22
SCB1603402 PTA PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2013/2014 Drs. IMAN SANTOSO, M. Phil. Dra. SITARESMI, M. Sc. LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PENGECATAN MORFOLOGI DAN STRUKTUR SEL BAKTERI NAMA : WIDYA SETYANINGTYAS NPM : 1106014892 KELOMPOK : V (LIMA) SIANG TANGGAL PRAKTIKUM : 25 SEPTEMBER 2013 ASISTEN : GINTANG PRAYOGI ZAHRA HAIFA

Mikrobiologi pengecatan bakteri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mikrobiologi pengecatan bakteri

SCB1603402 PTA

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI 2013/2014

Drs. IMAN SANTOSO, M. Phil.

Dra. SITARESMI, M. Sc.

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PENGECATAN MORFOLOGI DAN STRUKTUR SEL BAKTERI

NAMA : WIDYA SETYANINGTYAS

NPM : 1106014892

KELOMPOK : V (LIMA) SIANG

TANGGAL PRAKTIKUM : 25 SEPTEMBER 2013

ASISTEN : GINTANG PRAYOGI

ZAHRA HAIFA

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI

2013

Page 2: Mikrobiologi pengecatan bakteri

PENGECATAN MORFOLOGI DAN STRUKTUR SEL BAKTERI

I. TUJUAN

1. Mengamati dan mempelajari morfologi sel bakteri.

2. Mengetahui dan memahami teknik pengecatan khusus morfologi sel bakteri

( metode pengecatan negatif, sederhana, dan Gram).

3. Mengamati dan mempelajari struktur sel bakteri ( spora, kapsul, dan dinding

sel).

4. Mempelajari dan mengamati teknik-teknik pengecatan khusus struktur sel

bakteri.

II. HASIL PENGAMATAN

I. PENGECATAN MROFOLOGI SEL BAKTERI

A. PENGECATAN NEGATIF

Nama biakan : Bacillus cereus

Umur biakan : 24 jam

Medium : Nutrient Agar (NA)

Perbesaran : 10 x 100

Reagen : Larutan nigrosin (tinta cina)

Keterangan : a. sel Bacillus cereus

B. PENGECATAN SEDERHANA

Nama biakan : Bacillus cereus

Umur biakan : 24 jam

Medium : Nutrient Agar (NA)

Perbesaran : 10 x 100

Page 3: Mikrobiologi pengecatan bakteri

Reagen : Larutan safranin

Keterangan : a. sel Bacillus cereus

Nama biakan : Escherichia coli

Umur biakan : 48 jam

Medium : Nutrient Agar (NA)

Perbesaran : 10 x 100

Reagen : Larutan Kristal Violet

Keterangan : a. sel Escherichia coli

C. PENGECATAN GRAM

Nama biakan : Micrococcus sp.

Umur biakan : 48 jam

Medium : Nutrient Agar (NA)

Perbesaran : 10 x 100

Reagen : Gram A (Kristal violet), Gram B

(Lugol’s iodine), Gram C (alkohol

aseton), Gram D (safranin)

Keterangan : a. sel Micrococcus sp.

Nama biakan : Escherichia coli

Umur biakan : 48 jam

Medium : Nutrient Agar (NA)

Perbesaran : 10 x 100

Reagen : Gram A (Kristal violet), Gram B

(Lugol’s iodine), Gram C (alkohol

aseton), Gram D (safranin)

Page 4: Mikrobiologi pengecatan bakteri

Keterangan : a. sel Escherichia coli

2. PENGECATAN STRUKTUR SEL BAKTERI

A. PENGECATAN SPORA

Nama biakan : Bacillus cereus

Umur biakan : 24 jam

Medium : Nutrient Agar (NA)

Perbesaran : 10 x 100

Reagen : Larutan Malachit Green

dan Safranin

Keterangan : a. endospora

b. sel vegetatif

B. PENGECATAN KAPSUL

Nama biakan : Bacillus subtilis

Umur biakan : 24 jam

Medium : Nutrient Agar (NA)

Perbesaran : 10 x 100

Reagen : Larutan CuSo4 20% , Kristal

Violet 1%.

Keterangan : a. kapsul

b. sel vegetatif

III. PEMBAHASAN

Page 5: Mikrobiologi pengecatan bakteri

PENGECATAN MORFOLOGI SEL BAKTERI

A. PENGECATAN NEGATIF

Bakteri yang digunakan dalam percobaan pengecatan negatif yaitu

Bacillus cereus yang berumur 24 jam. Bacillus cereus merupakan bakteri gram

positif, aerobik, berspora, berbentuk batang, dan motil. Bakteri tersebut sudah

memiliki struktur yang sempurna pada umur 24 jam sehingga mudah untuk

diamati. Hal tersebut dikarenakan bakteri sedang mengalami pertumbuhan yang

optimum pada rentang waktu 24 jam (Schaechter 2009: 408).

Pengecatan negatif dilakukan untuk mewarnai latar belakang preparat,

sedangkan bakteri tidak terwarnai. Hal tersebut memberikan gambaran yang lebih

jelas mengenai ukuran dan bentuk sel bakteri. Langkah kerja dalam melakukan

pengecatan negatif yaitu kaca objek dibersihkan dengan menggunkan alkohol 70

% sehingga bebas lemak, kemudian larutan nigrosin diteteskan di atas kaca objek.

Biakan bakteri diambil dengan memakai jarum ose dan diletakkan dalam tetesan

larutan nigrosin tersebut. Larutan nigrosin diratakan dengan menggunakan kaca

objek yang lain, preparat dibiarkan mengering kemudian diamati di bawah

mikroskop (Gandjar dkk. 1992: 29; Harley 2005: 35). Untuk perbesaran 1000 kali

dapat ditambahkan minyak imersi pada lensa objektif. Minyak imersi berfungsi

untuk memperbesar penetrasi sinar terhadap preparat, memperbesar indeks bias,

mengurangi gesekan, membuat lensa menjadi homogen sehingga mempermudah

pengamatan (Holt dkk. 1994: 545).

Pewarna yang digunakan dalam pengecatan negatif ialah larutan nigrosin

atau disebut juga sebagai tinta cina. Larutan nigrosin hanya mewarnai latar

belakang preparat disebabkan asam nukleat pada protoplasma bakteri yang

bermuatan negatif tidak dapat berikatan dengan kromatofor nigrosin yang juga

bermuatan negatif. Oleh karena itu zat warna tersebut tidak dapat mewarnai sel

bakteri (Sutedjo dkk. 1991: 306). Proses pengecatan negatif tidak memerlukan

fiksasi sebab tidak harus mematikan sel bakteri secara cepat dan tidak perlu

memperbesar kemungkinan melekatnya cat pada sel bakteri. Fiksasi dapat

Page 6: Mikrobiologi pengecatan bakteri

menyebabkan sel bakteri tersebut rusak dan mengkerut sehingga tidak dapat

diamati lagi bentuk morfologinya (Black 1999: 64)

Faktor yang memengaruhi pewarnaan sel bakteri dengan teknik

pengecatan negatif ialah zat warna yang digunakan yaitu larutan nigrosin,

ketebalan lapisan zat warna, usia bakteri yang digunakan, dan komposisi dari

medium. Penggoresan larutan nigrosin pada kaca objek dilakukan secara bertahap

hingga lapisan menjadi tipis. Lapisan zat warna tidak boleh terlalu tebal karena

akan menyebabkan cahaya tidak dapat menembus, dan zat warna akan pecah

ketika dikeringkan. Lapisan warna juga tidak boleh terlalu tipis karena tidak ada

warna kontras yang membedakan sel-sel bakteri dengan lingkungan sehingga sulit

untuk diamati (Sutedjo dkk. 1991: 306--307).

Sel Bacillus cereus yang teramati melalui mikroskop dengan perbesaran

10 x 100 berbentuk batang (basil) dengan warna transparan. Latar belakang

preparat berwarna cokelat kekuningan akibat dari pewarna nigrosin. Hal tersebut

sesuai dengan literatur yang menjelaskan mengenai bentuk sel Bacillus cereus

ialah batang lurus, terkadang tersusun berpasangan atau membentuk rantai dengan

ujung yang membulat (Holt dkk. 1994: 559).

B. PENGECATAN SEDERHANA

Bakteri yang digunakan dalam pengecatan sederhana adalah Bacillus

cereus dan Escherichia coli . Bacillus cereus berumur 24 jam dan Escherichia

coli berumur 48 jam. Bacillus cereus sudah memiliki struktur yang sempurna pada

umur 24 jam, sedangkan Escherichia coli memiliki struktur yang sempurna pada

umur 48 jam (Singleton & Sainsbury 2006: 475). Pengecatan sederhana bertujuan

untuk melihat susunan sel dan untuk membedakan bakteri dari benda-benda mati

lainnya yang bukan bakteri (Irianto 2006: 59).

Proses pengecatan sederhana diawali dengan membuat preparat olesan

bakteri. Preparat dibuat dengan cara mencampur akuades dengan biakan yang

diambil menggunakan ose kemudian diletakkan di atas kaca objek. Biakan yang

sudah ada diratakan dan dikeringkan hingga akuades hilang kemudian dilakukan

proses fiksasi. Fiksasi dilakukan dengan cara melewatkan preparat olesan bakteri

Page 7: Mikrobiologi pengecatan bakteri

beberapa kali di atas api. Preparat olesan yang sudah mengering ditetesi dengan

larutan kristal violet untuk bakteri Escherichia coli dan larutan safranin untuk

bakteri Bacillus cereus, biarkan 1-2 menit. Selanjutnya sisa larutan di cuci dengan

air mengalir, tunggu sampai mengering lalu diamati di bawah mikroskop (Gandjar

dkk. 1992: 31). Proses fiksasi dilakukan untuk melekatkan sel bakteri pada kaca

objek, membunuh bakteri karena sel-sel yang mati lebih mudah diwarnai,

membuat sel-sel lebih kuat, mencegah terjadinya otolisis sel, serta mengubah

afinitas (daya ikat) zat warna (Sutedjo dkk. 1991: 300).

Pengecatan sederhana menggunakan larutan dengan satu macam zat

warna. Zat warna yang digunakan yaitu kristal violet. Zat warna lain yang juga

dapat digunakan untuk pengecatan sederhana ialah methylen blue, gentian violet,

basic fuchsin, dan saffranin (Lay & Hastowo 1992: 33). Zat warna yang

digunakan untuk pengecatan sederhana merupakan zat warna basa. Kecepatan

dan tingkat pewarnaan sel berbeda-beda dari setiap zat warna yang digunakan.

Methylen blue bereaksi dengan muatan negatif dari sel dengan kecepatan yang

paling lambat dan membutuhkan waktu sekitar 30--60 detik untuk dapat mewarnai

bakteri. Safranin membutuhkan waktu yang lebih cepat yaitu sekitar 5 detik

untuk dapat mewarnai bakteri (Sutedjo dkk. 1991: 302).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan sederhana antara lain

konsentrasi dari zat warna yang digunakan, umur dari sel biakan, ketebalan sel,

fiksasi, lama pemberian cat warna dan pencucian gelas objek. Semakin tebal

jumlah sel yang terambil maka pewarnaan bakteri menjadi tidak jelas karena sel

tersusun menumpuk. Zat pewarna yang diberikan tidak boleh terlalu pekat atau

tebal karena sel bakteri yang terlihat juga akan menjadi gelap. Proses fiksasi yang

terlalu lama akan mengakibatkan preparat menjadi kering, sehingga struktur sel

yang akan diamati menjadi tidak jelas (Madigan dkk. 2000: 52).

Berdasarkan pengamatan, tampak bakteri Bacillus cereus dan Escherichia

coli berbentuk batang. Kedua bakteri teramati pada perbesaran 10 x 100 namun

bakteri yang terlihat di mikroskop padat dan menumpuk. Hal tersebut disebabkan

karena pada saat pengambilan bakteri terlalu banyak. Bakteri Bacillus cereus

terlihat berwarna kemerahan dan bakteri Echerichia coli berwarna agak keunguan.

Hal tersebut terjadi karena kristal violet merupakan zat warna basa sehingga

Page 8: Mikrobiologi pengecatan bakteri

memberikan warna ungu, sedangkan safranin memberikan warna kemerahan (Lay

& Hastowo 1992: 35).

C. PENGECATAN DIFFERENSIAL (GRAM)

Bakteri yang digunakan dalam pengecatan differensial (gram) ialah

Micrococcus sp. dan Escherichia coli. Micrococcus sp. merupakan bakteri gram

positif berbentuk bulat sedangkan Escherichia coli merupakan bakteri gram

negatif anaerob fakultatif berbentuk batang. Kedua bakteri tersebut berumur 48

jam. Kedua bakteri memiliki struktur yang sempurna pada umur 48 jam sehingga

lebih mudah untuk diamati bagian-bagiannya (Madigan dkk. 2000: 58).

Pengecatan Gram merupakan salah satu contoh teknik pengecatan

differensial yang menggunakan beberapa macam larutan atau zat pewarna untuk

mewarnai sel. Pengecatan Gram bertujuan untuk membedakan bakteri ke dalam

kelompok bakteri Gram postif atau Gram negatif. Langkah kerja dalam

pengecatan differensial (Gram) yaitu preparat olesan dibuat, kemudian ditetesi

larutan kristal violet (Gram A) sebanyak 1- 2 tetes dan didiamkan selama 1

menit. Preparat dicuci dengan akuades, kemudian dikeringkan. Selanjutnya

ditetesi larutan Lugol’s iodine (Gram B), biarkan selama 1 menit. Preparat dicuci

kembali menggunakan akuades dan dikeringkan. Ditetesi larutan Gram C selama

30 detik, dicuci kembali dan dikeringkan. Selanjutnya ditetesi dengan larutan

Gram D selama 30 detik, dicuci dan dikeringkan kembali kemudian diamati di

bawah mikroskop (Gandjar dkk. 1992: 29, 31--32).

Pengecatan Gram membutuhkan empat macam larutan zat warna yang

berbeda yaitu larutan Hucker’s Crystal Violet, larutan Mordan Lugol’s Iodine,

larutan alkohol aseton, dan larutan safranin. Larutan Hucker’s Crystal Violet

(Gram A) digunakan sebagai zat warna dasar yang mewarnai semua bagian sel

dengan warna ungu. Larutan Mordan Lugol’s Iodine (Gram B) berfungsi sebagai

mordant. Mordan merupakan suatu zat yang dapat menambah afinitas sel

terhadap pewarna, sehingga warna hasil pewarnaan dengan Crystal Violet

semakin intensif. Larutan alkohol aseton (Gram C) berfungsi sebagai

decolorizing agent, berperan sebagai agen pendehidrasi protein atau lipid,

Page 9: Mikrobiologi pengecatan bakteri

tergantung pada konsentrasi lipid dan ketebalan peptidoglikan pada dinding

bakteri. Alkohol aseton meningkatkan porositas dinding sel dengan melarutkan

lipid pada lapisan luar peptidoglikan yang tipis, sehingga larutan Gram A dan B

dapat dengan mudah luntur pada bakteri Gram negatif. Sel bakteri Gram negatif

akan menjadi tidak berwarna, sehingga pada penambahan counterstain safranin

(Gram D), akan menjadi berwarna merah. Sel bakteri Gram positif tidak

mengalami dekolorisasi pada penambahan alkohol aseton karena tebalnya lapisan

peptidoglikan pada dinding sel, sehingga pewarna Gram A dan B sangat kuat

berikatan. Sel tersebut akan tetap berwarna ungu walaupun ditambahkan pewarna

safranin (Cappuccino & Sherman 2001: 64).

Bakteri gram positif dan negatif akan memberikan reaksi penampakkan

yang berbeda dalam pengecatan gram dikarenakan memiliki komposisi yang

berbeda-beda. Kompleks penggabungan kristal violet–iodium akan terikat kuat

dalam sel bakteri gram positif yang memiliki peptidoglikan dalam jumlah besar

pada dinding selnya. Kompleks tersebut tidak hilang walau telah dicuci dengan

alkohol aseton. Hal tersebut menyebabkan sel tetap berwarna ungu karena cat

penutup (safranin) tidak mempengaruhi kompleks tersebut. Bakteri gram negatif

memiliki lapisan fosfolipid pada bagian terluar dinding selnya. Pori-pori dinding

sel tersebut akan mengembang bila sel dibasahi dengan alkohol aseton, sehingga

kompleks kristal violet–iodium akan terlarut keluar sel (sel tidak berwarna). Hal

tersebut menyebabkan sel akan berwarna merah saat ditambahkan safranin di

akhir pengecatan (Madigan dkk. 2000: 59).

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi pengecatan Gram diantaranya

adalah perubahan keasaman pH, jika pH turun maka bakteri Gram-positif dapat

berubah menjadi bakteri Gram-negatif dan sebaliknya. Pencucian yang terlalu

lama dengan alkohol juga akan menyebabkan bakteri Gram-positif memberikan

warna seperti bakteri Gram-negatif . Bakteri Gram-positif dalam medium yang

mudah mengalami fermentasi dapat berubah menjadi bakteri Gram-negatif

sehingga warnanya pun berubah, demikian pula jika bakteri Gram-positif

dilarutkan dalam air panas maka komponen dinding selnya akan terpengaruh

sehingga memengaruhi pewarnaan (Sutedjo dkk. 1991: 310--311).

Page 10: Mikrobiologi pengecatan bakteri

Hasil pengamatan pengecatan Gram positif perbesaran 10 x 100 terhadap

Micrococcus sp. menunjukkan sel berbentuk kokus atau bulat berwarna ungu.

Warna ungu membuktikan bahwa Micrococcus sp. merupakan bakteri Gram

positif. Hasil pengamatan pengecatan Gram negatif perbesaran 10 x 100 terhadap

bakteri Escherichia coli menunjukkan sel berbentuk batang berwarna merah.

Warna merah membuktikan bahwa Escherichia coli merupakan bakteri Gram

negatif (Lay & Hastowo 1992: 34).

C. PENGECATAN STRUKTUR SEL BAKTERI

A. PENGECATAN SPORA

Bakteri yang digunakan dalam pengecatan spora ialah Bacillus cereus

yang berumur 24 jam. Bacillus cereus merupakan jenis bakteri yang digunakan

karena merupakan salah satu contoh bakteri golongan basil (batang) yang mampu

membentuk endospora (Schaechter 2009: 410). Langkah pertama yang dilakukan

dalam pengecatan spora yaitu membuat preparat olesan bakteri. Preparat olesan

tersebut kemudian diberi kertas hisap atau kertas saring yang diletakkan tepat di

atas bakteri. Preparat kemudian ditetesi dengan cat malachit green hingga kertas

saring jenuh, selanjutnya difiksasi di atas api. Malachit green kembali diteteskan

di atas kertas saring tersebut. Penetesan malachit green dilakukan selama 5

menit. Kertas saring kemudian dilepaskan dan preparat dicuci dengan air

mengalir. Preparat yang telah bersih kemudian ditetesi safranin selama 1 menit.

Preparat tersebut dicuci kembali dengan air mengalir dan dikeringkan dari sisa-

sisa zat pencuci. Preparat di amati di bawah mikroskop (Gandjar dkk. 1992 : 35).

Larutan malachite green digunakan dalam percobaan sebagai cat utama

untuk proses pengecatan spora. Proses pemanasan yang cukup lama dalam teknik

pengecatan bertujuan untuk memperbesar pori-pori lapisan tebal pada endospora

sehingga larutan malachit green mudah masuk untuk mewarnai spora. Pemanasan

juga bertujuan untuk melekatkan sel bakteri pada kaca objek. Olesan bakteri

ditutup dengan kertas saring selama proses pemanasan bertujuan untuk

Page 11: Mikrobiologi pengecatan bakteri

mengurangi penguapan yang dapat merusak spora. Selain itu juga berfungsi untuk

mengetahui tingkat kejenuhan larutan serta meratakan penyebaran larutan

malachit green. Larutan safranin digunakan sebagai cat tanding (counterstain)

untuk sel-sel vegetatif (Harley 2005: 60).

Berdasarkan hasil pengamatan pada perbesaran 10 x 100 terlihat bahwa

endospora bakteri berwarna hijau terwarnai oleh larutan malachite green

sedangkan sel-sel vegetatif berwarna merah karena terwarnai oleh larutan

safranin. Endsopora berbentuk agak bulat yang terletak pada bagian tengah.

Larutan malachite green dan safranin merupakan cat basa yang dapat berikatan

dengan sitoplasma sel bakteri yang bersifat asam. Dua macam larutan cat

digunakan agar endospora dengan sel vegetatif dapat dibedakan (Pelczar & Chan

2006: 124).

B. PENGECATAN KAPSUL

Percobaan pengecatan kapsul menggunakan bakteri Bacillus subtilis yang

telah berumur 48 jam. Pengecatan tersebut menggunakan beberapa reagent

diantaranya yaitu larutan CuSO4 20% dan larutan kristal violet 1%. Bacillus

subtilis yang berumur 2 hari digunakan karena dalam kurun waktu tersebut

bakteri sudah mampu membentuk kapsul sebagai bentuk pertahanan diri pada

lingkungan yang kurang mendukung (Madigan dkk. 2000: 481).

Proses pengecatan kapsul dimulai dengan membuat preparat olesan

bakteri. Preparat olesan bakteri diteteskan kristal violet kemudian dipanaskan

selama 1 menit. Preparat olesan bakteri tersebut dibilas dengan larutan CuSO4 dan

dikeringkan dengan kertas saring lalu diamati di bawah mikroskop (Gandjar dkk.

1992 : 36). Proses pemanasan dilakukan dalam teknik pengecatan kapsul

bertujuan untuk memperbesar pori-pori dinding sel dan juga mengintensifkan zat

warna sehingga bakteri dapat terwarnai oleh larutan kristal violet. Selain itu,

pemanasan juga dilakukan agar kristal violet mengikat kuat di dalam sel dan tidak

akan hilang saat sel ditambahkan larutan CuSO4 20%. Proses pemanasan yang

dilakukan tidak boleh terlalu lama karena akan merusak kapsul (Harley 2005: 66).

Page 12: Mikrobiologi pengecatan bakteri

Zat warna yang digunakan adalah kristal violet. Kristal violet merupakan

zat pewarna yang bersifat basa dan menggunakan kromogen bermuatan positif.

Zat pewarna akan menembus dinding sel bakteri yang bermuatan negatif,

sehingga dinding sel akan berikatan dengan kation zat pewarna. Larutan kristal

violet digunakan sebagai zat warna dasar untuk mewarnai sel bakteri dan

kapsulnya menjadi ungu tua. Kapsul pada bakteri bersifat non-ionik sehingga

larutan kristal violet tidak dapat melekat dengan kuat pada kapsul (Cappucino &

Sherman 2001 : 55). Larutan CuSO4 merupakan larutan peluntur zat warna. Zat

warna peluntur merupakan suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel

yang telah terwarnai. Larutan CuSO4 20% digunakan untuk menghilangkan

larutan kristal violet pada kapsul. Kapsul yang tidak terwarnai oleh kristal violet

terlihat transparan di bawah mikroskop (Sutedjo dkk. 1991: 300).

Hasil pengamatan dengan menggunakan perbesaran 10 x 100

menunjukkan bahwa kapsul bakteri berwarna bening keunguan dan mengelilingi

sel, sedangkan sel vegetatif bakteri berwarna ungu tua. Sel-sel vegetatif bakteri

bersifat asam dan akan terwarnai oleh larutan kristal violet yang memiliki sifat

basa. Kapsul yang tidak terwarnai oleh kristal violet terlihat transparan di bawah

mikroskop (Irianto 2006: 67). Hasil pengamatan yang didapat sesuai dengan

literatur.

C. PENGECATAN DINDING SEL

Dinding sel bakteri merupakan suatu struktur yang mengelilingi membran

plasma. Antara dinding sel dan membran plasma terdapat daerah yang disebut

periplasma. Adanya dinding sel tersebut memberikan bentuk yang khas pada

setiap bakteri (Pelczar & Chan 2006: 134).

Susunan kimia dinding sel terutama tersusun dari makromolekul yang

dikenal dengan nama peptidoglikan (murein, mukopeptida, atau mukokompleks).

Peptidoglikan tersusun dari monomer-monomer yang dinamakan tetrapeptida

glikan. Tetrapeptida glikan terdiri dari gula zat asam amino (N-asetil gukosamin

dan N-asetil muramat) dan beberapa asam amino. Paling sedikit ada empat macam

Page 13: Mikrobiologi pengecatan bakteri

asam amino, yaitu L-alanin, D-glutamat, asam mesodiamonopimelat atau L-lisina,

dan D-alanin. Setiap molekul asam N-asetil muaramat dikaitkan dengan

tetrapeptida yang terdiri atas empat asam amino yang berfungsi untuk

menyediakan kekuatan tambahan yang diperlukan bagi jembatan molekul asam

amino menghubungkan secara menyilang tetrapeptida yang terkait pada asam N-

asetil muramat (Volk & Wheeler 1993: 50). Praktikum pengecatan struktur

dinding sel bakteri tidak dilakukan oleh praktikan.

IV. KESIMPULAN

1. Morfologi bakteri yang berhasil diamati yaitu bakteri Bacillus cereus

berbentuk batang, Escherichia coli berbentuk batang,dan bakteri Micrococcus

sp.berbentuk kokus (bulat).

2. Ada tiga macam teknik pengecatan morfologi sel bakteri yaitu pengecatan

negatif, sederhana, diferensial (Gram). Pengecatan negatif dapat mewarnai latar

belakang preparat sehingga morfologi bakteri terlihat jelas. Pengecatan sederhana

dapat membedakan bakteri dari benda-benda mati lainnya (selain bakteri) serta

melihat ukuran dan bentuk bakteri. Pengecatan differensial (gram) dapat

membedakan bakteri gram positif dan gram negatif.

3. Struktur spora bakteri dapat diamati dengan pewarna larutan malachite green,

struktur kapsul bakteri dapat terwarnai dengan larutan crystal violet, sedangkan

struktur dinding sel dapat teramati dengan menggunakan pewarna congo red serta

methylen blue.

4. Struktur sel bakteri seperti spora, kapsul, dan dinding sel merupakan bagian

dari alat identifikasi bakteri serta dapat terlihat setelah diwarnai.

V. DAFTAR ACUAN

Page 14: Mikrobiologi pengecatan bakteri

Black, J.G. 1999. Microbiology principles and explorations. John Wiley & Sons,

Inc., New York: xxiv + 786 hlm.

Capuccino, J.G. & N. Sherman. 2001. Microbiology: A laboratory manual.

Benjamin Cummings, San Francisco: xvi + 491 hlm.

Gandjar, I., I.R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman

praktikum mikrobiologi dasar. Biologi FMIPA UI, Depok: vii + 87 hlm.

Holt, J.G., N.R. Krieg, P.H.A. Sneath, J.T. Staleg & S.T. Williams. 1994. Bergeys

manual of determinative bacteriology. 9th ed. Williams 7 Wilkins,

Baltimore: xviii + 787 hlm.

Harley, J. P. 2005. Laboratory exercise in microbiology. 5th ed. Mc. Graw-Hill,

Boston: xiv + 466 hlm

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi: Menguak dunia mikroorganisme. Penerbit Yrama

Widya, Bandung: 256 hlm.

Lay, B.W. & S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers, Jakarta: viii + 376

hlm.

Madigan, M.T. & J.M. Martinko. 2000. Brock biology of microorganism 11th ed.

New York, Prentice Hall: xxv + 992 hlm.

Pelczar, M.J.& E.C.S. Chan.2006. Dasar-dasar mikrobiologi. Terj. dari Elements

of microbiology, oleh Hadioetomo, R.S., T. Imas, S.S. Tjitrosomo & S.L.

Angka. UI-Press, Jakarta: viii + 443 hlm.

Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra & R.S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi

tanah. Rineka Cipta, Jakarta: xxi + 447 hlm.

Singleton, P. & D. Sainsbury. 2006. Dictionary of microbiology and molecular

biology. 3rd ed. John Wiley & Sons, Chichester: xi + 895 hlm.

Schaechter, M. 2009. Desk encyclopedia of microbiology. 2nd ed. Academic Press,

Oxford: xv + 1259 hlm.

Volk, W. A. & M. F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi dasar. Ed. ke-5. Terj. dari

Basic microbiology. 5th ed. Oleh Markham. Penerbit Erlangga, Jakarta: xii

+356 hlm.