31
PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DI PENGADILAN PAJAK (STUDI KASUS PT TECTONIA GRANDIS) PERMASALAHAN : LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN Konstitusi Negara Republik Indonesia pada khususnya pasca amandemen ke empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUD), telah mempertegas eksistensi lembaga yudikatif dalam struktur kelembagaan Negara di Indonesia, sebagai suatu lembaga yang melaksanakan kekuasaan kehakiman secara independen. Sebelumnya independensi kekuasaan kehakiman sangat tidak mandiri, hal ini dikarenakan intervensi kekuasaan ekstra yudisial, khususnya dari eksekutif sangat besar. Kondisi ini terjadi karena instrumen hukum yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman di Indonesia memberikan peluang adanya intervensi pihak eksekutif untuk masuk dalam kekuasaan kehakiman, dari mulai pengangkatan, pembinaan kepegawaian dan penggajian bagi para hakim yang memegang jabatan sebagai pelaksana kekuasaan hakim. Kondisi tersebut terjadi juga tidak terlepas dari sifat kekuasaan eksekutif yang dianut UUD dalam hal pembagian kekuasaan terhadap lembaga-lembaga negara. Dengan sifat tersebut, kekuasaan eksekutif memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan kekuasaan aparat negara lainnya. Hal ini ditambah lagi dengan sistem ketatanegaraan kita yang 1

Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

  • Upload
    vuquynh

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK DI PENGADILAN

PAJAK (STUDI KASUS PT TECTONIA GRANDIS)

PERMASALAHAN : LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN

Konstitusi Negara Republik Indonesia pada khususnya pasca amandemen

ke empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya

disebut UUD), telah mempertegas eksistensi lembaga yudikatif dalam struktur

kelembagaan Negara di Indonesia, sebagai suatu lembaga yang melaksanakan

kekuasaan kehakiman secara independen. Sebelumnya independensi kekuasaan

kehakiman sangat tidak mandiri, hal ini dikarenakan intervensi kekuasaan ekstra

yudisial, khususnya dari eksekutif sangat besar. Kondisi ini terjadi karena

instrumen hukum yang mengatur tentang kekuasaan kehakiman di Indonesia

memberikan peluang adanya intervensi pihak eksekutif untuk masuk dalam

kekuasaan kehakiman, dari mulai pengangkatan, pembinaan kepegawaian dan

penggajian bagi para hakim yang memegang jabatan sebagai pelaksana

kekuasaan hakim.

Kondisi tersebut terjadi juga tidak terlepas dari sifat kekuasaan eksekutif

yang dianut UUD dalam hal pembagian kekuasaan terhadap lembaga-lembaga

negara. Dengan sifat tersebut, kekuasaan eksekutif memiliki kekuasaan yang

lebih besar dibandingkan dengan kekuasaan aparat negara lainnya. Hal ini

ditambah lagi dengan sistem ketatanegaraan kita yang menempatkan

kedudukan eksekutif sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala

negara. Sifat tersebut pada akhirnya memberi peluang yang besar bagi

penyalahgunaan kewenangan oleh eksekutif, termasuk intervensi dalam

kekuasaan kehakiman.

Urusan pemerintahan di sini tidak lain adalah keseluruhan kegiatan aparat

negara pada umumnya atau Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara pada

khususnya, yang tidak merupakan kegiatan pembuatan peraturan (legislatif)

maupun aktifitas mengadili yang dilakukan oleh badan-badan pengadilan yang

bebas. Dengan demikian, urusan pemerintahan dimaksud adalah semua kegiatan

aparat yang bersifat eksekutif, termasuk di dalamnya kegiatan administratif dari

Kesekretariatan Jenderal lembaga legislatif (DPR) maupun lembaga yudikatif

1

Page 2: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

(Mahkamah Agung).

Indonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

yaitu suatu sistem yang pada intinya wajib pajak diberikan kepercayaan untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar pajak sendiri pajak yang terhutang

dan menyetorkannya ke kas negara. Aparatur pajak berkewajiban melakukan

pembinaan, penelitian, pengawasan dan menerapkan sanksi administrasi

perpajakan. Karena wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,

memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terutang, maka wajib

pajak harus mampu memahami hak dan kewajibannya dalam melaksanakan

peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan adanya sistem selfassesment

ini, serta semakin meningkatnya jumlah pembayar pajak tentu akan

mengakibatkan semakin meningkatnya potensi sengketa pajak.

Dalam Pasal 27 ayat (1) KUP disebutkan bahwa, Wajib Pajak dapat

mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak

terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Pajak. Dalam hal ini adalah Pengadilan Pajak karena karakteristik

sengketa pajak, merupakan sengketa dalam lingkup Hukum Administrasi

Negara. Hukum acara peradilan pajak hanya mengenal banding sebagai upaya

hukum biasa, maka dalam rangka penulisan skripsi ini penulis mencoba

menelusuri, meneliti dan menganalisis lebih mendalam tentang penyelesaian

sengketa pajak oleh Pengadilan Pajak,dengan mengambil judul ”Pembuktian

Penyelesaian Sengketa Pajak di Pengadilan Pajak (Studi Kasus PT Tectonia

Grandis)”. Sehubungan dengan itu maka permasalahan yang akan diangkat

dalam penelitian ini adalah:

1 . Bagaimana pembuktian penyelesaian sengketa pajak, berdasarkan Undang-

undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak?

2 . Bagaimana penerapan pembuktian penyelesaian sengketa pajak PT Tectonia

Grandis di Pengadilan Pajak Jakarta?

2

Page 3: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

METODE PENELITIAN

TIPE PENELITIAN

Di dalam penyusunan penulisan skripsi yang berjudul “Pembuktian

Pada Penyelesaian Sengketa Pajak di Pengadilan Pajak (Studi Kasus PT Tectonia

Grandis)” merupakan tipe penelitian yuridis normatif dengan menggunakan dasar

analitis terhadap peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan atau

beberapa dokumen hukum lainnya.

Metode pada hakekatnya membentuk pedoman tentang tata cara

seseorang mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan yang

dihadapinya. Kegiatan penelitian dilakukan apabila seseorang melakukan usaha

untuk bergerak dari teori ke pemilihan metode. Metode penelitian merupakan

suatu bagian dalam penelitian yang menyajikan bagaimana cara atau langkah-

langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan

logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Seorang peneliti

harus menguasai secara seksama metode penelitian baik penguasaan teori-teori

penelitian, praktek penerapannya maupun tata cara penulisan laporan yang

benar.

PENDEKATAN PENELITIAN (APPROACH)

Pendekatan penelitian adalah pendekatan kasus (conceptual approach).

Pendekatan kasus adalah dalam penelitian normatif bertujuan untuk mempelajari

penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik

hukum. Terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus sebagaimana yang

dapat dilihat dalam yurisprudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus

penelitian, dimana data diambil berdasarkan kasus yang terjadi di Pengadilan

Pajak dan sudah dikeluarkan Putusan Pengadilan Pajak, sehingga hasil penelitian

dapat digunakan sebagai kajian dan acuan dimasa yang akan datang.

3

Page 4: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

HASIL PEMBAHASAN

Pengertian Sengketa Pajak

Pengertian sengketa pajak hanya diatur dalam Pasal 1 angka 5 UU PP.

Adapun pengertian sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang

perpajakan antara Wajib Pajak dan Penanggung Pajak dengan Pejabat yang

berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan

banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan

perundang-undangan perpajakkan, termasuk gugatan atas pelaksanaan

penagihan berdasarkan undang-undang penagihan pajak dengan surat paksa.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat penulis disimpulkan unsur-unsur dari

sengketa pajak yaitu:

a. Sengketa dalam bidang perpajakan

b. Ada dua pihak yaitu Wajib Pajak dengan Pejabat Pajak

c. Ada keputusan yang dikeluarkan oleh Pejabat Pajak.

d. Ada kesempatan/hak mengajukan banding atau gugatan.

e. Banding atau gugatan diajukan ke Pengadilan Pajak.

f. Didasarkan oleh peraturan perundang-undangan dibidang

perpajakan.

Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak

untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami

terlebih dahulu pengertian dari pajak itu sendiri. Untuk mengambil pengertian

yang lebih konkrit tentang pajak, dapat kita lihat dari pengertian yang diberikan

oleh para ahli, diantaranya:

Di Indonesia dalam menghitung pajak terutang dilakukan oleh wajib

pajak sendiri berdasarkan sistem self assessment, namun tidak berarti

Fiskus(petugas/pejabat pajak) tidak berwenang melakukan pemeriksaan

4

Page 5: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

dengan mengoreksi dan menghitung kembali serta selanjutnya menetapkan

sendiri pajak yang terutang.

Pembuktian Dan Alat Bukti

Pembuktian dapat didefinisikan dengan cara yang tepat (menurut prosedur

yang ditetapkan dalam peraturan pembuktian) yaitu menentukan eksistensi fakta-

fakta yang relevan untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam putusan

akhir nanti, di samping penerapan hukum (rechtstoepassing) serta kadang kala

menemukan hukum (rechtsvinding). Sedangkan membuktikan atau memberikan

pembuktian adalah penggunaan alat-alat pembuktian tertentu untuk memberikan

suatu tingkatan kepastian yang sesuai dengan penalaran tentang eksistensi fakta-

fakta (hukum) yang disengketakan. Pembuktian itu harus dilalui terhadap

sengketa pajak untuk mendapatkan putusan dari Hakim yang memeriksanya.

Menurut Muhammad Djafar Saidi Pembuktian adalah suatu instrumen hukum

yang diperuntukan bagi para pihak yang bersengketa untuk menguatkan dalil-

dalilnya dihadapan persidangan pengadilan Pajak. Yang dimaksud dengan

membuktikan ialah menyakinkan Hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil

yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.

Oleh karena itu, membuktikan dalam arti luas berarti memperkuat

kesimpulan hakim dengan syarat-syarat bukti yang sah.

Prinsip pembuktian yang dianut dalam Undang-Undang tentang

Pengadilan Pajak adalah sistem pembuktian bebas. Prinsip pembuktian bebas

tentu bukan berarti para pihak bebas begitu saja melakukan atau tidak melakukan

pembuktian. Dalam hal ini, prinsip pembuktian bebas adalah yakni hakim

mempunyai kebebasan dalam:

a. menentukan apa yang harus dibuktikan atau yang sering disebut juga

sebagai luas pembuktian;

b. menentukan beban pembuktian atau dalam hal ini menentukan siapa

yang seharusnya melakukan pembuktian;

c. beserta penilaian pembuktian.

Dari pendapat tersebut terlihat bahwa sebenarnya pembuktian hanya

diperlukan bila ada sengketa, dan apabila terdapat persengketaan maka dengan

sendirinya ada dua pendirian atau lebih. Dalam hal sengketa pajak, adanya

5

Page 6: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

banding itu menunjukkan bahwa ada persengketaan antara pemohon banding dan

pihak terbanding, demikian halnya dalam gugatan, di situ tentu saja penggugat

yang mengajukan gugatan bersengketa dan tidak sependapat dengan tindakan atau

keputusan dari tergugat. Pendapat atau pendirian yang mana yang benar, tentu saja

hal ini perlu diuji. Pengujian dilakukan dalam tahap pembuktian. Berdasarkan

tingkat kebenaran tersebut, lalu hakim melaksanakan tugasnya dalam pemeriksaan

itu sehingga berujung pada jatuhnya putusan

Mengenai alat bukti tersebut UU PP mengaturnya sebagai berikut:

(1) Alat bukti dapat berupa:

a. surat atau tulisan;

b. keterangan ahli;

c. keterangan para saksi;

d. pengakuan para pihak; dan/atau

e. pengetahuan Hakim

(2) Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan.

Limitatif alat-alat bukti yang dapat digunakan sebagai sarana pembuktian

dalam persidangan. Oleh karena itu, tentu alat-alat bukti tersebutlah yang dapat

digunakan dan diajukan oleh para pihak untuk membuktikan dalil-dalil dan

pendiriannya.

Dalam rangka memutuskan sengketa Majelis Hakim melakukan

pemeriksaan Sengketa Banding yang diajukan dalam persidangan tersebut Majelis

Hakim telah menghimpun data untuk menganalisis perkembangan nilai sengketa

tentang besar obyek pajak, hal ini sesuai asas keaktifan hakim (dominus litis)

keaktifan hakim dimasudkan untuk menyeimbangkan kedudukan para pihak,

karena kedudukan Pemohon Banding (wajib pajak atau warga Negara) dan

Terbanding (Pejabat Negara atau fiskus), Asas keaktifan Hakim juga bertujuan

untuk mencari kebenaran materiil. Sesuai dengan hukum acara Pengadilan Pajak

bahwa Majelis Hakim diberikan wewenang untuk apa yang harus dibuktikan,

menentukan bukti-bukti yang harus diserahkan, luasnya pembuktian, serta

penilaian terhadap bukti-bukti tersebut untuk memutus sengketa banding yang

tertuang dalam pendapat Majelis Hakim. Dalam mencari bukti Majelis Hakim

6

Page 7: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

memprioritaskan untuk mendapatkan bukti-bukti berupa surat atau tulisan

sebelum menggunakan alat bukti yang lain. Karena setiap bukti tulisan pada

umumnya diadakan dengan maksud dipergunakan untuk keperluan pembuktian di

pengadilan apabila diperlukan suatu saat. Sedangkan keterangan merujuk pasal 69

huruf d UU PP yaitu pengakuan para pihak, Pengakuan para pihak tidak dapat

ditarik kembali, kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh

Majelis atau Hakim Tunggal pasal 74 UU PP. Karena keterangan para pihak

dalam persidangan sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengambil putusan

maka dalam persidangan para pihak menganggap penting kehadiran di

persidangan untuk memberikan keterangan. Berdasarkan yang diuraikan

sebelumnya penulis menyimpulkan penilaian atas bukti-bukti yang diajukan

digunakan agar hakim memperoleh keyakinan untuk memutus sengketa pajak

yang diajukan di pengadilan pajak.

Tatacara Pengajuan Banding

Pelaksanaan proses banding melalui Pengadilan pajak harus melalui upaya

keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak kepada Direktur Jenderal Pajak sebagai

upaya administratif yang harus dilalui sesuai dengan Hukum Administrasi Negara.

Apabila Keberatan yang diajukan ditolak atau diterima sebagian Wajib

Pajak dapat mengajukan Banding ke Badan Peradilan Pajak sesuai dengan Pasal

27 UU KUP ditentukan sebagai berikut:

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan

peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 ayat (1).

(2) Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di

lingkungan peradilan tata usaha negara.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis

dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan

sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan

Surat Keputusan Keberatan tersebut.

7

Page 8: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

Pengaturan atas tatacara banding tersebut diatur khusus dalam UU PP.

Banding ke Pengadilan Pajak diatur dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 39 UU

PP. Dalam 35 sampai dengan pasal 39 UU PP ditentukan sebagai berikut:

(1) Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada

Pengadilan Pajak.

(2) Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima

Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peril turan

perundang-undangan perpajakan.

(3) Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak mengikat

apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena di luar

kekuasaan Pemohon Banding

Dalam Pasal 36 proses banding dengan cara sebagai berikut :

(1) Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

(2) Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan

dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding.

(3) Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.

(4) Selain dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),

dan ayat (3) serta Pasal 35, dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya

jumlah Pajak yang terutang, Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah

yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% (lima puluh persen).

Pengajuan banding dapat dilakukan Wajib Pajak atau ahli warisnya, hal ini

dinyatakan Pasal 37 UU PP sebagai berikut :

(1) Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang

pengurus, atau kuasa hukumnya.

(2) Apabila selama proses Banding, Pemohon Banding meninggal dunia,

Banding dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli

warisnya, atau pengampunya dalam hal Pemohon Banding pailit.

(3) Apabila selama proses Banding Pemohon Banding melakukan peng-

gabungan, peleburan, pemecahan/pemekaran usaha, atau likuidasi,

permohonan dimaksud dapat dilanjutkan oleh pihak yang menerima

8

Page 9: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

pertanggungjawaban karena penggabungan, peleburan, pemecahan/

pemekaran usaha, atau likuidasi dimaksud.

Banding yang diajukan ke Pengadilan Pajak ini merupakan upaya hukum

lanjutan yang diajukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak atas keputusan

keberatan.

Tahap Persiapan Persidangan

Tatacara sebelum masuk ke dalam proses pemeriksaan di persidangan,

penanganan sengketa banding di bidang pajak terlebih dahulu melalui

serangkaian proses persiapan. Proses persiapan tersebut dimaksudkan untuk

mematangkan perkara sehingga ketika pemeriksaan di persidangan

dilangsungkan, pemetaan terhadap perkara relatif sudah lebih jelas dan matang.

Oleh karenanya, tahap ini juga dapat disebut sebagai tahap pematangan

perkara. Mengenai persiapan persidangan, diatur dalam Pasal 44 sampai

dengan Pasal 48 UU PP, dalam pasal tersebut ditentukan bahwa:

(1) Pengadilan Pajak meminta Surat Uraian Banding atau Surat Tanggapan

atas Surat Banding atau Surat Gugatan kepada Terbanding atau

Tergugat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal

diterima Surat Banding atau Surat Gugatan.

(2) Dalam hal Pemohon Banding mengirimkan surat atau dokumen

susulan kepada Pengadilan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

38, jangka waktu 14 (empat belas) hari sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dihitung sejak tanggal diterima surat atau dokumen susulan

dimaksud.

Berkas-berkas tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai bahan awal

pemeriksaan oleh hakim sebelum memasuki persidangan. Pengadilan meminta

khususnya kepada pihak lawan, yakni terbanding tergugat, untuk

menyampaikan surat uraian banding atau surat tanggapan gugatan. Surat

Uraian Banding adalah surat Terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi

jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh Pemohon Banding, sedangkan

Surat Tanggapan adalah surat dari tergugat kepada Pengadilan Pajak yang

9

Page 10: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

berisi jawaban atas gugatan yang diajukan oleh penggugat. Jangka waktu

permintaan tanggapan itu adalah 14 hari di mana hal tersebut dihitung dari saat

diterimanya banding oleh pihak Pengadilan. Akan tetapi apabila dari pihak

pemohon banding mengajukan dokumen susulan, maka jangka waktu 14 hari

tersebut dihitung sejak diterimanya susulan itu.

Pemeriksaan dengan Acara Biasa

Mengenai pemeriksaan sengketa pajak menggunakan acara biasa diatur

dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 64 UU PP. Pemeriksaan dengan acara

biasa dilakukan oleh majelis hakim, jadi bukan dengan menggunakan hakim

tunggal. Pemeriksaan dengan menggunakan susunan hakim majelis memiliki

beberapa keuntungan/kelebihan, di antaranya:

(1) Pertimbangan hukumnya setidak-tidaknya menjadi lebih matang

mengingat pemeriksaan dilakukan secara bersama-sama seluruh

anggota;

(2) Pengetahuan dan kemampuan hakim tentu secara umum menjadi lebih

memadai dibandingkan dengan hakim tunggal;

(3) Menjadi relatif lebih kuat dalam menghadapi tekanan dari luar;

(4) Kemungkinan penyelewengan yang mempengaruhi putusan, secara

teoretis akan lebih kecil, mengingat apabila salah satu anggota ada yang

menyeleweng masih akan berhadapan dengan anggota yang lain.

Dengan melihat pada ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa untuk

adanya saksi dalam pemeriksaan di persidangan itu dapat terjadi karena dua

hal:

1. karena diminta oleh salah satu atau kedua belah pihak;

2. karena diperintahkan oleh hakim yang memeriksa perkara tersebut.

Dengan demikian, para pihak, apabila memandang perlu bahwa untuk

memberikan kejelasan mengenai hal yang dikemukakan dan merupakan

pendirian yang didalilkannya, dapat meminta seseorang untuk menjadi saksi.

10

Page 11: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

Pemeriksaan Dengan Acara Cepat

Seperti halnya yang berlaku dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha

Negara, dalam Hukum Acara Pengadilan Pajak pun dikenal adanya

pemeriksaan dengan menggunakan acara cepat. Pemeriksaan dengan acara

cepat dilakukan oleh majelis atau hakim tunggal.

Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan oleh Hakim tunggal atau

Majelis Hakim dan dihadiri oleh terbanding dan apabila perlu Pemohon

Banding atau Kuasanya.

(1) Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan terhadap:

b. Sengketa pajak tertentu;

c. Gugatan yang tidak diputus dalam jangkn waktu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 81 ayat (2);

d. tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 84 ayat (1) atau kesalahan tulis dan/atau kesalahan

hitung, dalam putusan Pengadilan Pajak;

e. sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan meru-

pakan wewenang Pengadilan Pajak.

(2) Sengketa Pajak tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a

adalah Sengketa Pajak yang Banding atau Gugatannya tidak meme-nuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dan ayat (2),

Pasal 36 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 37 ayat (1), Pasal 40 ayat (1)

dan/atau ayat (6).

Berdasarkan ketentuan tersebut, tampak bahwa yang dapat diperiksa

dengan menggunakan acara cepat itu terbatas pada beberapa hal, yaitu

meliputi:

a. Sengketa pajak tertentu, yakni sengketa pajak yang banding atau

gugatannya tidak sepenuhnya memenuhi syarat, Gugatan yang tidak

diputus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak surat gugatan diterima;

b. Tidak dipenuhinya syarat formal putuaan Pengadilan Pajak, atau

terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dalam Putusan

Pengadilan Pajak;

11

Page 12: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

c. Sengketa yang menurut pertimbangan hukum sebenarnya di luar

kompetensi Pengadilan Pajak. Artinya dalam hal ini mes-tinya menjadi

kompetensi pengadilan lainnya, yang seharusnya mempunyai

kewenangan untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikannya.

Putusan

Apabila tahapan-tahapan pembuktian dalam proses pemeriksaan yang

dilakukan dalam persidangan dirasa cukup, yang kemudian dilakukan adalah

pelaksanaan rapat permusyawaratan untuk menyusun putusan. Mengenai

putusan, dalam undang-undang telah ditentukan dalam Pasal 77 sampai dengan

Pasal 84 UU PP, sifat putusan tersebut adalah :

(1) Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai

kekuatan hukum tetap.

(2) Pengadilan Pajak dapat mengeluarkan putusan sela atas gugatan

berkenaan dengan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43

ayat (2).

(3) Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan kembali

atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.

Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian pembuk-

tian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan hakim.

UU PP Pajak juga mengatur macam-macam putusan Pengadilan Pajak.

(1) Putusan Pengadilan Pajak dapat berupa:

a. menolak;

b. mengabulkan sebagian atau seluruhnya;

c. menambah Pajak yang harus dibayar;

d. tidak dapat diterima;

e. membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung; dan/

atau

f. membatalkan.

12

Page 13: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

(2) Terhadap putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat

lagi diajukan Gugatan, Banding, atau kasasi.

PEMBUKTIAN SENGKETA PAJAK PT TECTONIA GRANDIS

DI PENGADILAN PAJAK

PT Tectonia Grandis (selanjutnya disebut Pemohon Banding ) didirikan

dalam rangka Undang-undang Perseroan Terbatas nomor 40 Tahun 2007 adalah

perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor bangunan, jalan dan atau jembatan

yang berlokasi di Surabaya, dengan pekerjaan proyek ada diwilayah kota

Surabaya atau kota-kota lainya di wilayah Jawa Timur.

Duduk Perkara Sengketa Pajak

Sengketa pajak Pemohon Banding dikarenakan pada tanggal 30 Agustus

2011 telah menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan

Nilai masa pajak Desember 2009 nomor : 00029/407/09/631/10 yang diterbitkan

oleh Direktur Jenderal Pajak (selanjutnya disebut Terbanding) berdasarkan

Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor : LHPPSL-143/WPJ.11/KP.11/2010 tanggal

23 Agustus 2010 dengan jumlah lebih bayar sebesar Rp. 81.628.303. pada pokok

terdiri dari :

Uraian menurut

Pemohon

Banding

Terbanding

Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut

sendiri 0 317.716.080

13

Page 14: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

14

Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh

pemungut

6.548.785.419 6.548.785.419

Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri 0 31.771.608

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan 120.208.203 113.399.911

Jumlah lebih bayar (120.208.203) (81.628.303)

Sesuai dengan Pasal 26 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tatacara

Perpajakan bahwa Pemohon Banding sebelum melakukan Banding dapat

mengajukan Keberatan hanya kepada Terbanding. Pemohon Banding kemudian

mengajukan keberatan dengan surat nomor 241/SB-TG-IX/2011 tanggal 12

September 2011 dan atas Surat Keberatan tersebut Terbanding telah

mengeluarkan Surat Keputusan Keberatan dengan Keputusan Terbanding nomor

113/WPJ.07/BD.05/2009 tanggal 21 Oktober 2009, sehubungan dikeluarkan Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut Pemohon Banding mengajukan keberatan

kepada Direktur Jenderal pada tanggal 18 Oktober 2010 dan dengan Keputusan

Keberatan nomor : KEP-1171/WPJ.11/2011 tanggal 21 Juli 2011 permohonan

tersebut diterima sebagaian dengan perhitungan sebagai berikut:

Pemohon Banding masih keberatan, sehingga dengan surat nomor 241/SB-

TG-IX/2011 tanggal 12 September 2011, Pemohon banding mengajukan Banding

ke Pengadilan Pajak.

Surat Banding yang dikirim ke Pengadilan Pajak, Pemohon Banding

mengajukan dengan alasan-alasan karena perbedaan persepsi dalam penilaian

obyek pajak. Bahwa berdasarkan yang diuraikan timbulnya sengketa pajak setelah

dikeluarkanya Surat Ketetapan Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak, karena wajib

pajak merasa tidak sesuai dengan yang sebenarnya terjadi di Perusahaan maka

Page 15: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

15

mengajukan keberatan, karena keberatan hanya diterima sebagaiam maka Wajib

Pajak menggunakan haknya untuk mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak.

Pelaksanaan Persiapan Persidangan

Sebelum masuk ke dalam proses pemeriksaan di persidangan, penanganan

sengketa di bidang pajak terlebih dahulu melalui serangkaian proses persiapan.

Proses persiapan tersebut dimaksudkan untuk mematangkan perkara sehingga

ketika pemeriksaan di persidangan dilangsungkan, pemetaan terhadap perkara

relatif sudah lebih jelas dan matang. Oleh karenanya, tahap ini juga dapat disebut

sebagai tahap pematangan perkara.

Pelaksanaan Pemeriksaan Ketentuan Formal

Sebelum masuk kedalam pemeriksaan material terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan secara formal. Pemeriksaan tersebut ditujukan apakah surat banding

yang diajukan telah sesuai dengan UU PP. Dalam hal banding yang diperiksa

sesuai dengan pasal 35 dan 36 UU PP. Berdasarkan Putusan Pengadilan Pajak

Nomor: PUT.05721/PP/M.XIVA/16/2014 tanggal 26 Pebruari 2014 (selanjutnya

disebut Putusan Pengadilan) pada halaman 2 alinea 4 Putusan Pengadilan

menyebutkan permohonan Banding Pemohon Banding telah memenuhi ketentuan

formal pasal 35 ayat (1) dan (2) dan Pasal 36 ayat (1), (2) dan (3) serta pasal 37

UU PP, sehingga pemeriksaan dapat dilanjutkan ke pemeriksaan materi. Dalam

Pengujian formal yang diuji adalah sebagai berikut:

a. Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Banding.

b. Pemenuhan Ketentuan Formal Pengajuan Keberatan.

c. Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitan Keputusan Terbanding.

d. Pemenuhan Ketentuan Formal Penerbitkan Surat Ketetapan Pajak

Pelaksanaan Pemeriksaan Acara Biasa

Pemeriksaan dengan acara biasa dilakukan oleh majelis hakim, jadi bukan

dengan menggunakan hakim tunggal. Untuk mengawali pemeriksaan di

persidangan, hakim ketua membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk

umum, sesuai dengan pasal 50 UU PP.

Pemeriksaan terhadap materi sengketa banding dilakukan dengan

Page 16: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

16

mendahulukan pemeriksaan terhadap materi sengketa mengenai obyek pajak dan

dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap materi sengketa mengenai tarif pajak,

kredit pajak dan materi sengketa tentang lainnya, diakhiri dengan pemeriksaan

terhadap materi sengketa sanksi administrasi.

Pemeriksaan terhadap materi sengketa obyek pajak dimulai dengan

menganalisa perkembangan sengketa nengenai obyek pajak, dilanjutkan

menyimpulkan pokok-pokok sengketa mengenai obyek pajak. Berdasarkan

penelitian Majelis Hakim berpendapat Pokok Sengketa adanya Pendapatan dari

Jasa Konstruksi yang belum dilaporkan oleh Pemohon banding terdiri dari:

1. Pelunasan Piutang PT. RBU sebesar 130.000.000,00.

2. Pelunasan Piutang Direksi sebesar Rp. 840.000.000,00.

3. Setoran Tunai dari Kas proyek ke Bank Jatim sebesar Rp.229.343.000,00.

Pelaksanaan Penilaian Pembuktian

Dalam rangka memutuskan sengketa Majelis Hakim melakukan

pemeriksaan Perkara Banding yang diajukan oleh PT Tectonia Grandis, dengan

melakukan beberapa kali persidangan dan mengundang pada pihak untuk hadir

dipersidangan, persidangan terakhir dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2012.

Dalam persidangan tersebut Majelis Hakim telah menghimpun data untuk

menganalisis perkembangan nilai sengketa tentang besar obyek pajak, hal ini

sesuai asas keaktifan hakim (dominus litis) keaktifan hakim dimasudkan untuk

menyeimbangkan kedudukan para pihak, karena kedudukan Pemohon Banding

(wajib pajak atau warga Negara) dan Terbanding (Pejabat Negara atau fiskus),

Untuk mencari kebenaran materiil Majelis Hakim Pengadilan Pajak

melakuan pemeriksaan atas:

e. Data

f. Keterangan

Mengacu pada pasal 69 UU PP yang dimaksud dengan Data adalah surat

atau tulisan (lihat uraian halaman 88 s.d 89), karena sebagaimana diuraikan oleh

penulis sebelumnya, bahwa Majelis Hakim memprioritaskan untuk mendapatkan

bukti-bukti berupa surat atau tulisan sebelum menggunakan alat bukti yang lain.

Pengambilan Putusan

Page 17: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

17

Majelis Hakim Pengadilan Pajak dalam mengambil keputusan berdasarkan

pasal 78 UU PP menyatakan Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil

penilaian pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan

yang bersangkutan serta berdasarkan keyakinan Hakim serta dilakukan

musyawarah Majelis Hakim sesuai dengan pasal 79 UU PP. Bahwa Musyawarah

Majelis Hakim tersebut diadakan pada tanggal 1 Oktober 2012 (Putusan

Pengadilan halaman 22).

Page 18: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

PENUTUP

1. KESIMPULAN

1.1. Pembuktian Sengketa Pajak di Pengadilan Pajak

Pembuktian dimaksudkan agar adanya pemeriksaan sengketa pajak

yang mencerminkan asas pemeriksaan cepat, sederhana dan biaya ringan.

Asas pemeriksaan cepat, sederhana dan biaya ringan diwujudkan dengan

ditetapkannya putusan Pengadilan Pajak sebagai putusan akhir dan final

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pembuktian tersebut dapat dilakukan untuk menguatkan dalil-dalil yang

ajukan sesuai dengan asas siapa mendalilkan, dia yang harus membuktikan

dalil tersebut. Alat bukti yang diutamakan untuk diperoleh dalam mengambil

putusan oleh Hakim adalah bukti surat atau tulisan. Karena surat atau tulisan

merupakan yang paling harus didapat dan banyak digunakan sebagai alat bukti

dalam pembuktian di pengadilan pajak, sebelum menggunakan alat bukti yang

lain.

1.2. Pembuktian Sengketa Pajak di Pengadilan pajak

Pembuktian dalam rangka memutuskan sengketa banding di Pengadilan

Pajak, Majelis Hakim melakukan pemeriksaan perkara banding yang diajukan

oleh PT Tectonia Grandis, dengan pendekatan apa yang harus dibuktikan,

menentukan bukti-bukti yang harus diserahkan, luasnya pembuktian, serta

penilaian terhadap bukti-bukti tersebut untuk memutus sengketa banding yang

tertuang dalam pendapat Majelis Hakim. Untuk mencari kebenaran materiil

Majelis Hakim Pengadilan Pajak melakuan pemeriksaan atas:

g. Data

h. Keterangan

Majelis Hakim memprioritaskan untuk mendapatkan bukti-bukti berupa

surat atau tulisan. Karena setiap bukti tertulis diadakan dipergunakan untuk

keperluan pembuktian di pengadilan apabila diperlukan suatu saat. Selain

bukti surat atau tulisan hakim juga meminta pengakuan para pihak, Pengakuan

para pihak tidak dapat ditarik kembali, kecuali berdasarkan alasan yang kuat

Page 19: Microsoft Word - cover n lembar pengesahanskripsi.narotama.ac.id/files/PEMBUKTIAN PENYELESAIAN SENGKET… · Web viewIndonesia dalam bidang perpajakan memberlakukan sistem self-assesment,

dan dapat diterima oleh Majelis. Karena keterangan para pihak dalam

persidangan sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengambil putusan

maka dalam persidangan para pihak meanggap penting kehadiran di

persidangan untuk memberikan keterangan. Putusan diperlukan 2 alat bukti

adalah sah. Jadi didalam pembuktian dipengadilan Pajak penulis

menyimpulkan bahwa alat bukti berupa surat atau tulisan harus diperkuat

dengan alat bukti yang lain berupa keterangan/pengakuan para pihak didalam

persidangan.

2. SARAN

2.1. Pembuktian Sengketa Pajak di Pengadilan Pajak

Kedudukan pengadilan Pajak yang hanya berada di Ibukota Negara, atau

Jakarta membuat Pemohon Banding yang berada diluar Ibukota harus

mengeluarkan biaya yang tidak ringan, sehingga memerlukan waktu untuk

datang sehingga hal ini bertentangan dengan asas peradilan yang

sederhana, cepat dan biaya ringan. Sesuai dengan asas tersebut

sebaiknya sidang Pengadilan Pajak tidak hanya dilakukan di Ibukota tetapi

dilakukan ditempat lain di Seluruh Wilayah Indonesia atau paling sedikit

disetiap Ibukota Propinsi, karena Kantor Direktorat Jenderal Pajak dan

Wajib Pajak berada diseluruh Wilayah Republik Indonesia dan peluang

adanya sengketa Pajak mungkin terjadi.

2.2. Penerapan Pembuktian Sengketa Pajak di Pengadilan

pajak

Pembuktian sebaiknya dapat dilakukan dengan menggunakan tidak

terbatas hanya bukti Surat atau Tulisan (dalam bentuk hardcopy) tetapi

dapat dilakukan dengan bukti elektronik, sebagai penerapan Undang-

undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik,

sehingga lebih efisien, sederhana dan murah karena bukti surat atau tulisan

yang ada di Wajib Pajak yang begitu banyak sebagai dasar untuk

penghitungan pajak terutang selama Tahun Pajak, sehingga asas

penyelesaian sengketa akan lebih cepat selesai.