdasarkan bahan baku
a) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya
hanya daun tembakau yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
b) Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya
daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk
mendaptkan efek rasa dan aroma tertentu.
c) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya
daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
3) Rokok berdasarkan bahan pembuatannya
a) Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses
pembuatnnya dengan cara digiling atau dilinting
dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu
sederhana.
b) Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses
pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya,
material rokok dimasukkan ke dalam pembuat
rokok. Keluaran yang dihasilkan pembuat rokok
berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat
rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar
6.000 – 8.000 batang rokok per menit. Biasanya
mesin pembuat rokok dihubungkan dengan mesin
pembungkus rokok sehingga keluaran yang
dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan
melainkan rokok yang sudah dalam bentuk pak. Ada
pula mesin pembungkus rokok yang mampu
menghasilkan keluaran rokok dalam bentuk pres,
satu pres berisi 10 pak.
4) Rokok berdasarkan filter
a) Rokok filter : rokok bagian pangkalnya terdapat
gabus.
b) Rokok non filter : rokok yang bagian pangkalnya
tidak terdapat gabus.
d. Komponen dalam Rokok
Menurut Aditama (2006), asap rokok mengandung sekitar
4.000 bahan kimia. Secara umum komponen rokok dibagi
menjadi dua yaitu :
1) Komponen gas
Komponen gas adalah yang dapat melewati filter
yang terdapat di dalam asap rokok, antara lain : carbon
monoksida (CO), amonia acrolin, benzopiren, lutidin,
colidin, metil alcohol, formalin, arsenic, dan lain-lain.
Menurut Jaya (2009), gas carbon monoksida (CO) lebih
mudah terikat hemoglobin daripada oksigen, karena itu
darah orang yang banyak kemasukan carbon monoksida
(CO) akan berkurang daya angkut bagi oksigen dan orang
tersebut dapat meninggal dunia karena keracunan carbon
monoksida (CO). Menurut Wati (2012), benzopiren dan
lutidin berasal dari tar tembakau yang dapat menyebabkan
kanker. Colidin menyebabkan kelumpuhan dan lambat
laun mengakibatkan kematian. Metil alcohol menimbulkan
kebutaan. Formalin sering digunakan untuk membalsem
mayat. Arsenik merupakan jenis racun yang dipakai untuk
membunuh tikus.
2) Komponen padat
Komponen padat adalah bagian yang tertinggal pada
filter, yaitu berupa nikotin dan tar. Nikotin adalah bahan
adiktif yang menimbulkan ketergantungan atau
kecanduan. Zat ini meracuni syaraf tubuh, meningkatkan
tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh
darah tepi. Tar adalah kumpulan beribu-ribu bahan kimia
yang terdapat dalam rokok. Tar bersifat karsinogen/
penyebab kanker.
e. Bahaya Rokok
Bahan-bahan kimia yang terkandung di dalam sebatang
rokok terbukti membahayakan kesehatan para perokok aktif dan
perokok pasif. Penyakit yang diakibatkan rokok antara lain :
1) Kanker paru-paru
Penyakit kanker paru sering dihubungkan dengan
kebiasaan merokok sebagai penyebab utama. Hal ini
terbukti dari penelitian-penelitian yang berada di luar
negeri maupun dalam negeri. Selain dikarenakan
kebiasaan merokok, faktor lain yang berperan dalam
meningkatnya resiko kanker paru seperti pencemaran
udara dalam industri dan pertambangan. Beberapa bahan
pencemar yang dihubungkan dengan meningkatnya resiko
kanker paru adalah asbes, arsen, berilium, cadmium, gas
mustard, chromium, uranium, dan nikel . Bahan pencemar
ini hanya meningkatkan resiko kanker paru sekitar 10 – 20
%. Jadi, faktor penyebab utama kanker paru adalah
kebiasaan merokok (Aditama, 2007).
2) Penyakit paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan dan
struktur fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada
saluran besar, sel mukosa membesar (hypertrofi) dan
kelenjar mukus bertambah banyak (hyperplasia). Pada
saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan
lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli (Triswanto,
2007).
Dua penyakit paru selain kanker paru yang sering
dihubungkan dengan kebiasaan merokok adalah bronkhitis
kronik dan emfisema paru. Bronkhitis kronik ditandai
dengan keluhan batuk berdahak yang berkepanjangan,
terjadi karena kerusakan selaput lendir serta silia yang ada
pada saluran nafas. Emfisema terutama ditandai oleh
keluhan sesak nafas yang terjadi karena kerusakan pada
saluran nafas yang kecil. Jika kedua penyakit ini trjadi
bersamaan, maka disebut Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Kelainan pada PPOK bersifat irreversible
sehingga upaya yang dilakukan adalah menjaga supaya
kelianan tidak makin memburuk dan mengusahakan
perbaikan kemampuan bernafas. Kematian akibat PPOK
pada orang yang merokok sepuluh kali lipat lebih tinggi
dibandingkan orang yang tidak merokok (Aditama, 2007).
3) Penyakit kardiovaskuler
Menurut Jaya (2009), senyawa kimia yang
terkandung di dalam rokok akan meningkatkan detak
jantung, tekanan darah, resiko hipertensi dan penyumbatan
arteri. Di samping itu rokok juga menurunkan kadar HDL
(kolesterol baik dalam darah) dan menurunkan tingkat
elastisitas aorta (pmbuluh darah terbesar pada tubuh
manusia) yang dapat meningkatkan terjadinya
penggumpalan darah.
Gas CO akan mengganggu kemampuan darah untuk
berkaitan dengan oksigen karena gas CO mempunyai
kemampuan mengikat zat hemoglobin di dalam darah 200
kali lebih kuat daripada oksigen. Hal ini mengakibatkan
tubuh kekurangan oksigen yang merupakan suatu bahan
utama bagi kehidupan manusia. Kebiasaan merokok
berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah melalui
mekanisme aterosklerotik, gangguan metabolisme lemak,
gangguan sistem homeostatik, ganggguan irama jantung,
serta penurunan kemampuan untuk oksigenasi (Aditama,
2007).
4) Hipertensi
Merokok dikaitkan dengan efek pressor dengan
peningkatan tekanan darah sekitar 10/7 mmHg pada
pasien hipertensi 15 menit setelah merokok sebanyak dua
batang (Aziza, 2007)
5) Kehamilan
Calon ibu yang memiliki kebiasaan merokok akan
membawa akibat buruk untuk bayi yang dikandungnya.
Wanita hamil yang merokok beresiko lebih besar
melahirkan bayi yang meninggal dibandingkan wanita
hamil yang bukan perokok. Jika wanita itu melahirkan
normal, maka bayi wanita perokok lebih sering meninggal
di bulan-bulan pertama kehidupannya. Hal ini dikarenakan
berat badan bayi dari ibu yang merokok umumnya kurang
dan bayi mudah sakit. Ibu yang memiliki kebiasaan
merokok juga menyebabkan kelianan bawaan pada bayi
yang dilahirkannya seperti kelianan katup jantung. Selain
itu kejadian abortus juga lebih sering terjadi pada wanita
perokok. Para ahli juga mendeteksi adanya kecenderungan
gangguan tumbuh kembang anak-anak dari ibu perokok
baik dari sudut fisik, emosi maupun kecerdasan. Hal ini
semua terjadi akibat pengaruh bahan-bahan dalam asap
rokok (Aditama, 2007)
f. Penggolongan Perokok
Menurut Hansen (2003), perokok aktif dan pasif adalah
orang yang beresiko terpapar asap rokok yang berisi zat-zat
kimia. Perokok aktif adalah perook yang memiliki kebiasaan
merokok dengan kata lain adalah orang yang menghisap rokok.
Perokok pasif adalah orang yang tidak melakukan aktivitas
merokok secara langsung, tetapi menghirup asap dari perokok
pasif. Perokok pasif rentan menjadi korban penyakit akibat
rokok karena menghisap asap sampingan yang memiliki bahaya
tiga kali lebih besar (Crofton & Simpson, 2009).
Bustan (2007) mengatakan bahwa jumlah rokok yang
dihisap bisa dalam satuan batang, bungkus, pak per hari.
Menurut jumlah rokok yang dihisap, perokok juga dapat
digolongkan menjadi perokok ringan, perokok sedang, dan
perokok berat. Perokok ringan adalah perokok yang merokok
kurang dari 10 batang per hari. Perokok sedang adalah perokok
yang menghisap 10 – 20 batang per hari. Perokok berat adalah
perokok yang menghisap rokok lebih dai 20 batang per hari.
Brotowasisto (2001, dalam Widowati, 2008)
menggolongkan perokok berdasarkan waktu merokoknya
menjadi empat kategori yaitu perokok ringan, perokok sedang,
perokok berat, dan perokok sangat berat. Perokok ringan
merokok dengan selang waktu merokok 60 menit dari bangun
pagi. Perokok sedang dengan selang waktu 6 – 30 menit dari
bangun pagi. Perokok berat dengan selang waktu 6 – 30 menit
dari bangun pagi. Dan perokok sangat berat yaitu dengan selang
waktu 5 menit dari bangun pagi.
g. Lama Merokok
Bustan (2007) mengatakan bahwa merokok dimuai sejak
umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin
muda seseorang merokok, semakin besar pula pengaruhnya bagi
kesehatan orang tersebut, hal ini dinamakan dose-response
effect. Resiko kematian akan meningkat seiring banyak jumlah
rokok yang dihisap dan usia pertama kali merokok. Zakiyah
(2008) mengungkapkan adanya hubungan linier yang signifikan
antara lama merokok dengan tekanan darah sistolik dan
diastolik. Semakin lama merokok maka tekanan darah sistolik
dan diastolik semakin tinggi. Selain itu, Martini, Hendrati, dan
Lucia dkk (2004) dalam jurnal penelitian medika eksakta
menyebutkan bahwa lama kebiasaan merokok merupakan faktor
yang mendukung atau mempercepat kejadian hipertensi.
3. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara persisten,
dimana diagnosa hipertensi pada orang dewasa ditetapkan paling
sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi atau pada 140/90
mmHg (Potter dan Perry, 2006). WHO (2011), menetapkan
kategori tekanan darah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Level Tekanan Darah
Level Tekanan DarahNormal Sistolik : dibawah 120 mmHg
Diastolik : dibawah 80 mmHgResiko (prehipertensi)
Sistolik : 120 – 139 mmHgDiastolik : 80 – 89 mmHg
Hipertensi Sistolik : lebih tinggi atau pada 140 mmHgDiastolik : lebih tinggi atau pada 90 mmHg
b. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi pada individu berumur 18 tahun ke
atas menurut laporan joint National Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Preassure (1993)
dalam Smeltzer dan Bare (2002), sebagai berikut :
Tabel 2.2 Level Tekanan Darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119Stadium 4 (sangat berat)
≥ 210 ≥ 120
Klasifikasi hipertensi dibagi 4 stadium yaitu stadium
ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Stadium ringan berada
pada rentang 140/90 – 159/99 mmHg. Stadium sedang berada
pada rentang 160/100 – 179/109 mmHg. Stadium berat berada
pada rentang 180/110 – 209/119 mmHg. Sedaangkan stadium
sangat berat berada diatas atau sama dengan 2210/120 mmHg.
c. Faktor Penyebab Hipertensi
Dalam Potter dan Perry (2006), individu dengan riwayat
keluarga hipertensi beresiko mengalami hipertensi. Selain itu,
kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar kolesterol
tinggi dan terpapar stress secara kontinu juga dihubungkan
dengan hipertensi. Smeltzer dan Bare (2002) juga berpendapat
bahwa hipertensi dipengaruhi oleh “gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang
berlebih, tembakau dan obat-obatan yang merangsang, tetapi
penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan”.Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa hipertensi memiliki
kecenderungan genetik kuat yang dapat diperparah oleh faktor-
faktor sebagai berikut :
1) Jenis kelamin
Pria lebih beresiko mengalami cardiovascular
disease and hypertension (CVDH) daripada wanita. Akan
tetapi, setelah wanita mengalami menopause makan
insiden terjadi CVDH kan cenderung sama pada wanita
dan pria (Reckelhoff, 2001).
Pada usia <45 tahun , pria lebih beresiko karena
hipertensi dibanddingkan dengan perempuan. Setelah usia
45 tahun, resiko pria dan wanita terhadap penyakit
hipertensi relatif sama. Setelah usia lebih dari 55 tahun,
wanita lebih beresiko mengalami hipertensi daripada pria
(Patel, 1995 dalam Lidya 2009).
2) Usia
Umumnya lanjut usia mengalami peningkatan
tekanan darah. Hal ini dapat disebabkan pembuluh darah
yang tersumbat oelh penimbunan lemak atau pembuluh
darahnya menjadi kaku karena proses penuaan (Stanley
dan Beare, 2002).
Harlock (1980, dalam Winanti 2010)
mengkategorikan usia dewasa kedalam usia dewasa awal
(18 – 39 tahun), usia dewasa tengah (40 – 60 tahun) dan
lansia (>60 tahun). Hipertensi merupakan penyakit
degeneratif yang kebanyakan terlihat pada lanjut usia.
3) Obesitas
Obesitas dan hipertensi mempunyai hubungan yang
dekat. Tekanan darah yang meningkat seiring dengan
peningkatan berat badan menghasilkan hipertensi sekitar
50% individu yang obesitas. Penurunan berat badan
seberat 10 kg yang dipertahankan selama dua tahun akan
menurunkan tekanan darah kurang lebih 6,0/4,6 mmHg.
Canadian Hypertension Education Program (CHEP)
melaporkan bahwa tekanan darah akan berkurang sekitar
2/1 mmHg setiap penurunan 1 kg berat badan (Aziza,
2007).
4) Pola makan
Banyak makan makanan yang mengandung bahan
pengawet, garam , dan bbumbu penyedap juga dapat
menyebabkan hipertensi. Hal ini disebabkan karena
makanan tersebut banyak mengandung natrium yang
bersifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga
beban kerja jantung untuk memompa darah meningkat dan
mengakibatkan hipertensi. Konsumsi alkohol dan kpi
berlebihan juga mengakibatkan hipertensi. Efek alkohol
dan kpi terhadap tekanan darah masih belum begitu jelas,
namun diduga ada kitannya dengan perangsangan saraf
otonom simpatis dan pengaruh hormon kortisol, yang
keduanya dapat menghasilkan efek peningkatan tekanan
darah (Mayo Clinic Staff, 2012).
5) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan
responden untuk memperoleh imbalan atau mendapatkan
penghasilan. Peningkatan tekanan darah akibat rangsangan
psikososial terjadi pada mereka yang bekerja secara
intensif dan terus menerus. Prevalensi hipertensi pada
petani 1,8% lebih rendah daripada prevalensi hipertensi
pada nelayan. Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada
mereka yang bekerja dibagian administrasi dibandingkan
pada mereka yang pengangguran sekitar 9,6% (Darmojo,
2000 dalam Lidya, 2009)
6) Rokok/ tembakau
Kebiasaan merokok diperkirakan mulai banyak
dikenal di Indonesia pada awal abad ke-19 yang lalu.
Merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik langsung maupun
menggunkan pipa. Merokok sudah menjadi lifestyle bagi
sebagian orang. Sikap orang tersebut terhadap rokok yang
dipengaruhi seseorang menjad perokok atau tidak (Dariyo,
2008).
Gas CO yang dihasilkan oleh rokok mempunyai
kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat
dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat disbanding
oksigen (Kozlowski, et al., 2001). Akibatnya, sel tubuh
menjadi kekurangan oksigen dan akan berusaha
meningkatkan oksigen melalui kompensasi pembuluh
darah dengan jalan menciut (spasme). Bila proses spasme
berlangsung lama dan terus menerus, akibatnya pembuluh
darah akan mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis.
Aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah
tersebut mengakibatkan tekanan darah di dalam pembuluh
menjadi tinggi. Selain itu nikotin yang terkandung dalam
asap rokok menyebabkan perangsangan terhadap hormone
adrenalin yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah
(Husaini, 2007).
7) Aktivitas fisik
Olahraga dinamis sedang (30 – 45 menit, 3 – 4
kali/minggu) efektif dalam menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi dan orang normotensi pada
umumnya. Olahraga aerobik teratur seperti jalan cepat
atau berenang pasien hipertensi menurunkan tekanan
darah 4,9/3,9 mmHg. Olahraga ringan lebih efektif dakam
menurunkan tekanan darah (Aziza, 2007).
d. Manifestasi Klinis Hipertensi
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejala selama bertahun-tahun. Gejala bila ada,
biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi
oleh pembul;uh darah bersangkutan. Dalam Smeltzer dan Bane
(2002), pada saat pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai
kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat
pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan
pada kasus berat, edema pupil. Gejala yang mungkin antara
lain : peningkatan tekanan darah, kepala terasa pusing, sering
marah, telinga terasa berdengung, mata berkunang-kunang,
sukar tidur dan lainnya.
Menurut Mayo Clinic Staff (2012), sebagai orang yang
menderita tekanan darah tinggi akan mengeluhkan sakit kepala
yang terasa tumpul, perdarahan lewat hidung (mimisan) yang
semakin sering, atau pusing (sensasi berputar, vertigo). Namun
tidak sedikit pula orang yang tidak mengalami gejala apapun,
walaupun tekanan darahnya telah mencapai tingkat yang
membahayakan (tekanan sistolik di atas 160 mmHg atau
tekanan diastolic di atas 100 mmHg).
e. Komplikasi dari Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
stroke, dan gagal ginjal. Tingginya tekanan darah yang lama
akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, dimana yang
paling jelas pada mata, jantung, ginjal, dan otak. OLeh karena
itu, konsekuensi yang biasa terjadi pada hipertensi yang lama
dan tidak terkontrol adalah gangguan penglihatan, oklusi
coroner, gagal ginjal, dan stroke (Smeltzer dan Bane, 2002).
Dalam Smeltzer dan Bane (2002), Institut Nasional
Jantung dan Darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu
penyakit ini diderita, tekanan darah psien harus terus dipantau
dengan interval yang teratur karena hipertensi merupakan
kondisi seumur hidup.
f. Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi
Penatalaksanaan pada hipertensi adalah mempertahankan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Smeltzer dan Bane,
2002). Penanganannya dapat secara non farmakologi dan
farmakologi. Penanganan hipertensi sebaiknya dimulai dengan
memperbaiki gaya hidup yaitu mengatur diet (makan rendah
garam dan mempertahankan berat badan dalam batas normal),
latihan yang teratur sepanjang tidak bertentangan dengan
keadaan penyakit yang dialami, berhenti merokok, minum kopi,
dan alkohol (Mayo Clinic Staff, 2012) :
1) Modifikasi diet dan turunkan berat badan
Diet yang anjurkan adalah DASH (Dietary
Approaches to Stop Hypertension); yang terdiri atas diet
tinggi buah, tinggi sayur, dan produk susu yang rendah
lemak. Kurangi juga asupan garam sampai dengan 6 gram
NaCl (garam dapur) per hari. Jangan lupakan penurunan
berat badan. Pertahankan berat badan dalam kisaran ideal,
yaitu dalam kisaran indeks massa tubuh 18,5 sampai
dengan 24,9. Dari upaya penurunan berat badan,
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 5 – 20
mmHg per penurunan sebanyak 10 kg. Sedangkan dari
diet, diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2 – 4
mmHg.
2) Aktivitas fisik
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobic,
selama minimal 30 menit per hari, dan harus dilakukan
setidak-tidaknya 4 – 5 hari dalam seminggu secara rutin.
Contoh olahraga yang baik adalah jalan cepat (brisk
walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 4
– 9 mmHg.
3) Berhenti merokok, kurangi konsumsi alkohol dan kopi
Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi
alkohol dan kopi, maka dari upaya ini diharapkan tekanan
darah sistolik dapat turun 2 – 4 mmHg.
Jika hal-hal tersebut dapat berhasil mengontrol tekanan
darah, maka tidak diperlukan obat-obat antihipertensi (Siburan,
2005). Namun, jika modifikasi gaya hidup dan pola makan tidak
berhasil menurunkan tekanan darah tinggi, barulah seseorang
membutuhkan intervensi obat. Untuk obat-obatan antihipertensi,
sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
mengenai pengobatan hipertensi yang benar dan tepat.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Faktor Resiko Hipertensia. Usiab. Jenis kelaminc. Pengetahuan tentang
rokokd. Perilaku merokoke. Tipe perokok :
- Perokok aktif- Perokok pasif
f. Jenis rokokg. Jumlah rokok yang dihisaph. Lama merokok
HIPERTENSI
C. Variabel Penelitian
Untuk variabel independen adalah pengetahuan dan perilaku merokok
dan variabel dependen adalah penderita hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif sederhana. Desain penelitian ini tidak melakukan intervensi dari
peneliti. Penelitian untuk melihat, mendeskripsikan dan menggambarkan
suatu fenomena kesehatan yang terjadi di masyarakat (Notoatmojo, 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan
perilaku merokok pada penderita hipertensi di RW 5 Desa Bintoro
Kecamatan Demak Kabupaten Demak.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan .......................2015 di wilayah
RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Peneliti memilih
tempat ini dengan alasan ada angka kejadian hipertensi dan banyak
masyarakat yang menderita penyakit komplikasi dari hipertensi seperti
penyakit jantung. Di tempat ini juga banyak orang yang melakukan
kebiasaan merokok.
Desa Bintoro terletak di Kecamatan Demak Kabupaten Demak Jawa
Tengah. Demak. Letak Desa Bintoro berada pada ....... km dari ibukota
kecamatan, dan ....... km dari ibukota kabupaten. Luas Desa Bintoro ± ........
yang terdiri dari permukiman dan pekarangan, bangunan umum dan lain-
lain. Secara topografi daerah ini termasuk daerah yang ........... dengan
ketinggian ...... m di atas permukaan laut. Jumlahpenduduk di Desa Bintoro
hingga akhir tahun 2014 berjumlah ........ jiwa yang terdiri dari ........ Kepala
Keluarga (KK), terbagi menjadi ....... Rukun Warga (RW) dan ...... Rukun
Tetangga (RT). Dituinjau dari segi mata pencaharian, sebagaian besar
bekerja sebagai ................... Warga Desa Bintoro ........... % memeluk agama
.......... Di wilayah RW 5 terdapat ..... KK dengan penderita hipertensi
sebanyak .......
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti sedangkan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi disebut sampel
(Notoatmodjo, 2010). Populasi target pada penelitian ini adalah semua
perokok aktif maupun perokok pasif yang menderita hipertensi (laki-laki
maupun perempuan) di RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak Kabupaten
Demak.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan peneliti adalah dengan
merode purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pad suatu
pertimbangan yang dibuat peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat
pupolasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel yang diambil dalam
pernelitian ini dihitung melalui perhitungan :
n = Z12 - α/2.p(1 – p)
d2
= (1,65)2.0,5.(1 – 0,5) (0,1)2
= 68 responden Keterangan :n : jumlah sampel minimal yang diperlukan Z1
2 - α/2 : konstanta derajat kepercayaan (1,65)d : presisi mutlak/ limit error (0,1)p : proporsi jika tidak diketahui nilainya
Teknik pengambilan sampling dengan menggunakan purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menentukan orang
yang akan diteliti dengan kriteria inklusi dan eksklusi untuk menggali data
yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penilitian yang mempunyai syarat sebagai sampel
(Hidayat, 2009). Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
1) Penduduk tetap yang tinggal di RW 5 Desa Bintoro Kecamatan
Demak Kabupaten Demak dan menderita hipertensi
2) Memahami bahasa Indonesia dan bisa baca tulis
3) Bersedia menjadi responden dan menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian
tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel penelitian yang menyebabkan antara lain adalah hambatan
etis, menolak menjadi responden atau berada pada suatu keadaan yang
tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Hidayat, 2009).
Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
1) Penderita hipertensi di RW 5 Desa Bintoro Kecamatan Demak
Kabupaten Demak yang mengalami kecacatan, kelemahan fisik
atau mental.
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Usia Lamanya waktu hidup yang sudah dilalui responden sampai saat mengisi kuesioner
Peneliti memberikan pernyataan terbuka dalam kuesioner dengan isian jawaban bebas
Kuesioner
1. Dewasa awal
2. Dewasa tengah
3. Lansia
Ordinal
Jenis Kelamin
Identitas biologis responden dilihat dari penampilan fisik
Peneliti memberikan pertanyaan tertutup dalam kuesioner dengan pilihan jawaban laki-laki atau perempuan
Kuesioner
1. Laki-laki2. Perempuan
Nominal
Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan responden
Peneliti memberikan pertanyaan
Kuesioner
1. Karyawan2. Ibu rumah
tangga
Nominal
untuk memperoleh penghasilan
terbuka dalam kuesioner dengan isian jawaban bebas
3. Buruh4. Tidak
bekerja5. Lain-lain
Pengetahuan
Hasil belajar responden baik melalui pendidikan formal, non formal, ataupun dari informasi yang didapatkan dai lingkungan sekitar
Menggunakan pertanyaan kuesioner. Pertanyaan tentang tingkat pengetahuan sejumlah 11 pertanyaan dengan menggunakan pilihan jawaban. Responden memilih jawaban yang paling benar
Kuesioner
1. Pengetahuan baik
2. Pengetahuan kurang
Hasil analisa pengetahuan didapat bahwa grafik terdistribusi normal sehingga penggolongan pengetahuan baik dan pengetahuan kurang dengan menggunakan nilai mena sebagai cut off point (mean pada data : 21,20 dibulatkan menjadi 21). Nilai ≤ 21 dikategorikan sebagai pengetahuan kurang, dan nilai > 21 dikategorikan sebagai pengetahuan baik
Ordinal
Tipe perokok
Perilaku merokok responden, aktif atau pasif
Peneliti memberikan pertanyaan tertutup dalam kuesioner dengan jawaban ya atau tidak
Kuesioner
1. Perokok aktif
2. Perokok pasif
Nominal
Jenis rokok Jenis rokok yang dihisap responden. Berdasarkan efeknya, dikelompokkan menjadi dua yaitu rokok filter dan rokok non filter
Peneliti memberikan pertanyaan tertutup dalam kuesioner dengan pilihan jawaban filter atau non filter
Kuesioner
1. Rokok filter
2. Rokok non filter
Nominal
Lama merokok
Lama responden berperilaku merokok yang dihitung dalam tahun
Peneliti memberikan pertanyaan tertutup dalam kuesioner dengan pilihan jawaban 1 – 5 tahun, 6 – 10 tahun, 11 – 15 tahun, > 15 tahun
Kuesioner
1. < 10 batang
2. 10 – 20 batang
3. > 20 batang
Nominal
E. Alat Pengumpulan Data
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan tahap-tahap sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan data (editing), yaitu merupakan pemeriksaan daftar
pernyataan yang telah diisi oleh responden. Pemeriksaan daftar
pernyataan ini dapat berupa kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan
dan relevansi jawaban dari responden (Setiadi, 2007).
2. Menghitung skor (scoring), menghitung skor atau nilai dari masing-
masing item. Pada tahap scoring ini penelitian memberi nilai pada
data sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner
yang telah diisi oleh responden.
3. Pemberian kode (coding), yaitu merupakan pengklasifikasian
jawaban-jawaban dari responden dalam suatu kategtori tertentu
(Setiadi, 2007).
4. Memasukkan data (entry), proses memasukkan data ke dalam tabel
dilakukan dengan program komputer (Setiadi, 2007). Jawaban yang
sudah diberi kode kemudian dimasukkan tabel melalui pengolahan
sistem komputer.
5. Pembersihan data (cleaning), merupakan teknik pembersihan data,
data-data yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan terhapus (Setiadi,
2007). Pembersihan data dilakukan setelah semua data berhasil
dimasukkan ke dalam tabel dengan mengecek kembali apakah data
telah benar atau tidak.
H. Analisis Data
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi
dari tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan
penelitian dengan memperhatikan masalah etika penelitian (Hidayat, 2009).
Etika penelitian tersebut meliputi :
1. Lembar persetujuan (Inform Concent)
Lembar persetujuan merupakan cara persetujuan antara peneliti
dengan reponden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed concent agar
responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Dalam penelitian
lembar persetujuan responden diberikan kepada responden.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden tetapi dengan cara penulisan kode pada lembar
pengumpulan data.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)